“Tari,,, Mentari,,,”
Suara seseorang yang memanggil nama Mentari. Gadis itu kini tengah berada disebuah lapangan yang tidak jauh dari rumahnya,, Mentari hanya ingin menenangkan fikirannya sejenak seraya menggerakkan kuas yang berada di tangannya kekiri dan kekanan. Dan hal itu pasti dia lakukan setiap sore sampai menjelang senja magrib.
Seperti dengan namanya Mentari Senja, dirinya sangat menyukai suasana saat menjelang magrib, karena dia dapat melihat indahnya langit orange kemerahan diujung langit.
“Iya tehh,, Mentari ada disini” ucap Mentari pada Arumi kakak tertuanya.
“Kamu dari tadi teteh cariin” ucap Arumi pada adiknya itu.
“Kenapa teh ?” tanya Mentari yang melihat raut wajah cemas tetehnya.
“Ayah tari,, ayah penyakitnya kambuh lagi” ucap Arumi dengan nada khawatir.
“Ayah,,” ucap Mentari membulatkan matanya karena terkejut mendengar ucapan sang teteh. Kuas yang berada ditangannya pun langsung terjatuh.
Padahal tadi, sebelum dirinya pergi ke tempat ini,, ayahnya baik-baik saja. Tapi sekarang dia mendengar kabar kalau penyakit sang ayah kambuh kembali.
“Ayo tari,, kita harus cepat pulang ke rumah” ucap Arumi pada sang adik.
“Iya teh,, ayukk. Tari nggak mau terjadi sesuatu sama ayah” ucap Mentari yang begitu cemas dan air mata yang sudah membasahi pipinya.
.
.
Sesampainya dia di rumah, Mentari langsung saja menghampiri sang ayah.
“Ayah,, ayah kenapa?” tanya Mentari pada sang ayah.
“Mentari, ayah baik-baik saja nak” ucap Jaka, ayah Mentari.
“Mungkin ayah hanya kecapeak saja” lanjut Jaka yang tidak ingin membuat putri kecilnya itu khawatir.
Mentari merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara,, dia memiliki satu kakak perempuan dan seorang kakak laki-laki. Saat ini Mentari hanya memiliki sang ayah, karena ibunya sudah pergi meninggalkan dirinya saat usia 10 tahun. Selama sang ibu telah tiada,, ayahnya lah yang menjadi penganti peran ibu dalam hidupnya.
Kakak Mentari yang paling besar adalah Arumi, dia sudah memiliki keluarga dan tinggal terpisah dengan dia dan sang ayah,, sedangkan sang Aa bernama Rendy,, dia saat ini sedang bekerja di kota, jadi hanya Mentari yang menjaga sang ayah.
Tapi karena ayahnya terkena penyakit jantung beberapa bulan yang lalu,, membuat teh Arumi memutuskan untuk tinggal bersama Mentari dan ayahnya kembali. Dia tidak akan tega membiarkan sang adik merawat ayah mereka sendirian.
“Ayah yakin?” tanya Mentari yang ingin memastikan keadaan sang ayah.
“Iya tari,,” ucap Jaka pada putrinya itu.
“Rum,, bisa tinggalkan ayah sama tari berdua saja” ucap Jaka pada Arumi,, yang langsung dianggukkan oleh sang anak.
“Ada apa yah? Kenapa ayah hanya ingin berdua saja dengan tari?” tanya Mentari,, dia sedikit merasa heran dengan sikap sang ayah saat ini.
“Mentari,, ada hal yang ingin ayah bicarakan sama kamu” ucap Jaka,, dia berusaha untuk mendudukan dirinya dan tidak ingin dibantu oleh Mentari.
“Ayah mau bicara apa sama tari?” tanya Mentari yang mulai dibuat bingung.
“Ayah sayang sama Mentari,, dan ayah ingin Mentari ada yang menjaga kalau ayah sudah tidak ada lagi” ucap Jaka mengusap pipi putri kecilnya itu.
Mentari langsung menatap sang ayah dengan tatapan tidak mengerti dengan maksud ucapan sang ayah.
“Maksud ayah?” tanya Mentari bingung.
“Ayah ingin kamu menikah dengan orang yang sudah ayah pilihkan untukmu sayang” ucap Jaka tersenyum pada Mentari.
Sedangkan Mentari dia langsung saja terdiam dengan wajah terkejutnya atas permintaan sang ayah padanya. Dia tidak menyangka kalau ayahnya itu akan menjodoh dirinya dengan seorang lelaki yang tidak ia kenal sama sekali.
“Tapi yah,, tarikan masih sekolah dan juga Tari mau lanjutin pendidikan tari” ucap Mentari yang menolak permintaan sang ayah.
“Tari mau menjadi seorang pelukis yang terkenal yah” lanjut Mentari dengan nada sedih,, air mata gadis itu tiba-tiba saja turun.
“Ayah tau nak,, tapi kamu masih bisa melanjutkan sekolah kamu. Ayah lakuin ini semua demi kebaikan kamu juga” ucap Jaka yang ikut bersedih melihat putrinya menangis.
“Tari nggak mau yah” ucap Mentari mengeleng-gelengkan kepalanya dengan air mata yang semakin deras.
“Ayah mohon sayang,, anggap saja ini adalah permintaan terakhir ayah sebelum meninggalkan kamu” ucap Jaka menghapus air mata Mentari.
“Ayah nggak boleh bicara seperti itu” ucap Mentari tidak ingin mendengar ucapan itu keluar dari mulut sang ayah.
“Jadi ayah mohon sayang,, kamu mau ya menikah dengan laki-laki yang sudah ayah siapkan untuk kamu” ucap Jaka menakup wajah putrinya itu.
“Dia adalah anak dari sahabat ayah dulu,, dan dia adalah pemuda yang sangat baik, karena ayah sangat mengenal kedua orang tuanya” lanjut Jaka.
“Ayah yakin dia bakalan bisa membahagiakan kamu sayang.”
Mentari terdiam,, dia tidak bisa menolak permintaan sang ayah, namun sebenarnya dia juga tidak ingin menerima perjodohan ini.
“Kalau tari menikah nanti siapa yang akan merawat ayah?” ucap Mentari masih berusaha untuk menolak permintaan sang ayah dengan halus.
“Masih ada teh Arumi yang bisa merawat ayah disini sayang” ucap Jaka.
“Kamu nggak perlu khawatir sama ayah sayang” lanjut Jaka pada Mentari.
Akhirnya karena sudah tidak ada lagi alasan Mentari untuk menolak permintaan sang ayah,, dia pun hanya bisa menganggukan kepalanya lemah. Dan hal itu langsung membuat sang ayah tersenyum dan memeluknya erat.
“Makasih ya sayang,, ayah sayang banget sama putri kecil ayah ni” ucap Jaka mengelus kepala Mentari yang ada dalam pelukannya.
“Dan ayah yakin dia adalah laki-laki yang cocok menjadi suami kamu” lanjut Jaka tersenyum.
Setelah perbincangan yang sangat panas itu dan memastikan ayahnya baik-baik saja, tertidur dengan nyaman,, Mentari keluar dari kamar sang ayah dengan wajah lesunya,, dia terduduk di meja makan. Gadis itu masih memikirkan ucapan sang ayah tadi,, dan apa keputusannya untuk menerima perjodohan itu adalah keputusan yang terbaik untuk dirinya dan juga ayahnya.
Arumi yang melihat adiknya itu keluar dari kamar sang ayah dengan wajah murung sedikit dibuat bingung.
‘Mentari kenapa mukanya seperti habis nangis gitu ya’ batin Arumi menatap Mentari.
Arumi melangkahkan kakinya menghampiri adik kecilnya itu.
“Tar,,” ucap Arumi mengelus lembut tangan Mentari.
“Teh,,” ucap Mentari sedikit tersenyum dengan menarik singkat sudut bibirnya keatas.
“Kamu kenapa?” tanya Arumi pada Mentari.
“Tari nggak papa kok teh” ucap Mentari membalas helusan lembut Arumi.
“Kamu yakin?? Nggak mau cerita sama teteh?” ucap Arumi berusaha membujuk adiknya itu untuk bercerita.
Mentari menganggukan kepalanya dan menarik sudut bibirnya dengan sangat lebar,, menunjukkan kalau dia memang sedang tidak apa-apa.
Namun Arumi yakin kalau ada yang sedang disembunyikan oleh adiknya itu,, dia sangat mengenal Mentari. Gadis itu tidak akan memperlihatkan kesedihanya atau sedang memikirkan sesuatu kepada orang lain.
Arumi akan mencari tau sendiri kalau Mentari tidak ingin bercerita padanya,, dia akan bertanya langsung dengan sang ayah nanti.
****
Malam harinya di kediaman Jaka sudah ada Mentari dan the Arumi beserta suaminya yang sedang makan malam. Karena keadaan Jaka sudah sedikit membaik, dia ingin makan bersama dengan anak-anaknya,, sekaligus dia ingin memberi tau yang lain tentang perjodohan Mentari.
“Ayah makan yang banyak ya,, dan setelah itu minum obatnya” ucap Arumi pada ayahnya dengan lembut.
Sedangkan Mentari dia hanya menatap interaksi sang teteh dengan ayahnya,, dengan pancaran mata yang mengisyaratkan sesuatu hal.
“Mentari,, kamu nggak papa kan sayang?” tanya Jaka lembut pada Mentari.
Mentari tidak menjawab ucapan Jaka, dia hanya menganggukan kepalanya dan tersenyum, Mentari memang gadis yang pendiam kalau diluar rumah, namun kali ini dia juga berubah menjadi sosok yang pendiam didalam keluarganya.
Jaka yang melihat perubahan putri kecilnya itu tiba-tiba saja menjadi sedih,, dia tidak tega melihat gadis yang selalu ceria ketika berada di dalam rumah berubah menjadi pendiam seperti ini.
‘Maafin ayah sayang’ batin Jaka menatap Mentari dalam.
“Arum,, Andre, ayah mau ngomong sesuatu sama kalian berdua” ucap Jaka pada anak dan menantunya itu,, yang langsung saja membuat mereka berdua menoleh pada sang ayah termasuk juga Mentari.
Mentari yakin pasti ayahnya akan membicarakan tentang perjodohannya dengan anak sahabat sang ayah pada teteh dan suaminya.
“Ayah mau ngomong apa?” tanya Arumi lembut pada sang ayah.
“Mungkin ini akan membuat kalian berdua terkejut dengan keputusan yang ayah ambil” ucap Jaka pada anaknya.
“Maksud ayah apa?? Arum dan Aa Andre tidak paham yah” ucap Arumi dan dianggukan oleh suaminya.
“Ayah ingin menjodohkan Mentari dengan anak sahabat ayah” ucap Jaka serius pada mereka berdua dan menoleh pada Mentari yang hanya menunduk saja.
Sontak saja hal tersebut membuat Arumi dan suaminya membulatkan mata mereka karena sangat terkejut dengan ucapan sang ayah.
“Ayah lagi tidak bercandakan, yah?” tanya Arumi yang masih belum percaya.
“Ayah serius rum,, ayah ingin Mentari ada yang menjaganya” ucap Jaka mengelus puncak kepala Mentari,, dan langsung membuat gadis itu mendongakkan kepalanya dan tersenyum kaku pada sang ayah.
Arumi menatap adiknya itu,, ternyata ini semua yang membuat Mentari murung dan bersedih sejak keluar dari kamar sang ayah sampai saat ini. Kenapa juga Mentari tidak menceritakan hal ini padanya tadi,, batin Arumi.
“Lalu bagaimana dengan sekolah Mentari yah?” tanya Arumi pada sang ayah.
“Mentari tetap akan melanjutkan sekolahnya” ucap Jaka.
“Apa Mentari menyetujui ini yah?” tanya Arumi.
“Mentari sudah menyetujuinya” ucap Jaka tersenyum.
Arumi terdiam,, apa Mentari sengaja menerima perjodohan ini demi menjaga agar penyakit ayah tidak semakin parah. Tapi kenapa dia mengorbankan dirinya sendiri,, pernikahan ini adalah hal yang sekali seumur hidup. Apa tidak ada cara lain agar Mentari tidak menerima perjodohan ini dan tidak melukai hati sang ayah.
“Benar itu Tari?” tanya Arumi pada Mentari,, dia ingin mendengar sendiri dari mulut sang adik.
Mentari menatap tetehnya dalam. “Iya teh” ucap Mentari dengan nada lesu.
“Tapi tidak bisakah tunggu sampai Mentari lulus sekolah dulu yah?” tanya Arumi yang seperti tidak terima dengan keputusan sang ayah.
“Umur ayah tidak lama lagi Rum,, jadi ayah ingin sebelum ayah pergi mentari sudah ada seseorang yang menjaganya” ucap Jaka dengan raut wajah sedih pada Arumi.
“Lagi pula Mentari masih dapat melanjutkan sekolahnya” lanjut Jaka.
Saat Arumi ingin membantahnya lagi,, dia ditahan oleh sang suami. Mentari yang tidak ingin terjadi perdebatan antara ayahnya dan juga tetehnya akhirnya ikut bicara.
“Ini juga udah keputusan Mentari teh, menerima perjodohan yang ayah inginkan” ucap Mentari dengan senyum manisnya,, padahal dia berusaha untuk tampak ikhlas menerima semua itu.
“Dan pernikahan itu akan dilaksanakan besok siang” ucap Jaka pada mereka semua,, yang langsung saja membuat mereka bertiga terkejut bukan main,, terutama Mentari.
Waktu terasa berhenti bagi Mentari,, dia terdiam ditempat duduknya dengan semakin lesu, Mentari tidak bisa membayangkan akan menikah dengan seorang laki-laki dan merubah statusnya besok hari. Dia juga belum siap untuk meninggalkan sang ayah dan tetehnya disini.
Bersambung…
Keesokan harinya kini Mentari duduk didepan meja rias dikamarnya,, dia baru saja selesai di rias dan sudah memakai baju kebaya.
Mentari menatap pantulan dirinya di dalam cermin besar itu,, semua cita-cita dan impiannya akan hilang sejak hari ini.
Jaka yang masuk kedalam kamar putrinya dan melihat kalau putrinya sudah cantik lantas dia tersenyum.
“Kamu memang putri ayah yang cantik” ucap Jaka mengusap kedua lengan Mentari.
“Sayang maafin ayah ya” ucap Jaka yang tiba-tiba saja meneteskan air matanya.
“Ayah,, ayah jangan nangis, Tari ikhlas menerima perjodohan ini yah” ucap Mentari menoleh pada sang ayah dan mengusap lembut air mata ayahnya.
“Jadi ayah jangan sedih lagi ya” lanjut Mentari dan tersenyum pada sang ayah.
“Makasih ya sayang,, kamu mau menuruti permintaan terakhir ayah ini” ucap Jaka memeluk putrinya itu.
Saat mereka berdua sedang berpelukan,, Arumi masuk kedalam kamar itu.
“Yah keluarga dari pihak laki-laki sudah datang” ucap Arumi pada sang ayah.
“Yasudah ayah temui mereka dulu ya” ucap Jaka pada kedua putrinya itu.
“Rum nanti kamu yang bimbing Mentari nanti keluar ya” ucap Jaka pada Arumi dan pergi keluar.
.
Mentari kini berjalan di bimbing oleh Arumi, di dalam balutan kebaya yang indah tersebut,, Mentari tersenyum manis, membuat semua mata tertegun menatapnya.
Kebaya sederhana berwarna putih itu kini terkesan mewah saat dipakai oleh Mentari, gadis dengan tubuh yang langsing,, tinggi dan kulit putih. Make up dipilih soft color dengan blush on dan lisptik peach. Riasan mata dibuat tegas dan besar dengan eye shadow silver glamor.
Mentari kini duduk disamping laki-laki yang akan menjadi calon suaminya itu,, dia tidak ingin melihat laki-laki itu. Mentari sangat gugup, tapi Arumi menganggukan kepala seolah menyakinkan semua akan baik-baik saja.
Pak penghulu mulai membuka acara, dan membacakan khutbah nikah dan beberapa doa serta janji pernikahan. Akad nikah dimulai dengan Jaka menjabat tangan sang calon menantu.
“Saya terima nikahnya Mentari Senja binti Jaka Rahaja dengan mahar tersebut dibayai tunai..!!!!” ujar lelaki tersebut dengan sekali tarikan nafas.
“Gimana para saksi?” Tanya pengulu.
“Sah…!!” gemuruh suara terdengar di dalam kediaman Jaka.
“Alhamdulillah…” Pak Penghulu membacakan doa yang di aminkan oleh semua yang hadir.
Mentari meneteskan air matanya, dia tidak menyangka saat ini disudah menjadi seorang istri dari laki disampingnya.
“Sekarang silahkan mempelai wanita mencium tangan mempelai pria,, dan mempelai pria mencium kening mempelai wanita” ucap Pak Penghulu.
Mentari ragu-ragu menoleh pada suaminya itu,, dia mencoba untuk menghapus air matanya dan perlahan menoleh pada suaminya itu.
Betapa Mentari terkejut dengan lelaki yang sudah berstatus sebagai suaminya itu. Bukan kah cowok itu adalah putra satu-satunya dari keluarga Wijaya. Mentari pernah melihat wajah suaminya itu di sebuah media sosial.
Yapp dia adalah Willie Putra Wijaya,, putra semata wayang dari keluarga Wijaya dan merupakan penerus dari kepemimpinan perusahaan Wijaya. Cowok yang sangat terkenal di jakarta dan di sosial media karena ketampanan dan kepopuleran dia. Namun terkenal dengan sedikit angkuh dan sombong.
“Ayo Tari salim dengan suami kamu” ucap Jaka pada putrinya itu.
Ragu-ragu Mentari menyalimi tangan suaminya itu,, sedangkan Willie hanya cuek saja saat dia mencium kening Mentari.
Flashback
“Willie” panggil seorang pria paruh baya pada Willie.
“Iya ada apa pa?” tanya Willie,, dia melangkah kan kaki menghampiri sang papa dan menyalaminya.
“Papa mau bicara sama kamu” ucap Tomi tegas pada willie.
Tomi Wijaya merupakan salah satu pengusaha terkenal di kota Jakarta,, memiliki istri yang bernama Inggrit Brahman, yang juga merupakan putri tunggal dari keluarga Brahman,, pengusahan terkaya di kota Surabaya. Tomi memiliki seorang putra yang bernama Willie Putra Wijaya,, yang nantinya akan mengantikan posisinya menjadi seorang CEO perusahan Wijaya.
“Papa mau bicara apa pa? Sepertinya serius sekali” ucap Willie pada papanya.
“Sampai kapan kamu akan keluyuran seperti ini” ucap Tomi tegas.
“Kamu harus ingat kalau kamu itu adalah putra dari keluarga Wijaya yang akan meneruskan perusahaan” lanjut Tomi.
“Aku kan udah bilang pa,, aku nggak mau nerusin bisnis papa” ucap Willie ketus.
“Aku ingin menjadi seorang model” lanjut Willie.
“Lagi pula Willie masih sekolah pa.”
“Kamu memang benar-benar tidak pernah peduli dengan papa dan mama” ucap Tomi ketus.
“Willie sayang sama papa dan mama,, tapi Willie tidak ingin mengantikan posisi papa di perusahaan” ucap Willie ketus.
“Okay kalau itu mau kamu” ucap Tomi.
“Tapi papa ada satu permintaan sama kamu” ucap Tomi,, dia menatap sang putra dengan sangat serius.
“Apa” ucap Willie singkat.
“Papa ingin kamu menikah dengan anak sahabat papa di kampung” ucap Tomi,, yang langsung membuat Willie sangat terkejut.
“Hahaha papa pasti bercandakan” ucap Willie sambil tertawa.
“Papa tidak bercanda,, papa serius. Papa juga tidak menanyakan pendapat kamu” ucap Tomi datar.
“Willie nggak mau pa,, apap-apaan menikah dengan gadis yang nggak aku kenal” Willie menolak permintaan papanya.
“Udah Willie mau kekamar,, papa lagi ngaur ini” ucap Willie dan hendak melangkahkan kaki dari sana.
“Kalau kamu tidak mau menuruti permintaan papa,, semua aset dan fasilitas yang papa berikan sama kamu akan papa tarik” ucap Tomi datar.
“Papa makin bercanda ini” ucap Willie.
“Ma,, apa semua ini” ucap Willie pada mamanya.
“Kamu ikutin aja permintaan papa kamu Will,, ini semua untuk kebaikan kamu” ucap Inggrit.
“Dia adalah gadis baik,, dan mama yakin dia bisa merubah sifat kamu yang suka keluyuran seperti ini” lanjut Inggrit.
“Mama sama papa lagi sakit ini rasa aku” ucap Willie.
“Papa serius Willie,, kalau kamu tidak ingin mengikuti permintaan papa. Kamu bisa angkat kaki dari rumah ini sekarang juga” ucap Tomi serius.
Membuat Inggrit dan juga Willie langsung terkejut dengan ucapan serius dari papanya itu.
“Udah Willie,, kamu ikutin saja permintaan papa kamu itu” bujuk Inggrit pada sang putra.
Willie masih saja terdiam,, dia tidak dapat berkata-kata lagi. Ini seperti mimpi bagi dirinya,, tiba-tiba saja dipaksa menikahi seorang gadis yang dia tidak kenal.
Tapi dia juga tidak bisa menolaknya,, dia tidak ingin kehilangan semua fasilitas yang diberikan oleh papanya itu.
“Okay aku ikutin permintaan papa” ucap Willie.
“Kapan pernikahannya?” tanya Willie pada papanya.
“Besok siang” ucap Tomi singkat,, yang semakin membuat Willie terkejut.
“Besok kamu izin saja sekolah,, dan kita pagi-pagi berangkat ke Bandung” lanjut Tomi.
Tomi langsung saja berdiri dan pergi dari sana menuju ke meja kerjanya.
Sedangkan Willie masih terdiam ditempat dengan wajah yang sudah tidak bisa digambarkan lagi.
“Ini yang terbaik buat kamu sayang” ucap Inggrit mengelus lembut bahu putranya,, dan menyusul suaminya.
.
‘Ternyata ini gadis yang menjadi istri gua saat ini’ batin Willie menatap Mentari datar.
‘Gua akan buat lu nggak betah hidup sama gua gadis kampung’ Willie tersenyum smirk kearah Mentari.
Sedangkan Mentari menatap Willie yang melihat dirinya seperti itu.
‘Yaallah,, semoga ini adalah jalan engkau yang terbaik’ batin Mentari.
‘Tolong kuatkan aku menjalanin pernikahan ini’ Mentari menetaskan air matanya.
“Sayang” ucap Inggrti pada Mentari.
“Mulai sekarang kamu panggil tante dan om dengan sebutan papa dan mama ya” lanjut Inggrit,, dia memeluk Mentari dengan hangat.
“Nak Willie saya titip putri kecil saya sama kamu ya,, jaga dia dengan baik” ucap Jaka pada Willie dengan senyumannya.
Willie hanya terdiam saja dengan menganggukan kepalanya kecil.
“Kamu tidak usah ngawatir Jak,, aku dan putra ku ini akan selalu membuat putri kamu bahagia” ucap Tomi.
“Karena dia saat ini sudah menjadi bagian keluarga Wijaya” lanjut Tomi.
Jaka tersenyum,, dia memeluk Tomi dengan sangat erat dan rasa bahagianya.
“Terima kasih sudah mau menerima putri aku Tom” ucap Jaka sambil meneteskan air matanya.
Sedangkan Arumi melihat Willie yang dari tadi seperti tidak nyaman dan terpaksa untuk menikahi adiknya merasa sedih.
‘Semoga pemuda ini dapat mencintai Mentari dengan setulus hati ya ya Allah’ batin Arumi.
‘Aku tidak ingin melihat Mentari merasa sedih dan sakit hati karena suaminya ini.’
Tapi Arumi juga senang terjadi kedua mertua Mertari menerima gadis itu dengan sangat terbuka,, bahkan sepertinya mama dan papa suami Mentari menyayangi adik nya itu.
“Arum kamu kenapa?” tanya Andre pada istrinya.
“Arum nggak papa Aa,, Arum terharu melihat Mentari sekarang sudah memiliki suami saja” ucap Arumi pada suaminya.
“Arum hanya ingin Mentari selalu bahagia Aa” lanjut Arumi.
“Kita berdoa saja semoga Mentari bahagia dengan suaminya ini ya Rum” ucap Andre sambil merangkul Arumi.
“Iya Aa,, Arum akan selalu berdoa untuk kebahagian Mentari dan keluarga barunya” ucap Arumi.
“Baiklah sekarang kalian berdua sudah sah menjadi suami istri” ucap Pak Penghulu.
“Buat nak Willie tolong dijaga istrinya dengan baik” ucap Pak Penghulu pada Willie.
“Dan buat nak Mentari batuhi semua ucapan suami kamu dan jangan membantah ucapannya” ucap Pak Penghulu pada Mentari.
“Semoga kalian berdua menjadi keluarga yang sakinah, mawadah dan warohmah” lanjut Pak Penghulu kepada mereka berdua.
.
.
Singkat cerita kini Jaka beserta keluarganya dan juga keluarga Tomi tengah melaksanakan acara makan malam.
“Maaf ya om, tente dan juga Willie hanya ini hidangan yang dapat kami berikan” ucap Arum pada keluarga Tomi.
“Ini udah cukup Arum,, mama sangat merindukan semua masakan ini” ucap Inggrit tersenyum.
“Satu lagi kamu jangan panggil tante, tapi mama” lanjut Inggrit,, yang langsung dianggukan oleh Arumi dengan senyuman.
“Silahkan Tom, Ngrit dan nak Willie menyantap hidangannya” ucap Jaka mempersilahkan mereka semua.
Tomi dan Inggrit langsung saja menyantap hidangan yang ada di depan matanya itu. Namun Willie dia hanya melihat saja,, tidak ada rasa tertarik bagi dia untuk menyicipi makanan itu.
Mentari yang melihat Willie hanya diam saja dan seperti tidak berselera untu makan pun bertanya pada suaminya itu.
“Kak Willie mau Tari ambilkan makanan yang mana” ucap Mentari lembut pada Willie.
Willie langsung terkejut dengan sikap lembut Mentari,, dia hanya menatap istrinya itu dengan datar.
“Terserah aja” ucap Willie singkat.
Mentari hanya bisa menarik nafasnya dengan tingkah suaminya itu. Kemudian dia mengambilkan makanan untuk Willie.
“Ini kak,, semoga kakak suka, soalnya tari tak tahu apa makanan kesukaan kakak” ucap Mentari lembut.
“Willie itu tidak pernah milih-milih makanan sayang” ucap Inggrit pada Mentari.
Mentari hanya mengangguk saja dengan senyuman manisnya,, sedangkan Willie dia hanya menatap mamanya dengan datar.
Mereka semua melaksanakan makan malam dengan sangat tenang tanpa ada perbincangan satu sama lain.
Setelah acara makan malam tersebut,, mereka semua berkumpul di ruang keluarga.
“Tari…” ucap Jaka pada Mentari.
“Iya ayah” ucap Mentari lembut.
“Sayang, kamu kan udah menjadi istri nak Willie. Jadi mulai sekarang kamu harus ikut kemana pun nak Willie pergi” ucap Jaka.
“Besok nak Willie dan papa Tomi serta mama Inggrit balik ke Jakarta,, jadi kamu juga ikut dengan mereka ya sayang” lanjut Jaka menjelaskan.
Mentari langsung saja terkejut dengar ucapan dari sang ayah,, karena dia belum siap untuk meninggalkan keluarganya ini.
“Kenapa secepat ini ma?” tanya Mentari pada Inggrit.
“Maaf sayang,, papa dan mama harus kembali kerja, serta kamu dan juga Willie juga harus kembali sekolah” jelas Inggrit.
“Tapi kan Tari sekolah disini ma” tolak Tari tidak ingin ikut dengan mereka.
“Sayang,, ayah sudah mengurus surat kepindahan sekolah kamu. Jadi kamu sekarang sudah terdaftar di sekolah yang sama dengan nak Willie” jelas Jaka pada Mentari.
Tidak hanya Mentari yang terkejut, namun Willie juga terkejut mendengar kalau gadis yang menjadi istrinya itu akan sekolah ditempat yang sama dengan dirinya.
‘Kenapa gadis kampung ini sekolah ditempat gua juga sih’ batin Willie menatap Mentari sinis.
Arumi yang merasakan kesedihan adik kecilnya itu ikut merasa sedih.
“Yah apa Tari nggak bisa disini aja dulu sama kita” ucap Arumi pada ayahnya.
“Arum,, ayah tidak pernah mengajarkan putri-putri ayah untuk berjarak dengan suaminya, itu dosa Rum” ucap Jaka pada Arumi.
Arumi langsung saja terdiam mendengar penjelasan ayahnya itu,, dia tidak dapat membantah lagi.
Mentari tiba-tiba saja menetes kan air matanya,, dia tidah tahan lagi untuk membendung air mata itu, namun dia buru-buru untuk menghapusnya.
“Tari permisi ke kamar mandi dulu” ucap Mentari,, dia melangkah kan kakinya cepat menuju kearah dapur.
Bersambung..
Arumi menghampiri adiknya yang sedang bersedih itu. Dia menatap punggung Mentari yang bergetar karena menahan tangisannya agar tidak bersuara.
“Tari” ucap Arumi,, dia mengusap lembut kedua bahu Mentari.
“Teh” ucap Mentari, dia langsung memeluk Arumi dan menangis didalam pelukan sang kakak.
“Kamu nangis aja,, teteh akan ada disini untuk kamu” ucap Arumi lembut.
Dia berusaha menahan air matanya agar tak ikut jatuh membasahi pipinya.
“Maafin Tari ya teh kalau selama ini selalu merepotkan teteh” ucap Mentari diantara isak tangisnya.
“Tari nggak pernah ngerepotin teteh,, jadi kamu nggak perlu ngomong seperti itu” ucap Arumi lembut.
Mentari menatap Arumi dalam,, lalu ia tersenyum manis.
“Kamu jaga diri disana ya,, ingat disini masih ada ayah dan juga teteh” ucap Arumi,, yang langsung dianggukan oleh Mentari.
“Udah kamu jangan sedih lagi,, teteh yakin kamu kuat” lanjut Arumi sambil menghapus air mata Mentari.
.
Kini Willie dan Mentari sudah berada di dalam kamar gadis itu.
Suasana canggung menerpa dua remaja yang baru saja berubah status menjadi sepasang suami istri dan akan menempuh bahtera rumah tangga.
“Eh Mentari..” ucap Willie sinis pada Mentari.
“Iya kak kenapa?” tanya Mentari lembut.
“Jangan lu fikir gua menerima pernikahan ini ya,, gua nggak suka punya istri gadis kampung kayak lu ini” ketus Willie.
“Aku sadar diri kak,, tapi aku berharap kita bisa mempertahakan pernikahan ini sampai akhir hayat” ucap Mentari dewasa menyikapinya.
Willie tersenyum sinis. “ Gua udah punya cewek. Masih yakin lu mau mempertahani pernikahan ini?” ketus Wiilie.
Mentari langsung tertohok dengan pernyataan yang baru saja disampaikan oleh suaminya itu. Entah apa yang terjadi pada dirinya saat ini,, ia dipaksa menikah dengan cowok itu, berpisah dengan keluarganya dan sekarang harus mendapatkan sebuah fakta baru.
Tapi tidak apa,, Mentari tidak akan mundur. Kita akan lihat saja nanti bagaimana perjalanan rumah tangganya ini.
“Iya kak,, mau kakak punya cewek atau pun nggak itu urusan kak. Aku nggak peduli kak” ucap Mentari santai sambil menatap Willie dalam.
Willie langsung saja menyeringai mendengar ucapan gadis itu,, dia merebahkan dirinya di atas kasur gadis itu.
Ketika Mentari hendak naik keatas kasur Willie langsung saja terkejut.
“Lu mau ngapain?” tanya Willie ketus.
“Ya Tari mau tidur lah kak” ucap Mentari santai.
“Nggak,, lu tidur dikursi itu. Gua nggak mau satu tempat tidur sama lu” ucap Willie,, dia melempar satu bantal pada Mentari.
“Tapi kak..” ucap Mentari.
“Kasur lu ini aja kecil,, mau tidur berdua. Gua juga ogah satu kasur sama lu” ucap Willie ketus,, dia langsung saja merebahkan kembali tubuhnya tanpa memperdulikan Mentari.
‘Sabar Tari’ batin Mentari menarik nafasnya dalam.
.
.
Keesokan hari nya kini Willie, keluarganya dan juga Mentari bersiap-siap untuk balik ke Jakarta.
“Sayang kamu nggak usah bawa baju banyak-banyak” ucap Inggrit lembut.
“Karena mama udah siapin baju kamu disana” lanjut Inggrit.
“Iya ma” jawab Inggrit singkat dengan tersenyum.
Setelah selesai untuk siap-siap,, mereka semua berpamitan pada Jaka dan juga keluarganya.
“Ayah Tari pamit dulu ya,, ayah jaga kesehatan disini” ucap Mentari pada ayahnya.
“Ayah jangan lupa makan dan minum obatnya” lanjut Mentari.
Mentari berusaha untuk tidak menangis di depan ayahnya,, karena ia tidak ingin sang ayah ikutan bersedih.
“Iya sayang,, ayah akan minum obat dan juga makan” ucap Jaka tersenyum.
“Kamu jaga diri disana ya,, dan jangan lupa pesan ayah” ucap Jaka,, dia mencium puncak kepala putri kecilnya itu.
Mentari langsung saja memeluk tubuh sang ayah dengan sangat erat.
Kemudian dia juga berpamitan pada kakaknya dan abang iparnya.
“Teh, Aa Tari titip ayah ya,, kalau terjadi sesuatu sama ayah hubungi Tari” ucap Tari pada Arumi dan Andre.
“Iya Tari,, teteh aku selalu jaga ayah disini” ucap Arumi tersenyum.
“Tom titip putri ku ya” ucap Jaka pada Tomi.
“Putri mu sekarang juga sudah menjadi putri ku juga Jak” ucap Tomi tersenyum.
“Nak Willie jangain putri ayah ya,, jangan buat dia menangis” ucap Jaka pada Willie.
Willie tidak menjawabnya,, dia hanya mengangguk saja sambil tersenyum.
Mereka semua langsung saja masuk ke dalam mobil,, mobil yang dikendarai oleh Willie melesat dari halaman rumah Mentari.
“Tari kalau kamu capek kamu bisa tidur aja ya sayang” ucap Inggrit pada Mentari.
“Iya ma” ucap Mentari singkat.
.
Cukup panjang dan lama perjalanan dari rumah Mentari ke rumah Willie,, dan kini mereka semua sudah sampai disebuah rumah yang sangat besar dan megah.
“Sayang yuk kita turun” ucap Inggrit pada Mentari.
Mentari dibuat melongo dengan kemegahan rumah yang dimiliki oleh mertuanya itu. Seumur hidup dia tidak pernah bermimpi akan bisa tinggal dirumah bak istana seperti ini.
“Nggak usah kayak orang kampungan banget lu” sindir Willie pada Mentari.
Membuat Mentari langsung sadar dengan sikapnya itu,, dia merasa malu karena Willie memergoki dirinya yang terkagum dengan rumah itu.
“Pak tolong barang-barang diatas mobil dibawa masuk semuanya ya” ucap Tomi pada satpam rumahnya.
“Ayuk sayang kita masuk,, kamu jangan malu-malu gitu. Sekarang ini juga udah menjadi rumah kamu” ucap Inggrit,, dia mengelus puncak kepala Mentari lembut.
Mentari hanya mengangguk saja dengan senyuman manis di wajahnya.
Mereka semua masuk ke dalam rumah itu dan duduk di ruang keluarga.
“Will mulai sekarang kamu ada teman tidurnya” ucap Inggrit pada putranya.
“Maksud mama?” tanya Willie bingung.
“Kamu kan udah nikah sama Mentari,, jadi ya mulai hari ini Mentari tidur dikamar kamu” ucap Inggrit dengan senyuman manisnya.
Willie langsung saja terkejut,, dia melupakan akan hal itu. Pasti dirumah nya ini mama dan papanya akan mengawasi dirinya dan juga Mentari.
“Owh itu,, iya dong ma” ucap Willie santai,, namun dia menatap Menteri datar.
“Yasudah kamu antar Tari ke kamar,, pasti dia ingin istirahat dan merasa lelah” ucap Tomi pada Willie.
“Yuk” ajak Willie pada Mentari.
Dia berjalan begitu saja tanpa menunggu Mentari terlebih dahulu,, dan Mentari mengikuti dirinya dari belakang.
Tomi merasa geram dengan tingkah putranya itu,, yang acuh saja dengan istirnya.
“Mama lihat itu sikap anak kamu,, udah tau Tari itu istrinya tapi sikapnya seperti itu” ucap Tomi pada Inggrit.
“Maklum aja lah pa,, kan mereka belum kenal satu sama lain lebih dalam” ucap Inggrit lembut pada suaminya.
.
Sedangkan kini Willie dan Mentari yang sudah sampai di kamar cowok itu langsung saja masuk ke dalam. Mentari kembali dibuat kagum dengan nuansa kamar cowok itu, tidak hanya besar dan luas namun Willie sangat pandai dalam memilih dekor kamarnya.
“Gua tau kamar gua ini empat kali lebih luas dari kamar lu,, tapi bisa nggak wajah lu itu biasa aja” ucap Willie ketus.
“Iya kak,, maaf” ucap Mentari menundukkan kepalanya.
“Ya udah sana lu masukin baju-baju kampung lu ini ke lemari itu” ucap Willie ketus,, dia langsung saja merebahkan tubuhnya diatas kasur empuk kamarnya.
Mentari hanya diam saja,, dia menatap suaminya itu sekilas lalu menyusun semua bajunya di dalam lemari yang ditunjuk oleh Willie.
Saat membuka lemari tersebut Mentari merasa heran karena melihat sudah banyak baju wanita yang tersusun di dalam.
“Kak..” panggil Mentari pada Willie,, dan tak mendapat tanggapan.
“Kak Willie” ucap Mentari lagi.
Willie mengerjapkan matanya,, dia menatap Mentari dengan kesal. “Apa?”
“Ini semua baju-baju siapa kak?” tanya Mentari menunjuk kearah tumpukan baju perempuan.
Willie dibuat mendelik,, dirinya langsung duduk dan menatap kearah lemari itu, dia terkejut dengan semua isi baju itu.
‘Ini pasti ulah mama’ batin Willie kesal.
“Nggak tau gua,, baju lu dari mama mungkin” ucap Willie santai.
“Sebanyak ini kak?” tanya Mentari masih dengan wajah bingungnya.
“Banyak tanya lu ni,, tinggal pake aja ribet banget lu” ucap Willie ketus.
‘Dasar cowok tengil’ batin Mentari menatap kesal ke arah Willie.
“Kenapa lu lihatin gua kayak gitu?” tanya Willie ketus.
“Nggak papa kak” ucap Mentari,, dia langsung saja memasukan baju-bajunya kedalam lemari itu.
“Ganggu gua aja lu” gumam Willie,, lalu dia berlalu masuk ke dalam kamar mandi.
“Ganteng sih,, tapi ngeselin” gumam Mentari melihat Willie telah masuk kedalam kamar mandi.
“Bodo amatlah.”
.
Willie selesai mandi,, dia menatap datar ke arah Mentari yang sedang duduk diatas kasur.
“Sana lu mandi,, ngapain lihatin gua. Awas ya kalau lu suka sama gua” ucap Willie ketus.
“Ihh PD banget kakak” ucap Mentari pelan,, dia langsung saja masuk ke dalam kamar mandi sebelum Willie ngamuk.
Willie menatap tajam istrinya itu. “Buat gua emosi aja tu anak” gumam Willie.
Dia bersiap-siap dan memakai jaketnya berjalan ke luar kamarnya. Saat berjalan menuju pintu rumahnya ternyata ada mamanya yang lagi duduk diruang keluarga.
“Mau kemana kamu?” Inggrit meletakkan majalahnya.
“Eh ma” ucap Willie gugup.
“Mau kemana kamu malam-malam gini?” tanya Inggrit,, membuat Willie merasa takut.
Dia bingung mau mencari alasan apa kali ini untuk bisa nongkrong dengan teman-temannya,, apalagi saat ini dia sudah memiliki istri.
“Em.. itu ma,, Willie ada urusan sebentar” ucap Willie tersenyum kikuk.
“Urusan apa?” tanya Inggrit ketus.
“Em.. urusan pekerjaan model ma” Willie tersenyum manis.
“Yaudah ma,, Willie pergi dulu sebentar ya. Takut kemaleman nanti pulangnya juga jadi kemalaman juga” Willie bersalaman dengan mamanya.
Dia langsung saja berjalan cepat keluar sebelum sang mama bertanya lagi.
Bersambung…
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!