Andre menatap rumah yang masih nampak kotor karena belum di bersihkan, tapi dia tidak masalah karena selama ini pun dia memiliki sikap yang berani dan tidak ada rasa takut di dalam hati. dari pada di kota yang penuh hiruk pikuk dan sudah pasti kehidupan di sana begitu boros, maka Andre pun memutuskan untuk tinggal di rumah ini saja.
Sebenar nya dia dulu tinggal di sebuah kampung, namun karena ada tragedi yang kurang enak maka Andre pun memutuskan untuk pindah saja dari sana dan membawa semua harta. bisa dibilang Andre adalah anak orang kaya sehingga untuk beli apa pun ada, sekarang telah memiliki mobil sendiri dan punya rumah yang baru ia beli.
Rumah yang terletak di pertengahan antara kampung dan juga kota, kotak bisnis Andre sudah mengakar karena bila membuka usaha kuliner di sini sudah pasti akan banyak mobil yang berhenti untuk singgah dan makan, setiap harinya begitu banyak mobil travel lewat.
Pasti nanti setelah melihat ada yang buka usaha makanan di sini mereka akan berhenti dulu untuk singgah, apalagi mencicipi rasa makanan yang enak dan juga lezat maka dapat di pastikan mereka akan berlangganan. kalau pun tidak enak tapi bila yang jualan sendiri maka sudah pasti akan laku juga, lebih jarak desa dan juga kota cukup jauh sehingga mereka akan lapar di tengah jalan.
"Kau yakin akan tinggal di sini, Ndre?" Bima bertanya menatap sahabatnya.
"Yakin lah, ini kalau sudah di bersihkan nanti ya baguslah tidak seram lagi." Andre menjawab sembari membuka pintu rumah.
"Agak terpencil dan suasananya juga begitu dingin, aku kok merinding ya." Bima memang agak penakut.
"Kita tuh semangat kalau mau memulai sesuatu, lokasi nya cocok sekali kalau kita membuka usaha di sini, entah kalau kau mau buka bengkel kalau aku sih mau buka warung makan." Andre berkata sembari menatap sekitar rumah yang begitu kotor dan berdebu.
Daun kering berserakan di mana-mana karena memang sudah lama sekali rumah ini di tinggalkan oleh pemilik yang lama, alasannya karena mereka pindah ke luar kota dan tidak bisa mengurus rumah ini lagi. Andre membeli langsung dari tangan pemilik sebelum nya, cukup murah Karena rumah sebesar ini hanya di hargai seratus lima puluh juta saja.
Ada tiga kamar yang kosong dan nanti akan di huni oleh Bima dan juga Andre di sini, namun bila merasa dia tidak mungkin berani untuk tinggal di kamar sendiri. sebab dilihat dari situasi rumah saja terlihat begitu angker dan menyeramkan, entah memang karena belum di bersihkan atau memang rumah ini ada penunggu nya.
"Pemilik sebelumnya pergi karena apa sih, Ndre?" Bima bertanya penasaran.
"Pindah ke luar kota, rasa nya dari tadi kau sudah bertanya tiga kali lah soal ini." Andre geram pula lama-lama.
"Ya kan takut nya ini rumah ada sesuatu makanya di tinggal." Bima sudah punya rasa cemas tersendiri.
"Udah lah, buang pikiran buruk mu itu biar tidak ada hal buruk yang terjadi pada kita." Andri mulai mengambil sapu karena mau membersihkan sekitar rumah.
"Ah andai saja aku punya orang tua dan punya banyak uang maka tidak mungkin aku mau ikut dia." batin Bima yang merasa tidak nyaman di rumah ini.
"Sudah, kau itu di bilangi masih saja ngeyel." Andre tahu kalau Bima masih kepikiran.
"Sumpah demi Tuhan kalau aku merasa sangat tidak nyaman." jujur Bima.
"Belum biasa saja kau dengan tempat ini." Andre tetap berusaha untuk meyakinkan teman nya.
Bima pun tidak bisa menjawab lagi karena dia memang hanya menumpang, diyakinkan saja hatinya bahwa ini semua hanya firasat buruk yang tidak berdasar, lagi pula mungkin nanti nuansa akan berbeda ketika sudah di bersihkan dengan rapi. untuk sekarang masih terlihat angker karena sudah lama tidak di huni, jadi memang harus di bersihkan rapi.
"Belakang sana sepertinya hutan agak tebal ya?" Andre membuka pintu belakang.
"Mana?" Bima juga ikut melihat dan sampai keluar dari rumah ini untuk memastikan sekitaran.
"Awas ada hewan, kau ini sembarangan saja kalau melangkah." Andre memarahi Bima karena dia tidak melihat dulu keadaan.
Bleeeeeep.
Baru saja Andre berkata demikian tapi Bima malah sudah tenggelam karena dia tidak sengaja menginjak rawa yang cukup dalam di bagian belakang rumah, karuan saja pria ini menjerit ketakutan karena dia mengira ini adalah lumpur hidup. Andre juga panik karena mendadak Bima masuk ke dalam rawa itu, karena mereka juga belum tahu pasti soal daerah kawasan ini.
"Tolong aku, Ndre!" Bima menjerit ketakutan karena rawanya memang dalam.
"Kan sudah ku katakan untuk berhati-hati tapi kok malah sembarangan saja berjalan!" Andre menarik tangan Bima.
"Tarik cepat, aku takut ada sesuatu ini yang di bawah sana!" Bima terus berontak untuk segera keluar dari dalam rawa yang sangat luas.
Jarak rumah dan juga rawa ini hanya sekitar dua meter dan sepertinya itu tidak sampai, tapi aneh nya rumah ini mampu bertahan seolah tidak terkikis oleh rawa yang ada di situ, Bima segera keluar dan menarik nafas lega karena itu tadi hanya lah rawa biasa.
"Jangan jangan sampai rumput di sana itu tetaplah rawa ya?" Andre menatap belakang rumah yang begitu luas.
"Gila apa, masa iya sampai belakang sana semuanya rawa!" Bima tidak percaya.
"Sebaik nya dibersihkan saja supaya bisa kelihatan apakah itu tanah atau rawa juga seperti ini, rumah pun rawa apa lagi yang jauh sana." gumam Andre pelan.
"Ini sungguh gila, duitmu banyak kenapa lah kau beli rumah di sekitar sini." keluh Bima karena dia merasa rumah ini semakin banyak misteri nya.
Andre tidak menjawab karena sebenar nya andai kata bisa maka dia tidak ingin pindah dari rumah yang sebelum nya, namun karena terjadi hal yang sangat buruk maka Andri memutuskan untuk pergi dengan membawa semua uang yang di miliki orang tua dia.
"Kau kenapa kok malah jadi muram?" Bima menatap wajah sahabat nya.
"Tidak apa apa, ayo lah kita bereskan rumah ini agar nanti bisa segera istirahat." aja Andre tidak ingin memperpanjang pembicaraan.
"Aku mandi dulu lah, masa seperti ini bentuk ku." Bima mengusap lumpur yang ada di tubuh.
"Kamar mandi seperti nya ada yang di bagian belakang sana lah." Andre menunjuk bagian belakang.
"Enggak, tadi di kamar ada yang punya kamar mandi juga kok." Bima menyahut cepat.
Andre pun membiarkan Bima yang membersihkan diri di dalam kamar mandi itu saja, yang penting bisa di gunakan dan tubuh Bima bisa bersih juga, kasihan melihat temannya berlumuran lumpur gara-gara salah pijak.
halo Besti kita luncurkan yang baru lagi jangan lupa like dan komennya kalian semua ya, ayo pada ingat nggak ini Andre yang mana.
"Aduh, bila memang si Andre aku jadi harus berlumuran lumpur seperti ini gara-gara kecebur!" Bima merutuk di dalam kamar mandi sembari membersihkan diri.
"Kalau tidak ingat bahwa selama ini dia begitu baik padaku maka tidak akan mau aku ikut dia di sini, ngeri sekali bentuk rumah ini." Bima memang sudah mulai merasa takut.
Tubuh Bima memang penuh dengan lumpur karena tadi dia begitu tercebur langsung kotor semua, agak susah juga membersihkan apa lagi lumpur ini berbau seperti kayu yang telah lama di busuk kan di dalam rawa tersebut. membayangkan di dalam sana saja tadi Bima sudah begitu geli, memang dia sudah merasa tidak cocok ada di rumah ini.
Ada ada sesuatu yang terlihat begitu menakutkan bagi Bima, tapi kalau mau pergi juga memiliki pertimbangan lain. selain Andre adalah teman baik dia, Bima juga tidak punya tempat untuk pergi dan tinggal karena dia anak sebatang kara yang selama ini sering numpang di rumah Andre.
Kebaikan Andre yang selama ini selalu membantu nya membuat Bima tidak tega meninggalkan teman nya itu sendirian, sejak kelas satu SMP mereka sudah selalu, kisah kelam keluarga Andre pun Bima juga telah tahu namun dia tidak meninggalkan Andre karena dia merasa itu semua bukanlah salah Andre, sebab yang berbuat salah adalah orang tua nya.
Tok, Tok.
"Sabar, Ndre! baru saja aku masuk malah kau juga mau mandi, kan ada kamar mandi lain." Bima agak berteriak karena suara bercampur dengan air kran.
Bima agak kesal karena baru saja mau mandi tapi malah pintu kamar sudah di ketuk oleh seseorang, di kiranya itu adalah Andre karena memang mereka hanya berdua saja di rumah ini sehingga jelas tidak akan ada orang lain yang datang.
"Amis sekali, bau apa ini?!" Bima mencium bau sesuatu yang sangat mencolok.
Tok, Tok.
"Hah, apa sih dari tadi sibuk terus kau ini." Bima pun kesal dan segera membuka pintu kamar mandi.
Jreeeeeng.
Begitu pintu terbuka lebar maka Bima pun terdiam tidak bisa bergerak melihat pemandangan yang ada di hadapan nya, seorang wanita dengan tubuh berlumuran darah mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki. mata nya menatap tajam pada Bima tidak mau berkedip membuat Bima sendiri serasa mau pingsan, namun tidak bisa mau pingsan.
"Tolong." bibir gadis ini terbuka sedikit ketika mengucapkan kata tolong.
Bruuukk.
Bima sukses pingsan di tempat karena dia sudah tidak sanggup lagi menatap pemandangan yang ada di hadapan nya. pandangan semua menjadi gelap karena dia memang telah pingsan, sementara itu wanita yang ada di depan nya juga sudah menghilang dari pandangan mata. Bima sendiri masih separuh tubuh yang berlumuran dengan lumpur karena dia memang belum sempat mandi dengan bersih, sudah keburu diketuk dan muncul lah wanita tersebut.
"Kamar mandi sana apa sudah bagus ya yang ini kok seperti nya agak mampet." Andre yang sedang pipis melihat ke dalam closet.
"Bila udah mandi belum ya Bima, biar ku lihat dulu lah siapa tahu yang sana kamar mandi nya bagus." gumam Andre segera berjalan menuju kamar yang tadi ada kamar mandi nya.
Dari keluar sama sekali tidak kelihatan bahwa rumah ini telah dihuni oleh manusia, sebab mereka juga baru datang hari ini dan belum sempat membersihkan sehingga apabila ada orang yang lewat maka mengatakan ini adalah rumah hantu. cukup lama rumah ini di tinggalkan begitu saja karena pemilik lama yang pergi, maka nya begitu ada yang lewat mereka akan mengatakan bahwa rumah tersebut di huni oleh hantu.
Daun daun kering berserakan di mana-mana tertiup dengan hembusan angin yang seolah itu langkah kaki manusia, berjalan dengan penuh irama namun tidak ada satu orang pun yang melihatnya, apabila mereka melihat maka sudah pasti akan ketakutan karena memang itu seperti langkah kaki yang begitu nyata.
Krieeeeet.
"Hah!" Andre tersentak kaget karena pintu belakang kembali terbuka.
"Udah lama sekali sepertinya pintu ini sehingga suara nya saja sudah seperti itu." Andre bergegas untuk menutup nya kembali.
Takut bila malah ada babi hutan yang akan nyasar masuk ke dalam rumah, karena bagian belakang sana masih penuh dengan hutan yang tumbuh di atas rawa. rencana nya apa bila memang sudah ada waktu semua akan di bersihkan oleh Andre dan juga Bima tapi itu baru rencana saja karena sekarang pun Bima telah kapok karena aku baru saja tercebur ke dalam rawa.
"Bau amis apa ini ya?" Andre mengusap hidung yang mencium bau anyir.
"Ku rasa ada bangkai tikus ini di atas gede sehingga ada bau seperti ini lah." gumam Andre sembari mendongak.
Tepat di atas kepala nya ada seperti bekas atap yang bocor sehingga menimbulkan jamur kehitaman, Andre tidak ambil peduli karena belum juga mau membenarkan, sepertinya nanti memang butuh tenaga yang cukup banyak untuk membereskan rumah yang berantakan ini.
"Bim, Bima!" Andre berteriak memanggil temannya.
"Mandi apa lah dia kok bisa selama ini?!" Andre merutuk untuk menutupi rasa takut di dalam hati.
Sebab barusan dia merasa seperti ada hembusan angin yang begitu tidak nyaman di tubuh, ketika menoleh tidak ada sama sekali di belakang nya sehingga Andre merasa memang ada yang aneh dengan rumah ini. namun entah kenapa di sisi lain hati nya dia merasa begitu cocok, hati dan juga otaknya masih bertentangan antara terus bertahan di sini atau pergi ke kota.
"Bim, kau kok mandi pintu nya tidak di tutup sih?" Andre mendekati kamar mandi.
"Loh Bima, kau kenapa?!" bukan main kaget nya Andre ketika melihat Bima tergeletak pingsan.
"Bangun, Bima! Bim buka lah mata, hei ayo sadar lah." pipi Bima di tepuk keras agar dia bisa sadar
"Eeegggh!"
"Hei kenapa kok malah pingsan di sini?" Andre cemas juga melihat teman nya.
"Andre! ada setan tadi muncul di depanku, aku tidak mau lagi ada di rumah ini, Ndre!" Bima langsung panik dan ketakutan.
"Kau bicara apa sih sebenar nya, kau juga pingsan karena apa?!" Andre panik dan juga bingung.
"Aku pingsan gara-gara melihat setan, sudah ku bilang kalau rumah ini tidak bagus dan ada penghuni nya!" teriak Bima yang begitu ngeri.
Andre terdiam melihat betapa takut nya Bima saat ini, pasti ada sesuatu yang memang telah dia lihat sehingga Bima nampak begitu ngeri dan ingin segera pergi dari rumah ini saja, tapi mau bagaimana karena rumah pun sudah terlanjur di beli oleh Andre.
selamat pagi Besti, kita up santai ya yang ini. jangan lupa like dan komennya
Arman masih memikirkan kabar dari sang adik yang saat ini belum tahu ada di mana, katanya mau hidup di kota saja dari pada hidup di kampung setelah tragedi yang menimpa orang tua mereka. ini dihubungi pun sama sekali belum bisa sehingga Arman sebagai Abang masih merasa resah, mana Andre pergi sambil membawa uang yang tidak jelas asal nya dari mana.
Andai saja kala itu Andre mau menuruti untuk membuang atau menyumbangkan uang tersebut di panti asuhan, mungkin Arman tidak akan secepat ini karena dia tahu uang tersebut bukan lah dari uang halal, bisa saja nanti malah akan menimbulkan malapetaka besar dalam hidup Andre.
Sudah sudah berusaha dia membujuk adik nya agar mengurungkan niat untuk membawa uang dan tinggal di kota tersebut, kalaupun mau tinggal di kota maka tidak masalah asalkan tidak membawa uang hasil pesugihan yang di anut oleh ayah mereka sendiri, nasi sudah menjadi bubur dan tidak bisa lagi untuk di ubah mau bagaimanapun caranya.
Lagi pula Andre begitu keras kepala dan tidak menuruti apa yang dia katakan, padahal Arman niat nya juga baik sebagai Abang dia tidak mau apa bila Andre nanti malah tersesat dalam lembah yang sama seperti yang telah di masuki oleh Pak Min orang tua mereka berdua.
"Kau kenapa sih kok seperti nya lagi banyak pikiran begitu?" Amir menegur teman nya ini.
"Memang lagi banyak pikiran aku, bingung juga harus bagaimana untuk menemui jalan keluar." Arman selalu terbuka apa ila bicara dengan teman sendiri.
"Apa yang membebani pikiranmu, katakan saja siapa tahu aku bisa menolong." ujar Amir pelan.
"Ini masih bersangkutan dengan pesugihan di anut oleh ayah ku." jujur Arman akhirnya.
"Lah kenapa lagi? kan sudah tidak ada lagi to pesugihannya!" Amir jadi sedikit lebih serius setelah mendengar permasalahan Arman.
"Andre, aku cemas dengan adikku yang satu itu karena dia pergi membawa uang hasil pesugihan." lirih Arman.
Tentu saja Amir merasa kaget bukan main setelah tahu bahwa Andre pergi membawa uang hasil pesugihan dari asu baung, di kira nya pemuda itu pergi karena ingin merantau dan ingin lepas dari nyinyiran orang kampung sini. tapi ternyata dia pergi membawa uang hasil pesugihan, pantas saja Arman merasa bingung.
"Apa itu tidak bahaya?" Amir bertanya pelan.
"Maka nya sekarang aku khawatir dengan dia karena masih kepikiran soal uang yang dia bawa, takut kalau ternyata uang itu nanti malah akan menimbulkan malapetaka." ujar Arman.
"Ya Allah, kenapa Andre begitu keras kepala dan malah membawa uang itu." pamer juga ikut pusing jadinya.
"Bagai mana menurutmu kalau aku mendatangi rumah Purnama saja untuk bertanya soal uang yang Andre bawa?" Arman meminta pendapat Amir.
"Dia sudah pasti paham karena yang mengungkap kasus itu kan dia juga." jawab Amir
"Tapi aku takut mau menemui dia, takut nya dia masih marah padaku." Arman memang takut apa bila melihat wajah Purnama.
Siapa pun sudah pasti tidak punya nyali apa bila mau punya urusan dengan Purnama, mereka akan berpikir ratusan kali apa bila tidak terlalu mendesak. bahkan kalau perlu akan meminta teman yang banyak agar bisa menolong ketika nanti membuat kesalahan dan di hajar oleh Purnama, sama hal nya juga sekarang seperti Arman.
Rasa takut begitu besar di dalam hati saat mau bertemu dengan wanita itu, padahal kalau sudah bicara baik juga orang nya. cuma kalau di lihat sekali lewat sudah pasti akan merinding tidak karuan, asal kan tidak membuat kesalahan maka sudah pasti akan di terima dengan baik pula.
"Kalau takut sama dia maka bertemu saja dulu dengan Arya." usul Amir.
"Nah kan lebih enak tuh karena sama-sama pria kan ya!" Arman lebih setuju kali ini.
"Aku ada kok nomor ponselnya apa bila mau bertemu dengan dia, atau mau langsung ku panggil saja biar ketemuan di pos ronda?" tawar Amir.
"Iya, sekalian aku mau tanya kondisi ayahku yang sekarang hanya bisa terbaring sakit seperti itu." Arman pun setuju untuk bertemu di pos ronda.
"Kalau Arya lebih kalem sih karena dia memang lebih gampang di ajak bicara, tidak mudah emosi orang nya." Amir segera menghubungi Arya.
Siapa tahu saja Pangeran ular itu sedang senggang sehingga bisa di ajak bicara berdua, sebab biasa nya kalau malam mereka juga kumpul di pos ronda. Arman masih kurang paham karena dia sudah lama tidak tinggal di desa ini, tapi dulu saat kecil dia tinggal di sini dan teman sekolah nya Amir.
Ini sekarang kembali lagi karena harus mengurus Pak Min yang sedang sakit keras setelah di keluarkan dari lembah kematian oleh Purnama, tapi tentu nya sakit ini bukan karena dari lembah itu melainkan dari perjanjian nya dengan asu Baung sang pesugihan, maka nya Arman memutuskan untuk pindah saja ke kampung ini dan mengurus Pak Min di rumah.
...****************...
"Kenapa sih kau sedang kelihatan ruwet sekali?!" Suminah bertanya pada Okta.
"Ya gimana aku tidak ruwet lah wong setiap hari mengurus orang sakit saja." keluh Okta yang memang begitu lelah.
"Kan uang mu banyak, sebaik nya carilah pembantu agar bisa membantumu bekerja di rumah." saran Suminah.
"Ini Bapak kan sakit nya seperti itu mana lah bisa aku mau meminta tolong bantuan orang." Okta berkata pelan.
"Ya kau jadi nya sibuk sekali karena terus mengurus dia, mana masih harus jaga toko seharian sampai malam." Suminah kasihan melihat sang adik seperti itu.
Okta hanya menarik nafas berat karena dia telah menjalani kehidupan ini selama empat bulan, menjaga mertua yang sedang sakit dan masih juga harus menjaga toko mereka. karena Arman memang membuka toko, kehidupan mereka lumayan bagus walau tanpa melakukan pesugihan seperti Pak Min dulu.
"Andre kemana? apa dia tidak ada kabar sama sekali!" Suminah bertanya pelan.
"Kata nya dia pergi di kota dan ingin merubah hidup nya, aku juga tidak tahu karena Mas Arman setiap ditanya akan terlihat begitu pusing." Okta menarik nafas berat karena besar sekali beban di dalam dada.
"Saran ku ya lebih baik kau cari pembantu lah supaya bisa membantu mengurus rumah ini." Suminah kasihan melihat sang adik.
Okta masih memikirkan saran dari Suminah apakah dia memang harus mencari pembantu agar meringan kan sedikit beban nya, kalau untuk di toko sebenarnya sudah ada dua karyawan di sana namun tentu saja hanya untuk di toko saja tidak membantu yang di rumah.
selamat sore Besti jangan lupa like dan komennya ya, ayo di-like yang banyak biar kita banyak up juga.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!