NovelToon NovelToon

Ketos, Jodoh Kecil Yang Terlupakan

Bab 1

"Aduh aku sudah terlamat," Alluna melihat jam arlojinya ketika berada di tengah jalan dengan kondisi macet.

"Bagaimana ini?, kenapa sih Ibu tidak membangunkan aku lebih pagi? kan ga bakalan telat begini, lagian aku belum tahu di mana kelasku, kemarin aku kan ga ikut orientasi," keluh Alluna dengan tidak tenang berada di jok penumpang ojol.

"Mas ... ga bisa apa nyelepet jalannya?" pinta Alluna kesal.

"Ga bisa Mbak, lihat bagaimana jalan ini macet bukan dan jelas ini lampu merah?" jelas Ojol itu.

"Sit," gerutu Alluna.

Dan akhirnya lampu merah pun berubah menjadi hijau, ojol yang telah mengetahui gerutu Alluna pun memahami jika sang gadis di belakangnya sedang memburu waktu.

Dengan penuh pengertian ojol ganteng itu melajukan kendaraannya bak super hero yang melintasi alam dengan sekejap mata.

Membuat tangan Alluna pun langsung berpegangan melalui jaketnya, dan terpancarlah senyuman indah Alluna.

Tibalah Alluna di gerbang yang sudah setengah terbuka, menandakan beberapa menit lagi gerbang akan segera di tutup.

Alluna tergesa-gesa memasuki gerbang itu, untung saja gerbang itu tidak menyenggolnya atau menarik tasnya.

Alluna terlalu fokus menatap gerbang hingga tidak menyadari jika di hadapannya itu sedang berkumpul seragam putih abu-abu dan dia tahu ini hari senin tapi bukan jajaran rapi yang siap mengibarkan bendera.

Hingga pandangan itu membuat langkahnya terhenti seketika, "Ada apa ini?" gumam Alluna.

Tapi Alluna tidak peduli dengan gerombolan seragam yang berada di hadapannya itu, dia nyelonong dengan berdesak-desakan di antara para murid yang tengah berada di lapangan itu.

Tubuh kecil Alluna dengan menggunakan tas membuat tubuhnya terdorong sana sini dan berakhir jatuh dengan posisi bokong duduk dan tangan menahan tubuhnya.

Namun tubuh itu tak mampu menahannya hingga akhirnya tubuh itu tertimpa beberapa orang yang lebih tinggi darinya.

Alluna merintih kesakitan, mencoba mendorong beberapa orang yang berada di atas tubuhnya.

Saat kesulitan seperti itu seketika datang seorang pria tinggi dengan lengkap jas almamater, dengan menahan tubuh Alluna agar tidak bertambah orang yang menimpanya. Dengan sedikit tarikan Alluna bisa keluar dari kerumunan juga tumpukan orang yang hampir menindih seluruh tubuhnya.

Setelah bergeser dan aman pria itu memberikan ke lima jarinya menunggu Alluna menautkannya.

Ya pria itu mencoba menawarkan diri untuk membantu Alluna berdiri, Alluna sesaat terpana dan akhirnya Alluna pun mengulurkan tangannya untuk dibantu berdiri.

Namun siapa sangka saat susah payah Alluna berdiri kembali Alluna tersenggol dan berakhir di pelukan lelaki itu.

Mereka saling pandang, namun terpancar ketenangan dalam mimik pria itu. Alluna mencoba berdiri tegap karena tubuhnya sudah di penuhi rasa sakit akibat senggolan juga tubuh orang lain yang telah menimpanya.

Alluna mencoba berdiri tegap dan menjauh dari tubuh pria itu, "Terimakasih ka," ucap Alluna santun.

Namun kaki yang merasakan kesakitan itu tidak dapat berdiri tegak alhasil kembali terjatuh.

Membuat pria itu membantunya dengan menggendong Alluna dengan gaya bridal style. Dan menjadi pemandangan orang-orang di sekelilingnya terkecuali orang yang ada dalam kerumunan itu jelas tidak menyadarinya.

Alluna di bawa ke ruang UKS untuk segera di periksa, dan tanpa mereka sadari ada pria dan juga wanita yang mengikuti mereka.

Setibanya di UKS, Alluna di periksa, dan masih di tunggu pria yang menolong Alluna yang bernama Alaska, namun seketika ada pria yang tengah berdiri di depan pintu melihat ke arah Alluna dia adalah sahabatnya Alluna yang bernama Rendra.

Dan Rendra berjalan menuju Alluna dengan lambaian tangan Alluna yang mengarah kepadanya.

Alaska melirik ke mana arah Alluna, dan pandangannya berhenti kala ada pria yang memasuki ruang UKS itu.

Ternyata sudah memiliki pacar. pikir pria yang menolong Alluna yang bernama Alaska, dia adalah ketua osis di sekolah SMU 1 persada.

Akhirnya Alaska pun pamit karena Alluna sudah ada yang menemani.

"Gue kira tadi telat, ternyata ada kerumunan? ada apa?" tanya Alluna pada Rendra.

"Demo," jawab Rendra sahabatnya.

"Demo? demo apaan?" tanya heran Alluna.

Belum juga Rendra berbicara, suara Alaska di lapangan bergema menyuruh semua murid kelas 10 memasuki kelas masing-masing.

"Untuk semua murid baru harap memasuki kelas masing-masing!" seru Alaska.

"Yah ... ga asik ah, kenapa ga ikut demo aja?" sahut murid kelas yang berada di sana.

"Jangan banyak tanya, masuk sekarang!" tegas Alaska dengan tatapan sesekali menatap ruang UKS di mana Alluna berada.

Bayangan wajah Alluna kembali terpancar dalam benak Alaska.

Cantik. pikir Alaska terpesona.

Di sisi lain, seorang wanita telah memandang Alaska dan Alluna semenjak mereka berpelukan.

Wanita itu menahan amarahnya karena dia tahu ini belum saatnya untuk menanyakan segalanya kepada Alaska.

Hanya beberapa saja orang yang melihat adekan antara alluna dan Alaska, namun itu sudah membuat Alluna menjadi terkenal.

Bagaimana tidak, Alluna telah memeluk pangeran tampan ketua OSIS di sekolah itu. Banyak wanita yang menginginkan pria yang tak tersentuh itu.

Saking dinginnya dia kepada para wanita di sekitarnya, kadang ada sebagian yang menganggap jika Alaska bukan pria normal. Jelas Alaska tidak mengetahui itu.

Jika ketahuan Alaska, mungkin Alaska akan geram, tentu para penggosip itu tidak menginginkannya.

Dan untuk wanita yang menahan amarah melihat Alaska dan Alluna berpelukan itu, adalah salah satu penggemar Alaska, bukan saja penggemar namun dia sangat tergila-gila, apapun akan di upayakan agar dia bisa menjadi kekasih Alaska.

Wanita itu bernama Friska, dan dia adalah salah satu anggota osis juga chier leader. Friska memang cantik namun sayang tidak dengan perilakunya yang bisa di katakan sangat angkuh.

Friska dan Alaska adalah anak dari Donatur tertinggi di sekolah mereka, namun Alaska tidak menjadikan itu semua kebanggaan, lain halnya dengan Friska.

Berani-beraninya dia memeluk kekasihku. Batin Friska karena baru Alluna yang beruntung bisa memeluk Alaska.

Lihat saja apa yang akan aku lakukan kepadamu anak baru jika kamu sampai kecentilan dan mepet terus Alaska. Tidak akan aku biarkan Alaska di embat wanita macam kau. Hanya aku yang pantas bersanding dengan Alaska. apalagi kami jelas dari anak donatur di sekolah ini, memangnya siapa yang berani melawan kami. Batin Friska penuh kesombongan dengan senyuman meremehkan.

Sebagai anggota OSIS, Friska Bukannya membantu Alaska namun dia malah santai berdiri dengan tangan terlipat di dada.

Jika saja bukan Friska mungkin Alaska sudah mengeluarkan orang itu dari anggota OSISnya, jelas Alaska membutuhkan kerjasamanya bukan berpangku tangan penuh kesombongan dan hanya bisa memerintah tanpa bergerak.

Bagaimana bisa Alaska menyukai wanita semacam Friska?, masuk anggota OSIS saja dia sudah malas bertemunya apalagi harus menjadikan Friska pacar. Jelas tidak ada dalam kamus Alaska tentunya.

Alaska yang melihat Friska hanya mampu menggelengkan kepalanya, tanpa mampu menegur dan menyuruhnya. Membiarkan wanita itu bertindak sesuka hatinya baik bekerja ataupun tidak.

Bersambung ...

Bab 2

Beberapa menit kemudian, Alluna berjalan dengan di papah oleh Rendra menuju kelasnya.

Friska yang masih menahan amarahnya menatap ke arah Alluna menuju kelasnya yang di papah oleh Rendra dari UKS itu, Friska ingin mengetahui di mana kelas anak baru itu berada.

Mata Friska terus mengikuti langkah Alluna, dengan tatapan tajam menghunus pedang.

Selama Alluna berjalan ke dalam kelasnya, banyak mata memicing kepadanya bahkan terlihat mereka berbisik di depan atau di samping Alluna.

Alluna heran entah apa yang mereka bicarakan, namun untungnya Alluna termasuk cewek yang masa bodoh dengan perkataan orang-orang di sekitarnya.

Alluna dan Rendra memasuki kelas yang sama, semua murid baru terdiam di kelasnya mencoba mendengarkan apa yang di katakan dalam mix di tengah lapangan itu.

Kelas 10 belum bisa memulai pelajarannya, karena semua guru sedang berkumpul di lapangan untuk menenangkan para murid yang sedang demo.

Ya peraturan sekolah tidak masuk akal, ingin mentertibkan siswanya agar bisa masuk tepat waktu. Namun dengan cara yang berlebihan sehingga membuat para murid kelas 11 dan 12 melakukan demo.

Dan mereka kini memulai menyuarakan aspirasinya di lapangan itu.

"Hapus ketentuan dan kembalikan seperti semula, masuk sekolah jam 7,"

"Kalian telah menutup gerbang setengah jam sebelumnya. Bagaimana dengan jarak murid yang jauh bu? apa itu tidak keterlaluan?, cukup 10 menit sebelum jam 7 dan bel berbunyi bisa kan Pak Bu?" ucap seseorang murid menyampaikan inspirasinya.

"Bahkan pukul 6 lebih 15 saja gerbang sudah di tutup setengahnya, dan sebagian murid mengeluhkan tubuhnya tergesek oleh gerbang," ucap salah satu petugas osis.

Alaska menuliskan semua inspirasi menjadi satu dan memberikan lembaran itu kepada bagian kesiswaan.

Para guru mencoba menenangkan para murid yang tengah berkumpul di lapangan itu dengan bantuan Alaska, dan semua murid di lapangan itu terdiam.

"Maafkan kami, karena kebanyakan dari kalian awalnya sering terlambat dan kalian tidak mengindahkan peraturan dari kami, makanya kami bertindak demikian, agar kalian semakin di siplin, namun jika kalian mengeluhkan semua ini, kami bisa merubah peraturan tersebut ke semula, namun ada syaratnya," ucap kesiswaan berbicara.

"Apa syaratnya?" tanya salah satu murid dalam barisan demo.

"Kalian harus berjanji akan mematuhi juga mengindahkan peraturan yang telah kami buat untuk tidak terlambat memasuki kelas tanpa terkecuali, dan jika itu semua kembali terulang, kami tidak akan segan-segan mengembalikan peraturan masuk seperti ini," ujar kesiswaan itu menjelaskan.

Para siswa saling berbisik mencoba saling berbicara dan mengambil keputusan dalam banyak suara, dan hasil pun telah di dapat jika mereka semua akan mematuhi peraturannya tanpa terkecuali.

Para guru pun memberikan keputusan jika mulai besok gerbang akan di tutup 10 menit sebelum kelas di mulai, dan jika ada yang terlihat melanggar akan di awali sanksi dengan sebuah hukuman, namun jika banyak dari siswa yang terlambat seperti kemarin maka akan di kembalikan keputusan setengah jam menutup gerbang sebelum kelas di mulai.

Para murid pun bersorak, begitu pun yang ada di dalam kelas. Mereka ikut-ikutan bersorak karena jelas tidak akan ada gesekan dengan gerbang tajam ke arah badan mereka juga tergesa-gesa memasuki gerbang.

Lain dengan Alluna, dia tidak peduli mau tutup gerbang jam berapa, karena kini tubuhnya begitu sakit, ingin sekali rebahan.

Dia menyesali tindakan bodohnya menyelonong melewati para pendemo. Hingga semua tubuhnya berasa nyeri.

Alluna terdiam dengan menyenderkan tubuhnya, memikirkan sesuatu. Ingatannya teringat kerika seorang pria tengah menolongnya. Tapi siapa pria itu? kenapa aku merasa tidak asing?. Pikir Alluna.

Sedangkan Rendra yang berada di sebrang depan meja Alluna memperhatikan Alluna seperti sedang melamun.

Entah merasakan sakit ataukah memikirkan sesuatu, Rendra belum pernah melihat Alluna seperti ini sebelumnya.

Di luar pendemo dari para murid sekolah persada di bubarkan. Mereka memasuki kelasnya masing-masing.

Saat itu pula pembelajaran hari pertama di mulai.

Dan Rendra mengurungkan niatnya menghampiri Alluna, di karenakan guru telah memasuki kelasnya. Sejujurnya Rendra merasakan cemburu kala Alaska memeluk Alluna.

Namun Rendra masih menggunakan akal sehatnya, sehingga kecemburuannya tidak menjadikan sebuah amarah seperti Friska, bagaimana tidak, di balik cemburunya terdapat rasa bersyukur, karena kala itu Alluna benar-benar membutuhkan bantuan untuk keluar dari tertimpa orang-orang.

Jam pelajaran hanya di isi dengan sebuah perkenalan, dengan canda tawa dan cerita tentang pendemo di pagi hari yang membuat salah satu murid yang bernama Alluna harus tertimpa.

Alluna sedikit terkenal karena hanya dialah satu-satunya seorang anak perempuan yang terkena tumpukan siswa siswi pendemo di pagi hari tadi.

Tanpa mengenalkan diri lebih jauh, Alluna sudah langsung terkenal di kelasnya. Apalagi di sebagian kakak kelasnya yang telah melihat kejadian itu. Jelas membuat Alluna jadi terkenal karena berpelukan dengan sang pangeran tercool di sekolah itu.

Tapi Alluna hanya tersenyum kecut kala di kelas memberikan sebuah perhatian apalagi dari guru tersebut.

Bagaimana tidak, dia enggan jadi bahan obrolan apalagi saat ini tubuhnya sangat begitu terasa pegal dan ngilu.

Untung saja gue tidak pingsan, bagaimana jika sampai pingsan, apa akan semakin terkenal, ish untuk apalah terkenal di sekolah ini hanya dari sebuah kejadian tadi. Masih mending terkenal jadi artis mereka dapat untung. Lah aku hanya dapat rasa sakit yang bikin pegal dan ngilu seluruh tubuh. pikir Alluna.

Rendra mencoba menyimak gurunya namun sekali-kali pandangannya teralih kepada Alluna, saat ekspresi Alluna tidak seperti biasanya, Rendra sedikit khawatir dan membuatnya menjadi sering melirik ke arah Alluna.

Apakah tubuhnya begitu sakit sehingga berekspresi seperti itu. pikir Rendra

Ketika jam istirahat telah berbunyi, Alluna, Rendra dan Gisel (teman sebangku Alluna) menuju kantin.

Begitu juga dengan Alaska dan teman-temannya sama-sama menuju kantin, tidak dengan Friska ....

Bersambung ...

Bab 3

Rendra menggenggam jemari Alluna, terlihat Alluna kurang bersemangat melangkah menuju kantin, Rendra ingin segera bertanya tapi melihat banyak para siswa yang menuju ke kantin, Rendra takut tidak kebagian bangku, Hingga pertanyaan itu di tunda.

Setibanya di kantin, Rendra memesankan Alluna makanan, dan saat memesan makanan mata Rendra tak berhenti menatap Alluna seperti orang menahan kesakitan.

Dan di depan meja mereka ada Alaska, yang sama-sama memperhatikan Alluna dalam diamnya.

Pandangan Alaska saat melihat Alluna sama seperti Rendra, tapi apa daya Alaska hanya mampu memandanginya dari jauh.

"Ke mana?" tanya Gisel melihat Alluna berdiri.

"Ke toilet," singkat Alluna menjawab.

"Mau gue antar?" tawar Gisel.

"Jangan, nanti mejanya ada yang embat, tunggu ya, gue ke toilet bentar," ujar Alluna.

Alaska memperhatikan ke mana Alluna pergi, lalu dirinya beranjak dari duduknya.

"Ke mana Al?" tanya sahabatnya yang berada di sampingnya.

"Gue ke toilet bentar," ujar Alaska sambil sedikit berlari.

Saat hendak memasuki toilet, tiba-tiba Alluna di hadang seseorang.

"Heh ... kamu ..., berani-beraninya deketin pacar gue, udah bosen hidup Lo?" gertak Friska dengan mencengkram kerah kemeja Alluna.

Alluna mengerutkan keningnya, "Hey ... ada apa ini? gue mau ke toilet, mau apa gue kencing di sini dan kena baunya sama kalian?" cecar Alluna tanpa rasa takut.

"Lepas gue pengen ke air kebelet," ucap Alluna kembali.

"Cepat kita tunggu lo di sini," ujar Friska sewot.

Alaska memperhatikan kedua wanita itu secara diam-diam, dengan jarak yang cukup aman.

Setelah selesai Alluna kembali keluar, "Maaf ada apa ya Ka?" tanya Alluna santai.

"Hey Lo ..., jauhi pacar gue, jangan ganjen Lo?' cecar Friska kembali.

Alluna mengerutkan keningnya, Pacar?. pikir Alluna heran.

Gue kan cuma dekat sama Rendra, ko bisa sih Rendra punya pacar model begini.

"Heh dengar ga?" cecar Friska kembali.

"Dengarlah ka ... kan punya telinga, sudahkan cuma tanya itu?" tanya Alluna santai.

"Yee ... bisa ga lo jauhi pacar gue?" geram Friska.

"Soal itu ... ok, maaf ni Ka, aku lapar udah dulu ya," pamit Alluna santai sambil melambaikan tangan bergegas meninggalkan Friska dan kawan-kawannya.

"Ha ... itu orang ...," heran Friska dan kawan-kawannya melihat tingkah Alluna yang santai, padahal Friska biasanya membuat orang ketakutan tapi Alluna memang lain.

Alaska tersenyum di balik tiang tembok sekolah ...

Lun ... Lo memang sudah berubah .... Gumam Alaska dan ikut meninggalkan tempat itu.

Setibanya Alluna di kantin, Rendra dan Gisel telah menunggu kedatangan Alluna.

"Lama amat sih Lun ... dari mana aja sih," protes Gisel sambil menyuap makanannya.

"Ga ke mana-mana habis dari toilet,"

"Oya Ren ... jangan dekat-dekat deh sekarang sama gue, pacar lo protes tadi sama gue, rese banget sih cewe lo," ucap Alluna, dengan seketika Rendra terhenti makan dan menatap Alluna tanpa berkedip.

"Lo bilang pacar gue?," tanya Rendra sambil menunjuk ke dirinya sendiri.

"Iya jauh-jauh deh dari gue, kalau ga selesaikan baik-baik biar dia ga cemburu sama gue," sahut Alluna sambil menyuap makanan ke dalam mulutnya.

"Lun ...," membalikkan tubuh Alluna menjadi berhadapan dengan Rendra, dan interaksi mereka tak lepas dari pandangan Alaska.

"Apa sih, lagi enak makan ini," protes Alluna sambil memandang ke arah Rendra.

"Kapan gue punya pacar?, kalaupun punya pacar ya lo Lun," protes Rendra tidak terima.

Alluna menatap Rendra dengan menautkan kedua alisnya.

"Maksud lo gue?"

"Pake otak lo, gue sehari-hari cuma sama lo, kapan lagi gue jalan sama cewe selain lo, kalaupun gue punya pacar lo pastinya tahu," jelas Rendra.

"Terus ... cewek tadi bilang gue suruh jauhi pacarnya?, terus kalau bukan lo? siapa Ren? kan gue cuma dekat sama lo?" pertanyaan demi pertanyaan menghinggapi otak Alluna.

Rendra mengangkat bahunya, lalu memakan kembali makannya.

Sedangkan Alluna juga enggan memikirkan itu, dia pikir mungkin kakak kelasnya itu telah salah menegur orang.

Dan Alluna pun kembali menyantap makanannya, sedangkan gisel hanya menjadi pendengar setia.

Tanpa di sadari mereka, dari arah depan yang jaraknya cukup jauh, Alaska masih sesekali melirik ke arah Alluna, lalu tiba-tiba jalan seorang wanita dari arah Alluna dengan gaya yang angkuh dengan langkah kaki yang berlenggak-lenggok.

Membuat semua mata memandang, terkecuali Alluna yang tidak terganggu asik dengan dunianya.

Gisel menyenggol lengan Alluna, membuat Alluna sadar dari kefokusannya. Lalu mengerutkan keningnya, dan mengikuti arah pandangan Gisel.

Tanpa di sadari Alluna, Alluna pun akhirnya mengikuti wanita itu berjalan, begitu juga dengan yang lain.

Lalu ... wanita itu dengan seenaknya meminta dengan kasar orang yang tengah duduk bergeser, padahal tempat itu sudah penuh oleh orang yang sedang menikmati makannya.

Alluna hanya menggelengkan kepalanya, ini adalah wanita yang tadi dia temui, dan kini wanita itu duduk di depan laki-laki yang telah menolongnya saat terjatuh.

Dari sana Alluna paham, dia menganggukkan kepalanya, lalu menggelengkan kepalanya, lalu kembali menyantap makanan yang ada di hadapannya.

"Kenapa lo Lun?" tanya Gisel melihat gerakan Alluna.

"Nanti aja gue cerita,"

"Apaan Lun?" tanya Rendra kepo.

"Haha lo lihat cewek itu?, nanti gue cerita jelasnya tentang cewek itu, sekarang kita makan gue lapar, badan gue juga ingin santai pegal-pegal ini," ucap Alluna santai sambil menyuap ke dalam mulutnya.

Sedangkan Alaska ..., memutar ke dua bola matanya dengan malas.

"Lihat siapa si Al? sampai segitunya ... memang ada ya wanita yang bisa menarik perhatian lo lebih dari gue? kan gue di sini yang paling cantik," ujar Friska kepedean lalu melirik ke arah belakang.

Dia lagi ... cewek kaya gitu ga ada cantik-cantiknya di lirik. Gerutu Friska dalam hatinya, kriteria Friska cewek cantik itu yang suka dandan menor dan bukan kaya Alluna dengan penampilan cuek tanpa ada riasan berlebihan.

Sedangkan Alaska hanya mengerutkan keningnya ....

Ada ya cewek sepede dia ... ih ..., batin Alaska menggidigkan bahunya lalu beranjak dari tempat itu.

Alluna yang sedang makan tidak sepenuhnya fokus kepada makanannya, melainkan ujung matanya menatap ke arah depan yang tepat ada Alaska di hadapannya.

Alluna menahan tawanya saat melihat tingkah Pria yang telah menolongnya itu pergi begitu saja meninggalkan perempuan itu.

Membuat Alluna tidak tahan dengan menahan tawanya hingga akhirnya terbatuk-batuk, membuat Rendra dengan cekatan memberikan segelas air untuk Alluna.

"Terimakasih," Alluna menerima air tersebut, namun dengan bibir yang masih menahan tawanya yang siap kapan saja bisa meledak.

Rendra mengerutkan keningnya, entah apa yang membuat sahabatnya itu terlihat seperti menahan tawa yang siap meledak kapanpun.

"Sudah ... tahan dulu, lebih baik cepat habiskan nanti kamu ceritakan semuanya," saran Rendra yang tahu ada sesuatu di balik sikap Alluna.

Bersambung ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!