NovelToon NovelToon

Ketika Dunia Kita Berbeda

BAB 1:Terima kasih di tengah bahaya

"Kenapa mbak?"

Andre melihat ada seorang gadis yang sedang mondar-mandir di samping mobilnya

"Ini mas mobilku tiba-tiba nggak bisa nyala" jawabnya cemas

"Coba saya lihat ya mbak"

Andre langsung mendekati mobil wanita itu dan mencoba memeriksa permasalahannya ,tidak butuh waktu lama andre sudah menemukan permasalahannya

"ohh ini mesinnya mbak"

"Butuh berapa lama ya mas untuk benerinnya?" Tanya wanita itu.

"Agak butuh waktu lama sih mbak tapi coba saya perbaiki dulu ya"

"baiklah mas"

Beberapa menit kemudian, akhirnya mobil yang diperbaiki telah kembali normal.

"Oke sudah selesai mbak coba di nyalain"

"Oke mas"

setelah di coba di starter akhirnya mobil tersebut berhasil dinyalakan.

"Terima kasih ya mas"

"Sama-sama mbak"

"Berapa biayanya mas?"

"Tidak apa-apa mbak saya ikhlas membantu"

"Baiklah.... terimakasih ya mas sudah membantu saya"

"Ngomong-ngomong namanya mas siapa?"

"Namaku andre"

"Kalau saya fanda"

"Oke saya pamit dulu ya mbak fanda"

"Iya, sekali lagi saya benar-benar berterima kasih kepada mas andre"

"Iya mbak sama-sama,saya pergi dulu ya mbak"

dalam hati fanda

"pria itu selain ganteng baik pula"

Tiga minggu telah berlalu,sudah pukul delapan malam fanda belum pulang dari kantornya karena ada pekerjaan yang harus di selesaikan hari ini,karena besok dia akan rapat dengan investornya.

"Fan kamu belum selesai "tanya temannya sekaligus merangkap menjadi  sekertarisnya,

"bentar lagi indah,kamu pulang aja duluan"

"Maaf yah fan ngga bisa nemenin soalnya udah ada janji sama pacarku"

"Oke beb ngga apa-apa,ya udah pulang sana"

"Oke deh bye"

Sekitar pukul sembilan malam fanda pulang dari kantornya.di perjalanan saat melewati jalan yang sepi tiba tiba dia di cegat oleh sekelompok orang.ada empat orang yang mengendarai motor yang mencegatnya

"Turun Lo"

mereka menghancurkan spion mobil fanda, di dalam mobil fanda sudah panik dan tidak tau harus berbuat apa. saat fanda berniat membuka kaca mobilnya Tiba-tiba ada seorang pria mengenakan hoodie yang menendang salah seorang dari begal tersebut.

"Kalian nggak ada kapok-kapoknya yah" gumam pria itu

"Eh... bang andre,ayo cabut cabut" salah satu begal berteriak.

Mereka berempat dengan cepat menaiki kendaraan mereka dan langsung pergi melarikan diri.

Fanda tertegun. Begal itu tampak ketakutan, ternyata mereka pernah mencoba membegal Andre dulu dan mereka kalah, sehingga tahu siapa yang tidak boleh diganggu.

Setelah merasa aman fanda turun dari mobilnya.

"Terima kasih yah mas atas pertolongannya, kalau nggak ada mas mungkin aku udah nggak tau jadi apa" ucapnya gemetar

"Iya sama sama.... kayaknya kita pernah ketemu, tapi di mana yah?.. Oh iya benar mbak kan yang waktu itu mobilnya rusak kan?"

"Mas yang nolongin saya waktu itu yah?nama mas andre kan?"

"Oh Iya.... nama mbak fanda kan?"

"Iya...,aduh maaf yah mas selalu merepotkan"

"Ngga apa-apa, namanya juga musibah"

"Sebagai ucapan terimakasih, bagaimana kalau saya traktir makan mas Andre?"

"Memangnya nggak apa-apa?"

"Iya nggak apa-apa,kan sebagai ucapan terimakasih."

Sepanjang perjalanan menuju rumah makan, Fanda terus mengucapkan terima kasih karena sudah dua kali diselamatkan oleh Andre. Di meja makan mereka ngobrol santai.

"Ngomong ngomong kenapa mbak pulang udah larut begini dan juga nggak ada yang nemenin, bahaya loh mbak"

"Iya mas, aku masih ada pekerjaan penting yang harus diselesaikan hari ini, jadi terlambat pulangnya"

"Minimal bawah supir mbak,bahaya cewek jalan sendirian"

"Iya mas..,sebenarnya aku udah mau cari sopir, tapi selalu saja lupa hehehe"

Gimana kalau aku yang jadi sopirnya?”

tanya Andre, berani mengajukan karena sedang cari kerja. Gajinya di tempat lama tak cukup untuk kebutuhan sehari-hari.

Fanda terkejut, lalu tersenyum.

“Mau? Kalau begitu, Mas Andre mulai kerja besok ya. Jam tujuh datang saja ke rumah. Ini alamatnya.” Ia menuliskan alamat.

"Oke mbak terima kasih banyak"

Keesokan harinya pukul tujuh tepat andre sudah tiba di depan gerbang rumah Mega fanda.

"Gila ini rumah apa istana besar banget" gumamnya takjub.

Andre terpanah melihat rumahnya putri yang besar,Tanpa berlama-lama Andre langsung menekan bel.tak lama ada seorang ibu-ibu yang datang menghampirinya.

"Mau cari siapa pak?"pembantunya fanda bertanya kepada andre.

"Mau bertemu ibu fanda buk,saya supir barunya Bu fanda"

"Ohh ayo masuk pak, silakan duduk mau minum teh atau kopi?"

"Kopi saja bu"sambil menunggu, Andre hanya planga-plongo melihat rumah yang super besar..

Sekitaran 15 menitan Andre menunggu,akhirnya yang di tunggu Andre sudah muncul.

"Maaf yah lama nunggu nya"

"Nggak kok mbak"

"Yuk kita berangkat"

"Ayo mbak"

Di perjalanan Andre membuka percakapan agar mencairkan suasana

"Dimana bapak dan ibu mbak fanda"

"Ayah dan ibu saya ada di luar negeri"

"Udah lama di luar negeri bapak sama ibunya?"

"Udah setahun lebih mereka disana, selain soal pekerjaan, mereka juga merasa nyaman tinggal di sana.

Selama di perjalanan Andre mendengar curhatan dari fanda. tak terasa perjalan yang memakan waktu lima puluh menitan itu akhirnya tiba..

“Saya izin keluar dulu, mau ke tempat kerja saya. Saya mau mengurus pengunduran diri dari pekerjaan lama,” kata Andre.

“Oh, silakan. Bawa mobilnya aja. Nanti jam makan siang balik lagi, ya. Aku mau keluar sebentar,” jawab Fanda.

"siap mbak"

Saat masuk ke dalam kantor, semua memberi salam kepada fanda ,karena dialah pemilik perusahaan WIJAYA GROUP setelah ayahnya menyerahkan perusahaan itu kepada dia..

"Tumben di antar supir nih,mana ganteng lagi supirnya" bisik sekertaris nya

"Iya..., kemarin aku hampir di begal" kata fanda

"WHATTT.." sekertaris nya terkejut

"untung aja ada dia yang nolongin,sebagai balas Budi gua angkat aja dia jadi sopir."

"Tapi kamu ngga kenapa-kenapa kan"

"Nggak lah"

"Fan aku mau ngomong sesuatu sama kamu"

"Nanti di ruangan kamu aja"

Saat mereka tiba di ruang fanda yang berada di lantai sepuluh, mereka berdua langsung membicarakan apa yang mau di omongin oleh indah.

"Kamu mau ngomong apa ndah?"

"Waktu aku kemarin lagi di kafe,nggak sengaja aku liat pacar kamu lagi gandengan sama cewek lain, ini buktinya"

sambil menunjukan foto di hpnya.

betapa terkejutnya fanda melihat kekasihnya yang bernama zul sedang menggandeng cewek lain.

"Aku harus telepon dia"sambil menahan emosinya,fanda langsung mengambil handphonenya di dalam tas.

"Menurut ku jangan deh,mendingan kita cari cara agar dia tertangkap basah dengan selingkuhannya"

"Kalau cuma di tanya lewat telepon pasti dia punya alasan untuk mengelak"

"Terus gimana indah aku sudah nggak tahan mau tanya langsung ke laki-laki keparat itu"

"Terserah kamu deh"

" Aku harus telfon dia"

Fanda menekan nomornya

Tuuutttttt...tuutttt......

"Halo zul kamu di mana sekarang?"dengan suara yang penuh dengan amarah

"Sayang kok kamu sudah nggak panggil aku sayang lagi?"

"Nggak usah banyak bacot,Aku mau ketemu sama kamu pukul dua belas siang ini, di kafe yang ada di Deket kantor aku"

"Baik sayang aku akan kesana" jawab zul

BAB 2: antara bos dan sopirnya

Fanda langsung mematikan telfonnya.

saat ini fanda tidak dalam emosi yang baik setiap kesalahan kecil dari karyawannya selalu di marahi olehnya.

Di tempat lain, Wawan tiba di tempat dulu dia bekerja.

"Selamat pagi pak"

"Pagi..eh andre kok kamu terlambat,untung aja belum ada pelanggan dari tadi."

"Begini pak saya mau bilang kalau saya mau berhenti kerja pak."

"Oh... emang kamu udah dapat kerjaan lain?" Tanya bosnya

"Sudah pak, saya sekarang udah kerja jadi sopir pak" jawab Andre

"Oh pantesan kamu datang bawa mobil bagus,ya udah deh nggak apa-apa."

"Terima kasih banyak yah pak udah Nerima saya kerja di sini."

"Iya Andre, saya juga senang kamu sudah dapat pekerjaan yang lebih baik."

"Ya sudah pak, saya pamit dulu."

"Iya hati hati yah,kalau kamu nggak betah di tempat kerja baru mu, kamu bisa balik lagi,bapak selalu Nerima kamu."

"terima kasih banyak pak,saya pergi dulu ya assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Tepat pukul dua belas Wawan sudah tiba di kantor bosnya, tak lama fanda turun dari lantai sepuluh untuk menuju ke ruangan security untuk mencari sopir nya itu.

"Mas Andre antar saya ke kafe Bolton sekarang"

"Siap mbak"

Sementara itu, Zul sudah tiba lebih dulu di kafe tersebut ia gelisah, dan bertanya-tanya apa fanda sudah mengetahui hubungannya dengan berta

"Apakah fanda sudah tahu semuanya?,tapi gue nggak bisa mutusin si berta, selain dia kaya, dia juga bisa kasih apa yang fanda nggak bisa kasih ke saya selama ini,intinya gue harus pertahanin keduanya,dan gue harus cepat-cepat mendapatkan tubuhnya si fanda, agar dia sudah tidak bisa meninggalkan gue lagi..

Tidak berselang lama, fanda pun tiba di kafe tersebut dan langsung menuju meja tempat zul duduk.

tanpa aba-aba

PLAAAAAAKK....

Zul terkejut.

"kok kamu nampar aku sayang?"

"Kamu benar benar ya zul,mulai sekarang kita PUTUS.

"Kenapa putus apa alasannya?"

"Jangan pura pura bego deh kamu ini buktinya" sambil menunjukan foto yang di berikan indah tadi.

Zul jadi langsung gugup melihat foto itu

"Itu..itu saudara aku fan, dia baru pulang dari Amerika."

"Memangnya ada yah saudara sampai di cium begitu,di tempat umum lagi."tanya fanda dengan penuh emosi

"Yah kan dia..."

Belum selesai zul bicara langsung di potong oleh fanda

"Pokonya aku ngga mau tau, kita PUTUS"

Fanda pergi, tanpa melihat ke arah zul yang tak menyangka bahwa hubungannya dengan fanda berakhir.

"Aku nggak akan lepasin kamu fan ,tunggu saja aku akan buat kamu kembali ke pelukanku lagi fanda Wijaya.

Di perjalanan kembali ke kantor fanda terlihat menetaskan air mata.karena merasa iba Andre coba menenangkannya.

"Nggak usah di pikir mbak fanda, kan mbak cantik, CEO pula, laki laki mana sih yang nggak mau sama mbak fanda, pasti banyak yang ngantri"

"Aku tuh paling nggak bisa kalau di sakitin begini, kalau putusnya baik baik, pasti aku Nerima, tapi ini aku di selingkuhi, padahal dia udah janji mau nikahi aku tahun depan" sambil menangis putri menjelaskan

"Yang sabar mbak,udah bagus ketahuannya dari sekarang, coba kalau udah nikah pasti lebih ruwet lagi masalahnya."

"Iya mas aku sangat bersyukur ketahuannya sekarang"sambil mengusap matanya dengan tisu fanda berusaha tegar

"Kita mau ke kantor atau mau pulang aja mbak?"

"Ke kantor dulu deh mas aku masih harus ketemu sama klien"

"Siap Bu bos,jadi jangan sedih lagi yah, nanti sepulang dari kantor kita jalan-jalan aja dulu, sambil nenangin pikiran"

Fanda hanya mengangguk sambil tersenyum.

Waktu sudah menunjukan pukul lima sore, itu tandanya sudah tiba jam pulang kantor. di perjalanan fanda dan andre berbicara sudah layaknya teman, tanpa memperdulikan statusnya Andre adalah sopir, dan juga fanda sudah bisa melupakan kejadian tadi siang dengan mantan pacarnya.

Setelah beberapa saat hening tiba-tiba fanda membuka kembali percakapan

"Mas Andre mau bantu aku nggak?"

"Bantu apa mbak?"tanya Andre

"Begini...jadi besok aku ada undangan makan malam, sekaligus acara ulang tahun dari klien aku. sebenarnya bukan cuma aku sendiri tapi semua CEO pasti datang kesana, ada satu hal yang jadi masalah mas, di sana pasti ada Zul, pasti dia nggak akan berhenti ganggu aku,jadi aku mau minta tolong mas nemenin aku"

"Baiklah mbak, tapi kenapa mbak nggak ajak si indah saja?"

"Indah lagi sibuk nyiapin acara pernikahannya"

"Oh mba indah mau nikah yah,kapan nikahnya mbak?"

"Tiga bulan depan"

"Oh.... oke deh mbak nanti aku yang temenin mbak ke acaranya"

Ke esokan harinya setelah istirahat makan siang, fanda mencari keberadaan Andre di lantai dasar.

"Mas Andre ikut saya yuk"

Andre terkejut tiba-tiba fanda langsung masuk ke ruangan security yang di dalamnya ada dia dan bapak security yang sedang istirahat.

"Kemana mbak?"tanya andre

"Ke mall"jawabnya singkat

"Mbak mau belanja?"

"Iya,sekalian cari pakaian untuk mas Andre buat acara nanti malam"

"Ngga usah deh mbak,jadi ngerepotin aja"

"Nggak apa-apa, ayo kita pergi"

Andre nggak bisa melawan karena ini perkataan bosnya. hampir dua jam mereka memutari mall yang berada di tengah-tengah pusat kota itu. setelah selesai berbelanja mereka langsung kembali ke kantor.

sesampainya di kantor indah langsung menanyai fanda kalau benar dia akan mengajak sopirnya itu.

"Fan Lo beneran mau ke acara ngajak si andre"

"Iya emangnya kenapa?"

"Nggak apa apa sih", sambil senyum-senyum indah melanjutkan perkataannya

Gua lihat liat lu naksir ya sama si Andre"

Fanda tiba-tiba langsung tersipu,tapi cepat-cepat dia berusaha menghilangkan rasa malunya itu.

"Nggak lah masa gue naksir sama sopir. Lo ada-ada aja, gue tu ngajak dia supaya ada yang lindungi gue dari si zul, lu tau kan sampai sekarang aja di nggak berhenti chat dan telfon gue"

"iya-iya tau, tapi kalau Lo jadian sama si Andre nggak apa-apa sih, soalnya kan dia ganteng, baik, murah senyum lagi, coba aja gue belum mau nikah, udah gua pacari tu si Andre" indah kembali mencoba menggoda fanda

"Astaga pikiran lo itu indah Wahyuni, gue laporin lu sama si Brian"

"Heheh bercanda Bu CEO"

"sana lu kerja lagi,nih berkas lu periksa lagi"

"Siap Bu"

Dalam hati fanda (ada-ada aja si indah, masa gue jatuh cinta sama si Andre, tapi dia emang ganteng sih....)sambil senyum-senyum fanda berbicara dalam hati.

Saat di jalan pulang fanda mengatakan sesuatu  kepada Andre.

"Mas Andre kita nggak usah kerumah yah langsung aja kesana"

"Tapi kita belum ganti pakaian mbak"

"Di dekat sana ada apartemen aku, kita ganti bajunya di sana aja"

"Ohh oke mbak siap"

Mobil melaju dengan kecepatan sedang menuju ke apartemen fanda.

Setelah tiba di apartemen

"mas ganti pakaiannya di kamar itu aja aku di sebelahnya"

"oke mbak"

Sekitaran dua peluh menitan mereka sudah selesai berganti pakaian, Andre memakai kemeja lengan panjang yang berwarna hitam sedangkan fanda menggunakan dress panjang yang juga berwarna hitam, mereka tampak serasi dengan pakaian itu...

Setelah itu mereka berdua langsung menuju ke tempat acara yang hanya butuh waktu lima menit untuk menuju ke tempat itu.

saat tiba di sana zul melihat fanda berjalan dengan pria lain, dia bertanya -tanya siapa pria itu, apakah itu pacar barunya, (kali ini rencana gue harus berhasil, tunggu aja kamu fanda, sebentar lagi aku akan menikmati tubuh Indahmu itu).

Saat acara makan malam di mulai, fanda melihat ternyata benar zul datang juga ke acara tersebut, Zul adalah CEO di perusahan bapaknya, perusaahannya tidak terlalu besar, beda dengan perusahaannya si fanda yang terbesar di kota tersebut..

BAB 3: Malam yang penuh kejutan

Saat di perjalanan turun, Fanda mulai merasa pusing dan badannya terasa panas. Dalam hati ia bergumam,

“Kenapa aku pusing begini ya?”

Tubuhnya semakin lemas dan langkahnya mulai goyah.

Zul, yang sedari tadi menemaninya, melihat kondisi itu. Ia dengan cepat menggenggam tangan Fanda, seolah ingin membantunya berdiri tegak. Namun bukannya membawa Fanda ke mobilnya sendiri, Zul justru menarik Fanda menuju mobil miliknya.

Beruntung, Andre yang berada di dalam mobil Fanda melihat kejadian itu. Ia langsung keluar dan berlari ke arah mereka.

“Hey! Mau dibawa ke mana nona Fanda?” serunya dengan nada tegas.

Zul menatapnya tajam.

“Siapa kamu?”

“Aku temannya Fanda,” balas Andre, menahan emosi.

“Aku nggak ada urusan sama kamu. Aku mau bawa Fanda pulang, aku ini pacarnya. Kamu bukan siapa-siapa.”

Andre sempat terdiam, bingung harus berbuat apa. Tapi dari genggaman Zul, Fanda mencoba bersuara lemah,

“Mas... Andre... tolong aku...”

Tanpa pikir panjang, Andre langsung melayangkan pukulan keras ke wajah Zul.

Phuuukkk!

Suara hantaman itu membuat Zul terhempas ke tanah. Andre segera membopong Fanda menuju mobilnya dan membawanya pergi dari sana.

Zul yang tersungkur di tanah menggertakkan giginya.

“Sial! Rencanaku gagal gara-gara pria itu. Tunggu saja... akan kubalas semuanya!”

Dalam perjalanan pulang, Andre menatap Fanda yang bersandar lemah di kursi penumpang.

“Mbak Fanda nggak apa-apa?” tanyanya khawatir.

“Kepalaku pusing... badanku panas...” jawab Fanda lirih.

“Kalau begitu, aku bawa ke rumah sakit aja ya?”

“Nggak usah... ke apartemenku saja,” ujarnya pelan.

Setiba di lobi apartemen, Andre tanpa pikir panjang menggendong Fanda menuju kamarnya. Saat tiba di kamar, Fanda tiba-tiba menarik tubuh Andre. Andre terkejut.

“Mbak Fanda, kenapa ini?”

“Mas... tolong aku... aku merasa aneh, tubuhku nggak enak sekali.”

Andre bingung harus berbuat apa.

“Saya harus gimana, Mbak?” tanyanya.

Fanda menatapnya dengan mata berair, menahan gelisah dan rasa tak terkendali.

“Mas... aku nggak tahu kenapa... tapi aku merasa aneh. Tubuhku seperti nggak bisa aku kendalikan. Ini pasti ulah Zul…” katanya sambil terisak.

Andre melihatnya dengan rasa iba. Ia tahu Fanda sedang tidak sepenuhnya sadar, tapi rasa iba dan bingung membuatnya sulit berpikir jernih.

Fanda masih memegangi dadanya, napasnya berat.

“Mas… aku benar-benar nggak tahu kenapa tubuhku terasa panas seperti terbakar” ucapnya lirih, matanya mulai berkaca-kaca.

Andre menatapnya dengan cemas. “Tenang, aku di sini. Tarik napas pelan, ya.”

Namun Fanda justru semakin gelisah. Tangannya refleks meraih lengan Andre, menahannya agar tak menjauh.

“Mas jangan pergi... aku takut,” katanya pelan, hampir berbisik.

Andre terdiam. Ia bisa merasakan suhu tubuh Fanda yang semakin tinggi, wajahnya memerah, dan matanya bergetar menahan sesuatu yang tak bisa dijelaskan.

“Mas... tolong aku...” suaranya begitu lemah, nyaris seperti rengekan.

Andre menggenggam tangan Fanda, berusaha menenangkan.

“Aku di sini mbak. Aku nggak akan ninggalin kamu,” ucapnya lembut.

Sesaat mata mereka bertemu ada kebingungan, ada perasaan yang selama ini mungkin tak disadari. Dalam diam, jarak di antara mereka semakin mendekat.

Fanda menatap Andre dengan tatapan memohon, dan tanpa sadar fanda menariknya ke dalam pelukan.

Andre sempat terkejut, tapi tak kuasa menolak. Yang awalnya hanya dorongan emosi berubah menjadi kehangatan, bukan karena nafsu semata, tapi karena keinginan untuk menenangkan.

Suara hujan di luar jendela menambah keheningan malam itu. Andre memeluknya perlahan, mencoba memberi rasa aman, sementara Fanda menyandarkan diri di dadanya, air matanya masih menetes.

Waktu berjalan perlahan… hingga akhirnya, kelelahan membuat keduanya terlelap dalam suasana tenang dan penuh kehangatan.

matahari pagi mulai menembus tirai jendela apartemen itu. Fanda terbangun perlahan, matanya terasa berat. Saat menyadari dirinya tertidur di pelukan Andre, wajahnya langsung memucat.

Ia menatap ke arah tempat tidur yang berantakan, lalu cepat-cepat menyingkir, bangkit dan menuju kamar mandi dengan langkah tergesa. Air di wastafel ia cipratkan ke wajah, mencoba menenangkan diri, tapi bayangan semalam masih terus menghantui pikirannya.

Dari tempat tidur, Andre mulai tersadar. Tatapannya kosong sesaat sebelum akhirnya ia sadar Fanda sudah tidak ada di sebelahnya. Ketika melihat kondisi kamar yang berantakan, tubuhnya menegang.

‘Astaga… apa yang sudah terjadi semalam?’

Dengan panik, Andre segera berdiri dan mengetuk pintu kamar mandi.

“Mbak… Fanda, kamu nggak apa-apa?”

Dari dalam terdengar suara lirih,

“Iya, Mas Andre… aku nggak apa-apa. Tunggu sebentar, ya.”

Beberapa menit kemudian, Fanda keluar mengenakan pakaian bersih, wajahnya terlihat lelah tapi sudah lebih tenang. Ia duduk di sofa, menatap lantai tanpa berkata apa-apa. Andre perlahan duduk di sebelahnya.

“Mbak… aku minta maaf. Aku nggak tahu kenapa semua bisa terjadi seperti ini,” ucap Andre lirih.

Fanda menggeleng pelan.

“Bukan salah kamu, Mas. Aku tahu... aku juga nggak bisa mengendalikan diri waktu itu. Pasti ini efek dari apa yang dilakukan Zul…” suaranya bergetar.

Andre hanya menatapnya dengan penuh rasa bersalah. Ia ingin bicara, tapi tak tahu harus memulai dari mana.

Setelah lama diam, Fanda perlahan bersandar ke bahu Andre.

“Mas Andre… kalau ternyata kita harus menanggung akibat dari malam itu, kamu masih mau tanggung jawab?” tanyanya pelan.

Andre menatapnya, lalu mengangguk mantap.

“Iya, aku akan tanggung jawab. Aku nggak akan ninggalin kamu,” ucapnya dengan lembut sambil mengelus kepala Fanda.

Fanda tersenyum tipis, seolah sedikit lega. “Kalau begitu… mulai sekarang kamu bukan cuma supirku lagi, ya. Aku mau kamu jadi manajer pribadiku,” ujarnya sambil tersenyum kecil.

Andre menatapnya bingung.

“Jangan, Mbak. Aku nggak masalah tetap jadi supir, aku nggak punya bakat di kantor.”

“Ya sudah, terserah kamu aja. Yang penting kamu nyaman.”

Beberapa detik hening. Lalu Fanda menatapnya lagi, kali ini dengan tatapan hangat.

“Mas… terus hubungan kita sekarang apa?”

Andre terdiam sebentar, lalu menjawab, “Maunya kamu apa?”

“Maunya... pasangan suami istri,” jawab Fanda sambil tersenyum kecil dan menunduk malu.

Andre tersenyum, menepuk lembut tangan Fanda.

“Aku nggak mau ngebebanin kamu. Aku kumpulin uang dulu ya, baru aku datang ke orang tuamu.”

“Aku siap nunggu, Mas,” balas Fanda.

“Berarti kita udah pacaran dong?” Andre tersenyum sambil mengelus rambutnya.

“Iya....Kalau begitu, jangan panggil aku ‘Mbak’ lagi.”

“Terus mau dipanggil apa?”

“Panggil aja… sayang.”

Andre terkekeh pelan.

“Oke, sayang.”

Fanda tersenyum bahagia.

“Gitu dong, enak didengar.”

“Sayang, kamu nggak masuk kerja hari ini?” tanya Andre.

“Aku masuk, Sayang.”

“Kalau gitu, sana ganti baju. Habis itu kita langsung berangkat.”

Selama di perjalanan menuju kantor, Fanda terus bersikap manja pada pacar barunya itu. Meski mereka berbeda kasta, tapi rasa cinta di antara mereka terasa begitu nyata.

“Sayang, aku masuk duluan ya,” ucap Fanda begitu sampai di kantor.

“Iya, Sayangku,” jawab Andre dengan senyum lebar.

Sekretarisnya Indah, yang melihat perubahan sikap Fanda, langsung penasaran.

“Tumben bahagia banget, kayak dapet lotre aja. Cerita dong,” godanya.

“Ada deh, nanti juga kamu tahu,” jawab Fanda sambil tersenyum simpul.

“Wah, udah main rahasia-rahasiaan nih,”

ujar Indah sambil tertawa kecil.

“Wleee~” Fanda menjulurkan lidah lalu masuk ke ruang kerjanya.

Baru dua jam di dalam ruangan, Fanda sudah mulai gelisah. Ia menatap ponselnya berkali-kali.

“ Lagi apa ya Mas Andre? Apa kuhubungi aja?” batinnya.

Tuutttt… tuutttt…

“Halo, Sayang, lagi apa?” tanya Fanda manja.

“Ini lagi ngopi bareng satpam, Sayang. Kenapa?” jawab Andre.

“Aku kangen nih. Masuk dong ke ruanganku.”

“Emangnya nggak apa-apa?”

“Nggak apa-apa kok.”

“Baiklah, aku ke sana, Sayang.”

Andre segera menuju ruangan bosnya, yang kini juga kekasihnya.

Di lobi kantor, Indah berpapasan dengannya.

“Mau ke mana, Mas Andre?” tanyanya penasaran.

“Saya mau ke ruang Bu Fanda.”

“Mau dianterin nggak?”

“Nggak usah, Mbak. Saya bisa sendiri.”

Begitu sampai di depan ruangan, Andre mendengar suara Fanda sedang memarahi karyawan-karyawannya.

“Kalian kerja kayak gini aja nggak becus! Mau saya pecat semua, hah?”

“Tolong jangan pecat kami, Bu,” pinta salah satu dengan wajah takut.

“Kalau hari ini belum selesai, lebih baik kalian urus surat pengunduran diri!”

“Baik, Bu. Kami akan segera memperbaikinya.”

“Cepat keluar! Kalian bikin hari aku jadi buruk!”

Begitu karyawan itu keluar, Andre berdiri ragu di depan pintu.

“Duh, apa aku masuk sekarang ya? Tapi kalau nggak, nanti Fanda marah lagi. Ah, masuk aja deh.”

Andre mengetuk pintu pelan.

“Selamat siang, Bu Fanda.”

Wajah Fanda yang tadi tegang langsung berubah cerah begitu melihat Andre.

“Sayang!” serunya sambil setengah berlari memeluk Andre.

Andre tersenyum menatapnya.

“Kenapa kamu cemberut gitu?”

“Ini gara-gara karyawan-karyawan itu, bikin kerjaanku berantakan.”

“Yang sabar ya, Sayang,” jawab Andre sambil memeluknya dan merapikan rambut Fanda.

Mereka berdua larut dalam pelukan, tapi tiba-tiba pintu terbuka. Indah berdiri di sana,matanya membulat kaget melihat pemandangan itu.

Dengan cepat, Fanda dan Andre melepaskan pelukan dan berpura-pura seperti tak terjadi apa-apa, padahal keduanya tahu… rahasia itu sudah terlihat jelas oleh Indah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!