NovelToon NovelToon

Siapa Aku ? Fresha/ Sha Legenda Sang Idola

Jebakan Jadi Viral

"Oke, tadi kita udah nyaksiin penyerahan ijazah, ini acara terakhir. Abis ini, ada penampilan dari adik-adik kelas buat kakak-kakak kelas yang udah lulus. Pertama, perwakilan dari dance kelas 10, silakan maju!" kata Nindi, yang jadi MC.

Di belakang panggung, di ruang rias, Fresha—cewek lugu, dandanannya sederhana, pake kacamata—lagi gugup banget karena harus jadi penyanyi rocker cewek. Padahal, dia nggak pernah manggung, nggak pernah pede kalo di panggung.

Fresha nggak sadar udah dijebak sama Nindi. Undian pengisi acara perwakilan kelas 11 buat perpisahan kelas 12 itu diatur sama Nindi, soalnya dia pengen bikin Fresha malu.

Fresha udah di-makeup ala lady rocker. Nindi nyamperin Fresha. "Abis ini giliran lo, ya, Fre!" kata Nindi sambil senyum licik.

"Ta... ta... tapi..." Fresha belum selesai ngomong, udah dipotong sama Nindi.

"Nggak ada tapi-tapian. Lo gue panggil abis ini!" sahut Nindi, terus langsung pergi.

Fresha nggak bisa kabur, soalnya di sana banyak temennya Nindi. Fresha terpaksa jalan ke panggung.

Sementara itu, di panggung, Nindi teriak, "Sekarang, mari kita sambut Fresha, lady rocker kita!"

Fresha si kutu buku ini gugup banget. Dia memberanikan diri buat naik panggung sambil bawa mic. Pas di tengah panggung, dia jatuh, kacamatanya lepas. Tiba-tiba dia berlutut, langsung nyanyi intro lagu lady rocker-nya Sha, terus berdiri. Nggak sadar, Fresha jadi Sha. Lagunya dibawain dengan indah, sama persis kayak Sha meninggal 20 tahun, Orang-orang di sana yang fans sama Sha—artis penyanyi yang udah meninggal 20 tahun lalu—jadi terkenang. Mereka ngerasa Sha hidup lagi. Para penonton di sana pada teriak, "Sha... Sha... Sha... lagi, Sha!"

Nggak sadar, Fresha nyanyi lagu kedua. Panggung jadi rame banget. Ini bikin Nindi kecewa, kesel. Rencananya buat malu-maluin Fresha gagal total.

Di panggung, Fresha teriak, "Aaaaaaaa!"

Fresha tiba-tiba pingsan.

Di ruangan lain, Nindi sama sahabat-sahabatnya lagi ngumpul. Nindi marah-marah. "Kok bisa-bisanya Fresha jadi keren gitu? Bukannya dia si kutu buku?" tanya Nindi dengan nada marah.

Temen-temennya cuma bisa diem kena omelan Nindi.

Tiba-tiba Anya masuk, teriak-teriak, "Fresha viral, Nindi!"

"Viral?" Nindi bingung.

"Video Fresha di panggung dibilang mirip banget sama Sha pas di panggung!" kata Anya cerita dengan semangat.

"Siapa Sha?"

"Sha itu seorang artis penyanyi rock, udah meninggal 20 tahun lalu. Tapi, jutaan penggemarnya masih ada," sahut Zeshe, duduk santai di pojokan.

Nindi makin marah, tapi dia senyum sinis. Dia langsung jalan ninggalin tempat itu, diikuti sama seorang gadis tomboy, Anya si gadis oon, juga Carla dan Carli si kembar kepo. Mereka berlima sering disebut 'cewek start sekolah'.

"Sementara itu, Fresha ngeliat dirinya di panggung, denger sorak sorai penonton. Tapi, tiba-tiba dia pindah ke ruang gelap. Di sana, dia ngeliat seorang cewek mirip dirinya, tapi nggak pake kacamata, berdiri di depannya, terus ngomong, 'Tolong aku, fans ku, dan jadilah dirimu.'

Fresha pengen nanya, tapi mulutnya kayak nggak bisa ngomong. Terus, cewek itu ngilang.

Fresha pun sadar. Dia ngeliat ibunya, Lidia, juga Fiona, sahabatnya di kelas. 'Fresha, akhirnya kamu sadar, Nak,' kata Lidia sambil meluk Fresha.

'Iya, Ma. Makasih ya udah jagain Fresha. Maaf ya udah bikin Mama khawatir,' sahut Fresha.

'Fre, aksi panggung lo viral! Katanya lo mirip Sha, penyanyi yang udah meninggal 20 tahun lalu!' kata Fio dengan semangat.

'Aksi panggung apaan? Gue pingsan, terus lupa. Gue nggak nyanyi,' kata Fresha bingung.

'Nih, video lo yang viral,' kata Fiona sambil nunjuk-nunjuk video Fresha di HP.

'Dia... Sha... kembali?' gumam Lidia, ibunya Fresha.

Fresha sempet denger gumaman ibunya, Lidia. Fresha natap ibunya dengan heran.

Lidia ngeliat anaknya natap dia curiga, jadi sedikit panik, Lidia beranjak keluar kamar, meninggalkan Fresha yang masih terbaring.

"Mama mau ke mana?"tanya Fresha, suaranya masih lemah.

"Mau ketemu dokter sebentar, sekalian beliin kamu makanan," jawab Lidia sambil melangkah pergi.

Namun, begitu berada di luar kamar, Lidia segera meraih ponselnya. Jari-jarinya dengan cepat mencari kontak seseorang.

"Halo, Kak Zidan,' sapanya begitu panggilan tersambung. 'Kenapa Fresha bisa nyanyi kayak Sha? Ini nggak mungkin terjadi." Nada bicaranya terdengar cemas.

Terdengar helaan napas dari seberang telepon , "Nggak mungkin, Lid. Fresha jadi Sha? Apa ada yang salah dengan penelitianku? Sementara ini, rahasiakan dulu semuanya dari Fresha. Jangan panik,'" jawab Zidan dengan suara berat.

Lidia mencoba menenangkan diri. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Setelah itu, ia bergegas menuju ruang dokter, sebelum kemudian mampir ke kantin untuk membeli makanan bagi putrinya.

Bersambung.

Fresha Jadi Sha lagi

Fresha berjalan menyusuri koridor sekolah. Bisik-bisik mulai terdengar di sekitarnya. Beberapa murid saling berpandangan, lalu menatapnya dengan tatapan menilai. Ada yang berani terang-terangan berkomentar, meski dengan nada mengejek.

"Eh, lihat deh, itu kan yang mirip Sha?"

"Mirip dari Hongkong! Sha KW super malah!"

Tiba-tiba, seorang murid cowok berteriak, "Woi, Sha versi sedotan! Ha-ha-ha!"

Seorang cewek menimpali, 'Itu mah Sha ondel-ondel! Beda jauh!' Tawa mereka meledak, membuat Fresha semakin salah tingkah.

Ucapan-ucapan itu menghantam Fresha bagai gelombang pasang. Malu dan sakit hati bercampur jadi satu. Tanpa bisa menahan diri, ia berlari menuju kelas, lalu menelungkupkan wajahnya di meja, membiarkan air mata tumpah tanpa suara. Fiona, yang duduk di sebelahnya, segera menyentuh pundaknya dengan cemas.

"Fresha, lo kenapa"' tanyanya lembut.

Fresha mengangkat wajahnya yang basah. "Gue salah apa, sih? Gue nggak pernah ngaku mirip Sha atau jadi penggantinya," alirihnya, berusaha menahan isak tangis.

Fiona menggenggam tangannya. 'Ini semua bukan salah lo, Fre. Yang bilang lo mirip itu kan netizen. Lo nggak salah apa-apa. Udah, tenang ya? Fokus aja sama pelajaran," hiburnya.

Bel masuk berdering, menandakan pelajaran akan segera dimulai. Namun, baru beberapa menit guru menerangkan, pintu kelas terbuka. Bu Lani, guru BK, berdiri di ambang pintu.

"Fresha, bisa ikut Ibu sebentar?"panggilnya.

Dengan perasaan cemas, Fresha mengikuti Bu Lani menuju ruang BK. Sesampainya di sana, Bu Lani langsung menatapnya dengan tatapan serius.

" Fresha , kamu tahu kalau kamu viral?" tanyanya tegas.

"I... iya, Bu. Ta... tapi, saya nggak ngapa-ngapain," jawab Fresha gugup.

"Kamu tahu nggak, di luar gerbang sekolah, ada wartawan, influencer, bahkan fansbase-nya Sha datang. Mereka mau ketemu kamu, dan satpam sudah kewalahan. Katanya kamu mau mengadakan jumpa pers di sekolah, apa benar?"

"Enggak, Bu. Bukan saya yang ngadain," jawab Fresha cepat.

Tiba-tiba, seorang satpam masuk ke dalam ruangan. 'Lapor, Bu. Massa yang ingin bertemu Fresha semakin mendesak. Mereka minta agar Fresha segera keluar,' lapornya.

Bu Lani menghela napas. "Baik, Fresha akan keluar, tapi tolong tenangkan mereka dulu," Perintah Bu Lusi kepada Satpam.

''Fresha, kamu harus keluar dan temui mereka," perintah Bu Lusi dengan tegas.

'Tapi... tapi, saya takut, Bu,' kata Fresha gugup.

'Ini satu-satunya cara agar ketertiban tidak terganggu di sekolah ini,' kata Bu Lusi, kembali menegaskan.

Fresha pasrah. Ia berjalan menuju gerbang sekolah dengan langkah berat. Jantungnya berdegup kencang melihat kerumunan orang di depan sana. Namun, di tengah kepanikan, sebuah bisikan tiba-tiba terdengar di telinganya.

'Lepas kacamatamu!'

Fresha menurut. Entah bagaimana, rasa paniknya berangsur-angsur menghilang. Ia merasa berubah menjadi Sha, berjalan dengan percaya diri menuju gerbang sekolah yang masih tertutup. Para fans Sha, yang terdiri dari ibu-ibu hingga remaja, mulaia berteriak-teriak memanggil nama 'Sha'. Beberapa bahkan histeris dan pingsan. Fresha mengangkat toa dan berbicara dengan lantang.

'Sahabat Sha, tenang dulu!'

Mendengar perkataan Fresha yang lantang, kerumunan itu terdiam.

'Saya Fresha, bukan Sha. Umur saya 17 tahun, masih pelajar. Mungkin saya mirip dengan Sha, tapi saya bukan Sha. Tapi, kalau kalian ingin saya menjadi obat rindu kalian kepada Sha, saya bersedia. Hanya saja, tidak sekarang. Sekarang adalah jam sekolah. Jadi, mohon pengertiannya untuk membubarkan diri. Maaf, bukan maksud mengusir, tapi mohon dipahami.'

'Kapan kami bisa bertemu lagi?' teriak salah seorang fans.

'Saya janji hari Minggu, dua hari lagi. Tempatnya akan saya umumkan besok Sabtu, melalui teman-teman influencer dan wartawan,' jawab Fresha lantang.

'Oke, kami mengerti! Tapi, nyanyikan sedikit salah satu lagu Sha!'

'Saya coba ya...'

Tanpa sadar, Fresha hafal salah satu lagu Sha. Suaranya yang mirip dengan sang idola membuat para fans semakin histeris.

Setelah selesai menyanyi dan mengucapkan terima kasih, kerumunan itu berangsur-angsur membubarkan diri.

Fresha berjalan menghampiri Bu Lusi.

'Beres, Bu,' kata Fresha.

'Terima kasih, Sha... eh, maaf, Fresha. Kamu memang sangat mirip Sha saat ini. Ini kacamatamu,' sahut Bu Lusi sambil menyerahkan kacamata yang tadi sempat dilepas Fresha.

Fresha memakai kacamatanya. Seketika, ia kembali menjadi Fresha sepenuhnya. Namun, baru beberapa langkah ia berjalan, tiba-tiba tubuhnya limbung dan ia jatuh pingsan.

"Di sebuah rumah tua di Desa C, sebuah desa kecil yang tenang, tinggallah seorang nenek bernama Fatma, atau yang lebih akrab disapa Bunda Fatma. Ia duduk di kursi roda, air mata mengalir di pipinya saat menatap layar ponsel yang memutar video Fresha berbicara di depan gerbang sekolah.

Gia, anak dari nenek itu, duduk di meja makan, memperhatikan ibunya dengan tatapan prihatin. Ia menghampiri sang mama, berjongkok di samping kursi roda.

'Ma, dia bukan Sha. Kalau dia Sha, pasti usianya sudah sekitar 37 tahun. Dia bukan pelajar,' ucap Gia lembut.

'Wajah itu, badan itu, mata itu... sama persis seperti Sha. Mama yakin dia Sha,' kata Nenek, berusaha meyakinkan putrinya.

'Ma, dia bukan Sha,' ulang Gia lembut.

Akbar, anak pertama bunda Fatma, ikut menimpali. 'Kalau Mama ingin bertemu dengannya, besok kan kita akan ke Kota J. Tapi, hari ini kita periksa kesehatan dulu,' ujarnya dengan nada menenangkan.

'Kamu janji, besok kita ketemu Sha?' tanya bunda Fatma itu dengan nada penuh harap.

'Kalau kesehatan Mama bagus... ya sudah, sekarang Mama istirahat dulu,' kata Akbar.

Bunda Fatma pun dibawa ke kamarnya oleh Akbar. Gia kembali duduk di meja makan, meraih ponselnya, dan menghubungi seseorang.

'Halo, cari tahu semua tentang Fresha. Juga, awasi Zeshe,' perintah Gia dengan nada tegas.

"Sementara itu, Lidia, ibunda Fresha, bertemu dengan kakaknya, Profesor Zidan, di kantor sang profesor.

'Kak, apakah Fresha akan kembali menjadi Sha? Aku takut, Kak,' kata Lidia dengan wajah penuh kecemasan.

'Tapi, berdasarkan penelitian, kemungkinan Fresha menjadi Sha sangat kecil. Karena semua memori Sha telah terhapus dan digantikan dengan memori Fresha, anakmu,' kata Profesor Zidan.

'Lalu, mengapa dia bisa menyanyi sama persis seperti Sha?' tanya Lidia, bingung.

Profesor Zidan menghela napas. 'Mungkinkah ada kesalahan dalam penelitianku? Jika itu benar, kita tidak bisa mencegah Fresha untuk kembali menjadi Sha sepenuhnya,' kata Profesor Zidan dengan nada cemas."

Bersambung.

Kepribadian Ganda?

Di UKS, Fresha akhirnya sadar dari pingsannya. Ia mendapati Bu Lusi duduk di sampingnya.

"Fresha, kamu sudah sadar?" tanya Bu Lusi dengan gaya bahasa yang khas, sedikit galak namun tetap perhatian.

"Bu, maaf sudah merepotkan Ibu," jawab Fresha lemah.

Fresha berusaha bangun dan duduk di tepi ranjang.

"Kamu punya kepribadian ganda, ya?" tanya Bu Lusi tiba-tiba.

Fresha terkejut dan bingung. Ia tak bisa menjawab pertanyaan itu.

''Karena kamu terlihat sangat berbeda ketika di panggung, dan juga saat berbicara di depan gerbang tadi,'' lanjut Bu Lusi.

Fresha hanya bisa menunduk, tak berani menjawab. Ia merasa takut, dan air matanya sudah siap untuk tumpah.

Bu Lusi teringat pada Fresha saat di panggung dan saat berbicara di depan gerbang tanpa mengenakan kacamata.

"Fresha, lepas kacamatamu,'' perintah Bu Lusi.

Dengan ragu-ragu, Fresha melepaskan kacamatanya. Entah bagaimana, ia merasa berubah menjadi lebih tenang.

"Bu Lusi, saya tidak tahu apakah saya punya kepribadian ganda atau tidak," jawab Fresha dengan suara pelan.

"Kamu ingat siapa kamu?'' tanya Bu Lusi lagi, menyelidik.

"Saya Fresha, anak dari Mama Lidia, tanggal lahir 1 Oktober," jawab Fresha, berusaha meyakinkan dirinya sendiri.

''Baguslah. Sekarang, pakai lagi kacamatamu,'' perintah Bu Lusi.

Fresha pun menurut. Bu Lusi mengamati perubahannya. Kini, Fresha kembali menjadi Fresha yang pendiam dan pemalu.

''Kamu sudah bisa berdiri dan terlihat lebih baik. Sebaiknya kamu kembali ke kelas,'' kata Bu Lusi.

Fresha berpamitan lalu berjalan keluar dari UKS.

Bu Lusi menggelengkan kepalanya pelan. 'Benar-benar seperti kepribadian ganda,' gumamnya."

"Sepulang sekolah, Fresha mendapati rumahnya seperti biasa, hanya ada Bibi Klara yang menyambutnya.

"Bi, hari ini ada makanan apa?"tanya Fresha dengan suara lemah lembut.

"Semua makanan kesukaan Non Fresha ada semua," jawab Bibi Klara ramah.

"Oke, Bi. Saya ke kamar dulu, mau mandi dan ganti baju. Siapkan saja makanannya ya, Bi," kata Fresha lembut.

"Oke, Non,''ucap Bibi Klara, lalu bergegas menuju dapur.

Setengah jam kemudian, Fresha keluar dari kamar. Tanpa sadar, ia tidak mengenakan kacamatanya. Ia duduk di meja makan, lalu tiba-tiba terdengar suara kaca pecah.

Prang!

Fresha terlonjak kaget dan berdiri. Ia melihat ke arah sumber suara dan mendapati Bibi Klara berdiri mematung, wajahnya menunjukkan ekspresi terkejut seolah melihat sesuatu yang tak terduga.Fresha berjalan mendekati Bibi Klara, namun Bibi Klara justru berlari menghampirinya, lalu memeluknya erat.

"Non Sha... Non Sha..."isak Bibi Klara, air matanya mulai membasahi bahu Fresha.

Fresha merasa ada sesuatu yang familiar dengan pelukan Bibi Klara.

"Bi, ini saya, Fresha," kata Fresha lembut.

Bibi Klara pun melepas pelukannya, menatap Fresha dengan mata berkaca-kaca.

"Non sangat mirip dengan idola saya, Sha," ucap Bibi Klara dengan nada kagum.

"Sebenarnya, saya mau tanya banyak hal tentang Sha pada Bibi. Bagaimana kalau kita bicara sambil makan?'' ajak Fresha.

Mereka pun duduk di meja makan.

''Sha itu siapa?'' tanya Fresha, memulai percakapan.

''Sha itu artis multitalenta, idola saya. Dia baik sekali. Karena saya masuk fans base Sha, Sahabat Sha cabang Kota C, setiap pertemuan, dia selalu mentraktir kami makan, juga suka bercanda dan berinteraksi dengan kami. Kami juga sering datang ke Desa C, ke rumah Sha, berkumpul bersama keluarga Sha, Bunda Fatma, Mas Akbar, juga Mbak Gia," jawab Bibi Klara dengan antusias.

"Lanjut Bi!" pinta Fresha.

Bibi Klara melanjutkan ceritanya dengan semangat.

"Dulu, karena masih menggunakan surat, setiap hari di rumah Sha selalu datang satu tas penuh surat dari fans. Kami membantu membacakan surat-surat itu atas izin Sha. Sering kali Sha memilih sendiri surat mana saja yang akan dibalas," kenang Bibi Klara.

Saking asyiknya mengobrol, tak terasa hari mulai sore. Bibi Klara pun harus berpamitan untuk pulang karena harus memasak makan malam untuk suaminya.

Setelah Bibi Klara pulang, beberapa menit kemudian Lidia tiba di rumah. Fresha duduk di ruang keluarga, tampak sedang menonton TV, tapi Lidia melihat putrinya itu seperti sedang melamun. Lidia menghampiri Fresha dan duduk di sampingnya.

"Lagi mikirin apa, anak Mama?"tanya Lidia lembut.

"Oh, Mama sudah pulang? Lagi... memikirkan...," jawab Fresha ragu-ragu.

"Memikirkan apa?'' tanya Lidia lagi, penasaran.

Fresha kemudian menceritakan semua yang terjadi di gerbang sekolah tadi siang.

"Apa kamu sudah janji akan bertemu dengan fans Sha hari Minggu ini?" tanya Lidia, sedikit terkejut.

Fresha hanya mengangguk.

Lidia teringat akan pesan kakaknya, Profesor Zidan, bahwa ia tidak boleh melarang apapun yang ingin dilakukan Fresha, agar putrinya itu tidak curiga.

Lidia akhirnya mengizinkan Fresha untuk bertemu dengan fans Sha di hari Minggu.

Dua hari kemudian, di sebuah restoran bernama Sahabat Sha di Kota J, Fresha berangkat bersama Lidia dan Bibi Klara. Sesampainya di restoran, Fresha keluar dari mobil tanpa mengenakan kacamata. Sontak, para fans yang sudah menunggu di area parkir langsung berteriak-teriak histeris, 'Sha... Sha... Sha...!'

Fresha tanpa kacamata ini merasa terbiasa menghadapi para fans, jadi ia tetap tenang dan percaya diri. Fresha, Lidia, dan Bibi Klara masuk ke dalam restoran. Beberapa fans Sha yang sering melihat Sha berinteraksi langsung berkomentar, "Cara jalannya sama persis Sha. Cara menyapanya juga sama!"

''Apakah dia benar-benar Sha?'' bisik seorang fans kepada temannya.

Lidia yang mendengar percakapan itu hanya bisa berkata dalam hati, ''Semoga tidak ada yang menyadari siapa Fresha sebenarnya."

"Fresha disambut hangat oleh Maria, ketua umum Sahabat Sha, serta para ketua cabang lainnya. Suasana menjadi riuh karena banyak fans yang ingin bersalaman dengannya. Setelah selesai bersalaman, Fresha dan Lidia duduk di tempat yang telah disediakan di bagian depan restoran.

Di atas panggung, seorang pembawa acara memulai acara tersebut. Setelah memberikan kata sambutan, ia memanggil Fresha untuk naik ke panggung dan mengikuti sesi talk show.

"Selamat siang, Dek Fresha. Bagaimana perasaanmu saat dikatakan mirip dengan legenda Sha?'' tanya Yuna, sang pembawa acara, membuka sesi talk show.

"Saya merasa tidak pantas dibandingkan dengan beliau, tapi saya menghormati pendapat para netizen. Jujur, saya sendiri tidak merasa terlalu mirip,'' jawab Fresha dengan rendah hati.

Para fans yang hadir saling berbisik, ''Lihat cara dia duduk, cara menjawabnya... sama persis seperti Sha!''

Selanjutnya, Fresha ditanya tentang kehidupan pribadinya, mulai dari masa kecil hingga saat ini.

''Saat kecil, saya sama seperti anak-anak lainnya. Suka bermain, dan sering ikut serta dalam festival,''cerita Fresha.

Fresha diminta untuk menyanyi. Ia pun menyanyikan salah satu lagu populer Sha. Sontak, para fans menjadi histeris dan meneriakkan nama Sha berulang kali.

Di tengah-tengah lagu, mata Fresha tak sengaja tertuju ke arah pintu masuk. Ia melihat seorang wanita tua duduk di kursi roda, dengan seorang perempuan dan seorang pria berdiri di belakangnya.

Fresha merasa ada sesuatu yang familiar dengan mereka, tiba-tiba, ia merasa dorongan kuat untuk berlari dan memeluk mereka, tapi dia tak melakukan itu. Rasa rindu yang mendalam menyeruak di hatinya, membuatnya ingin menangis. Ternyata, orang-orang yang datang itu adalah Bunda Fatma, Mas Akbar, dan Gia."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!