Hari ini adalah dua hari terkahir liburan sekolahku..
Aku selalu berharap di masa depan aku bisa melupakan semua kenangan buruk yang telah terjadi, mempunyai teman baru dan bahagia.
Aku juga selalu berharap kebahagian untuk mama, di dalam doa, aku berharap dia bisa menemukan sosok pria setia yang bisa menerima dia dan aku apa adanya.
Namun sepertinya bagi Tuhan permintaan itu terlalu banyak.
...🌹...
"ma, ini udah setengah jam loh!" aku mengetuk meja dengan malas.
hari ini mama mengatakan ingin mengenalkan aku dengan pacarnya. Tapi baru pertemuan pertama saja sudah seperti ini..
"maaf yaa.." mama mengelus kepalaku. "jalanan lagi macet, jadi katanya mereka sedikit telat.."
"yaa.. gabisa gitu dong!!" aku berucap nyolot. "gila!! belum nikah aja udah nyepelehin mama, apalagi nanti.."
"mm.. jangan gitu ahh.. dia orangnya baik kok.. lagiankan sebelumnya memang kita yang dateng kecepatan.." bela mama.
mendengar itu, aku membaringkan kepalaku di meja dengan malas sambil terus menatap ke arah kaca luar restoran yang sedang aku kunjungi ini, dimana aku bisa melihat setiap orang yang berjalan lalu lalang di luar restoran, untuk menghibur diri.
sampai aku melihat pria yang sangat familiar berjalan mengarah ke arah pintu masuk cafe..
dengan mulut terngaga, mataku terus mengikuti langkah kakinya.
"Sarah, maaf ya aku telat..." ucap pria dewasa yang berada tepat di depannya.
"gapapa.. kalian sudah makan.. duduk duduk.. aku udah pesen makanan untuk kita semua tadi..." jawab mama dengan senyum ramah di wajahnya.
mataku tidak berkedip, aku bahkan tidak peduli dengan wajah pacar mama yang sedang sibuk berbicara itu.
Yang aku lihat hanyalah wajah pria yang aku kenal ini, berdiri tepat dibelakang tubuh pacar mama.
"Mia, ada apa??" tanya mama.
"ehh..." ucapku kebingungan.
"dia anaknya om, namanya Lucas, ganteng kan.." ucap pacar mama yang sepertinya juga memperhatikan ke arah mataku memandang.
sekali lagi aku terdiam.
Mantan Pacarku, Cinta pertamaku, ternyata anak dari pacar mamaku..
"Lucas, jangan diem aja.. ayo duduk sini.." ucap ayahnya.
Lucas mengangguk, tanpa mengatakan apapun duduk di samping ayahnya, tepat di hadapanku.
"Mia, ada apa? apa kamu kenal sama Lucas?" tanya Mama.
"haa???" sekali lagi aku panik.
"Lucas, kamu kenal Mia?" tanya Mama ke Lucas.
"kayaknya ngga tante.." jawab Lucas santai.
mendengar itu seketika aku memelotkan mataku, aku terkejut mendengar pria yang berpacaran denganku lebih dari 1 tahun sekarang pura-pura tidak mengenalku.
ditambah lagi aku sendiri belum bisa melupakannya.
"Oh ya, seingat mama kamu sama Lucas sekolahnya sama kan? kalian beneran ga kenal satu sama lain?" tanya mama sekali lagi.
"Oh ya?? wah, aku baru tau loh kalau anak kita sekolah disekolah yang sama.." sahut ayah Lucas.
Mendengar itu aku hanya terdiam, melihat ke arah Lucas dengan penuh kekhawatiran.
"maaf tante.. tapi sekolah kita cukup besar sih... jadi aku ga hafal semua muridnya satu-satu.." jawab Lucas santai sambil tersenyum ramah.
"hmm.. bener juga sih.. apalagi Mia ini ga terlalu menonjol.. beda sama kamu yang pinter.." jawab mama Mia.
"mama!!!" pekik Mia keaal dengan jawaban mamanya.
"tapi menurut ayah, kayaknya kamu tau deh dengan Mia.." ucap ayah Lucas dengan tatapan serius.
mendengar itu Lucas hanya tersenyum bodoh, sepertinya dia juga bingung harus mengeluarkan jawaban apa.
"ya kali kamu ga tau murid cantik kayak Mia... kalau memang beneran ga tau! wah berarti kamu keterlaluan sih.." lanjut ayahnya berucap, membuat tawa dua orang tua itu pecah. sementara Lucas dan Mia hanya bisa mengeluarkan senyum bodoh saja.
***
Sepanjang makan, aku melihat interaksi mama dan ayah Lucas. kedua orang itu terlihat sangat serasi dan saling mencintai.
Aku bahkan bisa melihat senyum lebar diwajah mama, hal yang sudah lama sekali tidak aku lihat.
"jadi gimana Mia, Lucas? apa kalian setuju kalau kami berdua menikah?" tanya ayah Lucas sambil menatap kami berdua bergantian.
mendengar itu aku hanya bisa terdiam. Aku sendiri bahkan tidak tau harus berkata apa.
Mama dulu pernah diselingkuhi, bahkan sebelum cerai, selingkuhan papa sudah hamil.. yang paling parah, papa membuat kami terlilit hutang, mengambil pinjaman dengan bunga yang besar atas nama mama.. sejak saat itu, hidup mama hancur, dia tidak pernah lagi tersenyum.. dan hari-harinya hanya dihabiskan untuk bekerja demi membayar hutang yang mana mama sendiri tidak menikmati uangnya.
setiap hari aku selalu berdoa agar mama bisa menemukan pria baik yang mau menerimanya, namun aku tidak pernah menyangka kalau pria baik yang dimaksud adalah ayah mantanku sendiri.
"aku setuju.." jawab santai Lucas cepat.
sekali lagi aku terkejut mendengar ucapan pria yang pernah aku cintai itu.
"hahaha.. bagus baguss..." jawab senang ayah Lucas sambil menepuk-nepuk ringan punggung Lucas. "kau sendiri bagaimana Mia? apa om boleh menikahi mama kamu, hm?" lanjut ayah Lucas menatap Mia.
Mia menatap mata pria parubaya itu, lanjut menatap mamanya.
mata mereka berbinar seolah menunggu jawaban "iya" dariku.
pada akhirnya aku hanya mengangguk, menyetujui permintaan mereka..
Kedua pasangan itu langsung tersenyum senang, saling berpelukan seakan dunia hanya milik berdua.
sementara itu, aku lanjut menatap Lucas dengan tatapan kesal, di dalam otakku banyak sekali hal yang ingin aku tanyakan padanya. namun dia seperti menghindari kontak mata denganku.
"baiklahh... karna kalian berdua setuju.. besok kami berdua akan langsung mengambil surat nikah.."
"HAH???" Lucas dan Mia sama sama terkejut.
"yah, ini kecepatan ga sih?" ucap Lucas canggung.
"kecepatan apa?? ayah ga mau menunda kebahagiaan.. lagian sepertinya kamu dan Mia sangat setuju dengan pernikahan ini"
mendengar itu Lucas hanya bisa menggaruk kepalanya.
*
Lucas Keenan
18 Tahun
ayah Lucas benar-benar tidak menunda pernikahan mereka.
Hari ini, untuk pertama kalinya aku menangis bahagia, memandang kedua pasangan yang saling jatuh cinta itu bertukar cincin, dan janji di hadapan Tuhan.
"jangan nangis gitu... entar tante Sarah ngiranya lo ga bahagia sama pernikahan mereka..." ucap Lucas yang berdiri di samping Mia.
Mia otomatis langsung memandang Lucas dengan tatapan tajam.
"ga usah sok akrab sama gue!!" jawab Mia kesal sambil membawa dirinya menjauh.
Lucas melirik ke arah Mia, namun dia tidak berusaha untuk mengejarnya.
Kalau bukan demi kebahagiaan mama!! jangan harap gue mau deket deket gitu dengan lo!! dasar cowok brengsek!! ucap batin Mia.
...*...
setelah menikah, ke empat orang itu menginap di hotel dimana mereka tadi melangsungkan acara.
Tentu saja pengantin baru di kamar yang sama sedangkan kedua anak mereka menempati kamar masing masing
"ahh sialan!! bisa gila gue lama-lama mikirin semua ini.." Mia mengacak rambutnya.
Mia terus memikirkan semua hal yang terjadi, dan dia merasa semuanya tidak benar.. namun melihat kebahagiaan diwajah mamanya, dia merasa tidak tega memberitahu kebenaran antara dirinya dan Lucas.
"btw, itu anak pasti juga punya alasan.."
Memikirkan itu, Mia langsung beranjak dari kamarnya menuju kamar Lucas.
mau apapun alasan Lucas, bagaimanapun kebahagiaan mamanya adalah yang utama. Karna itu mereka tidak bisa membocorkan rahasia ini untuk selamanya.
tokk... tokkk... tokk..
"Lucas..." panggil Mia.
Mia terus menerus mengetuk pintu kamar Lucas dengan kecang, sampai-sampai Lucas yang ada di dalam kamar merasa terganggu.
"lo ngapain sih!!!" bentak Lucas sambil membuka pintu.
Mia kaget, dan merasa sedikit kesal karna Lucas membentaknya, namun dia tetap ingat dengan tujuannya.
"kita harus bicara.." ucap Mia langsung saja masuk ke kamar Lucas.
Lucas menatap punggung Mia yang masuk dengan malas, namun dia tidak mengusirnya, yang terjadi dia malah menutup pintu kamarnya.
"mau ngomong apa??" tanya Lucas malas, lengkap dengan tangannya yang bersilang di dada.
"gue ga tau alasan kenapa lo cepet banget setuju dengan pernikahan gila ini.. yang jelas gue ga bakal biarin lo ngasih tau mereka tentang kita.." ucap Mia serius.
Mendengar itu Lucas menyergitkan alisnya.
"gue ga butuh alasan.. gue cuma mau ayah bahagia.." jawab Lucas pelan.
lanjut kaki Lucas melangkah, mendekati Mia. "selain itu apa maksudnya tentang kita?." ucapnya sambil memojokan tubuh Mia ke dinding.
"Lucas!! lo mau apa?!!!"
"Mia, apa lo khawatir kalau mereka tau kalau kita pernah berpacaran, hm??" ucap Lucas dengan suara ambigu.
"dari pada itu, bukankah lo harusnya lebih khawatir kalau sampai mereka tau lo masuk ke kamar gue diem diem sekarang.." ucap Lucas tepat di telinga Mia.
Seketika Mia langsung merasa merinding, dia berusaha mendorong tubuh Lucas menjauh.
"sialan!!" ucap Mia kesal sambil mendorong tubuh Lucas.
namun bukannya menjauh, Lucas malah menarik kedua tangan Hana dan menekannya ke atas.
"Lucas apa yang mau lo lakuin?!" ucap Mia panik. "jangan gila!! kita saudara sekarang!!"
mendengar itu, Lucas terkekeh. "kita ngga punya hubungan darah Mia.." ucap Lucas dengan suara pelan.
Lanjut tangan Lucas yang satu lagi menyentuh pipi Mia.
Mia menoleh ke arah berbeda dengan kasar, mencoba menolak tangan yang ingin menyentuh wajahnya itu.
"Mia..." ucap pelan Lucas sambil mencoba menyentuh wajahnya.
Mia terdiam, perasaan ambigu yang sulit dijelaskan menjalar ke seluruh tubuhnya.
"Lucas, kita nggak boleh seperti ini.." ucap Mia sekali lagi sambil menutup matanya dan menoleh ke arah lain.
melihat Mia yang terus menolaknya, Lucas akhirnya menyerah.
Dia melepaskan Mia, dan langsung berbalik pergi menuju balkon yang ada di kamarnya sambil mengeluarkan sebungkus rokok yang ada di kantong celananya.
Mia melihat itu, dia terkejut karna selama ini benar-benar tidak tau kalau Lucas merokok.
"lo merokok?" tanya Mia dari dalam kamar.
Lucas tidak menghiraukan Mia, dengan santai membakar rokok yang sudah ada di bibirnya.
"LUCAS!!" panggil Mia dengan suara keras.
"Mia, lebih baik lo kembali ke kamar lo sekarang.. kalau lo terus disini, cepat atau lambat kita pasti akan ketauan.." ucap Lucas santai sambil menatap jauh entah kemana, seperti enggan melirik Mia.
Mia kesal, dia benar-benar kesal, langsung saja meninggalkan kamar Lucas, tak lupa dia membanting pintu sebelum pergi.
"cowok sialann!!"
...****************...
Mia Brown.
Setelah Mamanya menikah lagi, berubah menjadi \=> Mia Keenan.
17 tahun.
setelah menghabiskan satu malam di hotel setelah pernikahan kedua orangnya itu, mimpi buruk bagi dua sejoli yang pernah kasmaran itupun dimulai.
Lucas dan Mia yang telah menjadi saudara mau tak mau harus tinggal dirumah yang sama.
dan parahnya lagi, kedua orang itu tinggal dikamar yang bersebelahan.
Tepatnya di lantai 2 rumah mewah keluarga Lucas.
"waahhh.. aku ga pernah bayangin bakal ngerapiin kamar anak cewek.. hmm, ternyata seru juga ya.. lucu.. imut imut gimana gitu.." ucap ayah Lucas sambil tersenyum lembut ke istrinya.
Sarah mengangguk, seperti mengiyakan ucapan suami barunya itu. "anak cewek aku memang girly banget.. sukanya yang warna pink pink gini.." ucap mama Mia.
Mendengar itu Lucas yang kebetulan juga ikut membantu seketika langsung terbatuk batuk tanpa sebab.
"uhhukkk.. uhuuukkk... girly!!" ucapnya sambil melirik Mia penuh arti.
Mia spontan langsung memelototkan matanya, pasalnya, Lucas tau sekali kalau Mia tidak selembut itu.. dibandingkan girly, Mia lebih bisa disebut gadis tomboy.. tapi jujur Lucas juga tidak menyangka kalau Mia menyukai warna pink.
"Lucas kamu gapapa? ini minum dulu.." ucap Sarah menyerahkan botol air ke Lucas.
Lucas mengangguk, menerima botol air itu dan meminumnya..
"Mmm.. kamar ini sudah lama kosong, ga ada yang nempati, jadi banyak debu.. kamukan sensitif debu dan asap Lucas.. sebaiknya kamu pakai masker.." ucap ayah Lucas.
mendengar itu, sekarang giliran Mia yang memulai api amarah.
"ahhh.. ternyata Lucas alergi debu dan asap ya?? tapi kok aku pernah liat dia merokok ya?? hmm apa aku salah liat?" ucap Mia yang berhasil memancing tatapan kesal Lucas.
"Lucas!! kamu merokok..." bentak ayahnya..
"nggak yah!! aku ga merokok.."
"jujur!! awas aja kalau sampai kamu bohong!!"
Melihat Lucas yang dimarahi, Mia tersenyum senang.
"Mia, kamu beneran liat Lucas merokok.." tanya mamanya.
"...." terdiam.
"sayang, jangan gitu.. kalau kamu sendiri ga pasti jangan di sebarin.. kasihan Lucas.."
Setelah mengatakan itu, mama Mia langsung saja mendekati suaminya.. mencoba menenangkan suaminya yang marah itu.
mama dan ayah mulai berbisik bisik, menyisahkan Lucas dan Mia yang saling menatap dengan tatapan mengejek.
dan entah apa yang mereka bisikan, akhirnya kedua orang itu memutuskan untuk meninggalkan Mia dan Lucas berdua saja.
"karna mama mau nyiapin makan siang, dan ayah mau bantuin.. jadi sisa kerjaan disini kami serahkan ke kalian ya.." ucap ayah Lucas.
"eh??" Mia dan Lucas sama-sama terkejut.
"udahh, kalian kerjain pelan pelan ya.. yang akurr.." ucap mama Mia sambil tersenyum lembut.
kedua orang itu saling memandang dengan tatapan kesal, namun tidak ada satupun yang protes sampai kedua orang tua mereka pergi.
setelah orang tua mereka pergi, Lucas juga hendak pergi.
"yaudah, kalau begitu. lo kerjain sendiri aja ya..." ucap Lucas santai sambil berlalu.
melihat Lucas yang berjalan santai ke arah pintu keluar, Mia dengan cepat berlari dan langsung menutup pintu itu rapat-rapat.
"enak aja mau ninggalin gue sendirian beresin barang sebanyak ini!!" ucap Mia dengan nada marah. "bantuin, atau kalau nggak gue bakal aduin ke mereka kalau lo ga mau bantu.."
Lucas menyilangkan kedua tangannya di dada. "aduin aja.. lagian ini kamar lo.. lo yang pake, masa nyuruh orang buat beresin.."
"ohhh yaudah.. gue kasih tau beneran kalau lo merokok.. gue bakal bilang ke Om Adwin kalau gue bener-bener liat lo merokok dengan mata kepala gue sendiri! bahkan sampe merek rokoknya pun bakal gue aduin.." Mia mengancam. "gue mau liat, hukuman apa yang bakal di kasih Om Adwin ke lo.."
mendengar Mia yang mengancamnya, Lucas menjadi sangat kesal.
dengan wajah kesal dan malas, Lucas akhirnya hanya bisa setuju untuk membantu Mia merapikan kamarnya.
***
Selama beberapa waktu, Lucas dan Mia berkerja sama membereskan kamar itu.
Dan saat pekerjaan hampir selesa, Mia terakhir memasang sprei baru di ranjangnya. sementara itu Lucas dengan santai duduk beristirahat.
Namun entah kenapa mata Lucas tertuju ke tumpukan buku yang sudah tersusun rapi di rak milik Mia. akhirnya dengan sembarangan Lucas mengambil salah satu buku yang ada disana.
"buku apaan nih? imut banget.." gumam Lucas pelan.
Lucas membukanya, dan menyadari kalau ini bukan hanya sekedar buku biasa, melaikan buku diary Mia.
di dalam situ banyak sekali cerita yang menuliskan tentang kekaguman Mia ke mamanya, cerita hidup mamanya, dan semua hal yang berhubungan dengan mamanya.
Sedikit banyak akhirnya Lucas mengerti, alasan Mia mengizinkan pernikahan ini.
Dan saat Lucas berbalik ke halaman yang lebih jauh, dia cukup terkejut melihat namanya tertulis sangat besar disana.
Dengan perpaduan pena warna pink dan biru, Mia seperti melukis nama Lucas di buku hariannya dengan banyak gambar berbentuk hati.
Lucas ingin membalikan lagi kertas yang ada di buku itu, namun kali ini Mia yang sudah selesai dengan urusannya, cepat cepat langsung menarik buku itu.
"sialan!! ga sopan banget sih lo!!" ucap Mia dengan wajah memerah malu.
melihat itu Lucas hanya tersenyum mengejek.
"lo kenapa? mukanya jadi merah gitu.." ucap Lucas mempermainkan Mia.
"sialan!! diem ga lo!! gue ga suka ya kalau ada orang sentuh barang pribadi gue sembarangan!! ga sopan!!!" ucap Mia kesal.
"gitu? mm.. tapi kayaknya tadi gue liat ada nama gue disana.. mana besar banget lagi.. LUCAS KEENAN, mana lovenya banyak banget lagi."
mendengar itu wajah Mia semakin memerah.
"itu... ituuu... itu gue buatnya pas kita masih pacaran.." jawab Mia pelan mencari alasan yang masuk akal.
"ahhh ternyata gitu.... okee okee, gue paham.." Lucas berdiri, dengan senyum diwajahnya terus mengejek Mia.
"udah, sekarang lo keluar dari kamar gue!! atau ga gue bakal bener-bener aduin lo merokok ke Om Adwin.." ancam Mia sekali lagi.
Sebenarnya ancaman Mia sudah tidak mempan lagi bagi Lucas, tapi dia juga tidak ingin membahas masalalu mereka terlalu jauh.. akhirnya dengan patuh dia pergi dari kamar itu..
"okee okee.. gue pergi sekarang... tapi lo jangan lupa kalau kamar gue ada disebelah.. jangan sampe ntar lo pas mimpi manggilin nama gue ya.. bukannya apa-apa, tapinya nanti ketauan sama kedua orang tua kita, kan malu kalau sampai mereka tau kalau lo pernah secinta itu sama gue.." ucap Lucas terakhir sebelum dia benar-benar keluar dari kamar Mia.
mendengar itu Mia menjadi emosi seketika, buku diary yang dipegangnya, langsung saja dia lempar ke arah pintu yang sudah tertutup rapat itu.
"Lucas gila!!!!! sialann!!!! awas aja lo!!!" pekik Mia dari kamar, membuat Lucas yang mendengarnya tersenyum senang.
Sementara itu ayah dan mama yang juga mendengar suara itu hanya bisa menepuk kepala mereka.
Sepertinya dimata mereka, niat menyatukan dua orang saudara itu gagal total.
...****************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!