Astaga kenapa aku lemas sekali. Dimana ini? Sial, besok ada reading naskah baru aku tidak boleh sakit.
Cassia merasakan kepalanya pusing seperti telah menghantam sesuatu.
“..Sia! Cassia! Bertahanlah!”
“Hiks…Hikss. Jangan Mati Cassia. Ku mohon. Jangan mati.”
Deg.
Perlahan Cassia mendapatkan kembali kesadarannya setelah mendengar dua suara yang familiar baginya ini.
Kenapa Felix dan kak Maura menangis? Akkh, sakit sekali!
Lalu Cassia pun teringat bahwa ia mengalami kecelakaan mobil dan mendapati dirinya saat ini sedang menuju ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan. Pantas saja, seluruh badannya terasa sakit dan remuk akibat dari benturan kecelakaan itu. Cassia bahkan bisa merasakan kepala dan tubuhnya juga banyak mengucurkan darah.
Meskipun dalam kondisi yang bisa dibilang kritis, Cassia berusaha sekuat tenaga untuk berbicara.
“Fe..lix, Kak…Maura…tolong aku.”
Suara lirih Cassia berhasil mendapatkan perhatian dari dua orang yang disebutkan namanya itu.
“Ca..cassia! Ya tuhan!” ucap Maura sambil menangis.
“Cassia! Tolong bertahan. Sebentar lagi kita sampai rumah sakit.” Ada rasa putus asa dan khawatir yang kuat yang dapat Cassia rasakan dari Felix.
Ingin sekali Cassia menjawab, tapi ternyata tubuhnya sudah benar benar tidak bisa digerakan lagi. Bahkan hanya untuk menggerakan bibirnya sendiri.
Cassia pun perlahan pasrah menerima jika ini menjadi akhir hidupnya.
Sial. Sepertinya aku benar benar akan mati ?
Siapa yang sangka hidupku berakhir seperti ending film menyebalkan. Artis muda usia 27 tahun yang penuh skandal mati dengan cara tragis. Yah, besok headline berita pasti akan heboh.
Cassia hanya bisa menangis sambil menatap dua orang yang sangat berarti di hidupnya.
Kak Maura, managernya yang menemaninya sejak awal karir. Dan juga Felix, laki-laki yang dicintainya. Walaupun cinta mereka terlarang dan tidak akan direstui orang lain karena statusnya sebagai pria yang sudah menikah.
Hatinya perih.
Satu persatu ingatan ingatan Cassia mulai terlintas, khususnya ingatan beberapa tahun terakhir dirinya. Ditinggal menikah oleh pria yang dicintainya, karir yang hampir hancur karena skandal dan bahkan detik detik sebelum kecelakaan. Semua berputar seolah Cassia sedang menonton kembali kisah hidupnya dalam sebuah film.
Di ambang kematian, Cassia berdoa kepada Tuhan.
Oh Tuhan.
Seandainya saja aku bisa mengulang kembali hidupku. Mungkin jalan cerita yang ku hadapi akan berbeda. Aku masih ingin hidup.
Di sisa kesadarannya, Cassia melihat Maura menangis tersedu-sedu di dalam sandaran bahu Felix. Felix yang masih menggenggam tangan Cassia sambil mencoba menenangkan Maura dalam pelukannya.
Setidaknya itulah yang menjadi penglihatan terakhir Cassia sebelum tubuhnya sepenuhnya menyerah. Cassia mulai kehilangan semua tenaga bahkan rasa sakit. Tubuhnya yang serasa hancur itu, mulai perlahan hilang. Kini tubuhnya seperti seringan bulu.
Sampai akhirnya Cassia benar benar memejamkan matanya dan segalanya menjadi gelap.
...🌻🌻🌻...
Seperti terbangun dari mimpi saat tidur, hal pertama yang dilihat Cassia adalah dinding langit langit ruangan berwarna putih.
Loh? Ternyata aku belum mati ya. Apa yang tadi itu hanya mimpi buruk.
Cassia berusaha bangun dari tempatnya berbaring, dan merasakan pusing di kening kepalanya. Cassia juga meneliti tempatnya berada dan mulai mengetahui bahwa sekarang ia berada di suatu kamar VIP di salah satu rumah sakit. Karena saat ini dirinya berada di atas kasur dengan cairan infus yang dipasangkan ke tangan kirinya.
Berusaha mengumpulkan semua kesadaran yang diperolehnya kembali ini, Cassia menghela napas dan merasa sedikit tenang.
Syukurlah, aku belum mati. Berarti aku selamat dari kecelakaan itu ya. Artinya Kak Maura dan Felix berhasil menyelamatkanku agar aku terhindar dari kematian?
Tak lama setelah satu per satu pertanyaan yang muncul di kepala Cassia, terdengar suara Maura yang baru saja masuk dari pintu.
“Sia! Syukurlah kamu akhirnya sadar.” Suaranya terdengar sangat bahagia, ia menghampiri Cassia yang berusaha duduk.
“Kak Maura..” Cassia pun membalas dengan senyum.
“Terima kasih sudah menyelamatkanku dari kecelakaan. Aku pikir aku sudah mati.” Ucapan tulus yang keluar dari mulut Cassia.
“Kecelakaan? Mati? Kamu bicara apa sih. Kok aneh banget!” Maura terlihat bingung dan terkejut.
“Iya…kecelakaan mobil kan? Eh, tapi kok tubuhku tidak ada bekas luka ya?”
Cassia jadi ikut bingung sendiri karena melihat reaksi Maura yang terlihat tidak mengerti. Lalu semakin merasa janggal karena tubuhnya bersih tidak terlihat sedikitpun lecet maupun memar. Padahal seharusnya tubuhnya penuh luka karena benturan setelah kecelakaan kan?
“Sepertinya kamu masih sakit ya! Biar ku panggilkan dokter dulu.” Maura bergegas berdiri untuk memanggil dokter, namun tangan Cassia menghentikannya.
“Tidak perlu! Aku merasa sangat sehat. Justru kenapa aku merasa sangat sehat coba?” Cassia masih merasa bingung.
Lalu ia mulai mencoba mencerna kembali dengan mencari tahu kejadian yang di sedang di alaminya sekarang.
“Kalau bukan karena kecelakan, kenapa aku masuk rumah sakit kak?” tanya Cassia
“Karena kamu pingsan kelelahan kerja!” Maura menjawab cepat.
Aku? Kelelahan kerja?
Tunggu!
Seingatku aku pernah sekali masuk rumah sakit sekali karena kelelahan kerja.
“Tanggal berapa sekarang? Drama apa yang sedang ku bintangi sekarang? Berapa lama aku di rumah sakit?” Cassia merasa perlu mengecek lebih banyak lagi.
“Kenapa sih kamu? Sumpah aneh banget.” Maura mengerenyitkan keningnya.
“Jawab aja kak!”
“Astaga! Tanggal 4 September XXXX. Kamu baru saja menyelesaikan syuting terakhir drama romantis ‘In your arms’ bersama Daniel. Kamu sudah 3 hari di rumah sakit, karena kelelahan terus menerima job tambahan kan?” Maura menjawab, terdengar sedikit frustasi dari nada bicaranya.
4 september tahun XXXX? Maksudnya aku ada di saat diriku masih usia 26 tahun? Bagaimana mungkin?!
Cassia sungguh tidak dapat mempercayai apa yang didengarnya. Apakah itu artinya Tuhan memberikannya kesempatan mengulang kembali hidupnya?!
Bersambung
...🌻🌻🌻...
Himawari's corner:
Haiii semuanya, makasih udah mampir dan baca sampai di akhir bab 1 :)
Kali ini, kisah tentang anakku Cassia, si aktris cantik lembut nan anggun yang deserve better di second lifenya.
FYI, aku selalu namain FL nya dengan nama bunga, kali ini nama Cassia terinspirasi dari bunga Sakura Bima/Trengguli Wanggang (bahasa latinnya: Cassia Javanica). Ada yang tahu?
Cassia baru mulai perjalanannya untuk menemukan dirinya sendiri untuk hidup sesuai yang dia inginkan, dan semoga kalian juga bakal ikut ngebantu dan ngerasain yang Cassia rasakan yaa.
Kalau kalian suka genre wanita kuat, second chance, dan cinta yang nyembuhin pelan-pelan, jangan lupa kasih komentar, dan vote karya ini ya.
Aku baca semua feedback kalian dan itu bantu banget buat aku makin semangat
Arigathanks! :)
Bukannya tidak senang atas keajaiban yang diterimanya sekarang, namun Cassia masih tidak menyangka kalau dirinya akan mendapatkan kesempatan hidup kembali.
Hidupnya dimulai kembali di waktu usianya 26 tahun. Setahun sebelum kehidupannya yang tenang dan glamor berubah 180 derajat, sampai akhirnya mati karena kecelakaan.
Artinya Tuhan benar benar mengabulkan permohonan yang ku ucapkan sebelum mati? Atau sebenarnya aku tidak mati? Yang sebelumnya itu aku hanya bermimpi tentang masa depan?
Apapun itu, syukurlah aku masih hidup. Terima kasih Tuhan. Aku akan menggunakan kesempatan ini untuk merubah takdirku!
“Sepertinya saat pingsan, kepalamu terbentur keras ya? Kamu aneh sekali hari ini.” Ucap Maura dengan menghela napas panjang.
Maura baru saja membantu Cassia untuk mengecek fakta fakta tentang kejadian yang dialaminya bukan mimpi. Ia menjawab banyak pertanyaan dari Cassia. Meskipun merasa pertanyaan itu aneh sekalipun, Maura tetap menjawabnya.
Sekali lagi. Aku perlu menyakinkan diriku sekali lagi.
“Apakah…apakah Felix sudah menikah?” Cassia menelan perasaan getir dalam suaranya sendiri.
Maura tidak langsung menjawab. Tatapan penuh simpati seolah seperti jawaban tersirat yang ingin dikatakan manager cantik itu.
“Belum…”
Belum? Haha..berarti dia akan menikah kan. Batin Cassia dalam hati.
“Sia… Tentang hal ini sebaiknya kamu bicara langsung dengan pimpinan. Sudah kuduga. Alasan kamu bekerja terlalu keras sampai memaksakan diri dan pingsan karena hal ini ya Sia?” Maura mencoba menyalurkan simpatinya dengan menggenggam tangan Sia dengan lembut.
Pimpinan yang dimaksud adalah pemilik agency tempat Cassia dan Maura bekerja, Felix Rahadian. Yang juga pacar dari Cassia selama ini. Meskipun hubungan mereka tidak bisa go public karena status Cassia sebagai aktris terkenal, namun semua orang di dunia hiburan sudah mengetahuinya.
“…Tidak juga. Kak Maura kan tau kalau aku memang suka bekerja keras.” Jawab Cassia setenang mungkin. Tidak sulit bagi Cassia untuk bersikap tenang meskipun perasaannya berkecamuk seperti sekarang. Berakting adalah keahliannya.
Hanya saja Maura adalah manager sekaligus salah satu orang terdekat Cassia yang menemaninya dari sejak awal karir. Maura tidak bisa dibohongi hanya karena sikap Cassia yang terlihat dari luar saja.
“Aku tahu semuanya, Sia. Kamu tidak perlu menahan dirimu seperti ini. Bicaralah dengannya. Ku dengar pimpinan berusaha mencarimu tapi kamu sepertinya menghindarinya ya? Dengan bekerja seperti orang gila seperti kemarin.” Suara lembut Maura berusaha menyentuh hati Cassia, agar bisa lebih terbuka dengannya.
Cassia memang mempercayai Maura, namun ia tetap mempertahankan sikapnya. Tenang dan tidak ingin memperlihatkan perasaan aslinya pada siapapun. Ia sudah bertekat.
“Tidak, kak. Aku tidak ingin bicara apapun lagi dengannya. Hubunganku telah berakhir sejak dia bilang akan menikahi wanita lain.”
Apalagi karena pria itu lah, kehidupanku sebelumnya hancur. Aku benar benar tidak ingin berhubungan lagi dengannya di kehidupan ini.
Aku ingin memanfatkan kesempatan hidup kembali ini dengan baik.
“Aku tahu ini pasti menyakitkan buatmu. Tapi sepertinya pimpinan tidak bisa berbuat apa apa tentang ini. Perjodohan ini di atur oleh keluarganya. Tapi kalian kan sudah berpacaran bertahun tahun jadi…” ucapan Maura terhenti karena Cassia memotongnya dengan ucapan lumayan tegas.
“Perjodohan mereka bukan lagi urusanku! Berhenti bicara tentang dia atau sebaiknya kak Maura pulang saja.”
Sorot mata dingin Cassia membuat Maura menyerah untuk melanjutkan apapun yang tadinya ingin disampaikannya. Setelah itu Maura pun ijin pamit untuk mengurus beberapa kontrak kerja yang akan tertunda hingga Cassia selesai pemulihan kesehatan nanti. Juga agar Cassia bisa beristirahat demi pemulihan kesehatannya.
Kini, Cassia akhirnya sendirian.
Mengumpulkan kembali semua potongan puzzle dan mengambil kertas dan pulpen yang ada di nakas dekat kasurnya.
Cassia mulai merencanakan perubahan takdir di kehidupan keduanya ini.
Aku masih belum tahu kenapa aku bisa kembali ke setahun sebelum kematianku. Atau mungkin yang sebelumnya ada sebuah ingatan tentang masa depan yang akan ku alami setahun kedepan. Apapun itu, aku harus merubahnya!
Semua kesialanku di mulai saat aku tidak memutuskan hubunganku dengan pria jahat ini dengan benar. Pria jahat yang seolah ingin memberiku segalanya, pada akhirnya justu meninggalkanku seolah aku tidak berarti apa apa untuknya?
Felix, ku bersumpah kali ini aku tidak akan memberikan lagi seluruh cintaku kepadamu.
Namun entah kenapa kehidupan ini memang selalu diisi dengan kejadian yang ironi. Meskipun aku berniat menghindarinya di kehidupan ini kenapa takdir seolah sengaja membuatku tidak bisa menghindarinya!
Ya, saat ini pria yang ingin selalu ku lupakan malah berhadapan langsung denganku!
Bersambung
Suasana menyesakan dada ini sungguh memuakan, batin Cassia.
Seberapa keras aku menghindarinya, ia malah mencoba memaksaku untuk berbicara denganku. Dasar kau pria jahat!
Kutuk Cassia dalam hati untuk Felix yang duduk tegap berwibawa di depannya.
"Katakanlah pimpinan. Aku sungguh sibuk tidak punya banyak waktu jika kita hanya duduk minum kopi seperti ini." Ucap Cassia tenang, meskipun ia berkata sambil menatap ujung sepatunya tanpa berusaha melihat pria di depannya. Yang terus saja memandang lurus dirinya dengan lekat.
Cassia masih enggan memandang balik, lebih memilih mengambil cangkir kopi di depannya lalu menyesap minuman.
Berharap kopi hitam ini masuk ke dalam tubuhnya memberikan kesadaran. Cassia tidak boleh lagi luluh oleh pria jahat di depan nya ini!
"Sia. Sia sayangku. Jangan seperti ini. Hatiku sakit kamu menjaga jarak dariku. Biarkan aku menjelaskan semuanya agar kamu tidak salah paham." Ada nada manis yang dulu membuat Cassia berdesir mendengarnya setiap Felix memanggilnya begitu. Tapi sekarang rasa manis itu sedikit bercampur dengan rasa muak.
"Ck. Tidak pantas tunangan orang memanggil sayang kepadaku." Cassia tidak menutupi rasa muak dan kecewanya kepada Felix. Hentakan keras saat cangkir isi kopi di taruh di meja adalah sebuah sikap terang terangan Cassia untuk jawaban ke Felix.
"Kami dijodohkan dari kecil. Mungkin aku tidak bisa menghindari pernikahan tapi aku hanya mencintaimu Sia! Tetaplah disisiku seperti ini! Jangan tinggalkan aku, hm?" Suara rendah Felix berusaha memohon dan menggoda Cassia agar tetap bersamanya.
Pria ini gila kan? Tetap bersama artinya membuatku menjadi selingkuhanmu tahu! Aku tidak bodoh mengulang skandal lagi. Kali ini aku tidak akan mau. Tidak akan!
"Aku tidak tertarik menjadi simpananmu. Hubungan kita berakhir sejak berita pertunanganmu muncul. Jadi mari hidup masing masing Felix."
Setelah selesai mengatakan hal itu, Cassia menyesap kopinya untuk terakhir kalinya sebelum beranjak pergi. Ia sudah tidak tahan lagi menahan sesak di dadanya.
Tapi Cassia tidak mau mengemis cinta apalagi menangis untuk Felix lagi. Cassia hanya ingin kehidupannya kali ini lebih tenang.
Meskipun hatinya hancur sekalipun, ini lebih baik.
"Sayang! Kenapa kamu begini..." Felix berhasil memeluk Cassia dari belakang agar Cassia tidak pergi.
Tubuh Cassia menegang. Otaknya menyuruh tubuhnya mendorong pria itu menjauh tapi apa daya pria itu malah mempererat pelukannya.
"Lepas!"
"Aku tahu kamu pun masih mencintaiku Sia! Kamu pun tidak bisa hidup tanpa aku kan? Mari kita tetap bersama. Aku janji jika aku akan selalu menempatkan dirimu disisiku apapun yang terjadi."
Sama persis. Kata kata manis dan janji bohong yang Felix ucapkan dulu diucapkan kembali. Membuat Cassia yang mendengarnya sekarang merasa menjadi wanita bodoh karena menyesali perbuatannya dulu.
Jangan bodoh Sia. Kamu tidak boleh terhanyut lagi! Kamu sudah tahu akhir hidupmu bagaimana kalau terus bersama pria jahat ini!
Plak!
Tamparan untuk Felix yang dilakukan dengan kesadaran Cassia yang tersisa.
"Pria gila! Sekalipun aku masih mencintaimu pun aku tidak akan mau jadi selingkuhan. Aku masih punya harga diri." Ucap Cassia dengan mata merah menahan kuat air matanya agar tidak keluar.
Felix yang terhenyak, seketika berubah marah.
Felix menarik paksa Cassia dan memojokannya ke tembok. Cassia mencoba meronta menolak, namun tenaga Felix jauh lebih besar.
Brak!
Akh sakit! Felix tidak pernah bertindak kasar seperti ini sebelumnya!
Cassia meringis kesakitan karena tubuhnya yang dibenturkan keras ke tembok dan sekarang tangannya dikunci oleh tangan besar Felix. Cassia tidak bisa melarikan diri.
"Kamu yang membuatku jadi pria gila. Kita bersama sudah hampir 10 tahun. Bagaimana mungkin kita berpisah seperti ini. Sayang, janganlah keras kepala. Kita cukup melakukannya seperti yang selalu kita lakukan. Okay?" ada sisi yang menakutkan dari Felix, Cassia bahkan baru melihat sisi ini.
Kenapa aku dulu tidak melihat sisi gila ini! Tidak! Dia mau menciumku! Aku harus melakukan sesuatu.
"Arggghhh! Sia! Beraninya kau menginjak kakiku!" Felix meringis kesakitan memegang kakinya.
Tak ingin melewatkan kesempatan, Cassia langsung kabur meninggalkan ruangan itu. Meninggalkan Felix yang masih berteriak kesakitan sambil memanggil namanya.
Tidak boleh begini terus! Aku harus menjauhi Felix secepatnya! Tapi bagaimana caranya jika Felix adalah pimpinan agencyku sendiri. Menghindarinya sangat mustahil dilakukan jika aku masih disini!
Baiklah, hanya ada itu caranya.
Aku harus pergi dari perusahaan ini. Atau...aku harus pensiun jadi artis dan memulai hidup tenang!
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!