NovelToon NovelToon

Cinta Milik Sang Pewaris

DIKETEMUKAN

Matahari belum terlihat muncul, Tapi langit desa mekarsari sudah terlihat sedikit terang, Suasana sejuk khas pedesaan membuat jovanka kembali menarik selimutnya menutupi tubuh moleknya. Alarm ponselnya terus berdering walau tubuhnya enggan beranjak dari balik selimut, sampai dering ke tiga kali dari alarm ponsenya kembali terdengar peringatan bahwa dia harus segera bangun dan bersiap pergi bekerja.

Tangannya terangkat keluar dari balik selimut meraba malas letak ponselnya di nakas meraih dan mematikan kasar alarm yang terus mengganggu tidurnya itu.

5 menit sudah berlalu ,alarmnya kembali berdering membuat tangannya mau tidak mau bergerak mematikan alarm nya kembali dan beringsut bangun dengan mata masih memejam malas,

jovanka membuka mata dan menguceknya pelan lalu menoleh kearah jam dinding di kamarnya

“jam 6 pagi, perasaan aku baru saja tidur, sudah pagi saja" gumamnya hingga Beberapa menit berlalu, jovanka memaksa tubuhnya bangkit melangkah masuk ke kamar mandi yang juga ada di kamarnya yang berukuran cukup kecil.

***

Jovanka masuk ke lobi rumah sakit dengan semangat, para perawat yang berpapasan memberi salam untuk menegurnya dan di balasnya dengan ceria,

Dia JOVANKA MARSYA WIJAJA gadis kota cucu dari almarhum JODDY WIJAJA orang yang masuk dalam daftar sembilan orang terkaya di negri ini, karna suatu hal di masalalu membuat Jovanka memilih menjadi dokter spesialis bedah umum rumah sakit daerah di desa kecil , wajahnya sangat cantik, siapapun yang melihatnya pasti tak bisa mengedipkan mata, kulitnya begitu cerah seperti lampu neon yang menyala, wajahnya merupakan blasteran indonesia,Prancis dan Belanda, dengan mata coklat terang seperti menggunakan softlens, keningnya melengkung rapi dengan bulu mata lentik walau tanpa mascara, pipinya sedikit berisi dengan warna kemerahan seperti memakai blash on, hidung nya yang lancip sempurna di tambah bibirnya yang tak terlalu tipis dengan warna pink tanpa lipstik. Hanya tunggu badannya yang sekitar 158cm, cukup pendek jika di bandingkan dengan wanita wanita yang ada di keluarganya.

sudah 3 tahun lebih jovanka bekerja disini, menjalani kehidupan sebagai dokter di rumah sakit daerah desa Mekarsari

Walau hanya Rumah sakit kecil di desa, Rumah sakit Mekarsari termasuk rumah sakit yang paling banyak pasien setiap hari.

Karna letaknya yang paling dekat dengan jalan lintas provinsi, banyak kecelakaan setiap hari, membuat nya menjadi dokter yang handal dan berpengalaman di umur yang masih sangat muda untuk ukuran dokter spesialis.

Jovanka melangkah ke arah kantin,langsung menuju kasir sekaligus tempat memesan makanan,

"Mba sitiii, kopi susu satu yaaa ucapnya ceria"

"Siappp dokter cantiik, ditunggu" balas Siti penjaga kantin tak kalah semangat.

Jovanka melangkah duduk di meja kosong dalam kantin sambil membawa kopi dan sepotong roti yang di belinya

ya semenjak menjadi dokter kopi memang sahabat terbaik untuk mereka yang bekerja dengan kewaspadaan dan ketelitian yang tinggi.

Sambil menyeruput kopinya Sesekali matanya memandang keluar jendela.

" Heh, pagi-pagi udah ngopi ajaaaa kamu" suara lembut dari perempuan 40tahunan berbaju perawat mengganggu lamunannya,

" aah ibu Rini ngagetin ajaaaa" Sahut Jovanka tertawa renyah,

"gabut Bu, sepi blm ada yang di kerjain nih " sambungnya.

Bu rini langsung kaget,

"heh jangan ngomong gituuuuuu!" Bu rini langsung tegang mendengar pernyataan Jovanka, namanya Rini, perawat senior di Rumah Sakit yg sama dengan Jovanka, dia tinggal sendiri dan lebih banyak menghabiskan waktunya bekerja sebagai perawat di rumah sakit...

Jovanka tertawa mendengarnya " santai aja kalii ah, jangan percaya takhayul, apaan kalo ngomong sepi langsung banyak pasien gitu? " Sahut nya mengejek

Drrrt ddrrrttt ponsel keduanya bergetar bersamaan, mereka langsung saling tatap dengan tegang

" dokter Jovanka Marsya yang cantiiik, kaaauuu tidak menjagaaa omongan mu" ucap Rini bicara dengan kesal pada Jovanka setelah melihat pesan di ponselnya.

pasien pendarahan rongga paru segera ke ruang operasi 2

Jovanka dan Bu Rini bergegas berlari menuju ruang operasi,

Ya begitu lah keseharian mereka, keseharian Jovanka di sana selama ini,merawat pasien, melakukan operasi, waktu berlalu hingga malam datang kembali.

Setelah menyelesaikan operasi nya, Jovanka Melangkah keluar dari ruang operasi dengan  wajahnya yang terlihat lelah, jam menunjukan pukul 4 sore dan ini operasi kedua yang di lakukannya hari ini.

Tangannya bergerak mengambil ponsel di saku snelinya, dengan terampil jari tangannya membulir layar ponselnya dengan cepat, satu persatu mulai mengecek pesan yang masuk.

"3 panggilan terjawab, kak Morgan" gumamya,

Keningnya berkerut lalu bergegas menekan tombol telpon kembali,

beberapa waktu setelah bunyi nada tunggu operator terdengar suara dari seberang sana

" halo, jovanka" sahut suara berat di ujung sana cukup membuat Jovanka tersenyum mendengar suaranya.

"kak Morgan, kenapa menelpon,ada sesuatu? Aku baru selesai melakukan operasi", ucapnya lembut.

"Tidak ada, kau lama tidak menelpon ku, jadi aku yang menelpon mu duluan, apa aku mengganggu" tanya suara berat lelaki di seberang itu dan lagi lagi itu cukup membuat Jovanka kembali tersenyum mendengar jawaban kakaknya itu,

"sejak kapan kamu jadi sangat sopan hei tuan muda wijaja grup,biasanya gak peduli ganggu orang atau tidak " sahut Jovanka bercanda di sambut Gelak tawa yang terdengar dari seberang sana

“ Aku hanya basa basi” sahut Morgan tergelak

“Jadi ada apa gerangan, kau mau memberiku ku uang” tanya jovanka kembali bercanda.

". Hmmm uang terus di otak mu" sergahnya,  "jovanka, dengarkan aku, " sambungnya lagi, gelaknya berubah menjadi serius di telinga Jovanka .

" sudah 4 tahun sekarang bukan, kau tidak ingin pulang?".

Senyum di wajah Jovanka seketika menipis

" belum" sahutnya singkat. ,

terdengar helaan nafas dari sebrang sana

" jadi kau tidak ingin pulang?" Tanya nya terdengar dingin.

mendengar kalimat itu entah kenapa mata Jovanka mulai mengembun dengan cepat mencoba mengalihkan pembicaraan kakaknya

"bagaimana dengan jefan? Kirimkan aku foto keponakan ku itu, apa dia sudah bisa membuat kakak dan kakak ipar pusing sekarang? "

"Kau tidak akan pulang?" Tegas Morgan kembali mengulang pertanyaannya,tanpa menanggapi celotehan adiknya itu,

Morgan faham betul adiknya sedang mengalihkan pembicaraan sekarang ,,

Jovanka menghela nafasnya berat,

Pulang, untuk apa? Lirihnya dalam hati.

"Ajukan cuti atau Ajukan pengunduran dirimu, pulanglah kemari, kau punya keluarga disini, jika tidak aku akan menjemputmu kesana dan menyeretmu pulang"tegas Morgan terdengar menakutkan,

Sah sudah perintah kakaknya tidak bisa di bantah lagi. Jovanka memutar matanya malas dia paham sifat kakaknya itu,jika melawan kali ini dia akan mengirim orang untuk menjemput jovanka dan benar benar akan menyeretnya pulang,

" Baiklah kakak, " akhirnya dia menyerah juga dengan perintah kakaknya kali ini, hingga terdengar suara lega di sebrang sana

" kapan" ucap Morgan tegas membuat Jovanka mengerutkan keningnya

" ya cari waktu dulu lah kak, kan gak bisa langsung cuti" ucap Jovanka menjelaskan

" Minggu depan, kuberi waktu Minggu depan, pulang,!" Tegas Morgan

" Okeee" sahut Jovanka kembali menghela nafasnya kesal, mendebatnya sekarang tidak ada gunanya fikirnya

“Baiklah,kau ingin pulang sendiri atau di jemput heli” tanya nya lagi.

“Sendiri saja kak,gaya banget dokter di rumah sakit terpencil di jemput heli” sahut Jovanka terkekeh Di sambut gelak singkat di sebrang sana.

“Baiklah ku matikan,jaga dirimu ya” sambung Morgan. .

“Kamu juga kak” sahut jovanka mematikan sambungan telponnya dan melangkah duduk di depan ruang operasi, Menyandarkan kepalanya di dinding sambil memejamkan matanya. Ya dia Jonathan Morgan Wijaja,cucu pertama keluarga wijaja , mereka hanya saudara sepupu, semenjak kakek mereka meninggal 16 tahun yang lalu Morgan lah yang mengambil alih segalanya termasuk mengurus dan memenuhi semua kebutuhannya, menyekolahkannya menjadi dokter sampai ke Amerika , mereka memang sangat dekat sejak kecil karna jovanka di asuh oleh ibunya morgan,

Jovanka mulai mengingat 3 bulan lalu, ada pasien paruh baya yang harus menjalani operasi pendarahan otak, dia tetangga nya saat mengontrak rumah, keluarganya tak punya uang dan biaya rumah sakit tidak di tanggung oleh pemerintah, Jovanka yang menangani nya saat itu terpaksa harus menarik uang dari rekening pribadinya agar bisa membantu pasien itu dan membayar biaya operasinya .

1 Hari setelah penarikan uang itu, tiba tiba tamu tak di undangnya datang.

flashback bertemu kakak

Flashback on

“Dokter Jo, ada yang mencarimu di lobi” lapor seorang perawat pada Jovanka yang baru keluar dari ruang operasi,

"Siapa?" tanya nya sambil melepas penutup kepala operasinya.

" Tidak tahu, 2 lelaki memakai stelan jas rapi, mereka sangat tampaaan" ucap perawat itu memujinya dengan mata berbinar

Deggg, jantung Jovanka mulai berdetak kencang, Aku melakukan penarikan uang nya di tempat yang jauh dari sini apa mungkin mereka menemukan ku fikirnya sambil berjalan takut ke arah lobi masih menggunakan setelan baju operasinya.

“jika benar dia bagaimana” ucapnya bermonolog Sampai tiba di lobi,matanya menatap punggung lebar 2 sosok lelaki yang sangat di kenalnya sejak kecil.

Dua orang laki laki berpostur tubuh tinggi atletis Dengan stelan jas hitam rapi, mata mereka mengedar melihat lihat ruangan Lobi rumah sakit yang terlihat sederhana itu sampai pandangan mereka bertemu dengan gadis yang berdiri mematung tak jauh dari mereka.

Morgan kakaknya, dia Datang dengan sekertarisnya Samuel Alexander. “Benar diaaa” gumam Jovanka berjalan sambil menundukkan kepala sesekali tangannya meremas ujung seragam operasi nya

"Kakak " panggilnya pelan dengan kepalanya yang terus menunduk.

"Hai" ucap Morgan lembut, kakinya melangkah mengambil duduk di kursi tamu, "disini kau selama ini" ucapnya, terdengar dingin dan menusuk di telinga Jovanka yang masih tetap diam tak bergeming

"Duduk" titahnya pada Jovanka yang berjalan mendekat mengambil duduk di samping Morgan, tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh dari duduk kakaknya itu.

"Ada masalah" tanya Morgan dingin.

"Tidak kak" jawab Jovanka pelan masih terus menunduk

"Jika tidak kenapa kau mengambil uang ratusan juta dari rekeningmu" tanya Morgan dingin pada Jovanka yang kembali hanya diam, "Kau tidak akan menarik uang jika tidak terpaksa kan, kau tahu persis aku bisa menemukan mu dengan itu" ucap Morgan santai tapi terdengar menakutkan.

"Ada pasien, tetangga ku, dia harus operasi dan tidak ada uang, Operasinya urgent jadi ku ambil uang dari rekeningku untuk membantunya " ucap Jovanka menjelaskan dengan lirih

"Tetangga?" Tanya Morgan.

"Iyaa,aku mengontrak rumah di samping rumahnya" jelas Jovanka.

"Ngontrak" ulang Morgan tak percaya.

"Iyaa" sahut Jo masih menunduk.

"Kontrakan Rumah mu besar?" Tanya nya.

"Hanya 1 rumah dengan 1 kamar" ucap Jovanka menjelaskan.

"Gilaaa" ucap Morgan tak percaya."Kau bahkan tidak pernah tinggal di apartemen biasa Jo" sergahnya terdengar kesal tapi jovanka hanya diam dan masih terus menunduk

"Kau jadi dokter disini" tanya Morgan memperhatikan setelan baju jovanka.

"Dokter spesialis bedah umum" sahut jovanka

"Dengan mental mu itu? “ Tanya Morgan sanksi.

"Aku sudah di nyatakan sembuh 6 bulan lalu" sahut Jovanka pasti. Membuat Morgan mengangguk tanda paham

”Bagaimana mama dan maira“ tanya Jovanka lembut Tapi Morgan malah tersenyum sinis mendengarnya,

” masih ingat kau dengan ibu dan adikmu“ ucap nya sinis dan tajam

“ Aku tidak pulang kan bukan berarti lupa” sahut jovanka mulai berani.

“ Ku fikir malah kau lupa punya keluarga” tajam Morgan lagi membuat Jovanka kembali diam seribu bahasa

“Baik baik saja, mereka selalu merindukan mu” sambung Morgan menghela nafas

“Ira dan Lucas?“ tanya Jovanka lagi.

“Baik baik saja” sahut Samuel lembut.

Jovanka membuka mulutnya kembali lalu mengurungkannya namun Morgan menangkap pertanyaan adiknya yang tak tersampaikan itu.

“Dia bertunangan dengan perempuan lain Minggu lalu, Jadi kau tidak perlu memikirkan nya lagi” ucap Morgan pada jovanka.

“Aku tau, aku lihat beritanya” sahut Jovanka pelan,membuat Morgan menghela nafasnya.

"Aku tunggu disini, kemasi barang mu kita pulang sekarang " titah Morgan masih sangat dingin, setelah mendengar itu, Jovanka mulai berani mengangkat kepalanya menatap Morgan,

"tidak" sahutnya singkat, hingga membuat Morgan menatapnya nyalang, jawaban tidak adalah hal yang paling tidak di sukainya saat memberi perintah,

"Kakak, beri aku waktu ucap Jovanka terbata" menunduk setelah menangkap sorot mata marah dari kakaknya itu

"Kau sudah mengambil banyak waktu jovanka" tekan morgan pada adiknya yang hanya menunduk,

"aku tidak ingin pulang“ lirihnya membuat Morgan menggusar kasar rambutnya tanda kemarahannya mulai terpancing.

"Lalu kau ingin apa? Hidup miskin sebatang kara disini?" Tanya Morgan kesal.

"I am oke for that" sahut Jovanka pelan

"I am not okay "sahut Morgan marah,

"Kau adik ku, cucu keluarga wijaja yang terhormat, Dan kau tinggal terperosok di ujung dunia, tak berdaya dan miskin ,Seriously jovanka?"Bentaknya.

"Aku tidak miskin, aku punya gaji" sahut Jovanka menentang

"Berapa gaji mu yang kau banggakan itu?Bahkan membeli rumah kau tak mampu"ejek Morgan dengan sinis, lagi lagi Jovanka hanya diam, tak menjawab apapun

"3 bulan, kuberi kau waktu hanya 3 bulan, Setelah itu kembali pulang" ucap Morgan sinis pada Jovanka yang hanya diam tak menjawab,

"Kau tuli" bentak nya lagi, membuat Jovanka terhenyak mendengar bentakan nya. .

"Tidak" sahut Jovanka lirih. .

"Jika tidak jawab aku, atau kau bisu?"sergahnya emosi

"Jika bisu Aku tidak menjawab dari tadi" sergah Jovanka tak kalah kesal.

"3 bulan" hentak Morgan lagi.

"Iyaaa" sahut Jovanka lesu.

"Aku pulang" ucap Morgan berdiri dengan kasar dari duduknya.

"Iya" sahut Jovanka lagi

Morgan mendekat mencium pucuk kepala adiknya, walau sering membuat nya naik darah, tapi dia memang sangat menyayangi Adik adiknya. , "aku menyayangi mu " ucapnya lembut."Jaga diri baik baik" sambungnya.

Ada perasaan sedih di hati Jovanka,sudah sangat lama kakaknya Morgan tidak mengatakan " aku menyayangimu" Sudah sangat lama, tidak mendengar kalimat itu dari mulut orang lain lirih Jovanka dalam hati.

"Aku juga menyayangimu" sahut Jovanka lirih.

Samuel, sekertaris morgan mendekat,Menarik pucuk kepala Jovanka dan ikut menciumnya juga,

"Jaga dirimu baik baik, adik ku" ucapnya sangat lembut,  Samuel adalah orang yang dingin dan kaku Tapi tidak jika bersama Jovanka, dia menganggap jovanka sudah seperti adik nya sendiri mereka tumbuh bersama di bawah wijaja grup dan arahan William Alexander ayah Samuel sekaligus sekertaris kepercayaan tuan wijaja kakek jovanka dan morgan, Sebelumnya bahkan Samuel dan jovanka pernah menjalin hubungan perjodohan selama 4 tahun.

Flashback off

Jovanka menghela nafasnya lalu bangkit dari duduknya, hari ini jam kerjanya sudah berakhir, dan langsung menuju ruang ganti nya untuk bersiap pulang, dia juga harus mengajukan surat cuti untuk bisa pulang menemui keluarganya di kota

PERTEMUAN PERTAMA

Satu Minggu berlalu semenjak telponnya bersama Morgan, hari ini Jovanka akan kembali ke kota METRO, kota besar tempat kakaknya berada, kota besar tempatnya dulu tinggal,tempat nya tumbuh. jaraknya dari desa tempatnya tinggal sekarang sekitar 12 jam,

setelah menaiki  kereta cepat jovanka turun di stasiun, dia akan melanjutkan perjalanannya menggunakan taksi, Kakinya melangkah gontai keluar dari stasiun menuju sebuah taksi yang bertengger menunggu penumpang di depan stasiun,

" Pak, bisa antar ke jalan Bougenville?" tanya Jovanka, pada seorang pengemudi taksi yang bersandar di mobilnya sambil menunggu penumpang,

"Bisa nona ,tentu saja bisa" balas sang sopir membukakan pintu untuk jovanka yang langsung beranjak masuk membawa tasnya,

Tak berapa lama taksi melaju keluar dari kawasan stasiun menuju jalan yang di ucapkan jovanka, alamat yang dituju nya mungkin akan memakan waktu perjalanan  sekitar 30menit dari stasiun, Sampai saat mobil taksi yang di tumpangi jovanka melambat Karna ada beberapa pengguna jalan yang menyebrang jalan menuju sebuah taman ,

" Pak, bisa stop di sini sebentar, saya mau mampir disini, tapi bapak tunggu, ongkosnya nanti saya akan tambah" ucapnya meminta taksinya berhenti di sebuah taman,

"Bisa nona bisa, tapi maaf bisa bayar duluan? Bukan saya tak percaya nona tapi" ucap sopir taksi itu merasa tak enak pada Jovanka.

" Hmmm tidak apa-apa, berapa biayanya? " Tanya nya merogoh tasnya dan mengambil dompetnya

"Seratus delapan puluh ribu nona dari stasiun tadi" ucap sang sopir taksi

" Ini, tunggu saya sebentar ya,paling lama satu jam" ucap jovanka memberikan enam lembaran uang berwarna merah.

" Nona ini kebanyakan" seragh sopir taksi itu menatap uang di tangan jovanka.

" Tidak apa apa, saya pakai waktu bapak paling lama satu jam" sahut Jovanka menyodorkan uangnya dan berlalu turun menenteng tasnya.

Dia merasa tertarik karna banyak anak anak yang bermain di sana juga sebuah kenangan yang membuat nya ingin mampir sebentar di taman, sejenak memutar kenangan indah di pikirannya, dulu dia sering kesini bersama kakeknya saat akhir pekan, sekedar makan es cream dan bercerita segala hal dalam satu Minggu yang dilewatinya,

karna hanya di sore hari, di akhir pekan kakeknya bisa meluangkan waktu untuknya dan adik-adiknya.

Setelah Turun dari taxi Jovanka berjalan menuju bangku taman yang kosong dan beringsut duduk sambil memandang sekitar,

sesekali tersungging senyum di bibirnya mengingat saat kecil berlarian dengan adiknya di taman ini dengan kakeknya yang menunggu duduk di salah satu bangku taman

Apa kakek sudah bertemu Ivanka disana? Pasti Ivanka mengadukan ku pada kakek kan,? lirihnya dalam hati menatap langit.

Jovanka kembali memperhatikan anak anak yang bermain, sesekali mengedarkan pandangannya ke sekeliling taman, sekedar menghabiskan waktu sendiri menikmati hiruk pikuk taman kota, Hingga matanya tertuju pada seorang lelaki berpostur tubuh tinggi dengan setelan jas rapi yang sedang membagi bagikan es cream pada anak-anak di taman,

"Tampan sebadan badan " gumam jovanka memandangi nya dari ujung kepala, hingga ujung kaki .

Dia SEAN MALIK ADINATA, lelaki berpostur tubuh tinggi atletis, bahkan tubuh kekarnya tercetak jelas di balik stelan jas kerja nya , kulitnya sawo matang dengan wajah latin tampan bak aktor drama hollywood yang sering di lihat di layar kaca, dari samping terlihat jelas hidungnya yang begitu mancung dan memiliki rahang yang kokoh dengan rambut mohawknya di ikat rapi klimis kebelakang, air wajahnya jelas terlihat begitu berkharisma.

Dia petinggi perusahaan ternama di kota besar METRO, umurnya baru 33 tahun, tapi skill bisnisnya tidak perlu di ragukan, namanya  terkenal di kalangan petinggi perusahaan besar, Sean Malik yang tidak pernah gagal dalam melakukan negosiasi bisnis, orang orang menyebutnya macan wijaja grup, Terkadang dia sangat ramah, tapi kadang dia sangat menakutkan dan kejam.

semua wanita terpesona melihat wajahnya, banyak yang bermimpi bisa menjalin hubungan dengannya, siapa yang tidak mau, tampan dan kaya raya,

Sean sangat suka berbagi makanan atau hadiah untuk anak anak yang di temuinya di taman, setiap sore di waktu senggangnya dia akan pergi ketaman hanya untuk membagi bagikan hadiah untuk anak-anak.

Pun di kantor, jika mood nya sedang bagus, dia akan mentraktir karyawan kantor untuk sekedar beli kopi atau makanan di luar yang tidak Tersedia di kantin kantor.

Hari ini tepat sebulan Sean kembali ke Indonesia, sebab 5 tahun terakhir dia memimpin cabang perusahaan luar negri di Jerman, dia memegang kepercayaan untuk mengatur perusahaan cabang luar negri,

Mata Sean beralih pada jovanka, yang sedari tadi menatap nya lekat, memang sedari tadi ia menyadari jika Jovanka sedang memperhatikannya,

Cantik sekali gumamnya dalam hati sambil perlahan langkahnya menghampiri Jovanka yang masih lekat memandangnya. ,

Dia berjalan santai saja seperti sedang runway di karpet merah gumam jovanka Tersenyum

Tapi tunggu, dia berjalan ke arah ku,Heh apa aku terlalu kelihatan memperhatikannya.

Jovanka melirik kanan dan kirinya, memperhatikan apakah ada orang lain dibelakang atau di sampingnya

mungkin dia mendekati orang lain atau pacarnya ,atau istrinya, tapi yang duduk disini hanya aku ucapnya berisik dalam hati.

Okeee dia mendekat memang ke arah ku,apa dia tak suka di pandangi, apa ini pelecehan, apa masuk dalam kategori pelecehan walau hanya memandang,yaaa sedikit di bumbui dengan bayangan kotor laah sambung Jovanka dalam hati terus bicara.

Tunggu, tenang hei jovanka, kau hanya mengagumi ciptaan Tuhan yang paling seksi sambungnya berdendang dalam hati.

Tapi tapi, lihat jari tangannya, apa ada cincin kawin, jangan jangan dia suami orang fikir Jovanka beralih menatap tangan Sean

Hmmmm tidak ada gumamnya dalam hati kembali.

" mau es cream juga? " Tanya Sean menegur Jovanka setelah sampai di hadapannya, sambil menyodorkan 1 es cream strawberry membuat Jovanka menengadahkan wajah nya dan menegakkan tubuhnya menatap Sean di hadapannya , " ada coklat? ", tanya nya singkat.

lelaki itu sedikit tersenyum memamerkan lesung pipi di kedua pipinya mendengar permintaan jovanka. entah kenapa kali ini cukup membuatnya tersenyum, padahal biasanya dia tidak pernah mau tersenyum kesembarang orang apalagi wanita,

Aaahhh pake acara senyum lagi teriak jovanka dalam hati

" hanya tersisa strawberry" jawabnya singkat,

" tidak apa untuk anak lain saja, aku tidak suka strawberry om", ucap jovanka manis seperti anak kecil.

seketika senyum di wajah Sean pudar,

apa? Om? Apa aku setua itu dia memanggil ku om? Memang berapa umurnya, apa dia fikir dia anak umur 10 tahun sahut nya dalam Hati yang langsung merutuk, membuat Jovanka mengulum senyumnya memperhatikan wajah Sean yang langsung berubah masam.

padahal dia hanya mencoba memanggil Sean dengan sebutan anak-anak taman memanggilnya tadi tapi rupanya Sean menganggap Jovanka memang memanggilnya dengan sebutan om om.

"Baiklah, sebentar" ucap Sean berbalik berjalan cepat ke arah tukang eskrim dengan langkah lebarnya, Tak berapa lama dia kembali lagi  membawa dua es cream coklat ke arah jovanka.

"Dua es cream coklat " ucapnya menyodorkan es cream yang dibelinya ke arah jovanka. .

"Terimaksih" ucap Jovanka mengambil satu dari tangan Sean dan langsung mencoba membukanya.

"Ambil keduanya" paksa Sean masih menggantungkan tangannya yang memegang es cream di hadapan jovanka.

" Tidak, untuk kamu satu, sini duduk makan bareng" ajak Jovanka manis menepuk tempat duduk kosong di sampingnya.

Sean mengerutkan keningnya, berfikir sebentar Lalu menurut duduk di samping Jovanka sambil membuka es cream nya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!