NovelToon NovelToon

Kembalinya Sang Pewaris

Kalah judi

Haiiii... Readers 😍 akhirnya kita berjumpa lagi di karya yang terbaru berjudul "Kembalinya sang pewaris" kisah perjalanan anak ketiga Reno Mahesa dan Delena ini menceritakan kisah Petukangan Zidane sebagai anak pewaris ketiga Macan Asia. Kisah ini penuh dengan intrik, penghianatan, balas dendam, percintaan dan romansa akan tertuang di novel terbaru ini.

Seperti biasa Bunda akan meminta kalian untuk berikan Like, Vote, gift, Rate bintang 🌟 5 sertakan komentar kalian sebagai penyemangat bunda ya sayang 😍😍

Yuk kita ikuti kelanjutannya.

_______

Pernikahan Zevano Hendra Mahesa dan Savira Adinda Robby, akhirnya di gelar di hotel Ritz Carlton di bilangan jakarta. Zevano akhirnya berhasil mempersunting adik angkatnya Savira yang juga cinta pertamanya. Savira merima lamaran Kakak angkatnya karena memiliki chemistry yang kuat. Hingga cinta mereka di abadikan dalam sebuah ikatan suci pernikahan.

Pernikahan yang super mewah dan megah terpampang jelas di sana. berbagai stasiun televisi swasta mengabadikan moment tersebut. Dari berbagai kalangan dan berbagai negara ikut hadir menyaksikan pernikahan terbesar di Asia Tenggara.

Dari para pejabat, eksekutif muda, pembisnis, artis papan atas serta sosialita turut hadir dan meramaikan pernikahan anak macan Asia.

Reno dan Delena begitu bahagia menyambut pernikahan putra pertama dan putri angkatnya. Wajah sumringah dan bahagia terlihat jelas di atas panggung. Arabella tak luput dari incaran para pencari berita, gadis cantik itu menjadi topik hangat di televisi.

Zevana Alea Mahesa anak kedua dari Reno dan Delena, Zevana adalah kembaran Zevano. Saat ini Vana sedang mengandung tujuh bulan dan ikut merayakan pernikahan bersama Nathan. Mereka duduk di singgasana sebagai pengantin juga.

Di acara yang sakral itu tidak terlihat anak ketiga Reno. Zidane tidak hadir di acara pernikahan kedua sang kakak nya, hingga acara selesai di gelar pria itu tidak menampakkan batang hidungnya.

***

Sementara di London. Di sebuah kota yang jauh dari keramaian, cepatnya di night clubs tersembunyi. Seorang pria tampan dengan wajah tertutup awan hitam, ia menelisik kartu-kartu di tangannya. Ia menarik nafas dalam dan di hembus perlahan. Sekali lagi ia harus menerima kekalahan dan kekecewaan. Kartu yang ia lemparkan ke atas meja tidak sesuai dengan ekspresi nya.

"Hahaha... Akhirnya aku menang lagi!" seru pria berkepala plontos.

"Kita sudahi hari ini, aku menyerah!" ucap pria itu frustasi.

"Jangan mudah menyerah, siapa tahu lain kali kau menang." kata seorang pria yang duduk di sampingnya.

"Aku sudah tidak ada lagi buat bertaruh." ucapnya datar.

"Hey! kau masih memiliki mobil sport hitam, kau bisa buat taruhan.!" sahut pria yang duduk di sebrang Zidane.

Zidane menggeleng lemah "Tidak, aku tidak berani. Pasti Daddy ku akan murka. Harga mobil ini harganya tidak main-main."

"Dasar pengecut! Kau bilang ayahmu orang berkuasa. Masa mengorbankan satu mobil saja tak berani!" tantang pria plontos

"Aku sudah korban kan apartemen ku tanpa sepengetahuan Daddy dan mommy. Mana berani aku korbankan mobil lagi. Barang ini aset ku satu-satunya. Akan sulit pergi kemana-mana tanpa mobil." balas Zidan.

"Tenang saja aku akan membantu mu." seorang wanita cantik dan seksi memberikan Zidane sampanye. Zidane tidak menolaknya ia meneguk segelas sampanye dengan cepat.

"Kau tidak usah takut kawan, aku akan membayar mobil mu dengan harga 2x lipat." bujuk pria sang pemilik night clubs.

"Baiklah! Aku taruhan mobil seharga 500 milyar. Bila aku menang, seluruh aset kalian akan aku bawa pulang. Dan ingat, jangan ada yang bermain curang!" seru Zidane.

Satu meja bundar ada enam orang yang sedang bermain judi. Satu persatu menaruh aset-aset mereka di atas meja. Zidan menaruh kunci mobil diatas tumpukan surat tanah dan aset lainnya.

Sang bandar mulai mengocok kartu Remi, lalu di bagikan pada masing-masing peserta. Zidane duduk di kursi depan perasaan was-was, jantung nya berdebar lebih cepat dari biasanya. Sebab taruhan yang ia berikan bukanlah barang murah, tetapi sebuah mobil keluaran terbaru di London. Mobil sport tersebut pemberian sang mommy di hari ulang tahunnya yang ke 22 tahun enam bulan yang lalu. Apapun keinginan anak bungsunya selalu sang mommy turuti.

Zidane sangat berbeda dari kedua kakaknya yang mandiri dan pekerja keras. Ia kerapkali menghabiskan uang kedua orang tuanya tanpa ingin berkerja keras. Delena seringkali mengirimkan uang pada Zidan melebihi batas maksimal tanpa sepengetahuan suaminya Reno. Tentu saja semua ini di manfaatkan oleh anak bungsunya yang gemar bermain judi dan gaya hidup glamor.

Zidane tersenyum miring saat kartu di tangannya mendapatkan angka yang bagus dan jitu. Sang wanita cantik berpenampilan menarik duduk di samping Zidane seraya memberikan sampanye. Kerapkali ia menjilati telinga Zidane penuh hasrat. Namun Zidane menepisnya dengan kasar. Wanita-wanita menggoda itu seringkali di pakai untuk memuaskan hasrat laki-laki hidung belang. Namun berbeda dengan Zidane, ia tidak pernah tergoda dan tergiur dengan wanita-wanita malam seperti itu.

Baginya kesucian cinta hanya akan dia dapatkah pada wanita yang tulus dan tepat. Zidane tidak ingin membuang waktunya dengan pesta sex atau hubungan terlarang tanpa status. Ia masih memiliki norma-norma agama yang di ajarkan kedua orang tuanya.

"Silakan di buka kartu kalian." tukas sang bandar.

Empat orang membuka kartu yang ia lempar di atas meja. Kini giliran Zidan membuka kartu miliknya sebelum pria kepala plontos membuka kartunya. Wajah suram terlihat jelas pada pria kepala plontos yang biasa di panggil Bos Zacky.

"Saya memiliki dua kartu As! Kata Zidane sumringah, ia melempar keatas meja kartu-kartu tersebut. "Saya pemenangnya!" sahut Zidane seraya meraih deretan akte tanah dan kunci mobil sport miliknya.

"Tunggu!" seru Zacky "Saya juga memiliki kartu As dan jumlah angka wajik yang lebih tinggi dari mu!

Pria itu melempar kartu ke meja dan semua orang tercengang. Zidane menatap tak percaya.

"Tidak mungkin! pasti kau bermain curang" teriak Zidane sambil menunjuk ke arah pria bernama Zacky.

"Aku tidak pernah bermain curang, tapi Kau yang bodoh! berikan semua aset taruhan ku, karena itu milikku! aku yang menang bukan kau!" bentak Zacky.

"Ternyata sejak awal kau yang bermain curang!" teriak Zidane tak terima.

"Usir dia dari club ini! Jangan pernah dia kembali lagi kesini! Perintah Zacky pada anak buahnya yang berjaga di clubs tersebut.

Zidane di tarik paksa untuk keluar dari arena perjudian, lalu di lempar keluar oleh para bodyguard Zacky.

"Sialan kalian semua! Akan aku balas nanti!" teriak Zidane yang benar-benar sudah tak berdaya.

Ia berjalan mendekati mobilnya dan menangis sambil memaki "Sial! Aku kehilangan mobil sport termahal ku! Apa mommy akan marah, mobil hadiah darinya ku buat taruhan dan sekarang aku tidak memilki apa-apa lagi!" Zidane menangis sesenggukan di depan mobil milik.

Tiba-tiba datang segerombolan orang dan menyiram pria tampan itu dengan seember air kotor. "Pergi dari sini pecundang! jangan pernah sentuh mobil bos kami!"

"Tidak! Aku tidak akan pergi, ini mobil milik ku! Bos kalian bermain curang!" teriak Zidane masih memeluk mobil kesayangan nya.

"Rupanya dia minta di hajar! Pukuli dia sampai mati!" seru salah satu dari mereka.

Mereka bertubi-tubi memukuli Zidane, ilmu bela diri Zidane tidak sebanding dengan kedua kakaknya. Tetapi ia masih bisa melawan dan memberikan pelajaran. Namun tetap saja, satu banding sepuluh orang sangat lah tidak mungkin untuk menang. Tubuh Zidane sudah babak belur dan berakhir di aspal.

Sampai jumpa besok ya All... terus ikuti keseruannya...💜💜💜

Kehilangan kelurga

Terima kasih yang sudah mampir di karya terbaru Bunda 🥰 Tolong bantu RATE 🌟 🌟 🌟 🌟 🌟 5 ya sayang, dan berikan komentar positif kalian 😍

***

Zidane merasakan seluruh tubuhnya remuk, ia bangkit dengan perlahan meskipun sudah tak berdaya. Ia melihat mobilnya sudah tidak ada di depan lobby night clubs. Zidane menangis sejadi-jadinya dan penyesalan selalu datang terlambat.

"Dasar sialan! Aku di jebak oleh mereka berdua! Bandar dan si Zacky keparat itu telah merampas mobil ku. "Akan ku balas kalian! Teriak Zidane "Aku akan meminta orang-orang Daddy untuk datang ke London dan menghancurkan mereka semua!"

Bola mata Zidane memerah, ia memendam amarah dari tatapannya yang dingin. "Mereka harus tahu kalau ayah ku orang yang berkuasa!"

Zidane sudah tidak punya pilihan lain selain menghubungi sang mommy. Namun sayang, panggilan telepon nya tidak aktif.

"Apa mommy marah dan kecewa, kalau aku tidak datang di pernikahan kak Vano dan kak Savira?"

"Aku harus pulang kemana? Apartemen ku sudah tidak ada, sewa hotel sudah habis."

Zidane menjambak rambutnya karena frustasi.

"Lebih baik ke apartemen Willy, dia sudah banyak aku bantu. Pasti dia mengizinkan ku untuk tinggal disana."

Zidane mengehentikan taxi yang lewat dan meminta di antarkan ke alamat yang ia tuju. untungnya masih ada uang beberapa dolar di saku celananya. Setelah membayar taxi ia turun dari mobil dengan tertatih.

Setelah keluar dari pintu lift, Zidane menuju nomor 32. Ia mengetuk pintu dengan semangat. Lama menunggu akhirnya pintu di buka dengan cepat.

"Varo! Mau apa kau kesini? malam-malam ganggu orang tidur saja!" pekik Willy

"Aku mau numpang tinggal di apartemen mu untuk sementara, sampai mommy ku kirim uang, aku akan pindah." kata Zidane dan ingin menerobos masuk kedalam apartemen, Namun di cegat oleh Willy.

"Kau tidak bisa numpang di apartemen ku, Lily tinggal bersama ku disini dan hanya cuma satu kamar di apartemen ini!"

"Aku bisa tidur di ruangan tamu, paling tidak sampai aku dapatkan tempat tinggal setelah dapat kiriman uang."

"Tidak bisa! Lily tidak akan leluasa bila ada orang asing di apartemen."

"Kau anggap aku orang asing!" seru Zidane kesal "Aku juga mengenal Lily!"

"Ahh_susah bicara dengan mu, aku juga butuh privasi dan tidak mau di ganggu!" tegas Willy sambil membanting pintu.

"Will.. Willy! Seru Zidane.

"Sial! Teman macam apa kau?! Aku sudah banyak membantu mu dan uang ku banyak habis untuk mu. Tapi sekarang kau tidak bisa di mintai tolong! Teriak Zidane di depan pintu yang tertutup.

Zidane menendang pintu apartemen Willy dan melangkah pergi dengan perasaan kalut.

"Felicia, hanya dia harapan ku." Zidane menghubungi kekasihnya, namun teleponnya tidak aktif. "Kemana Feli? biasanya telepon Feli selalu aktif, bahkan bila meminta sesuatu padaku, pasti akan menghubungi ku meskipun larut malam."

"Sial! Aku sudah seperti gembel yang tidak memiliki apapun!"

Zidane tidak punya pilihan lain lagi, ia memohon pada satpam apartemen agar di berikan tempat menginap hanya untuk satu malam. Sebab jam segini ia mau pergi kemana. Harapan Zidane adalah menghubungi sang mommy dan berharap mommy nya masih memiliki belas kasih sayang.

"Besok aku akan telepon mommy dan minta tiket penerbangan ke Indonesia. Aku akan pulang dulu dan cuti dari kuliah beberapa minggu, mommy dan Daddy pasti tidak tega melihat anaknya gelandangan di jalan."

Pagi itu sinar mulai menampakkan sinarnya, seorang satpam membangun kan Zidane dengan suara keras "Bangun! Ini bukan hotel! Cepat pergi dari sini!" usir seorang satpam.

Zidane yang kelelahan dan tubuhnya lebam-lebam bekas pukulan anak buah Zacky, terbangun dari lantai beralaskan kardus. Ia melangkah dengan gontai dan ingin mencari rumah makan, sebab ia sangat lapar.

Ia merogoh saku celananya, uang tinggal pecahan 50 Dollar. "Sial, kenapa hidup ku jadi sulit begini sih!"

"Aku harus ke ATM, menarik sisa uang yang masih ada."

Saat Zidane berdiri di trotoar, ia sedang menunggu taxi lewat, tiba-tiba matanya melihat mobil Willy keluar dari pintu apartemen.

"Willy...."

"Willy... Tolong aku!" seru Zidane

Zidane terus mengetuk-ngetuk kaca mobilnya, namun, temannya itu tidak membukakan kaca mobil. Justru menggas mobil dengan cepat.

"Sialan kau Willy! Saat aku banyak uang kau selalu berada di sisiku. Sekarang kau secara terang-terangan menjauh dan mengabaikan ku!"

Mobil taxi berhenti di depan Zidane, ia masuk kedalam mobil dan minta di antarkan ke Bank Swiss. Setelah membayar taxi, ia ikut mengantri. Lama menunggu akhirnya giliran Zidan memasukkan kartu ATM kedalam mesin. Sialnya saldonya kosong dan terblokir. Zidane terlihat frustasi, ia mendatangi teller Bank dan meminta penjelasan.

Pria berwajah tampan itu keluar dari bank dengan perasaan putus asa. Ia duduk di kursi dan menghubungi kembali sang mommy. Namun nomor nya terblokir. Airmata Zidane mulai menetes, sekali lagi ia menghubungi kedua kakak kembarnya Vano dan Vana, berharap Kedua kakaknya masih peduli padanya. Namun sayang, nomor telepon mereka berdua tidak bisa di hubungi semua. Semuanya seakan memberikan jarak padanya.

"Daddy.. adalah harapan ku terakhir."

Sebenarnya Zidane paling segan pada sang Daddy. Disamping wataknya yang keras dan tidak mudah di bujuk seperti sang mommy. Sang Daddy bukan hanya tegas tetapi juga tempramen tinggi bila sedang marah.

Zidane mulai menekan tuts nomor telepon sang Daddy, tak lama kemudian telepon tersambung. Detik kemudian suara bariton Reno terdengar di ujung telepon.

"Hallo..."

"Daddy..." sahut Zidane dengan suara sedih.

"Untuk apa kamu menghubungi Daddy?!

"Daddy, Zii minta maaf. Tidak datang di hari pernikahan kak Vano dan kak Vira."

"Daddy, mommy dan kedua kakak mu sudah tidak berharap kamu kembali!" tegas Reno pada anak bungsunya.

"Apa maksud Daddy?" Tanya Zidane lirih

"Tidak ada waktu untuk berbincang, Daddy mau istrahat dan tidur. Ini sudah malam!"

"Daddy tolong jangan di matikan teleponnya. Ada yang ingin Zii tanyakan? Apa Daddy memblokir tabungan ku?"

Reno membuang nafas kasar "Ternyata benar dugaan ku. Kau menghubungi Daddy hanya untuk tanyakan soal uang!"

"Dad! Sekarang hidup ku sangat sulit." hiks.. "Zii sudah tidak punya uang, bahkan Daddy blokir ATM ku." Zidane menangis sesenggukan, mencurahkan kelu kesahnya pada sang Daddy.

"Zii sudah tidak punya tempat tinggal lagi Dad, tolong kirimkan uang, Zii sangat membutuhkan sekarang."

"Sekarang kamu akan rasakan bagaimana sulitnya mencari uang, Zii?! Teriak Reno dengan amarah yang mulai meletup-letup "Kamu berjudi dan menghabiskan aset-aset yang sudah mommy dan Daddy berikan. Kau pikir Daddy tidak tahu? Kau jual apartemen untuk berjudi, kau habiskan tabungan mu untuk berjudi dan baru saja kau taruhkan mobil sport pemberian mommy mu di meja judi! kamu taruh di mana otak mu Zidane!"

Zidane terkejut, sang Daddy sudah mengetahui semuanya. Ia berharap bisa membujuk sang mommy untuk memberikannya uang, untuk membeli mobil dan apartemen baru, namun sayang. Sang Daddy sudah mengetahui semuanya.

"Sudah berapa banyak kau habiskan uang yang kami kirim. Bahkan, tanpa setahu Daddy, mommy memberikan mu uang ratusan milyar. Bukan di manfaatkan dengan baik, tatapi kamu malah berjudi dan berfoya-foya!"

"Dad! Maafkan Zii, Zii janji akan memperbaiki semuanya "

"Sudah sering kamu berjanji seperti itu, tetapi terus kau ulangi lagi!"

"Kenapa Daddy selalu pilih kasih pada kami bertiga! Kak Vano dan kak Vana mendapatkan aset yang banyak, memiliki perusahaan, rumah mewah dan fasilitas lainnya. Tapi dengan ku? Daddy selalu perhitungan dan tidak memberikan ku perusahaan!" protes Zidane

"Kamu bilang Daddy perhitungan?! Kamu sekolah dan biaya hidup di London serta fasilitas semua Daddy kasih, tapi tidak di manfaatkan dengan baik! Apa kamu tahu? Kedua kakak mu selalu berkerja keras untuk membangun perusahaan Mahesa grup. Sudah banyak yang mereka lalui hingga di titik terendah. Petualangan kedua kakak mu tidak sebanding dengan apapun. Daddy sekolahkan kamu di luar negeri, agar kamu jadi orang sukses dan mapan seperti kedua kakak mu!" omel Reno sudah pada batas kesabaran nya.

"Aku malas mendengar Daddy bicara, tapi ujung-ujungnya menyalahkan aku! Aku seperti di buang dari keluarga! Bahkan, telepon Mommy tidak bisa di hubungi!"

"Sudah cukup kamu bicara Zidane! Mulai saat ini kamu harus bekerja keras untuk dirimu sendiri! Daddy dan mommy tidak akan kirim kan Kamu uang lagi. Semoga Kamu bisa intropeksi diri dan berusaha mandiri!"

Tut.. Tut.. Tut..

Telepon di putus sepihak oleh Reno.

"Daddy.... please tolong Zidane..."

Zidane menangis frustasi, dia sudah tidak bisa berhubungan dengan keluarga nya lagi.

Besok ada part untuk malam pertama Vano dan Vira ya..🥰

💜💜💜

Ketegasan Reno pada Zidane

Sementara di mansion.

Setelah mendapatkan telepon dari anak bungsunya, Reno keluar dari ruangan kerja. Ia masuk kedalam kamar, namun tidak menemukan sosok sang istri. Reno mencari keberadaan Delena di dalam kamar dan melihat sang istri berada di balkon, berdiri sambil menatap bintang-bintang di langit.

"Sayang.. Sudah malam. Ayo masuk, di luar sangat dingin."

Delena tak bergeming, ia tidak mengindahkan panggilan suaminya. Reno berjalan mendekat dan memeluk pinggang sang istri dari belakang sambil menciumi bahu sang istri.

"Kenapa diam? Tanya Reno, dia sudah paham dengan diamnya Delena "Apa kamu masih marah?" tanya Reno datar, ia tidak ingin melepas pelukannya, tubuh sang istri sangat candu baginya. Aroma wangi vanila menguar di indra penciuman Reno.

"Sayang, aku lakukan itu demi kebaikan anak kita. Kamu terlalu memanjakan Zidane, hingga ia hilang kendali. Dulu pun aku pernah nakal, bermain judi dan minum-minum. Tetapi aku tidak sebodoh Zidane. Kakek sangat keras mendidik ku hingga aku selalu menang tak terkalahkan."

Delena menghela nafas pelan. "Zidane mengikuti jejak mu dulu mas, karena buah jatuh tidak jauh dari pohonnya."

Reno merapikan rambut sang istri, menyelipkan anak rambut di belakang telinga. "Kan sudah aku katakan, aku tidak pernah kalah dan bisa membalikkan keadaan. Semua pembisnis di kalangan elit, dari berbagai negara sudah tahu kalau aku raja judi dan peminum handal."

"Lalu kenapa kamu harus menghentikan uang untuk Zidan. Pasti dia sangat menderita di London."

Reno tidak suka dengan pemikiran istrinya yang selalu membela anak bungsunya. Meskipun salah dia tetap membela.

"Aku hanya memberinya sedikit pelajaran."

"Bukan begitu cara mas memberikan pelajaran pada Zidane." sahut Delena

"Lalu dengan cara apa? Membiarkan anak kita hidup dalam kesenangan dan menghabiskan berapa pun uang yang kita berikan. Aku tidak pernah perhitungan dengan anak-anak ku. Tapi aku harus mendidik mereka agar mereka tidak salah jalan kedepannya." tukas Reno, tetap pada pendiriannya.

"Kalau kita biarkan Zidane seperti itu terus, yang ada seluruh perusahaan bangkrut di jual olehnya demi kesenangan sendiri." Reno menarik nafas dalam "Cobalah berpikir realistis Delena, aku membangun kerajaan bisnis Mahesa grup bukan waktu sebentar, tetapi puluhan tahun untuk membangun hingga jadi besar dan kuat. Sudah banyak para pembisnis yang haus akan kekuasaan, mereka ingin menghancurkan bisnis keluarga Mahesa. Tetapi kedua anak kembar ku sangat konsisten dan bekerja keras. Mereka berdua berperan penting dalam memajukan perusahaan." ucap Reno panjang lebar dan berharap istrinya terbuka mata hatinya.

"Maaf, aku tidak pernah membeda-bedakan Zidane dengan Vano dan Vana. Tapi kenyataannya mereka sangat berbeda. Aku telah salah mendidik Zidane, sebab aku banyak menyita waktu untuk urusan perusahaan. Urusan Zidane aku serahkan semua pada mu. Tapi nyatanya, kau lihat sendiri hasilnya." kata Reno, sambil menerawang jauh ke depan.

Delena menundukkan kepalanya, ada perasaan bersalah pada sikapnya selama ini. Memanjakan anak bungsunya dan memberikan semua keinginannya justru menjerumuskan Zidane lebih dalam lagi. Ternyata ia telah salah mendidik dan mencurahkan kasih sayang pada Zidane.

"Maafkan aku mas, aku berlalu memanjakan Zidane, tanpa melihat situasi sebenarnya. Dulu Zidane anak yang baik dan penurut. Tapi kenapa dia terjerumus dalam kehidupan yang menyesatkan?"

"Karena kita terlalu percaya dengan nya."

"Aku akan menyerahkan warisan padanya setelah Zidane sudah benar-benar berubah dan menggunakan akal sehatnya. Dia juga belum lulus S2, biarkan dia berpikir keras dan harus mandiri mulai dari sekarang."

"Tapi bagaimana dengan nasib Zidane di sana mas? Pasti dia sangat kesulitan dan hidup terlunta-lunta. Apartemen nya sudah dia jual dan mobil pemberian ku buat taruhan judi."

"Lebih baik kita bawa pulang ke jakarta dan lanjut kuliah S2 di sini?" kata Delena seperti memohon

Reno menggelengkan kepala "Tidak! Itu akan membuat Zidane besar kepala, Aku sengaja mendidik anak Kita. Biarkan dia hidup susah disana, biarkan dia cari pekerjaan untuk menghidupi dirinya sendiri. Dengan begitu dia akan berpikir dan berubah. Kita hanya bisa melihatnya dari jarak yang tak terlihat olehnya.

Zidane perlu di didik keras, agar dia tidak salah jalan dan merugikan dirinya sendiri!" ucap Reno tegas. "Aku sudah menegaskan pada semua anak-anak ku, saat sekolah di luar negeri tidak boleh memakai nama besar ku. Aku tidak ingin mereka jadi incaran sekelompok orang-orang jahat."

Akhirnya Delena setuju dan mengangguk patuh. "Baiklah mas, aku akan menuruti semua perintah mu walaupun aku tidak tega."

Reno kembali memeluk erat sang istri "Kita harus tega sayang , semua itu demi kebaikan Zidane."

"Iya mas, aku tahu."

"Ayi kita tidur, sudah malam."

Delena dan Reno kembali masuk kedalam kamar.

Sementara di kamar pengantin. Usai merayakan pernikahan yang megah di hotel milik keluarga Mahesa. Vano dan Savira belum sempat melakukan malam pertama, sebab masih banyak tamu yang datang ke mansion hingga merayakan pesta di rumah. Arabella juga sempat rewel ingin tidur bertiga bareng dan terpaksa mereka menunda malam pertama selama dua hari.

Malam ini Arabella tidur bersama Delena dan Reno di kamarnya, yang sudah tertidur lelap sejak tadi.

Savira memakai baju lingerie merah marun, ia meluluri kaki dan tangannya dengan handbody. Vano menghentikan aktivitasnya yang sedari tadi berkutat di depan laptop. Ia berjalan kearah sang istri yang duduk di depan cermin.

Vano merangkul tubuh Savira dan menciumi pipinya. "Istri ku wangi banget." godanya sambil tersenyum minat.

"Kamu sudah siap sayang?" Tanya Vano sudah tak sabar.

Savira tersenyum dan mengangguk "Iya kak, tapi pelan-pelan ya, pasti sangat sakit."

Dahi Vano mengernyit. "Bukankah kamu sudah merasakan sebelum bersama ku Vir? Pasti milik mantan mu tidak sebesar punya ku." sahut Vano yang akhirnya terkekeh.

"Aku belum pernah melihat dan merasakannya kak." jawab Savira jujur.

Vano membulatkan bola matanya "Kamu serius?" tanya Vano tak percaya.

Savira mengangguk "Iya kak, aku nggak bohong."

"Tiga tahun kamu hidup satu atap dengan Kelvin tidak pernah melakukan hubungan intim?!

Savira menggeleng lemah "Aku selalu menjaga jarak dengan Kelvin dan kami tidak pernah tidur satu ranjang."

"Savira..." Vano sudah tidak dapat mengucapkan kata-katanya. Ia membalikkan tubuh Savira dan di peluknya penuh kasih sayang.

"Aku tidak menyangka kamu bisa menjaga kesucian mu meskipun satu atap dengan Kelvin."

"Karena aku tidak pernah mencintai Kelvin kak, pernikahan kami hanyalah sebuah bisnis yang di setting oleh Om Rony."

Bagaimana mungkin Kelvin bisa bertahan tanpa hubungan intim? Pantas saja dia mencari kepuasan dari kekasihnya bernama Wulan dan kini wanita itu berada di dalam penjara. gumam Vano dalam hati.

Bola mata Vano berembun "Terima kasih my wife, kamu sudah menjaga kesucian mu untuk ku. Maafkan Kakak ya dulu pernah menyakiti dan meninggalkan mu."

Savira mengurai pelukannya dan tersenyum sambil menatap lembut wajah suaminya. "Kak, jangan pernah menyesali yang sudah terjadi. Kakak menikah dengan kak Bella adalah takdir. Ada Arabella diantara kalian. Aku kembali berjodoh dengan kak Vano juga takdir para Readers bunda, karena mereka menginginkan kita bersatu." ucap Savira tulus.

"Aku tidak pernah menyesal di takdirkan jadi suami mu sayang, aku juga ingin berterima kasih pada Readers kesayangan bunda, yang telah menyatukan kita berdua." ucap Vano bahagia 😍

Malam pertama lanjut besok All..🏃🏃🏃

TOLONG BANTU RATE BINTANG 🌟 5 GUYSS BIAR BUNDA MAKIN SEMANGAT NULIS NYA 🙏. JANGAN LUPA VOTE/ GIFT DI KARYA TERBARU BUNDA 😍😍

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!