MELAMAR PEKERJAAN BARU
Virginia, USA — Midnight
Langkah ringan dari sepasang kaki wanita yang berbalut sepatu pantofel hitam, mengeluarkan bunyi ketukan pelan dan menggema di seisi gudang kosong. Sambil berjalan, ia membawa sebuah kepala manusia dari pria tua konglomerat bernama Danzel Jaitly, lalu membuangnya santai di tong sampah dan membakarnya saat itu juga.
[“Jangan hubungi aku lagi. Ini sudah selesai seperti yang kau mau.”] Kata wanita cantik berambut pendek hitam yang nampak berlumuran darah bak monster dingin yang haus darah.
[“Itu sudah lebih dari cukup, Mrs Seda.”] Balas seseorang dari balik ponselnya.
Wanita itu segera mematikan panggilan tadi, menoleh dan menatap sekilas ke kobaran api yang membakar habis kepala targetnya. Senyuman terukir di bibir tipisnya saat dia melangkah menjauh dan pergi dari gudang tersebut, barulah sebuah ledakan terjadi di sana. Duarrrr!!!
Semuanya terbakar dan bukti hilang dalam sekejap. Siapa lagi pelakunya jika bukan Selena Dakota, si pembunuh bayaran berdarah dingin yang tak pernah gagal dalam misi menghabisi seseorang.
Selena memejamkan mata saat dia masuk ke mobil dan duduk diam seraya memegang kemudi. Hingga kelegaan terukir di wajah dan bibirnya yang tersenyum lebar. “Saatnya mengakhiri semuanya dan hidup normal, Dakota!” gumamnya dengan tak sabaran hingga ia tak segan menyalakan musik lewat radio. Melaju melewati keheningan di malam hari.
.
.
.
Washington DC, USA — 3 Tahun Kemudian
Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan di pintu yang sangat besar dan elegan. Halaman yang luas serta gerbang hitam yang hampir menutupi keindahan ruang mewah itu. Jangan lupakan tulisan yang tertera di bata berlapis keramik hitam— Bellucci Mansion.
Cklek!
Saat pintu terbuka, seorang wanita tua dengan pakaian kepala pelayan serba hitam dan bandana, kini tengah menatap penuh tanya dan sedikit tegas. “Who are you? (Kamu siapa)?”
“Hai! My name is Selena Dakota! Aku baru di kota ini dan aku ingin melamar pekerjaan sesuai yang tertulis di web, Bellucci! Aku ingin bertemu dengan Mr. Charlie!” jelas wanita cantik berambut panjang yang tergelung rendah.
Senyuman Selena terukir manis dan ramah. Oh tentu, dia sudah berhenti menjadi seorang pembunuh bayaran 3 tahun lalu, dan kini dia ingin pekerjaan yang normal. Jadi jangan diungkit okay!
“Sayang sekali Nona. Mr. Charlie sedang tidak ada di rumah, kau bisa datang besok dan kirim pesan untuk janji temu.” Jelas pelayan tua itu dengan tatapan sinis dan kepala yang tak pernah menunduk selain ke tuannya, Charlie Bellucci.
“Aku akan menunggunya!” balas Selena yang masih tersenyum lebar.
“Perlu waktu berjam-jam untuk menunggunya pulang. Tuan Charlie akan kembali malam hari.”
“Aku akan menunggunya dengan sabar!”
Sungguh, Nora si kepala pelayan itu menatap penuh keheranan akan sosok wanita keras kepala yang baru dia temui. Ia menarik napas panjang dan menghela pasrah. “Masuklah dan duduk. Pelayan akan datang membawakan minum untukmu. Semoga kau tidak bosan di sini.” Kata Nora yang sedikit ketus.
“Thank you!”
“Dan berhentilah tersenyum.”
Senyuman Selena hilang seketika, saat wanita tua tadi menyindirnya untuk tidak terlalu tersenyum. Hingga Nora pergi meninggalkannya sendirian di ruang tamu yang cukup luas dan besar dengan dekorasi elegan serba hitam dan putih.
Tentu, Selena tak berhenti mengamati tempat tersebut secara menyeluruh, sampai pelayan muda datang mengantar minumannya. “Terima kasih!” ucapnya yang hanya dibalas senyum tipis.
Berjam-jam Selena menunggu dengan sabar, namun tetap saja tidak ada tanda-tanda seseorang datang melewati pintu masuk. Setelah minuman banyak, ia tertidur. Ya! Selena tertidur, bersandar dan mendongak dengan mulut terbuka dan dengkuran kecil.
“Dasar keras kepala.” Gumam Nora terheran-heran dan memilih pergi.
Sementara di sofa ruang tamu, Selena masih tidur nyenyak sampai perlahan dia membuka kelopak matanya saat samar-samar dia mendengar suara kecil dari seorang gadis rambut coklat yang dikepang ke bahu kanan.
“Wake up! (bangun)!” ucap gadis kecil berusia 5 tahun yang kini berdiri di belakang sofa, menatap wajah cantik Selena yang duduk dengan kepala mendongak hampir ke belakang.
Gadis itu mengetuk-ngetuk dahi Selena sampai wanita itu terbangun gelagapan dengan kepala sedikit pusing. “Sshhh oh, no... ”
“Seharusnya jangan tidur seperti itu, kepalamu akan sakit.” Kata gadis kecil yang mengenakan dress biru cantik.
Selena menatap penuh tanya ke anak itu. “Aku ketiduran. Who are you? (Kau siapa)?”
“Alma! Aku tinggal di sini.” Kata anak itu yang duduk di meja menghadap ke Selena. “Who are you?” tanya balik anak itu yang membuat Selena membenarkan pakaian serta rambutnya yang sedikit berantakan.
“Namaku Selena! Aku datang ingin bertemu dengan Mr. Charlie!”
“Sebaiknya jangan temui dia. Atau kau akan menyesal nanti.”
“Kenapa? Apa dia menakutkan seperti monster berwajah hijau??!” kata Selena dengan candaan kecil yang membuat Alma terkekeh kecil dan menggeleng.
“Dia lebih dari monster.”
Selena mengangguk-anggukkan kepalanya, memperhatikan gadis cantik di depannya itu yang masih duduk di atas meja. “Apa kau tahu, duduk di atas meja tidak baik untuk anak kecil.”
“Di sini tidak ada aturan seperti itu. Di sini semuanya bebas kecuali jangan melibatkan polisi.” Jelas Alma benar-benar berkata apa adanya.
Tentu, Selena berkernyit heran akan aturan seperti itu.
“Siapa yang mengatakan nya?”
“Mr. Charlie!” jawab anak itu yang seketika menoleh saat mendengar suara mesin mobil. Senyuman lebar saat ia menatap ke Selena seraya melambai. “Aku pergi dulu ya, dah!!”
Itu mengejutkan, namun membuat Selena tak habis pikir akan peraturan yang anak itu katakan.
Saat melihat ke arah pintu. Seorang pria dewasa berjalan santai dengan kaos putih, jaket hitam yang dilempar ke arah pelayan dan sebuah pisau lipat yang ia mainkan di tangan, sungguh membuat Selena tak berhenti memperhatikannya.
“Ambilkan aku minuman.” Pinta pria tadi yang hanya berjalan melengos melewati Selena.
Dan tak lama, seorang gadis cantik berambut panjang nan lurus warna pirang, baru saja masuk dengan pakaian yang jauh dari kata sopan.
“Mereka kakakku!” kata Alma yang sudah berdiri di atas sofa dan berbisik tepat di telinga kiri Selena yang pastinya mengejutkan si mantan pembunuh bayaran itu.
“Oh, okay... sangat mengejutkan!” kata Selena tersenyum kecil dan tak tahu harus berkata apa lagi setelah melihat orang-orang yang ada di dalam ruang besar itu seraya berkernyit kening.
Sudahlah banyak pelayan dan penjaga yang sangar, entah Selena tak tahu dia ada di mana dan masuk ke dunia apa. Yang pasti, dia tak mau masuk lagi ke dunia yang gelap dan penuh darah.
.
.
.
Menjelang malam, Selena masih menunggu di tempatnya, dari atas terlihat tiga orang tengah mengintai Selena.
“Apa dia kiriman Charlie?” tanya si wanita cantik bernama Clara Bellucci (18th) yang kini menoleh sekilas ke kakak laki-lakinya, pria bernama Damian Bellucci (22th) si pria yang membawa pisau tadi.
Dia hanya diam menatap tajam ke arah Selena seraya mengunyah permen karet.
“Dia datang untuk menjadi pengasuh kita. Charlie membuka lowongan pengasuh di web, dan dia datang untuk itu.” Jelas anak laki-laki bernama Miles Bellucci (11th) yang cukup mengejutkan.
“Apa? Pengasuh? Yang benar saja, apa Charlie pikir aku masih anak-anak. Okay, jika Alma, aku memakluminya, tapi aku??” gadis itu menatap malas dan kesal akan ayah angkatnya yang sialan itu.
“Kalau begitu, kita buat saja dia tersiksa di sini.” Kata Damian yang masih menatap ke Selena dan menyeringai kecil.
...^^^°°°^^^...
Hai Guyssss!!!! Aku kembali dengan cerita baru bertema Mafia. Tapi kali ini lebih Badas dan ada taburan manisnya 🤭 okay!!! Semoga kalian suka dengan cerita kali ini dan tidak bosan bertemu denganku hihihi 😁
Jangan lupa tinggalkan jejak semangatnya seperti biasa untuk menambah semangat para penulis, oke!!!!!
Thanks and See Ya ^^
BERTEMU MR. CHARLIE
-‘Apa dia datang selama ini?’ batin Selena yang mulai lelah saat harus duduk dan berdiri beruang kali, bahkan dia tak segan meminta kopi ke pelayan agar tetap berjaga di sana. Sementara dari atas, ketiga anak angkat Charlie Bellucci masih memantaunya.
“Kau ingin mengerjainya? Bagaimana kalau Charlie tahu, dia akan marah.” Kata Clara yang memutar malas bola matanya.
“Itu tidak termasuk dalam peraturan di rumah ini. Apa aku salah Miles?” kata Damian kepada si cerdik, Miles.
“Tidak. Aku rasa tidak, karena Damian benar. Charlie tidak mengatakan peraturan selain jangan berurusan dengan polisi.” Kata Miles dengan jujur.
Clara hanya mengangguk-anggukkan kepalanya kecil. “Okay... Kita lihat seberapa sanggup dia berada di sini.” Katanya yang tersenyum kecil tak sabar.
Disaat berdiam diri, Selena menoleh ke belakang, lebih tepatnya ke atas lantai dua, yang mana dia sadar akan adanya tiga orang yang tadi memantaunya. Tentu, Selena hanya menyeringai kecil sampai jantungnya tiba-tiba berdegup kencang dan gugup ketika mendengar langkah kaki dari arah luar.
Sampai para pelayan termasuk Nora yang tiba-tiba berdatangan dan berbaris sejajar di dekat pintu. Namun Selena hanya menatap heran, bahkan keempat anak yang dia lihat pun mulai ikut berdiri di dekat Nora.
Namun sayangnya, keberadaan Selena di ruang tamu, memang sedikit berjarak sehingga dia hanya bisa mengintip saja. Mengintip kedatangan seorang pria berwibawa, berpawakan tinggi dan gagah, kulit Tan berpadu dengan kemeja hitam dengan dua lengan terlingkis dan celana hitam.
“Suruh dia menemuiku.” Pinta pria bernama Charlie Bellucci kepada Nora tanpa menghentikan langkahnya.
Pria itu bahkan berjalan dengan angkuh melewati keempat anak angkatnya yang diam dan tertunduk patuh. Tentu, Selena bisa melihat mereka berempat dengan penuh keheranan, sampai Nora menghampirinya usai si Mr. Charlie itu berbelok peri ke ruangan pribadinya.
“Ayo, ikut aku!” ajak Nora dengan tatapan yang sama dan nada suara yang sama.
Selena tersenyum dan langsung meraih tas besarnya serta merapikan pakaian sederhananya yang hanya dilapisi oleh mantel warna cokelat muda.
Saat berjalan mengikuti langkah Nora. Sekilas Selena menengok ke arah empat anak yang menatapnya dengan tatapan penuh ancaman dan ketidaksabaran.
“Sepertinya mereka tidak sabar untuk ku rawat!” kata Selena positif thinking atau memang kesengajaan nya karena dia tahu akan tatapan ketidaksukaan dari empat anak tadi terutama tatapan Damian dan Clara.
“Semoga saja.” Balas Nora menyeringai kecil seolah dia tahu bahwa ucapan Selena meleset. Karena sudah ada banyak pengasuh yang gagal dan memilih resign.
“Masuk saja, orang yang kau tunggu ada di dalam. Dan ingatlah, batasi senyuman mu jika kau tidak ingin dalam masalah.” Jelas Nora yang membuat Selena was-was.
Sambil menarik napas dalam-dalam dia segera membuka pintu hitam bergaris silver yang nampak sangat elegan dan mencengkram. Tapi jika dipikir-pikir lagi, kenapa akhir-akhir ini Selena hampir terbawa menjadi orang normal, padahal dia bisa berkelahi untuk apa takut.
Cklek!
Pintu terbuka, mata biru Selena menatap ke sosok pria gagah yang berdiri membelakanginya dan sibuk mengutak-atik sesuatu.
“Mr. Charlie?!”
Pria itu meletakkan benda yang dia bawa, menoleh sehingga garis wajahnya terlihat jelas berkarisma. “Kau bisa membaca?” tanya pria itu yang entah kenapa hanya dengan mendengar suaranya saja sudah membuat Selena gelagapan.
“I-iya. Aku bisa membaca, dan bisa lima bahasa, jika— ”
“Ada berkas di atas meja, ambil dan bacalah. Jika kau bisa bertahan, maka lanjutkan, jika tidak sanggup maka pergilah.” Kata Charlie dengan nada santai.
“Itu artinya aku sudah diterima?”
“Lakukan saja. Dan hilangkan senyuman dari wajahmu.” Kata Charlie yang masih dingin hingga Selena mencibirkan bibirnya dan segera berjalan maju meraih berkas dia tas meja, namun bukan di meja kerja Charlie.
Wanita itu menatap kertas putih yang hampir dia buka. “Pergi dan baca di luar. Nora akan mengurus sisanya.” Pinta pria itu yang akhirnya langsung dipatuhi oleh Selena. Namun sebelum benar-benar keluar, wanita cantik itu kembali berbalik menatap ke punggung Charlie dengan senyuman.
“Thank you, Mr. Charlie!” ucapnya lalu pergi.
Mendengar pintu tertutup, pria itu kembali menoleh, lalu menatap lurus dengan kerutan alis seolah ada ratapan di mata tajamnya yang indah.
Seperti yang diucapkan oleh Charlie Bellucci, Nora mengajak Selena ke kamar pribadinya. Kamar yang berbeda dan lain dari mess para pelayan, karena kamarnya masih ada di dalam mansion, sementara mess pelayan ada di samping mansion.
“Besok adalah hari yang besar untukmu, kuatkan tenaga dan kuatkan mental. Good luck! (semoga berhasil)!” kata Nora.
“Tunggu! Aku ingin bertanya sesuatu.”
“Katakan.”
“Apa keempat anak ini benar-benar anaknya? Aku tidak melihat adanya uban di rambut Mr. Charlie.” Kata Selena lain dari yang lain.
“Lakukan saja tugasmu, jangan menjadi mata-mata di sini. Dakota!” tegas Nora yang langsung melangkah pergi.
“Namaku Selena! okay!” balas Selena sedikit keras namun suara pintu tertutup lebih keras dan membuatnya tersentak kaget.
Tentu, dia segera duduk di ranjang empuknya yang sangat empuk, lebih empuk dari kasurnya. Dengan teliti dia membaca berkas mengenai keempat anak angkat Charlie Bellucci.
Cukup aneh bagi Selena, dia yakin keempat anak itu bukanlah anak kandung Charlie, atau mungkin saja salah satu diantaranya memang anak kandung Charlie? “Ayah yang sangat angkuh.” Kata Selena saat membaca peraturan paling bawah. <
“Cukup menarik.”
Wanita itu memasukan berkas tadi ke laci, mengganti pakaiannya dan bersiap untuk besok. “Lakukan sesuai kemampuanmu. Jadi sabar dan lembut adalah utama! Itu sangat mudah!” gumamnya penuh percaya diri.
Dia tak pernah gagal dalam misinya apalagi ini pekerjaan murni.
.
.
.
“Siapa wanita itu?” tanya Charlie yang kini duduk di sofa singel warna hitam, dengan tatapan tajam dan tegas mengarah ke Nora yang masih berdiri dihadapannya.
“Dia hanya wanita biasa Tuan. Dia baru pindah dari desa kecil di California.” Jelas Nora dengan sejujurnya seperti apa yang sudah dia baca asal-usul si wanita bernama Selena Dakota.
“Dia tinggal sendiri?”
“Ya. Orang tuannya sudah lama meninggal saat dia masih muda, dia anak tunggal Tuan.” Kata Nora yang masih penuh hormat.
Charlie terdiam mendengar penjelasan tentang pengasuh baru itu. Sambil meneguk segelas beer, pria itu menyuruh Nora pergi dan istirahat, tidak lupa juga dia mengatakan “Terima kasih.” Ucapnya yang membuat Nora betah di sana.
Meski Charlie angkuh dan tegas kepada pekerja lainnya, namun dengan Nora, dia masih mempunyai hormat dan sopan, kecuali kalau sedang marah.
“Bagaimana dengan anak-anak itu?” kata Charlie yang kembali menghentikan langkahnya Nora.
“Mereka masih sama. Nona Alma masih butuh perkembangan, saya harap dengan adanya Selena, dia bisa lebih terbuka.” Kata Nora tersenyum kecil.
“Awasi saja pengasuh itu, dan jangan ada yang membantunya.” Pinta Charlie sembari kembali meneguk habis beer nya dan tatapan tajam yang fokus ke depan.
KESOPANAN YANG LAIN
Di pagi-pagi sekali, bahkan langit masih terlihat sedikit gelap. Selena segera bersiap, ia menyisir rambutnya dan menggelung dengan rapi. Tentu, dia tak melupakan pakaiannya juga yang hanya mengenakan pakaian sederhana seperti pakaian para pengasuh lainnya, namun pakaian yang dia kenakan lebih simpel seperti milik Nora.
“Okay, aku hanya perlu mengingat kegiatan apa saja yang harus mereka lakukan satu hari ini. Dan pertama-tama perkenalan lebih penting!” gumam Selena sembari penuh semangat dan keluar dari kamar.
Oh seharusnya dia tetap di kamar saja, jika tidak ingin menyesal.
Saat ia masih sadar bahwa masih terlalu pagi, Selena memutuskan berjalan-jalan disekitar mansion mewah tersebut. Hingga dia melihat sosok pria bertubuh kekar dengan kemeja hitam dan mantel hitam panjang, baru saja melangkah keluar ke arah pintu.
“Mr. Charlie? Sibuk yang luar biasa.” Kata Selena yang penasaran dan mengikuti langkahnya, namun dia hanya melihat dari kejauhan saja sehingga dia sama sekali tidak bisa melihat wajah si Charlie Bellucci itu.
Selena berkerut alis ketika melihat adanya beberapa pria sangar yang menghadap ke majikannya itu. -‘Siapa dia? Seorang pengusaha?’ batin heran Selena yang melihat banyaknya anak buah.
“Sedang apa kau di sini?” tegas Nora yang tiba-tiba muncul dari belakang.
Tentu saja Selena tersentak kaget dan balik menatapnya. Namun bersamaan dengan itu, Charlie menoleh ke arahnya, tatapan mata hijau nya sangat tajam. “Ayo.” Pinta pria itu yang segera masuk ke mobil, bersama asistennya.
Sementara Selena masih menghadapi kepala pelayan.
“Aku bersemangat, mungkin terlalu bersemangat!” kata Selena tersenyum lebar.
Sementara Nora masih dengan tatapan tegasnya.
“Ayo, bangunkan mereka— Semampu mu.” Kata Nora yang terdengar mengejek. Ya.. Karena dia tahu bagaimana sikap anak angkat Charlie itu.
Dengan penuh percaya diri, Selena tersenyum lebar. “Itu hal mudah, serahkan saja padaku, Nyonya...”
“Nora! panggil aku Nora saja. Cepat lakukan tugasmu.” Tegas wanita tua itu yang segera dilaksanakan oleh Selena.
Ya, dia segera pergi ke kamar Clara yang ada di lantai dua. Pintu putih yang tertutup rapat dan hening. Ada beberapa pelayan dan penjaga yang berjaga di sana, namun jarak yang berjauhan.
Tok! Tok! Tok! “Good morning!” kata Selena dengan suara lembut.
Namun tak ada jawaban apapun di dalamnya. Tok! Tok! Tok! “Clara... Aku tahu kau ada di dalam, saatnya bangun dan memulai hari yang menyenangkan!”
“GO BITCH! (PERGILAH JALANG)!”
Suara lantang dari gadis 18 tahun yang mengejutkan Selena. “Ow, itu sangat kasar.” Gumam Selena yang masih perkenalan dan mencoba beradaptasi dengan sikap yang baik. Dia tak ingin membawa sikap kasarnya sebagai mantan pembunuh bayaran ke pekerjaan lembutnya itu.
Tak ingin memaksa, Selena berpindah ke kamar Damian. Dia berharap kali ini berhasil.
Tok! Tok! Tok— DUGGH!!
Wanita itu tersentak kaget saat sebuah benda berat dilempar ke pintu, sehingga mengeluarkan bunyi yang cukup mengejutkan dan keras.
Tentu, wanita itu membuka lebar matanya dan sedikit tak percaya akan perilaku mereka berdua. “Okay... Mereka sudah beranjak dewasa, itu hanya hormon.. Hffuu— ” gumamnya yang memberi semangat sendiri.
Sementara di balik dinding, Nora terus mengawasinya seperti apa kata Charlie.
Kali ini Selena pergi ke kamar Miles, di sana dia kembali mengetuk pintu dan tentunya disambut dingin oleh anak berusia 11 tahun itu. “Good morning! Aku senang kau membuka pintu untukku!”
“Sebenarnya aku tidak suka diganggu dengan ketukan pintu berulang kali. Beritahu aku alasan yang jelas, kenapa kau datang ke kamar ku?” Tanya anak itu dengan tatapan datar.
“Em... Karena ini sudah pagi. Dan ini salah satu tugasku. Aku akan memperkenalkan diriku— ”
“Sampai jumpa.” Bruak!!
Pintu langsung ditutup tanpa aba-aba. Lagi dan lagi Selena menunduk menahan kesalnya dan mencoba tetap sabar. Dia masih ada satu anak yang akan menurut kepadanya.
Tok! Tok! Tok!
Tanpa menunggu waktu lama, seorang gadis kecil membukakan pintu kamarnya dan tersenyum menatap Selena. “Selamat pagi!” sapanya lebih dulu kepada Selena.
“Selamat pagi! Kau gadis yang pintar karena bisa bangun sendiri!” kata Selena benar-benar kagum.
“Aku sudah terbiasa!”
“Boleh aku masuk?” tanya Selena.
Anak itu tak menolaknya, dia hanya tersenyum hingga Selena ikut senang. Namun saat dia hampir melangkah masuk, tiba-tiba suara lantang dari arah lain, membuat Selena sontak menoleh.
“Jangan mempercayai nya, Alma! Dia orang asing!” kata Clara yang tiba bersama Miles.
Gadis cantik berambut pirang itu segera menarik pelan Alma dari Selena dan menatap tajam ke Selena. “Kami tahu wanita sepertimu hanyalah mencari untung dan muka. Jangan coba-coba melewati batas mu.” kata Clara dengan berani.
“Kau menjadi kakak yang baik. Tapi kau sangat kasar!” ucap Selena terus terang sehingga Clara dan Miles cukup terkejut.
“Baiklah! Aku tidak perlu masuk, aku menunggu kalian di ruang tengah. Ini salah satu perintah dari Mr. Charlie, aku tahu kalian tidak mau dia marah dan menjadi monster hijau bukan!” kata Selena tersenyum kecil lalu pergi.
Clara benar-benar tak percaya akan sikap pengasuh baru itu yang lebih aneh dari pengasuh sebelumnya.
“Dia sangat licik.” Kata Clara.
“Dia berani mengatai Charlie monster? Charlie harus tahu itu.” Kata Miles.
Namun seperti yang Selena katakan dan tebakannya benar. Anak-anak itu sangat takut dengan Charlie sehingga mereka langsung bergegas menuju ke ruang tengah termasuk Damian yang baru saja tiba dan langsung saja duduk di samping Miles.
Ya! Keempat anak angkat Charlie kini duduk berjajar di satu sofa panjang. Sementara Selena berdiri di depan mereka Dnegan senyuman lebar. -‘Tatapan dan sorot mata yang berbeda-beda. Aku bisa melihat kesedihan itu.’ Batin Selena saat mengamati mereka satu persatu.
“Okay! Pertama-tama, aku akan memperkenalkan namaku— ”
Tut!
Selena terdiam saat dia mendengar suara kentut. Sementara keempat anak angkat Charlie menahan senyum jahil mereka saat Selena menatap mereka dengan tak percaya.
“Ayolah, Miles... Jangan lakukan itu, kau harus menghormatinya!” kata Damian menyeringai kecil.
Miles dan yang lain hanya tersenyum kecil.
“Okay, kita tidak bisa menahan angin yang keluar dari diri kita. It's okay! Namaku Selena Dakota, dan aku akan menjadi pengasuh— ”
Tut... Tut...
Lagi, suara kentut yang membuat Selena terdiam dan tak habis pikir.
“Kali ini, itu aku, sorry!” kata Damian menatap Selena dengan seringai mengejek.
Clara dan Miles menyeringai kecil, sementara Alma terkekeh kecil.
“Okay.. Itu sangat sopan!” kata Selena menahan diri untuk tetap tenang dan sabar. Ia kembali menatap mereka dengan ramah. “Aku akan— ”
“Okay... Kami harus pergi, tidak ada waktu untuk mendengar mu mengoceh! Semoga harimu menyenangkan!” kata Clara yang beranjak pergi, begitu juga dengan Miles dan Damian yang juga harus pergi melanjutkan sekolah mereka.
“Tunggu! Kalian harus sarapan, setidaknya dengarkan aku— ”
“Mereka tidak akan mendengar mu.” Kata Alma yang membuat Selena berhenti, lalu menoleh ke arahnya seraya mengerucutkan bibirnya pasrah.
“Apa aku terlalu baik kepada mereka?”
“Mungkin saja!” kata Alma tersenyum kecil, lalu berjalan pergi dan siap pergi ke sekolah.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!