"Nona Arini tunggu!"
Panggil Bibi berlari dengan sangat buru-buru mengejar majikannya yang juga berlari memasuki mobil.
"Nona tunggu. Bibi benar-benar lelah mengejar Nona!" Keluh Bi Ijah yang sudah berdiri di hadapan Arini dengan nafas naik turun.
"Siapa suru Bibi mengejar saya?" tanya Arini dengan mengerutkan dahi dengan kedua tangannya dilipat di dada.
"Nona habisnya buru-buru sekali meninggalkan meja makan. Ini bekalnya lupa di bawa," ucap Bibi.
"Astaga saya melupakannya," ucap Arini dengan tersenyum mengambil bekal tersebut.
"Makasih Bibi sudah menyiapkan bekal untuk hari ini setiap hari," ucap Arini.
"Agar Nona Arini tidak makan sembarangan," sahut Bibi membuat Arini tersenyum.
"Baiklah kalau begitu saya ke kantor dulu," ucap Arini.
"Nona hati-hati," ucap Bibi membuat Arini menganggukkan kepala dan tidak lupa melambaikan tangannya memasuki mobil kembali.
Ternyata terlihat seorang wanita 40 tahun keatas berdiri di depan pintu dengan kedua tangan dilipat di dada, tatapannya sangat sinis melihat kepergian mobil itu.
Bibi membalikkan tubuhnya dan melihat wanita tersebut membuatnya menundukkan kepala dan kemudian masuk ke dalam rumah.
Ekspresi wanita bengis itu tidak menjelaskan apa-apa dan langsung memasuki rumah.
***
Perusahaan Lexa
"Sayang kamu nakal sekali!" suara manja seorang wanita yang duduk di atas meja kerja dan tampak seorang pria yang berdiri di depannya dengan menjilati lehernya dan tangannya meraba-raba area sensitif wanita tersebut.
"Kamu cantik sekali hari ini!" pria tersebut terus memberi pujian di telinganya dengan memberikan sensasi-sensual kepada wanita tersebut.
"Lebih cantikan mana, aku apa Arini?" tanyanya memberi pilihan.
"Jangan menyamakan diri kamu dengan wanita bodoh itu. Kamu lebih cantik daripada dia dan tubuhmu sangat nikmat," jawab pria itu dengan tersenyum nakal.
"Lalu bagaimana dengan tubuh Arini? Kamu tidak punya rencana untuk menikmatinya?" tanyanya.
"Mona sayang, aku tidak tertarik sama sekali untuk menikmati tubuh itu. Wanita bodoh itu terlalu polos dan pasti dia tidak akan liar sepertimu di atas ranjang," jawabnya.
"Kamu benar-benar nakal sayang," ucap Mona dengan tersenyum miring.
"Auhhhh Dellon!" Mona menggeliat kenikmatan saat jari tengah pria itu sudah bermain di area bawah sana.
"Nikmat bukan?" tanyanya.
"Sangat nikmat, kamu selalu membuatku ingin menyerahkan diri setiap saat," jawab Mona.
Pasangan dipenuhi hasrat dan nafsu itu melanjutkan percintaan mereka di dalam kantor tersebut, bermain di atas meja dengan laki-laki itu yang sudah menurunkan celananya dan memompa wanita yang masih duduk di meja tersebut membuat Mona mendesah kenikmatan.
Suaranya tidak akan terdengar, karena ruangan tersebut dipenuhi dengan kedap suara. Kenikmatan yang dirasakan Mona membuat tangannya menggeser bingkai foto yang berada di atas meja dan sehingga pecah ke lantai dengan foto tersebut ternyata foto Arini bersama dengan Dellon.
"Bu Arini tunggu!" Langkah Arini terhenti tepat berada di depan ruangannya.
"Ada apa Siska?" tanyanya.
"Ini laporan yang ibu minta," ucap Siska memberikan dokumen berwarna merah kepada Arini.
"Terima kasih, nanti saya akan lihat dulu laporan kamu," ucap Arini.
"Baik Bu, kalau begitu saya permisi dulu," ucap Siska menundukkan kepala dan kemudian pergi.
Arini memegang kenopi pintu dengan menekan pintu tersebut. Arini kemudian langsung mendorong pintu. Arini mengerutkan dahi melihat Mona berdiri merapikan rambutnya dan juga tampak Dellon yang merapikan dasinya.
"Arini," sahut Mona.
"Kamu kenapa bisa ada di ruangan ku?" tanya Arini dengan wajah penuh curiga.
"Hmmm, tadi aku mencarimu ada ternyata kamu belum datang. Jadi Dellon baru saja datang juga mencarimu," jawab Mona.
"Benar sayang, aku tadi mencari kamu," jawab Dellon dengan tersenyum menghampiri Arini dan merangkul bahu Arini.
"Begitu," sahut Arini tersenyum datar. Entahlah apakah dia percaya dengan kata-kata Dellon.
"Hmmm, kalau begitu aku keluar dulu," ucap Mona.
"Bukankah kamu datang ke ruanganku, ingin bertemu denganku dan kenapa ketika aku datang kamu langsung keluar?" tanya Arini.
Mona mengerutkan dahi dengan seketika wajahnya menjadi panik.
"Hmmm, aku tadi hanya ingin mengajak kamu makan siang saja," jawab Mona Mencari alasan dengan sebisanya.
"Kamu sepertinya sibuk dan aku tidak ingin mengganggu pekerjaan kamu. Aku pergi dulu," ucap Mona tersenyum tanpa merasa berdosa dan langsung berlalu dari hadapan Arini keluar dari ruangan itu.
Dellon adalah tunangan Arini dan betapa jahatnya Dellon bercinta di dalam ruang kerjanya bersama saudara tirinya Mona.
"Sayang kamu sedang memikirkan sesuatu?" tanya Dellon.
"Tidak," jawab Arini tersenyum.
"Kemarilah sayang!" Dellon mengajak Arini untuk duduk di sofa dan kemudian Dellon mengambil dokumen dan meletakkan di atas meja.
"Apa ini?" tanya Arini.
"Aku sudah pernah membicarakan dengan kamu sebelumnya. Ketika kita menikah aku tidak ingin kamu bekerja. Aku ingin kamu bersantai dan tidak punya pikiran untuk pekerjaan. Jadi biar aku yang akan mengurus Perusahaan," jawab Dellon.
"Maksudnya?" tanya Arini dengan mengerutkan dahi.
"Sayang bukankah aku juga pantas untuk duduk di sana?" tanya Dellon menunjuk kursi Arini dengan jabatan yang dia duduki di Perusahaan milik keluarga besarnya yang tak lain sebagai Direktur.
"Tetapi kita belum menikah dan aku masih bisa mengurus pekerjaanku," ucap Arini.
"Aku hanya ingin kamu fokus pada perencanaan pernikahan kita dan yang akan mengurus semuanya," jawab Dellon.
"Ayo sayang kamu tanda tangani berkas-berkasnya," ucap Dellon.
"Sayang pengalihan posisi seperti ini tidak mudah dilakukan. Kamu harus tahu di perusahaan ini juga banyak para petinggi yang memiliki saham dengan jumlah yang sangat banyak. Mereka harus dilibatkan, aku tidak ingin mendapatkan masalah dari mereka semua dan akhirnya menarik saham mereka dari Perusahaan ini," ucap Arini.
"Sayang kenapa kamu harus memikirkan orang lain. Aku akan mengurus semuanya dan kamu hanya menandatangani berkas-berkas ini," ucap Dellon dengan tersenyum pada tunangannya itu.
"Kamu tidak percaya padaku?" tanya Dellon.
Arini tetap saja memperlihatkan keraguan pada Dellon.
****
Arini kembali pulang ke rumahnya.
"Arini kamu sudah pulang?" tanya seorang wanita sekitar berusia 30 tahun yang duduk di ruang tamu membaca majalah dengan pahanya disilang.
Wanita cantik dengan sangat elegan itu menyapa Arini dengan senyuman.
"Iya kak Meisya," jawabnya duduk di sofa dengan terlihat lesu.
"Ada apa Arini? kenapa wajah kamu terlihat murung seperti itu?" tanya Meisya menghampiri adiknya itu dengan memegang tangannya.
"Kak, kenapa akhir-akhir ini aku melihat Mona terlalu dekat dengan Dellon," ucap Arini.
"Kamu mencurigai mereka memiliki hubungan?" tebak Meisya yang membuat Arini mengangguk jujur.
"Kamu jangan berpikir terlalu berlebihan Arini. Kamu akan menikah dengan Dellon. Jadi wajar saja sekarang kamu dipenuhi dengan rasa kecemasan dan penuh kecurigaan. Mona itu saudara kamu dan tidak mungkin mengkhianati kamu. Dellon juga adalah pria yang mencintai kamu," ucap Meisya mencoba memberi pengertian kepada adiknya.
"Benar, mungkin Arini salah," ucapnya mengubah rasa curiganya.
"Ya sudah kalau begitu sebaiknya kamu beristirahat. Kamu pasti lelah dengan semua urusan pekerjaan, besok kamu juga akan kembali ke kantor," ucap Meisya.
"Hmmm, Arini mulai besok tidak akan ke kantor lagi," ucap Arini.
"Kenapa?" tanya Meisya.
"Arini sudah menyerahkan semua tugas Arini di kantor pada Dellon," jawab Arini.
Meisya mengerutkan dahi mendengarnya terlihat begitu kaget.
"Kamu memberikan posisi itu pada Dellon?" tanya Meisya membuat Arini menganggukkan kepala.
"Arini kenapa tidak membicarakan terlebih dahulu kepada Kakak? kenapa kamu langsung mengambil tindakan seperti itu?" tanya Meisya dengan wajahnya terlihat cemas.
"Arini merasa Dellon memang pantas mendapatkan itu semua. Jadi biarkan saja dia bertanggung," jawab Arini dengan sesantai mungkin.
Meisya menghela nafas dengan memijat kepalanya, dari ekspresi wajahnya sepertinya tidak setuju dengan keputusan Arini.
Bersambung...
...Hay para pembaca, aku kembali memberikan karya baru. Aku tidak akan bosan-bosan memberikan karya jika terus didukung para pembaca setiaku....
...Ku Balas Pengkhianatan Dengan Setimpal ...
...Karya ini dibuat dengan sepenuh hati dan atas dukungan kalian, kita sama-sama berdoa agar karya ini sukses dan disukai para pembaca....
...Jangan lupa untuk terus memberikan dukungannya, subscribe, like, vote dan berikan komentar yang positif dan membangun. ...
...Ingan jangan suka nabung BAB, baca dari bab 1 sampai akhir karena setiap episode memiliki kejutan. ...
...Terima kasih saya ucapkan untuk para pembaca, salam cinta dari saya Author 🌹🌹...
Suara heels terdengar memasuki rumah, dengan Mona yang lenggak-lenggok membawa belanjaan begitu banyak.
"Mona!" langkahnya terhenti melihat ke ruang tamu.
"Kak Meisya," sahut Mona dengan tersenyum dan menghampiri Meisya.
"Kakak tidak pemotretan hari ini?" tanya Mona.
"Apa kamu yang menekan Dellon untuk meminta alih Perusahaan beralih padanya?" tanya Meisya.
"Memang kenapa? Arini juga tidak masalah sama sekali," jawabnya dengan santai.
"Kenapa kamu mengambil tindakan seperti itu?"
"Kenapa biarkan saja," jawabnya dengan santai.
"Mona kamu harus jaga batasan kamu. Kamu tahu Arini mencurigai kamu berhubungan dengan Dellon," tegas Meisya memperingati Mona.
"Baguslah kalau dia curiga dan aku bahkan menunggu-nunggu dia mengetahui yang sebenarnya," jawab Mona dengan santai.
"Apa maksud kamu. Kamu hanya akan mendapatkan masalah dan Kakak tidak bisa membantu kamu!" tegas Meisya.
"Kak Meisya cukup! Aku itu adik kandung Kakak dan sementara dia hanya adik tiri. Kakak seharusnya berpihak kepadaku dan mendukung semua apa yang aku lakukan dan bukan malah berpihak pada dia! Aku hanya mencoba mencari kesenanganku!" tegas Mona.
"Tetapi tidak harus memiliki hubungan dengan Dellon yang sebentar lagi akan menikah dengan Arini. Kamu juga keterlaluan membuat rencana dengan Perusahaan sekarang ditangani Dellon. Kamu tidak berpikir panjang!" tegas Meisya.
"Kak aku malas mendengar semua ceramah Kakak. Jika pada akhirnya Arini tahu, aku sama sekali tidak peduli. Dellon selama ini mendekatinya hanya menginginkan Posisi Direktur. Ketika semua didapatkan, dia juga akan dibuang sejauh mungkin," ucap Mona dengan tersenyum miring.
"Ada apa ini?" tiba-tiba seorang wanita menuruni anak tangga.
"Biasalah. Ma, kak Meisya selalu saja berpihak kepada adik kesayangannya," sahut Mona mengadu.
"Aku tidak berpihak kepada siapapun dan aku hanya memberi ingat kepada kamu untuk tidak bertindak terlalu jauh," jawab Meisya.
"Sudahlah! Mama tidak ingin kalian bertengkar hanya karena semua ini. Meisya kamu punya tugas yang harus kamu selesaikan dan kamu Mona jaga sikap kamu lain kali," tegas Irena.
"Baiklah," ucapnya terdengar santai dan langsung pergi dari ruang tamu.
Meisya menghela nafas dengan memijat kepalanya.
"Hanya Posisi Direktur dan kamu sudah panik seperti itu," sahut Meisya.
"Bagaimana aku tidak memikirkan semua itu, Mona terlalu ceroboh dan mempercayai orang begitu saja," sahut Meisya.
"Posisi Direktur tidak apa-apanya dengan aset yang lain, kamu jangan berlebihan dan lakukan saja tugas yang Mama berikan dan juga fokus pada karir kamu sebagai artis terkenal," ucap Irene membuat Meisya menghela nafas.
****
Arini bersama ibu tirinya, Mona, Meisya sedang berada di meja makan menikmati makan malam.
"Mama sudah berapa persen persiapan pernikahan Arini?" tanya Arini melihat ke arah Irena.
"Kamu yang menikah kenapa harus bertanya kepada Mama," sahut Mona.
"Bukankah, Mama yang ingin mengambil alih persiapan pernikahan aku dan Dellon," sahut Arini.
"Benarkah! memang kamu yakin akan menikah dengan Dellon?" tanya Mona tersenyum penuh arti.
Ekspresi wajah Arini terlihat datar mencoba mencari tahu apa arti dari senyuman itu.
"Mona diamlah! Kamu lanjutkan makan dan jangan banyak bicara!" tegur Irena.
"Untuk persiapan pernikahan kamu sudah mencapai 80%, kamu jangan khawatir," sahut Irene.
"Baiklah! Kak Meisya besok pagi temani Arini untuk fitting baju pengantin," ucap Arini.
"Baiklah, setelah selesai promo film. Kakak akan menemui kamu," jawab Meisya.
"Arini sangat senang dengan orang-orang yang ada di rumah ini membantu mempersiapkan pernikahan Arini. Papa di atas sana pasti sangat bahagia. Ma, terima kasih selama ini menjaga Arini dan menjalankan amanah yang diberikan Papa," ucap Arini.
"Sama-sama. Saya adalah istrinya dan menemani beliau selama belasan tahun. Sayang sekali setahun yang lalu beliau harus meninggalkan dunia ini," jawab Irene.
"Papa pasti bangga dengan Mama," sahut Arini.
Irena hanya memberi senyuman datar dan kembali melanjutkan makan malamnya.
"Dasar sok puitis," gumam Mona terdengar begitu sewot dan bahkan suaranya mampu membuat Arini menoleh ke arahnya walau perkataan itu tidak jelas.
Mona memang sangat tidak menyukai wanita sebaya dengannya itu, sejak kecil Mona selalu menunjukkan rasa iri kepada Arini. Ibu Arini meninggal dunia ketika usianya 7 tahun.
Ayahnya menikah dengan Irena saat usianya 10 tahun dan saat itu membawa anak bernama Meisya yang berusia 15 tahun dan Mona 10 tahun. Keduanya kerap kali sering bertengkar saat kecil dari merebut mainan dan segalanya.
Sampai dewasa keduanya juga tampak tidak akrab. Mona bahkan juga bermain di belakang Arini dengan calon suami Arini.
****
Butik
Arini berada di salah satu butik mewah dengan Arini mencoba gaun pengantin yang sangat Indah.
Arini memakai gaun itu berdiri di depan cermin dengan wajahnya terlihat sangat bahagia, bagaimana tidak sebentar lagi hari pernikahannya yang hanya tinggal menghitung hari.
"Wau ini cantik sekali dan cocok untuk kamu!" Meisya berdiri di belakangnya memberi pujian kepada adiknya itu.
"Sungguh?" tanya Arini membalikkan tubuhnya
"Benar Arini! Kamu cantik sekali menggunakan gaun ini, kamu akan menjadi pengantin paling cantik di seluruh dunia!" puji Meisya.
"Kak Meisya bisa saja," sahut Arini dengan tersenyum lebar.
"Hmmm, kenapa Dellon belum datang juga," Arini terlihat gelisah dan kemudian mengambil ponselnya.
"Aku akan menghubungi Dellon sebentar," ucap Arini. Meisya menganggukkan kepala.
Arini terus saja menghubungi kekasihnya itu dan tidak ada jawaban sama sekali, bagaimana tidak ponsel Dellon berdering di dalam mobil dan ternyata pria itu sedang bermesraan dengan Mona penuh dengan hasrat dan nafsu.
Keduanya kerap kali berhubungan seksual tanpa melihat tempat dan hanya mencari sensasi kenikmatan diantara keduanya dan mengabaikan panggilan telepon tersebut.
Arini masih mencoba menghubungi calon suaminya terlihat gelisah dengan perasaan yang mulai tidak enak.
"Arini!" tegur Meisya.
"Dellon tidak bisa dihubungi, apa dia sedang meeting?" tanya Arini.
"Kemungkinan, bukankah tugas sebagai Direktur itu sangat banyak dan mungkin saja memang Dellon sedang bersama klien," jawab Meisya.
"Begitu! Ya sudahlah aku mengambil beberapa gaun saja dan nanti Dellon akan memilih jas sendiri untuknya," ucap Arini.
"Lakukan saja apa yang terbaik. Kakak ikut saja apapun yang kamu katakan," ucap Meisya.
"Baik, Kak," sahut Arini kembali mencoba beberapa gaun pengantin dan sementara Meisya hanya menghela nafas.
Setelah keduanya selesai dari butik dan mereka mampir sebentar di salah satu Restaurant.
"Kakak akan bertemu dengan Kak Aditya?" tanya Arini.
"Hmmm, tapi masih ada waktu satu jam lagi. Pesawatnya masih belum tiba," jawab Meisya.
"Syukurlah jadi ada yang menemaniku untuk makan siang hari ini," jawab Arini tersenyum merangkul lengan Meisya dan keduanya berjalan menuju Restoran tersebut.
Tetapi langkah Arini tiba-tiba saja terhenti yang diikuti dengan langkah Meisya. Mata Arini melihat ke dalam Restoran dan juga diikuti oleh Meisya.
Arini begitu sangat terkejut melihat Dellon dan Mona yang duduk di salah satu bangku dengan makan berdua dan tampak begitu romantis saling menyuapi satu sama lain. Keduanya sudah seperti orang berkencan.
"Dellon, Mona..." lirih Arini benar-benar tidak percaya dengan apa yang dia lihat.
Sejak tadi dia menghubungi pria itu di mana keduanya berjanji untuk bertemu melakukan fitting baju pengantin dan ternyata pria yang akan menjadi suaminya itu malah sibuk romantis dengan saudara tirinya
Meisya juga melihat hal itu kesulitan menelan ludahnya, dan menoleh ke arah Arini menatap nanar Arini terlihat masih schok.
Bersambung.....
...Hay para pembaca, aku kembali memberikan karya baru. Aku tidak akan bosan-bosan memberikan karya jika terus didukung para pembaca setiaku....
Ku Balas Pengkhianatan Dengan Setimpal
...Karya ini dibuat dengan sepenuh hati dan atas dukungan kalian, kita sama-sama berdoa agar karya ini sukses dan disukai para pembaca....
...Jangan lupa untuk terus memberikan dukungannya, subscribe, like, vote dan berikan komentar yang positif dan membangun. ...
...Ingan jangan suka nabung BAB, baca dari bab 1 sampai akhir karena setiap episode memiliki kejutan. ...
...Terima kasih saya ucapkan untuk para pembaca, salam cinta dari saya Author 🌹🌹...
"Arini!" tegur Meisya.
"Apa-apaan ini," ucapnya dengan perasaan yang tidak enak dan rasa amarah didalam tubuhnya.
Arini ternyata tidak mampu mengendalikan dirinya memasuki Restaurant tersebut.
"Arini tunggu!" Meisya mengejar adiknya itu.
"Dellon!" teriak Arini membuat Dellon dan Mona kaget.
Hanya Dellon yang panik dan sementara Mona tampak santai yang sepertinya memang itu yang dia inginkan Arini menangkap basah hubungan mereka.
Meisya juga sudah berada di sana, karena teriakan Arini membuat orang-orang yang berada di restoran tersebut mencuri perhatian mereka.
Meisya sebagai orang terkenal dalam dunia entertainment mencoba untuk memalingkan wajahnya agar tidak dikenali oleh masyarakat karena hal ini sangat memalukan ketika berada diantara pertengkaran.
"Arini!" Dellon langsung berdiri dari tempat duduknya.
"Apa yang kamu lakukan di sini bersamanya hah! Aku sejak tadi menghubungi kamu dan menunggu kamu di butik, kamu lupa jika kita berdua melakukan fitting baju pengantin dan kamu malah asik-asik, kan romantis seperti ini sama dia!" tegas Arini mengeluarkan semua rasa amarahnya.
"Arini kamu tenang dulu!" Meisya mencoba menenangkan Arini agar suaranya tidak terdengar begitu kuat yang hanya membuat orang-orang penasaran.
"Arini kamu jangan salah paham, aku tadi meeting dengan klien dan ponselku memang sengaja aku tidak membawanya agar tidak mengganggu. Aku tidak sengaja bertemu dengan Mona," Dellon masih saja memberi alasan.
"Kalau memang kamu tidak sengaja bertemu dengan Mona, kamu tidak akan suap-suapan seperti tadi!" tegas Arini.
"Kamu itu kampungan tahu, memang kenapa kalau aku menyuapi Dellon," sahut Mona dengan rasa tidak bersalah sama sekali.
"Kamu bilang kenapa. Dia adalah tunanganku dan apa yang kamu lakukan tidak pantas!" jawab Arini dengan tegas sembari menunjuk Mona.
"Heh! kamu tidak perlu menunjuk-nunjuk ku seperti itu!" Mona tidak terima langsung berdiri dari tempat duduknya menghampiri Arini.
"Mona cukup!" Meisya langsung menghentikan adiknya itu yang menantang Arini.
"Kakak nggak usah terus belain dia. Dia kurang ajar kepadaku!" tegas Mona.
"Kamu yang kurang ajar," tegas Arini.
"Sudah cukup Arini hentikan! Kamu hanya salah paham, kamu tahu sendiri bagaimana posisi sebagai Direktur dengan pekerjaan yang sangat banyak. Aku benar-benar hanya bertemu dengan klien dan apa yang kamu lihat tadi tidak seperti yang terjadi sebenarnya. Kamu jangan berlebihan seperti ini dan apa yang kamu lakukan hanya membuatku malu!" tegas Dellon.
"Jadi kamu memikirkan rasa malu kamu dan kamu tidak malu dengan apa yang kamu lakukan barusan," sahut Arini.
"Arini stop! berapa kali aku harus menjelaskan kepadamu!" tegas Dellon dengan membentak Arini membuat Arini kaget.
Mona tersenyum miring, pasti suatu kebahagiaan untuknya melihat Arini dimarahi oleh Dellon di depan umum.
"Keterlaluan kalian berdua!" ucap Arini dengan mata berkaca-kaca dan langsung berlalu dari hadapan Dellon.
"Arini!" panggil Meisya.
"Mona, Dellon, kalian berdua benar-benar!" ucap Meisya dengan geleng-geleng kepala yang juga terlihat marah dan langsung menyusul Arini.
"Dasar lebay," sahut Mona dengan wajah kesal.
"Sayang kamu tidak apa-apa?" tanya Dellon ternyata tidak mengejar Arini dan justru lebih mengkhawatirkan Mona.
"Kamu seharusnya langsung saja putuskan wanita itu. Kamu sudah mendapatkan apa yang kamu mau. Jangan-jangan kamu benar-benar ingin menikah dengannya," ucap Mona dengan kesal.
"Aku mana mungkin ingin menikah dengannya, kamu jangan salah paham. Aku hanya mencoba untuk bersikap netral saja. Aku pasti akan memutuskan hubungan itu, tapi tidak sekarang karena masih banyak yang ingin aku dapatkan," jawab Dellon.
"Tetap saja membuatku kesel," ucap Mona dengan kedua tangannya dilipat di dadanya dan wajahnya tampak cemberut.
"Sayang kamu jangan bersikap seperti ini dan percayalah kepadaku, aku akan segera mengakhiri hubunganku wanita bodoh itu," ucap Dellon mencoba membujuk Mona tanpa peduli dengan perasaan Arini.
***
Arini duduk di salah satu bangku menangis beberapa kali menyeka air matanya. Meisya sudah menghampirinya dengan menghela nafas dan kemudian duduk di samping Arini.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Meisya.
"Kenapa sejak dulu Mona selalu saja menggangguku, dia terus ingin bertengkar denganku dan sekarang dia seperti sengaja mendekati Dellon. Padahal dia tahu kalau kami akan menikah," ucap Arini mengadukan semua perasaannya kepada Meisya.
"Kakak mengerti perasaan kamu dan bukankah tadi Dellon sudah menjelaskan apa yang terjadi dan semua tergantung pada kamu. Kamu punya pilihan lain untuk percaya padanya atau tidak," ucap Meisya memang tidak bisa berkata apa-apa.
"Tetapi aku sangat mencintai Dellon. Tidak mungkin hanya karena masalah ini aku harus mengakhiri hubunganku dengan dia, tetapi Dellon tidak tegas. Mona sangat keterlaluan!" ucap Arini.
Meisya mengusap-usap lembut rambut Arini mencoba untuk menenangkan Arini.
"Kakak akan mencoba berbicara dengan Mona agar dia tahu batasannya. Kamu jangan khawatir semua akan baik-baik saja," ucap Meisya.
Arini melihat ke arah Meisya, "terima kasih Kakak selalu berada di pihakku, meski aku hanya adik tiri tetapi Kakak tidak pernah membela yang salah," ucap Arini sekarang perasaannya sudah jauh lebih lega daripada sebelumnya.
"Kita sudah tinggal begitu lama bersama dan tidak ada perkataan adik tiri atau adik kandung, kita berdua memang tidak saudara tetapi ikatan diantara kita berdua sudah seperti sedarah," ucap Mona dengan tersenyum.
Arini juga tersenyum, dia merasa jauh lebih baik daripada sebelumnya karena ada yang menemaninya dan memberi masukan padanya.
"Kak tadi Arini sudah membuat malu di Restoran itu dan juga banyak orang di sana yang mengenali Kakak. Apa ini tidak masalah dengan nama baik Kakak?" tanya Arini.
"Untuk hal itu Kakak bisa mengatasinya, kamu jangan khawatir," ucap Meisya.
"Baiklah! Oh iya bukankah kakak harus bertemu dengan Kak Aditya?" tanya Arini
"Kamu benar ada pertemuan setelah ini dan tadi seharusnya kita makan siang bersama dan kemudian Kakak pergi. Tetapi Kakak sudah tidak punya waktu lagi untuk makan siang bersama kamu dan mungkin lain kali kita bisa makan bersama," jawab Meisya.
"Tidak apa-apa. Janji Kakak dengan kekasih Kakak jauh lebih penting dibandingkan tentang urusanku. Aku sudah baik-baik saja. Kak Aditya sudah lama di Luar Negeri dan pasti kalian berdua saling merindukan satu sama lain. Jadi pergilah temui dia," ucap Arini dengan tersenyum yang tidak masalah sama sekali.
"Kamu yakin sudah baik-baik saja?" tanya Meisya memastikan.
"Lihatlah aku jauh lebih baik," Arini dengan yakin tersenyum agar Meisya tidak khawatir padanya.
"Ya sudah kalau begitu Kakak pergi dulu. Kamu pulangnya hati-hati dan kalau ada Papa hubungi saja Kakak," ucap Meisya membuat Arini menganggukkan kepala.
Meisya akhirnya meninggalkan Arini. Arini menarik nafas panjang dan membuang perlahan ke depan.
"Aku harus membicarakan semua ini dengan Mama agar Mama menegur Mona. Mona sudah keterlaluan dan menganggap semua enteng," ucap Arini dengan yakin.
"Jika aku hanya diam saja dan makam Mona akan merajalela, dia harus menyadari bahwa aku akan menikah dengan Dellon dan tidak pantas dia seperti itu. Dellon juga tidak tegas sama sekali. Lihatlah sekarang dia tidak muncul," ucap Arini menoleh ke belakang dengan harapan kekasihnya itu datang menjelaskan kembali kepadanya.
Arini hanya bisa mengharap dan tidak melihat kehadiran Dellon membuatnya berdiri dari tempat duduknya dan meninggalkan taman tersebut.
Bersambung ...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!