Kedua tamu yang datang kerumah Azalea tersebut masih menunggu jawaban Azalea,mereka menatap wajah manis Azalea dengan tatapan datar tanpa senyum,namun beda dengan Kakek yang terlihat sangat berharap cucunya menikah dengan Azalea.
"Bagaimana Nak?"tanya Kakek
"Sudah Lea terima saja,biar ringan kehidupan kami nanti!"kata Ibu Tiri Lea
"Buk,jangan bicara ngawur gitu,biar bagaimana juga Lea itu anakku!"kata Ayah Lea
"Baik Kek,saya terima."kata Azalea sambil beranjak tanpa menatap kedepan lagi
Ibu Tiri Azalea mengikuti kemana arah melangkah namun terhenti karena Azalea membanting pintu dan menguncinya,Ibu ingin mengetuk pintu namun diurungkan karena ponselnya berbunyi.
Diluar Imran dan Ayah Azalea sedang mempertimbangkan kembali,Imran sendiri setuju menikahi Azalea namun dia juga mengajukan syarat,dia mau menikahi Azalea saat ini juga dan langsung membawanya pergi.
"Aku ikuti kemauan Kakek sekarang juga."kata Imran
"Apa tidak terlalu mendadak?"tanya Ayah Azalea
"Lebih cepat lebih baik."jawab Imran
Ayah Azalea mengurus semua dibantu beberapa orang kepercayaannya,siang ini sesuai kemauan Kakek Imran akad nikah dilaksanakan langsung di KUA setempat dengan sedikit pengaruh Ayah Azalea.
Imran memberikan sedikit waktu kepada Azalea untuk berpamitan kepada Ayahnya,dia dan Kakeknya menunggu didalam mobil yang berbeda karena Imran harus kembali kekantor sementara Azalea dan Kakek pulang kerumah.
"Lea,baik-baik disana,kamu harus patuh sama suami karena sekarang sudah menikah."kata Ayah
"Iya Yah,Ayah juga jaga kesehatan."kata Azalea
"Ayah tidak bisa membekalimu apa-apa,hanya ini sisa peninggalan Ibu kamu,masalah warisan tanah dan rumah juga harus dibagi sama saudara yang lain."kata Ayah Azalea sambil memberikan sekotak perhiasan milik almarhum Ibu Azalea
Azalea tidak banyak berkomentar jika Ayahnya sudah mengungkit masalah warisan,karena mau bicara apapun Ayah tetap akan membaginya kepada anak tirinya,Azalea memilih berbalik meninggalkan Ayahnya yang masih berdiri didepan gerbang KUA.
"Ayah harap kamu bahagia."kata Ayah Azalea
Azalea masuk kedalam mobil yang ditumpangi Kakek Imran karena mobil milik Imran sudah melaju lebih dahulu,dia hanya bisa menatap dari jauh sampai mobil milik suaminya menghilang ditelan keramaian.
"Dasar bocah tengik!"kata Kakek dengan nada kesal sambil menekan tongkatnya
"Apa sudah bisa jalan Pak?"tanya Sopir
"Ayo jalan."kata Kakek
Didalam mobil Azalea hanya memandang kearah luar karena Kakek sedang bicara dengan orang kepercayaannya,dari bahasanya Kakek sangat marah karena Imran membangkang kepadanya.
"Kamu tahu cara memberinya pelajaran?"tanya Kakek
Mendengar Kakek Imran marah cukup membuat Azalea merinding,pasalnya dia khawatir kedepan Imran akan menyalahkannya,apalagi tadi Kakek sempat menyebut nama Natasha.
Azalea menoleh kearah Kakek Imran,dia menatap wajahnya dengan lekat,menyimpan dalam memorinya karena hanya Kakek yang bisa dia jadikan alasan menikahi Imran.
"Kek,apa kita mau makan dulu?"tanya Azalea
"Ah benar sekali,sampai sesiang ini kita belum makan.Kamu mau makan apa?"tanya Kakek
"Apa Kakek ada alergi sesuatu?"tanya Azalea sambil tersenyum sekedar menghibur diri
"Tidak ada,Kakek bisa makan apa saja yang penting tahu batas."jawab Kakek
Azalea menunjuk suatu tempat dimana disana terlihat sejuk,dari jauh tidak terlihat seperti rumah makan karena terhalang kolam ikan atau biasa disebut empang.
"Bagaimana kalau kita kesana?"tanya Azalea
"Baik,ayolah."jawab Kakek
Azalea mengajak Pak Sopir ikut serta karena bagi dia meski beliau seorang sopir rasanya Kakek Imran sudah menganggapnya sebagai keluarga.
Setelah selesai makan mereka kembali melanjutkan perjalanan pulang kekediaman Kakek dimana disana ada kedua orang tua Imran yang sudah menunggu,adik perempuan Imran juga sedang berada dirumah.
"Ayo turun."ajak Kakek
Azalea hanya mengangguk,dia keluar dari mobil lalu berjalan dibelakang Kakek sambil menunduk,dia tidak berani menatap kedepan meski beberapa kali Kakek berusaha menguatkannya.
"Pa,kemana Imran?"tanya Papa Imran
"Gak tahu!"bentak Kakek
"Pa,setidaknya suruh dia pulang dulu,mengapa malah Papa yang membawanya pulang?"tanya Papa Imran
"Cepat hubungi dia,suruh dia cepat pulang!"kata Kakek dengan mengangkat tongkatnya
Wanita yang bersama Papa Imran langsung diam tidak berkutik,dia masuk kedalam kamarnya mengajak serta gadis yang sedikit tengil dengan menarik tangannya.
"Mama,apaan sih sakit tahu!"kata gadis tersebut
"Kamu ndak lihat Kakek kamu sedang marah seperti itu,kamu tahu gak akibatnya?"tanya Mama Imran
"Apa?"tanya Adik Imran
"Kakek bisa saja merubah wasiatnya Anita!"jawab Mama Imran
Anita adik Imran terkejut mendengarnya,dia buru-buru melepas tangan Mamanya dan berjalan kembali menuju ruang dimana Kakek dan Azalea berada serta Papa yang masih sibuk menghubungi Imran.
"Jadi alasan Kakek menikahkan Kakak dengan dia karena Kakek tidak mau membaginya dengan kami?!"tanya Anita dengan nada keras
Suara Anita cukup membuat Kakek terkejut,hampir saja tubuh tuanya rubuh namun Kakek masih bertahan karena Azalea.Kakek memang sudah tua,namun secara fisik cukup kuat karena dia berprinsip dengan hidup sehat.
"Kecilkan suaramu Anita!siapa yang mengajarimu bicara kasar kepada orang tua?"tanya Kakek
Mendengar suara Kakek yang keras membuat Anita merasa ciut,dia hanya bisa menangis mendengar bentakan Kakeknya,dulu saat masih kecil Kakek adalah sosok yang sangat penyayang namun memudar seiring bertambah usia.
"Kakek jahat,lebih memilih dia daripada cucu sendiri!"kata Anita
Papa Imran masuk kedalam dia sendiri marah mendengar anak gadisnya berkata kasar kepada Kakeknya.
"Anita!masuk kamar dan jangan keluar tanpa ijin Papa!"kata Papa Imran
Anita berlari dengan deraian air mata,saat ingin masuk kedalam kamar dia berpapasan dengan Imran yang baru pulang,tanpa bicara apapun Anita berlari masuk kedalam kamarnya.
"Kamu juga!darimana saja?!"tanya Papa Imran
"Ada apa lagi?bukannya aku sudah memenuhi permintaan kalian?"tanya Imran
"Harusnya kamu yang pulang membawa pengantinmu tadi,tapi kamu kemana?"tanya Papa Imran
Imran merasa kesal dengan pertanyaan yang membuat telinganya gatal,dia menarik kasar tangan Azalea dan membawanya kelantai atas dimana hanya ada satu kamar miliknya disana.
"Cepat masuk!"kata Imran
"Iya."kata Azalea
Imran menutup pintu kamarnya,dia masuk kedalam ruang kerja dan tidak keluar lagi sampai jam makan malam.
Azalea merasa bersalah dia ingin menebus perasaannya dengan membuatkan minuman hangat untuk Imran namun dia malah tertahan didapur karena Mama Imran juga disana.
"Imran tidak suka manis."kata Mama
"Ah,iya maaf Ma,lalu Mas Imran suka apa?"tanya Azalea
"Yang pasti dia tidak suka sama kamu,dia suka sama Natasha jadi kamu jangan harap bisa menjadi istri satu-satunya."jawab Mama
Mendengar Mama mertuanya bicara membuat Azalea goyah meski dari awal dia sudah menyiapkan mental namun tetap saja tidak mudah baginya.Azalea mencuci kembali cangkir dan meletakkan ditempatnya,dia pergi begitu saja meninggalkan Mama mertua yang asyik mengaduk-aduk sayuran.
Azalea mencoba mencari udara luar,dia berjalan menyusuri teras dan menatap keatas melihat cahaya bulan dan bintang,diatas sana cahayanya terus bersinar tanpa lelah,mereka menghilang saat langit mendung dan pagi menjelang.
"Apa yang kamu lakukan disini?bukannya ini sudah waktunya makan malam?"tanya Pak supir yang bernama Dibjo
"Bapak bikin kaget aja."jawab Azalea
"Kamu sudah makan malam?"tanya Dibjo
"Saya belum lapar Pak."jawab Azalea
Dibjo menasehati Azalea agar tetap bersabar,dia siap membantu Azalea kapanpun Lea membutuhkan,Dibjo juga bercerita tentang Imran,Imran memang benar memiliki kekasih bernama Natasha namun Papa dan Kakeknya tidak setuju.
Azalea hanya mengangguk,dalam hatinya dia juga tidak peduli karena menikahi Imran hanyalah perjanjian bisnis keluarga.
"Saya masuk ya Pak,sudah malam."kata Azalea
"Iya silahkan."kata Dibjo
Imran keluar dari ruang kerjanya,dia tidak menyadari jika saat ini dia sudah menikah,dengan percaya diri dia melepas baju dan disaat yang sama Azalea masuk tanpa mengetuk pintu.
"Aaaa."Azalea berteriak dan berbalik arah
"Bisa gak ketuk pintu?"tanya Imran
"Sorry."jawab Azalea
Azalea kembali keluar ruangan kamar Imran,dia bersandar didinding dekat pintu,lama dia menunggu namun Imran tidak kunjung membuka pintu,Azalea mengetuk pelan pintu tidak ada jawaban dari dalam,akhirnya dia masuk dan hanya menahan rasa kesal karena melihat Imran sudah terlelap diranjang.
"Dasar,manusia jahat!".kata Azalea dengan menahan sedikit emosi
Azalea tertidur disofa dimana dia merebahkan tubuhnya,sentuhan seseorang membangunkan dan membuatnya buru-buru bangun,dia melihat jam pada dinding dan segera beranjak dari duduknya,dia berusaha berlari menghindari Imran namun tangan Imran menahannya.
"Aku mau bicara."kata Imran
"Apa?"tanya Azalea
"Rahasiakan pernikahan kita,jika sampai ada yang tahu maka kamu yang akan menanggung konsekuensinya."jawab Imran
"He hem,itu saja?"tanya Azalea dengan wajah datar tanpa senyum dan tanpa air mata,baginya menangis hanya akan menambah rasa sakit hati dan membuat tubuhnya lemah.
"Ini untukmu."kata Imran sambil membuka dompet memberikan kartu kredit kepada Azalea.
Azalea tersenyum sinis,dia menampik dan meninggalkan Imran begitu saja,didalam kamar mandi Azalea menangis tanpa mampu menahannya,tangisannya terhenti karena mendengar ketukan dari luar.
"Ada apa Bi?"tanya Azalea
"Maaf,tadi Mas Imran meminta Bibi membersihkan kamarnya."jawab Bibi
"Ah Baiklah,tunggu sebentar."kata Azalea
Azalea keluar dengan balutan baju berbeda,kali ini dia memakai baju casual karena harus pergi kekantor setelah mengambil cuti beberapa hari.
"Lo,Mbak mau kemana?"tanya Bibi
"Saya harus kekantor Bi."jawab Azalea
"MasyaAllah,ternyata Mbak kerja to saya pikir memutuskan tinggal dirumah."kata Bibi
"Bibi,saya pergi ya."kata Azalea
Di meja makan masih ada Imran,Anita dan juga Mama sementara Papa dan Kakek sedang meninjau perusahaan dikampung sebelah.Melihat Azalea yang terlihat cantik tanpa sengaja Imran mencuri pandang namun dia berusaha menampiknya.
"Mau kemana kamu?"tanya Imran
"Makanya cari tahu dulu pasangan jangan langsung setuju menikah."kata Anita
"He hem,kamu benar Anita."kata Mama
Azalea hanya menahan nafas dan berusaha menahan detak irama jantungnya dengan menghembus nafas perlahan,dia mengambil sarapan kesukaannya dan makan tanpa mendengar ocehan dari orang disekelilingnya,tangannya memainkan ponsel,dan dia berhenti sarapan karena panggilan dari taxi yang dia pesan sudah menunggu didepan rumah.
"Maaf,aku sudah selesai,aku pergi dulu."kata Azalea
"Eh,dasar tidak tahu sopan santun!"kata Anita
"Mas,saya pergi dulu."kata Azalea sambil menyodorkan tangan kearah Imran,meski Imran tidak menyambutnya setidaknya Azalea sudah pamit dengan baik
Imran menatap mobil taxi yang membawa Azalea sampai menghilang,dia tidak menyangka jika Azalea sudah berdandan dan memakai baju casual dia juga terlihat sangat cantik bahkan bisa dibilang lebih cantik dari Natasha.
"Bos,bisa kita pergi?"tanya Maher asisten Imran
"Tentu."jawab Imran
Pikiran Imran hanya ada Natasha pagi ini,dia ingin langsung memeluknya saat bertemu nanti,pertemuan semalam yang hanya sebentar membuat Imran hanya uring-uringan saat didalam mobil.
"Bisa cepat gak sih?"tanya Imran
"Sorry Bos,gak lihat depan macet kayak gitu."jawab Maher
"Balik arah kerumah Natasha."kata Imran
"Hei Bos,pagi ini kita ada meeting!"kata Maher dengan nada tinggi
"Batalkan!"kata Imran sambil melonggarkan tali dasinya
Maher banting setir belok kanan menuju rumah Natasha,disana terlihat tenang karena Imran sengaja memberikan rumahnya untuk Natasha,rumah mewah dengan gaya minimalis menjadi hadiah ulang tahun Natasha beberapa bulan lalu.
"Sayang."panggil Imran saat dia masuk kedalam
"Eh Bapak,kok pagi-pagi sudah datang?Mbak Tasha baru keluar katanya belanja."kata pembantu rumah tangga
"Sudah dari tadi?"tanya Imran
"Hampir satu jam lalu."jawab Imran
Imran mengeluarkan ponsel dan menghubungi Natasha beberapa kali namun tidak ada respon hingga membuatnya kembali uring-uringan dan melempar ponselnya,dia beranjak menuju kamar Natasha.
Natasha membangunkan Imran yang tertidur dikamarnya dengan cara mencumbunya,bukannya bangun malah membuat Imran memeluk kekasihnya dengan erat.
"Kamu kemana saja?"tanya Imran
"Aku belanja tadi,kamu gak bilang mau kesini."jawab Natasha
Setelah puas mencumbu kekasihnya Imran mandi dan kembali memakai bajunya,dia memberikan transferan uang dan membuat Natasha tersenyum.
"Makasih sayang."kata Natasha
"Sama-sama,aku pergi dulu."kata Imran
"He hem."kata Natasha
Imran keluar dengan memasang wajah ceria penuh senyum dan dia merasa kembali bersemangat setelah mendapatkan jatah dari kekasihnya.
Diruang kerja Azalea terlihat sibuk,beberapa rekan kerjanya ada yang masih ngopi dan mengobrol.
"Lea,kamu sibuk ya?"tanya Arman
"He hem,ada apa?"tanya Azalea
"Gak ngopi?"tanya Arman lagi
"Aku gak ngopi Arman."jawab Azalea sambil menekan suara
Arman yang selalu usil menggoda beberapa temannya,namun terhenti karena melihat Maher berjalan mendekati kearahnya.
"Pak Maher,pagi Pak."sapa Arman
"Mana Azalea?"tanya Maher
"Saya Pa...."jawab Azalea sambil berdiri menatap Maher yang mencarinya.
Maher terkejut melihat Azalea diruangan kantornya,dia tidak menyangkan jika istri dari Big Bosnya adalah anak buahnya dikantor milik Imran.
Azalea sendiri masih belum percaya jika saat ini dia bekerja diperusahaan milik Imran suaminya,dia hanya bisa menahan rasa kesalnya karena sering melihat seorang gadis masuk kedalam ruangan Presdir.
"Jadi dia yang bernama Natasha?"tanya Azalea dalam hati
"Ada yang bisa saya bantu,Pak Maher?"tanya Azalea dengan menahan gigi gerahamnya
"Ah,tidak jadi."jawab Maher yang tiba-tiba melihat perubahan wajah Azalea
Maher masuk kedalam ruangan kerjanya,dia merasa bersalah karena benar-benar tidak tahu jika istri dari Bos Imran adalah anak buahnya,dia merasa khawatir jika Azalea melihat Natasha masuk kedalam ruang Imran dan melaporkan kepada Kakek.
"Ini kok bisa kebetulan ya?"tanya Maher dalam hati
Maher memikirkan cara memindahkan Azalea ketempat lain,namun tidak menemukan kelemahan Azalea yang selama ini bekerja dengan sangat bagus dan memiliki andil besar setiap kali pekerjaannya menumpuk.
Saat menuju perjalanan pulang Maher hanya diam saja,dia merasa kasihan kepada Azalea karena menikah dengan Imran.
"Kamu kenapa dari tadi hanya diam?"tanya Imran
"Tidak,hanya sedikit pusing saja."jawab Maher
Imran tidak peduli dengan Maher,dia memintanya untuk mengantar sampai kerumah Natasha.
"Bos,aku gak bisa nunggu kamu."kata Maher sambil memberikan kunci mobil kepada Imran setelah Imran turun
"Terus aku harus nyetir sendiri nanti?"tanya Imran
"Bodoh amat."jawab Maher dalam hati,dia tidak menggubris Imran dan berlalu meninggalkannya,pikirannya jadi kalut setelah bertemu dengan Azalea dikantor,padalah tadi pagi juga bertemu sebelum pergi hanya saja Maher tidak tahu namanya hanya wajah saja dia kenal itu juga hanya sekilas.
Maher melihat Azalea dan Arman sedang makan diwarung pinggir jalan,seorang istri sah pemilik perusahaan makan diwarung pinggir jalan bukankah itu sangat sederhana,bagaimana kalau publik tahu Azalea adalah istri sah dari Imran?
"Azalea."panggil Maher yang tiba-tiba turun dari taxi dan gabung bersama dengan Azalea dan Arman
Arman menunduk hormat kepada Maher namun malah kena tampol oleh Azalea.
"Biasa aja kali gak usah gitu."kata Azalea sambil menampol kepala Arman
Melihat Azalea dan Arman berselisih kecil membuat Maher tersenyum,seseorang yang ingin dia lindungi ternyata memiliki karakter yang kuat,dan Maher yakin jika Azalea kuat menghadapi keluarga Imran,bahkan Imran sendiri.
"Lea,Mamaku memintaku pulang cepat,jadi aku duluan ya,aku bayar makanmu malam ini,lain kali gantian ya."kata Arman setelah menerima panggilan dari Mamanya
"Eh,aku belum selesai."kata Azalea
"Aku temani kamu."kata Maher
"Makasih banyak Pak,besok saya bawakan sarapan buat Bapak."kata Arman
Maher mengangguk,dia juga memesan makan malam karena dia juga lapar,selama menjadi asisten Imran belum pernah dia makan dipinggir jalan,apalagi jika menuruti Natasha yang selalu minta yang terbaik,dan itu terkadang membuatnya mual.
"Kamu gak jijik makan disini?"tanya Azalea
"Tidak,ternyata rasanya tidak kalah dengan restoran berbintang."jawab Maher
Setelah selesai makan Maher dan Azalea pulang dengan jalan kaki karena rumah mereka dekat dengan lokasi dimana Azalea makan malam.
"Kamu sengaja makan diluar?"tanya Maher
"He hem."jawab Azalea
Saat membuka pintu gerbang terlihat dari jauh mobil milik Imran,dia berbelok dengan ngebut dan menabrak pembatas,Azalea hanya menggaruk kepala melihat tingkah Imran.
"Sepertinya dia gagal menyerang!"kata Azalea
"Kamu bicara apa?"tanya Maher
"Jadi berapa kali dia menyerang Natasha setiap bertemu?bukankah kamu berada diruangan yang sama?apa Kakek tahu hal ini?"tanya Azalea
"Lea,kamu?"tanya Maher
"Apa kamu juga ikut main?ah beruntung sekali Natasha bisa mendapatkan dua laki-laki sekaligus."jawab Azalea
Maher hanya tertegun melihat Azalea,dia pikir saat berjalan mendekati mobil Imran ingin mengetuknya karena sempat berhenti,namun nyatanya Azalea malah masuk kedalam rumah tanpa menoleh.Maher mengetuk pintu mobil Imran,terlihat dia sedikit teler,Maher memapah dan membawanya kedalam kamar Imran,disana Maher tidak melihat Azalea karena Azalea sudah pindah kamar.
"Lea,dimana kamu?"tanya Maher
Maher keluar setelah melihat Imran terbaring,dia keluar tanpa menggubris panggilan dari Imran.
Imran terbangun diwaktu dini hari,dia merasa gerah karena ruangannya terasa panas,dia juga melepas baju dan beranjak dengan memegang kepalanya.Minuman yang diberikan Natasha membuatnya sakit kepala dan membuat wajahnya panas meski tinggal sisa.
Imran keluar dari ruang kamarnya,dia turun kebawah dan melihat Azalea sedang bersama dengan Bibi,mereka berdua sedang makan sahur karena Azalea besok pagi mau puasa.
"Wah gak nyangka,selain cantik Mbak Lea juga taat agama."kata Bibi sambil tersenyum
"Bibi bisa aja."kata Lea
"Sayang yo Yum,Mas Imran malah suka sama gadis lain."kata Bibi yang lain
"Hush,jaga mulutmu iku."kata Bibi
"Sudah Bi ndak papa,selama Imran gak mengusikku aku juga gak akan mengusiknya."kata Azalea
Imran merasa sedikit meradang,Azalea berani menyebut namanya tanpa embel-embel Mas atau Pak,dia pergi meninggalkan ruang dengan buru-buru namun malah membuat dirinya tersandung ditangga.
"Aaaaahh."Imran berteriak cukup keras hingga membuat Bibi dan Azalea berlari mendekatinya
"La,Mas Imran kamu kenapa?"tanya Bibi
"Kesandung Bi."jawab Imran
Bukannya menolong Imran yang sedang berusaha berdiri,Azalea malah melipat kedua tangannya didada,dalam hatinya bersorak gembira karena melihat Imran terjatuh.
"Kamu gak papa?"tanya Azalea
"Gak papa gimana?apa kamu buta?"tanya Imran
"Terus?"tanya Azalea
Bibi hanya bengong melihat keberanian Azalea melawan Imran,dalam hatinya juga bersyukur karena dia juga khawatir Azalea hanya akan tersakiti setelah menikah dengan Imran yang memiliki sifat keras kepala.
Karena Imran berpaling setelah berdiri,Azalea juga berbalik dan berjalan masuk kedalam ruangan yang dia tinggalkan,beda dengan Imran yang sempat terhenti dan menoleh.
"Dasar!tidak tahu diri!"kata Imran
Dari sudut lain terlihat Maher berdiri disisi dinding melihat kejadian barusan,dia sendiri hanya melihat dan masuk kembali kedalam kamarnya karena Imran tidak melihatnya.
Imran kembali berbaring dia menunggu Azalea masuk kedalam kamar namun malah ketiduran.
"Azalea,dimana kamu?"tanya Imran
Maher sudah berdiri didepannya dengan baju siap kerja,dia membangunkan Imran karena sudah kesiangan.
"Bos,cepat bangun."kata Maher
"Jam berapa ini?"tanya Imran
"Hampir jam delapan."jawab Maher
Imran duduk dengan dengan mengusap wajah,berusaha menghilangkan rasa kantuknya namun entah mengapa matanya tidak mampu membuka.
Maher menyiapkan setelah baju dan meletakkan disisi ranjang.
"Kau punya istri,harusnya dia yang menyiapkan untukmu."kata Maher
"Istriku hanya Natasha."kata Imran
"Apa Natasha pernah menyiapkan semua untukmu?"tanya Maher
Imran tidak menjawab,dia belum pernah makan dirumahnya yang dia berikan kepada Natasha,mungkin siang ini dia akan mencoba untuk datang kesana meminta Natasha memasak untuknya,membayangkan saja sudah membuat Imran tersenyum.
"Tentu saja dia mau,diakan istri yang baik."kata Imran
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!