NovelToon NovelToon

Obsesi Suami Manjaku

1.usil

"TANGKAP."

Tampa rasa bersalah anisa langsung melemparkan ular mainan pada riana, yang ketakutan dibuatnya. Hingga gelak tawa anisa melihat sabahatnya tertipu.

"AKKHHH ANISAAA!" teriak riana marah ketika sedang melamun ditaman belakang sekolah.

bagaimana tidak kaget riana yang sedang duduk santai di rumput tiba-tiba dilempar pakai ular mainan, dasar anisa kalo sudah datang usilnya selalu membuat riana emosi tingkat dewa.

"hehe sorry besti soalnya aku perhatikan kamu lagi galau." ucap anisa tanpa rasa bersalah.

dengan perasaan kesal riana berulang kali menarik nafas kasar untuk meredakan rasa kesalnya itu

"kenapa sih? Tumben loh gak biasanya kamu gini ri?" anisa pun merasa bersalah karna melihat riana terdiam tidak membalas.

*Hening

"maaf deh aku gak sengaja kirain kamu gak lagi banyak pikiran." takut juga anisa jika melihat riana mode ngambek bisa berabe urusannya.

bukannya menjawab ucapan anisa, riana memilih pergi karna kesal pada sabahatnya yang selalu usil, Tidak tau saja padahal riana sedang banyak masalah.

Untung saja kondisi ditaman belakang selalu sepi karna jarang ada yang kesana, banyak siswa yang bilang jika disana ada penunggu padahal itu semua ulah anisa.

"mampus kalo udah mode ngambek gini bisa-bisa nanti gak mau ngomong sama aku lagi." cemas anisa melihat riana terus berjalan menjauh.

BRUK

"aduh! Kalo jalan itu pakai mata!." menyala emosi riana karna ada yang menghalangi jalan.

"eh!"

 seketikan riana terdiam karna melihat tatapan datar dari pentolan sekolah dan lebih parahnya lagi itu adalah Erlangga ketua yang memegang kendali sekolah.

"kalo jalan pakai kaki bukan mata." jawab Erlangga berkata dingin.

Membuat riana menggeram sangat kesal, ingin membalas tapi tidak mungkin berani juga.

"Udahlah lang ayo gak perlu ngurusin cewe caper." ucapan digo membuat riana melotot.

"gaperlu segitunya riana juga gak sengaja nabrak." perkataan bobby membuat erlangga dan digo kaget karna jarang sekali bicara apalagi membela seorang perempuan.

"sial banget aku ketemu manusia kutub, bahaya kalo sampai beku!" rutuk riana kesal.

"FVCK"

riana berlalu pergi lalu berbalik kebelakang memberikan jari tengah pada tiga pria yang sedang mematung kaget mendengar perkataan riana tanpa rasa takut.

Erlangga yang mendengar ucapan riana tersenyum menyeringai dan berlalu pergi meninggalkan kedua teman yang sedang kesal.

"heh! Dasar perempuan gila." Kesal digo karna baru pertama kali ada seorang wanita yang tidak takut pada mereka.

"udah malu masa berantem sama perempuan." tanpa merasa kasian bobby menyeret digo pergi karna melihat Erlangga sudah pergi duluan.

 _ _ _ _ _

Hari mulai sore banyak siswa berhamburan keluar gerbang.

Begitu pula dengan riana yang pergi terburu buru untuk menghindari anisa.

"mau pulang bareng?" panggil jaendra saat riana akan melewatinya.

"gak perlu." ketus riana dengan lirikan tajam dan berlalu pergi.

Kesal karna ditolak jaendra langsung turun dari motornya lalu mengejar naira agar pulang bersama

"tunggu" jaendra langsung menggenggam tangan riana.

"apasih lepas gak." sentak riana

"gak sebelum kamu ikut aku pulang bareng!." paksa jaendra

BUG!

"NAIRA UDAH BILANG LEPAS BANGSAT!"

Erlangga yang melihat Naira kesakitan langsung memukul jaendra.

"Kamu gak apa?" bobby langsung mengecek keadaan riana.

"aku gak apa, padahal barusan mau tak kasih bogem tuh bajingan berani banget pegang tangan aku." riana menggeram, karna memang tidak suka jika anggota tubuhnya ada yang memegang.

melihat kondisi yang tidak memungkinkan jaendra memilih lari dari sana daripada nanti babak belur pikirnya.

"Pulang." suara dingin Erlangga yang memang suka memerintah.

Digo dan anisa yang sedari tadi melongo mencerna situasi entah apa yang terjadi sehingga otak kecil mereka menjadi blak tidak bisa berpikir.

tidak biasanya Erlangga membantu seseorang apalagi ini seorang perempuan dan begitu pula dengan bobby yang anti perempuan kini merasa cemas melihat keadaan riana

"gak apa kan? Ayo pulang aku anterin." perkataan lembut bobby sontak membuat yang lain kaget.

"jawab dong tuh bobby ngajak pulang bareng." bisik anisa

"ayo, sekalian kita ngedate yang udah lama juga gak ngabisin waktu berdua." jawaban riana juga tak kalah membuat teman yang lain kaget.

Sekilas riana melihat sepasang mata menatap tajam dirinya saat sudah duduk dimotor sambil bepegangan pada pinggang bobby. Seperti pasangan muda yang sedang berpacaran.

Seperti yang dijanjikan bobby mengajak riana ke kafe terdekat untuk sedikit bersantai sambil makan.

"gimana keadaan kamu? Aman?" pertanyaan bobby sontak membuat riana terdiam.

riana tersenyum manis tapi menurut bobby itu adalah senyum yang menyeramkan dan menyimpan seribu rahasia.

"cuman itu aja yang mau kamu bicarakan sama aku by?" riana menatap bobby.

"khem! Maaf gak biasa bantu kamu. Tapi sungguh kalo saat itu keadaannya tidak terdesak, aku ingin sekali jadi seseorang untuk tempat kamu bersandar na." lirih bobby. Menggenggam erat sumpit yang dia pegang hingga patah.

"i'm fine by." sambil tersenyum.

"oh yah habis makan langsung anterin aku pulang yah, soalnya takut jadi masalah kalo pulang telat. ucapan riana yang diangguki oleh bobby pertanda setuju.

riana maupun bobby melanjutkan makannya sesekali sambil mengobrol dan tertawa mengingat masa lalu.

"Thank udah nganterin." riana turun dari motor.

"yoi masama kayak sama siapa aja, oh yah btw kapan aku dikenalin sama dia?" bobby yang sangat penasaran.

Kesal mendengar pertanyaan bobby sangat antusias. riana memberikan tatapan tajam, membuat bobby kabur.

Dari atas balkon terdapat seseorang yang sedang memperhatikan riana dari awal pertama datang dengan tatapan tajam.

"hah!" helaan nafas riana yang sangat panjang.

perlahan langkah kaki riana mulai berjalan masuk kedalam rumah dengan raut wajah yang susah untuk dijelaskan.

• hay jangan lupa mampir yah👋

•harap maklum kalo jelek soalnya novel pertama.

2.cerai

TAK TAK TAK

Suara langkah kaki riana terhenti ketika ada berbicara.

"bagus baru pulang." ketus seorang pria yang sedang duduk sofa menunggu kepulangan riana dengan cemas namun menyembunyikannya dengan wajah datar.

Ingin rasanya riana pura-pura tidak mendengar lalu pergi mengabaikan tapi itu semua tidak mungkin. Yang ada nanti seisi rumah rusak dihancurkan.

"hmmm ya ada apa? perlu sesuatu?" ucap riana lelah.

"saking serunya main bersama pria lain sampai melupakan aku yang menunggu dari tadi. Kamu gak liat ini waktu sudah hampir malam riana!" marah karna merasa diabaikan oleh riana.

"oke maaf aku salah. Kamu udah mandi? Belum makan?" perkataan riana sangat lembut membuat pria tersebut luluh dan mengangguk patuh.

" yaudah kamu mandi dulu. Aku mau masak dulu." riana berlalu pergi menuju dapur sambil mengikat rambutnya.

Niat hati pulang ingin mandi lalu langsung beristirahat tapi yah mau bagaimana lagi fikir riana dari pada dia tantrum bahaya seisi rumah hancur.

*GREB

Riana tersentak kaget saat sedang fokus memasak tiba-tiba ada yang memeluknya dari belakang.

"kangen. Kenapa sih mesti pergi sama bobby! Kalian ngapain aja hah!" diserbu pertanyaan menuduh membuat riana kesal juga pada seorang pria yang sedang memeluknya dari belakang.

"jangan mulai Er aku lelah loh!" riana berbalik lalu menyajikan makanan dimeja.

yap laki-laki tersebut adalah Erlangga, tinggal berdua dengan riana karna ada suatu hal yang sulit untuk dijelaskan.

"bilang aja kalo kalian ada hubungan heh! Pacaran mungkin atau bisa jadi melakukan hal lebih.apa kalian sudah dari hotel?" Erlangga duduk dikursi dengan tatapan meremehkan.

*PRANG

Makanan yang berada ditangan riana dilemparkan ke lantai saat hendak menaruh dimeja.

Bagaimana tidak jengkel. Tidak bertanya tapi sudah menuduhnya melakukan hal macam-macam dengan pria lain, sungguh menyala emosi riana menghadapi sikap dan tingkah Erlangga.

terdiam Erlangga melihat riana marah melemparkan makanan yang baru selesai dibuat.

Ada rasa bersalah dalam dirinya tapi gengsi, ego lebih besar merasa benar dengan apa yang diucap.

dengan perasaan bercampur aduk riana lebih memilih berlari pergi kedalam kamar meninggalkan Erlang terduduk diam.

Dari pada berlarut dalam kesedihan yang terus berlanjut riana memutuskan untuk segera mandi agar cepat beristirahat tak lupa juga dia mengunci pintu agar Erlangga tidak masuk kamar.

10 menit kemudian

Riana telah selesai ritual mandinya, nampak fresh. Hilang sudah bau acem dan lengket ditubuh, kini berganti dengan harum sangat wangi seluruh tubuh.

Saking cape nya tidak terasa tubuh memberi sinyal agar segera beristirahat. Sehingga riana tertidur sampai lupa mengeringkan rambut.

Bukan Erlangga namanya tenang satu hari tanpa membuat masalah.

Melihat kamar tidur riana dikunci dan tidak ada suara sama sekali. Mungkin saja riana tertidur pikir Erlangga bebas pergi malam ini.

Apalagi dalam hatinya merasa cemburu melihat riana diantar pulang oleh bobby dan mereka pula kelihatan sangat dekat sampai riana berpegangan pada pinggang bobby.

Menyala sudah cemburu Erlangga namun ditepis sudah perasaan itu karna gengsinya yang sangat tinggi itu.

_ _ _ _

"Lama amat lang tumben?" digo merasa heran karna erlangga tidak pernah telat.

"bacot." sentak Erlangga membuat digo diam tidak ingin juga jadi tempat pelampiasan temannya yang sedang marah.

"tuh cewe kamu nyamperin kesini." kesal bobby langsung menghidupkan motor lalu pergi setelah berbicara seperti itu.

"hai lang udah lama gak ketemu kangen aku gak?" genit amel membuat Erlangga ingin muntah dibuatnya, mana ini bergelayut manja lagi ditangan.

"lepas! Dasar cewe ganjen." marah Erlangga mendorong amel hinga Terjatuh.

"udah udah jangan emosi biarin aja tuh ulat keke jangan diladeni." kasihan juga digo melihat amel menangis.

"KENAPA LO SEMUA BIKIN GUE EMOSI HAH!" teriak marah Erlangga. Membuat yang lain pun ikut diam takut juga apalagi mode ngamuk begini.

Digo juga memilih mundur membawa amel menjauh karna kasihan juga nanti jika terkena pukulan Erlangga walaupun tidak mungkin juga.

waktu terus berlalu hingga tidak terasa sudah tengah malam, banyak anak-anak geng motor yang akan segera melakukan balapan liar.

Disana Erlangga hanya diam menyaksikan karna moodnya sedang ancur.

"kamu lagi ada masalah lang?" tanya digo yang duduk disamping erlangga.

Bukannya menjawab erlangga hanya diam metapa lurus kedepan menyaksikan balapan liar. Malu juga digo bertanya karna temannnya tidak menjawab.

"wiih🔥. lang liat siapa itu yang datang." digo terus menatap riana berjalan mendekat.

Erlangga tidak menjawab ucapan digo dia terus menonton sambil minum alkohol tanpa melihat situasi.

GLEK

digo menelan ludah kasar saat riana berdiri dihadapannya dengan gaya sangat hot, membuat kaum adam panas dingin.

PLAK

Sontak semuanya menjadi kaget bercampur takut saat riana menampar pipi Erlangga tanpa rasa takut.

Yang ditampar akan mengamuk namun sedetik kemudian dia terdiam melihat riana ada dihadapannya.

Riana bersidekap dada didepan Erlangga dengan tatapan nyalang.

"kalo terus seperti ini lebih baik kita cerai." ucapan riana sontak membuat yang lain kaget, dan yang lebih parah erlangga melotot tidak terima.

"CERAI?!"

Ucap yang lain serentak kaget dengan ucapan riana lontarkan pada Erlangga.

Bagaimana tidak kaget nikah saja belum ini sudah mau cerai gimana ceritanya. Semua yang berada disana pun merasa heran.

"GAK AKAN PERNAH." Erlangga mengepalkan tangan erat.

"ad-ada masalah apa ayo du-duduk dulu kita bicarakan baik-baik." gemetar takut digo.

Erlangga sangat marah ketika digo akan memegang tangan riana untuk menenangkan diri.

"KAMU UDAH GAK BUTUH TANGAN DIGO BERANI SEKALI MEMEGANG TANGANNYA?!" Erlangga teriak marah.

digo serta yang lain gemetar menjauh takut mendengar teriakan Erlangga.

"udahlah digo aku gak apa," riana memilih pergi. cape juga jika terus seperti ini.

"RIANA KITA BELUM SELESAI BICARA?!" teriak Erlangga namun tidak digubris oleh sang istri.

3.maaf

Erlangga mematung ketika riana pergi tanpa memperdulikannya.

Padahal biasanya riana selalu membujuknya walau Erlangga salah sekali pun.

riana juga manusia punya rasa lelah terus menerus mengalah dan meminta maaf padahal bukan dirinya yang bersalah.

Erlangga pun berlari mengejar riana yang sudah menjauh dari pandangan.

namun nihil keberadaan riana hilang dalam sekejap mata.

baru sekarang Erlangga merasakan keresahan yang selama ini dirasakan riana saat bersama dirinya.

Kalau saja riana tidak membutuhkan perlindungan keluarga Erlangga maka dari awal sudah menyerah. Dengan rumah tangga yang lumayan sedikit lama mereka bina.

riana lebih memilih pulang ke hotel dari pada rumah, karna sudah pasti Erlangga pasti mengejar, apalagi pasti sedang mengamuk tidak terima jika diceraikan riana.

padahal dari pada bersama tapi tersiksa lebih baik mereka berpisah secara baik-baik.

Apalagi pernikahan mereka berdua bukan karna di dasari cinta. Sudah pasti ujung-ujungnya bakal berpisah entah secara baik atau buruk, menunggu waktu berjalan.

_ _ _ _ _

Sangat sakit yang riana rasakan saat melontarkan kata kata seperti itu pada Erlangga mana lagi banyak orang disana tanpa riana sadari.

Kepalang malu riana langsung memilih kabur ke hotel dari pada dicerca banyak pertanyaan.

tidak terasa tangan riana menyentuh ponsel untuk melakukan panggilan telpon pada sang bunda yang amat dirindukan, riana terpaksa terpisah jauh dari bunda. Untuk melindunginya.

["ada apa sayang? kok lesu begitu suaranya?"] ucap yuna khawatir pada sang anak.

["bun, kapan pulang aku kangen."] lirih riana.

["maaf sayang bunda belum bisa pulang disini banyak banget pekerjaan yang harus diurus."] naya merasa bersalah pada sang anak, karna baru sekarang mereka berpisah lama.

Riana mengerti keadaan bunda yang terpaksa banting tulang dari dulu untuk dirinya, ingin rasanya riana berbicara tentang kesedihan dan rumah tangga yang dijalaninya tapi dia memilih mengurungkan niat tersebut.

Melihat riana terdiam murung tidak seperti biasa. naya menyimpulkan pasti ada masalah dengan Erlangga. Apalagi mengingat saat dulu mereka akan menikah Erlangga mati-matian menolak pernikahan mereka padahal itu semua hanya formalitas saja.

["kamu lagi ada masalah sayang? Gimana perlakuan Erlangga gak kasarkan sama kamu?"] cemas naya pada sang anak.

["gak kok bun, aku cuman lagi kangen kalian aja."] senyum riana tidak ingin bunda cemas.

["bunda gak bisa telpon lama-lama. maaf yah sayang, nanti bunda hubungin lagi kalo sudah senggang."] naya mematikan telpon setelah persetujuan sang anak.

"apa aku pulang aja yah."gumam riana agak khawatir juga .

Mengingat Erlangga sedang mabuk, takut juga jika Orang tua Erlangga tiba-tiba kerumah dan melihat keadaan anaknya yang acak-acakan.

tanpa banyak berpikir riana mengambil tas untuk segera pulang.

Baru hendak akan melangkah keluar memegang pintu kamar tiba-tiba hp riana berdering.

"kan, apa kata aku juga."

apa yang riana takutkan pun terjadi. Ibu Erlangga mengirimkan pesan pada Naira, untuk segera pulang.

Perasaan riana kian berkecamuk takut, melihat sikap papah dan mamah Erlangga sangat keras.

_ _ _ _ _

PLAK

riana mematung, begitu sampai rumah dia melihat Erlangga yang sedang ditampar oleh papahnya.

"PAH, STOP." naira berlari langsung memeluk Erlangga terduduk kesakitan.

"naira dari mana aja kamu sayang? Apa erlangga bikin masalah lagi." ucap mila mamah erlangga.

"EMANG GAK TAU DIUNTUNG ANAK SATU INI SELALU SAJA BIKIN MASALAH?!" emosi papah aryo yang terus memarahi Erlangga.

Riana yang mendengar ucapan yang dilontarkan papah aryo. Membuat dadanya sesak, sesakit ini kah yang selalu dirasan erlangga.

"pah maaf jika aku ikut campur tapi ini semua bukan salah kak Er, kalo aja aku gak ngajak ribut, keadaan kak Er gak bakal kayak gini." sungguh riana sangat sakit melihat erlangga yang duduk terdiam dengan tatapan kosong.

Mendengar perkataan riana aryo maupun mila terdiam saling lirik, ternyata mereka terlalu ikut campur bahkan tanpa segan menampar dan memarahi erlangga.

"khem. Ya sudah kalo seperti itu papah sama mamah pulang dulu." tanpa rasa bersalah aryo pergi.

Meli hanya terdiam menggelengkan kepala melihat kelakuan suaminya bukannya minta maaf malah langsung pergi.

"Er maafin papah yah dia takut jika kamu terus seperti ini, bagaimana nanti dengan masa depan kamu apalagi kamu punya tanggung jawab." meli berkata lembut sambil mengusap kepala sang anak.

"riana kami minta maaf atas semua perlakuan erlangga yang bikin kamu sakit hati. mamah tau kamu pergi bukan tanpa sebab, pasti ada sesuatu yang erlangga buat sehingga kamu sakit hati." ucap mila mengelus tangan menantunya.

"iya mah aku ngerti, maaf bikin kalian khawatir." jawab riana.

"sebenarnya kami baru sampai langsung kesini atas permintaan papah karna rindu dengan kalian berdua tapi ya sudahlah, mamah pulang dulu." setelah selesai berbicara meli pun langsung pergi.

"jangan pergi maaf hiks." pecah tangis erlangga dipelukan riana.

"iya iya maaf yang udah cup cup jangan nangis."mengusap air mata di pipi erlangga lembut.

"jangan minta cerai, maaf." erlangga mendongkak menatap riana dengan air mata terus mengalir.

"aigo kiyowo." mencubit kedua pipi erlangga.

"ayo bangun istirahat dikamar. udah malam." bujuk riana lembut agar sang suami beristirahat dikamar.

Mungkin efek mabuk Erlangga bersikap manja pada riana. apalagi tadi menangis seperti anak kecil, mana ini menurut pula saat disuruh pindah ke kamar dari pada duduk dilantai.

Hilang sudah amarah dan rasa kesal riana pada Erlangga, apalagi tingkahnya sangat menggemaskan.

Dari luar aryo dan mila tidak langsung pulang mereka sengaja menunggu didepan pintu sambil mengintip.

"syukurlah erlangga menerima keberadaan riana. Untungnya mereka berdua saling menerima sekarang." lega aryo.

"papah sih main tampar aja liat kasiankan erlangga, mana gak minta maaf lagi!" sewot mila. Membuat aryo cengengesan.

aryo akui bahwa dia salah seharusnya minta maaf pada sang anak namun gengsi sebagai orang tua lebih besar jadi memilih pergi daripada malu meminta maaf.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!