NovelToon NovelToon

Not Young Papa

Bab 01. Mendapat Misi Khusus

“Papah! Mamah, Kay akhirnya sudah bisa pulang sekarang.”

Dengan langkah ringan dan hati yang berbunga-bunga, Kayvaran Cano Xavier memasuki rumah mewah kedua orang tuanya sembari membawa kabar bahagia. Dia terus menyusuri rumah, mencari keberadaan Papah dan Mamahnya yang sudah lama dia rindukan karena dia harus fokus dengan study nya selama ini. Sehingga dia memilih tinggal di apartemen yang dekat dengan area kampusnya, sekaligus untuk melatih dirinya untuk hidup mandiri.

Sudah dicari di dalam kamar, ruang keluarga, ruang makan dan bahkan dapur. Namun, Kay tetap tidak menemukan keberadaan siapapun di sana kecuali para pelayan yang bekerja.

Sampai akhirnya Kay memutuskan untuk mencari ditempat terakhir, taman belakang tempat sang Mamah selalu menghabiskan waktu merawat bunga-bunga yang ada di sana.

“Aaahh … Jadi, kalian semua sedang bersantai di sini,” ujar Kay yang langsung berlari kecil untuk memeluk mamahnya lebih dulu. Mengabaikan Papahnya yang hanya menatap malas sembari membaca koran dan minum kopi.

“Jangan peluk-peluk … itu Mamahku!” Sampai suara melengking tiba-tiba terdengar dari bocah laki-laki yang baru berusia 8 tahun dengan menodongkan sebuah sapu pada Kay.

“Dih, sebelum Mamah jadi Mamahmu dia sudah lebih dulu menjadi Mamahku tahu!”

Bukannya melepaskan pelukannya, Kay malah sengaja menggoda adik kecilnya itu dengan memeluk mamahnya semakin erat, bahkan menciumi pipi Mamahnya.

“Huaaa … Papah!”

Tangisan melengking langsung terdengar memekikkan telinga. Ya, bocah kecil itu langsung mengadu pada sang ayah karena merasa kalah dalam perdebatan tersebut.

“Kay, berhenti menggoda adikmu. Kau tidak pulang hanya untuk menggodanya saja, bukan?” Akhirnya Luca buka suara sembari menenangkan putra bungsunya, “Axel, kau juga tidak boleh bersikap seperti itu. Kak Kay juga anak Mamah dan Papah, dia baru pulang setelah sekian lama. Jadi, wajar kalau Kak Kay ingin memeluk Mamah ataupun Papah untuk melepas rasa rindunya.”

Kay lantas hanya bisa tersenyum menyadari kejahilannya sendiri. Lagipula sejak dirinya memiliki seorang adik lagi dengan usia yang terpaut cukup jauh membuatnya merasa tidak disayang lagi ataupun diprioritaskan.

Axelion Cano Xavier, itulah nama putra kedua Luca dan Ashlyn. Putra bungsu yang manja, tetapi mewarisi wajah tampan sang papah dan juga otak geniusnya. Itulah mengapa Ashlyn sering merasa kesal, karena dia hanya mendapatkan hikmahnya mengandung kedua putranya itu yang baik dari wajah, otak genius dan bahkan kelakuannya tidak jauh berbeda dari sang ayah.

“Sudah, kenapa kalian selalu saja bertengkar. Apa yang dikatakan Papahmu benar, Kay! Axel, bagaimana pun kalian berdua itu anak kesayangan Papah dan Mamah.” Ashlyn segera menengahi.

“Kay, tumben kau pulang tidak memberitahu Papah dan Mamah? Apakah kau sudah memasuki cuti kuliah? Tapi bukankah sebentar lagi akan ada ujian skripsi?” tanya Ashlyn seraya membawa putra sulungnya itu untuk duduk agar mereka bisa nyaman untuk berbicara.

“Kay, sudah menyelesaikan skripsinya lebih awal, Mah! Sekarang tinggal menunggu yang lainnya dan juga wisudanya saja,” jawab Kay sembari memasukan kue buatan Mamahnya ke dalam mulutnya.

“Jadi, kau tidak akan kembali lagi sampai acara wisuda?” Luca memastikan.

“Emm, Kay tidak akan ada kegiatan selama menunggu wisudanya diadakan. Jadi, Kay memilih pulang saja.” Kay membenarkan pertanyaan sang ayah.

“Kebetulan sekali kalau begitu, Kay! Papah bisa meminta bantuanmu, bukan?”

Entah ‘lah, seketika Kay merasakan firasat buruk setelah mendengar perkataan sang ayah. Belum lagi senyuman tipis yang tersirat seribu arti itu yang menandakan bahwa bantuan yang dibicarakan, bukan bantuan biasa.

“Memang Papah perlu bantuan seperti apa dariku?” Kay memberanikan diri untuk bertanya.

“Jangan di sini, ayo bicarakan ini ke ruangan kerja Papah!”

Luca segera beranjak dari tempat duduknya, berjalan menuju ruang kerjanya dan tentu saja diikuti Kay dengan patuh. Niatnya pulang untuk menghabiskan waktu liburannya bersama keluarga, kini harus dia telan karena misi yang akan diberikan sang Papah.

...****************...

Setibanya di ruang kerja, Luca langsung memberikan setumpuk berkas kepada Kay untuk dibaca dan dipelajari baik-baik. Namun, baru saja membaca berkas awalnya Kay sudah berniat untuk protes karena lokasinya yang berada di Negara X. Sebab awalnya Kay mengira bahwa dia hanya diminta untuk membantu di perusahaan pusat yang tidak jauh dari kediaman mereka.

“Negara X, Pah? Papah tidak sedang mengirim Kay untuk berperang ‘kan? Kay pikir Papah hanya ingin Kay membantu di perusahan, bukan malah mengirim Kay yang baru saja pulang ke Negara X,” ujar Kay memprotes.

“Cabang perusahaan yang baru berdiri di sana mengalami kendala. Ada beberapa Geng yang menolak keras perusahaan kita, bahkan beberapa karyawan dan pekerja di sana menghilang tanpa jejak. Papah ingin pergi sendiri untuk mengatasinya, tetapi perusahan pusat juga sedang mengalami masalah yang cukup rumit. Karena kebetulan kau sedang tidak ada kerjaan, kenapa tidak kau saja. Anggap saja sekalian liburan?” Luca menjelaskan sedikit situasinya.

“Liburan mana yang bertaruh nyawa? Jangan aku, Pah! Paman Max dan Paman Matt saja yang ….”

“Kalian bertiga akan pergi bersama! Ini misi yang cukup penting Kay, dimana perusahaan kita menjadi harapan banyak orang di sana,” sela Luca yang jelas tidak mungkin mengirim putranya sendirian untuk menghadapi para Geng itu.

“Coba baca dan pelajari berkas itu, setelah kau mengetahui situasinya di sana. Mungkin kau akan mengerti mengapa Papah tidak melepaskan cabang perusahaan di sana.” Luca menambahkan.

Kay menurut, dia membaca sekilas setiap halaman berkas di tangannya dengan seksama. Wilayah yang dipenuhi dengan klan mafia, Gangster dan juga kelompok organisasi lain yang suka menindas warga biasa. Pengedaran obat-obatan terlarang dan juga tingkat criminal yang sangat tinggi. Hingga membuat para warga ketakutan dan kesulitan mencari pekerjaan. Itulah informasi yang tertulis tentang Negara X dalam berkas itu.

“Sepertinya menarik juga! Sekalian mencoba beberapa teknik bela diri yang aku dapatkan selama ini dari Grandpa dan yang lainnya,” gumam Kay mulai tertarik dengan Misi khusus dari Papahnya ini.

“Baiklah, Pah! Kay siap menjalankan misi ini. Lalu kapan Kay akan berangkat ke sana?” tanya Kay mulai sedikit bersemangat.

“Besok pagi kau bisa langsung berangkat! Papah akan menyuruh seseorang untuk menyiapkan jadwal penerbangan untukmu, sementara Max dan Matt sudah berada di sana sejak dua hari yang lalu,” jawab Luca.

“Apa? Besok? Kenapa cepat sekali, Pah? Aku bahkan baru pulang setelah sekian lama ‘loh?” Kay kembali melayangkan protesnya, karena dia pikir tidak akan secepat itu.

“Situasinya sudah semakin mendesak di sana, Kay! Tolong mengerti ‘yah,” bujuk Luca yang takut Kay kembali menolaknya. Jika kau berakhir menolak misi itu, maka dengan terpaksa Luca sendiri yang harus turun tangan menanganinya.

Bersambung ….

Bab 02. Diam-diam Menyelinap

“Haaah … Baiklah, Pah! Tapi dengan satu syarat, khusus malam ini biarkan Kay tidur dengan Mamah. Aku baru kembali dan masih sangat merindukan Mamah.”

Kay langsung memasang wajah memelas, padahal dia sudah hampir dikatakan sebagai pria dewasa tetapi jika berada di dekat mamahnya pasti akan bersikap seolah anak yang masih berusia lima tahun. Terkadang kelakuan manja Kay melebihi sikap manja adiknya, Axelion.

“Hanya satu malam, Luca! Biarkan saja, saingan ciptaanmu sendiri bersama Mamahnya untuk malam ini. Daripada kau harus berpisah cukup lama dengan Ashlynn jika mengurusnya sendiri?” Luca meyakinkan pada dirinya sendiri untuk tidak cemburu pada duplikatnya sendiri.

“Oke, Papah setuju!”

Mau tidak mau Luca menyetujui syarat yang Kay ajukan. Coba bayangkan mana ada ayah yang bersaing dengan anaknya sendiri untuk mendapat perhatian sang istri. Kadang dia malah kalah dengan anak-anaknya, hingga sering di usir dari kamar dan berakhir tidur sendirian di sofa. Akan tetapi, Luca jelas tidak pernah menyesali kehadiran kedua anaknya itu yang menjadi saksi buah cintanya dengan Ashlyn.

...****************...

Negara X, Kota Xennor.

Ditengah kegelapan malam tersorot sinar lampu yang remang-remang, terlihat beberapa kelompok tengah mengadakan pertemuan di sebuah gedung. Kabar tentang Luca yang mengutus beberapa orang untuk menyelesaikan masalah pada perusahaan cabang miliknya jelas sudah terdengar oleh mereka semua.

Namun, pertemuan itu dilakukan bukan karena mereka merasa takut dengan orang utusan tersebut. Akan tetapi, untuk mengajak bekerjasama satu sama lain agar bisa melenyapkan para utusan itu dengan mudah seperti sebelumnya.

“Aku dengar pemilik cabang perusahaan baru itu kembali mengirimkan beberapa orang untuk menyelesaikan masalah yang telah kita buat selama ini. Padahal sudah sangat jelas bahwa semua itu hanya sia-sia.”

Visual Edmun...

Edmun Sinclair, ketua dari kelompok gangster yang bernama Devil Shadow—sang penguasa wilayah barat Kota Xennor. Tentu saja dia memiliki beberapa orang kepercayaan dan juga ratusan anak buah yang siap mati untuk membantunya menjaga wilayah kekuasaan mereka.

“Kau benar! Jadi, bisakah kau mengurusnya lagi untuk kami?”

Visual Charles...

Charles Montgomery, ketua klan mafia Dark Blood yang berkuasa pada wilayah timur Kota Xennor. Dikenal dengan kekejamannya yang membunuh lawan dengan membuatnya kehabisan darah. Seakan menikmati detik-detik kematian seseorang adalah pemandangan yang sangat indah di matanya.

“Bukankah kita harus melihat dulu. Dimana mereka akan berulah begitu tiba di sini. Karena perusahaan itu memang terletak ditengah wilayah kekuasaan kita semua, bukan?”

Visual Angela....

Satu-satunya wanita cantik yang bisa duduk sejajar dengan paa ketua klan hanya Angela Meredith— sang pemimpin Organisasi Black Angel yang berkuasa di wilayah bagian Selatan Kota Xennor.

Kecantikannya bagaikan bunga yang sangat beracun, bahkan mereka semua yang hadir dalam pertemuan itu sangat mengakui kemampuannya dalam mengelola organisasi di dunia bawah.

“Bagaimana menurut Tuanmu, Nero?”

Visual Nero....

Edmun menanyakan keputusan akhir pada tangan kanan klan Death Master, Nero Ardiandz. Sang penguasa sesungguhnya di dunia bawah kota Xennor—Spencer Carmichael. Sosoknya sangat misterius, bahkan tidak ada yang mengetahui wajahnya kecuali empat orang kepercayaannya.

“Tuan-ku tidak masalah dengan apapun rencana kalian. Asalkan semua bisa dibereskan seperti biasanya, tanpa menyeret namanya, tanpa meninggalkan jejak dan tanpa keributan yang tidak berarti,” jawab Nero mewakili keputusan mutlak Tuannya.

“Hmm, bagus ‘lah! Aku yakin mereka pasti hanya akan mengirimkan orang yang tidak memiliki kemampuan seperti sebelumnya. Jadi, akan mudah untuk mengurusnya.” Charles jelas meremehkan.

“Kalau begitu kali ini kau saja yang mengurusnya. Anggap saja mainan khusus untukmu, Tuan Charles!” ujar Angela seraya beranjak dai tempat duduknya, sebab pertemuan itu dirasa sudah cukup untuk hari ini.

Edmun dan yang lainnya pun setuju dengan ucapannya. Satu persatu dari mereka mulai meninggalkan ruang pertemuan untuk melanjutkan bisnis masing-masing. Angela kembali ke club terbesar miliknya, bisnis utamanya adalah prostitusi dalam skala yang sangat besar.

Sementara Edmun berbisnis menggunakan obat terlarang dan Charles perdagangan senjata serta manusia. Dan puncak dari semua bisnis itu bisa berjalan lancar sampai sekarang adalah Tuan Spencer, orang yang mengendalikan semua bisnis itu hingga pihak pemerintah pun kesulitan untuk menjangkaunya dengan mudah.

Namun, sepertinya tidak berlaku untuk utusan Luca yang kali ini. Kayvaran Cano Xavier, cucu laki-laki pertama keluarga Xavier yang jelas mewarisi bibit unggul keluarganya. Usianya yang baru menginjak 24 tahun, tidak membatasi kemampuannya untuk berkembang dengan pesat.

Baik itu tentang system peretasan ataupun bela diri. Ditambah lagi, dia memiliki banyak guru yang mengajari berbagai Teknik bertarung yang sangat hebat, terutama dari Grandpa nya—Rayden Cano Xavier.

...****************...

Dan di sini ‘lah Kay sekarang, di Bandara Internasional Negara H tepat di samping pesawat pribadi yang akan mengantarnya ke tempat misinya akan dilakukan. Tentu saja, Papah, Mamah dan asik kecilnya ikut mengantar kepergiannya dengan perasaan cemas. Putra sulungnya baru saja kembali setelah sekian lama, tetapi baru satu hari di rumah Luca malah kembali mengirimnya ke tempat lain untuk mengurus salah satu cabang perusahaannya.

“Kay Sayang, jaga dirimu baik-baik di sana! Selalu berhati-hati dan segera hubungi kami jika membutuhkan bantuan,” pesan Ashlyn sebagai seorang ibu.

“Tentu, Mah! Percayakan saja pada putra sulungmu ini,” balas Kay sembari kembali memeluk erat Mamahnya.

“Benar kata Mamahmu, Kay! Jika situasinya sudah tidak terkendali, maka segera beritahu Papah ataupun langsung kembali saja ke sini. Kau mengerti?” Luca jelas mempercayai kemampuan putra sulung itu, meski begitu sebagai seorang ayah dia tetap merasa khawatir.

“Tenang saja, Pah! Semua pasti beres ditanganku,” ucap Kay penuh percaya diri. Luca pun ikut memeluk putra sulungnya itu, sebelum membiarkannya memasuki pesawat yang sudah siap untuk lepas landas.

Dan tanpa mereka sadari seseorang diam-diam sudah menyelinap masuk ke dalam pesawat itu. Dirasa sudah cukup menyampaikan kata-kata perpisahan, Kay pun langsung saja memasuki pesawatnya. Lalu tanpa membuang waktu, sang Kapten pilot segera menerbangkan pesawat itu menuju ke Negara X, lebih tepatnya Kota Xennor.

Begitu duduk di salah satu kursi yang berada di dekat jendela. Kay merasa ada sesuatu yang terasa aneh dibenaknya. Lebih tepatnya sesuatu yang sangat mengganjal di hatinya, tapi sekeras apapun Kay mencoba mengingat ataupun memikirkannya dia tetap tidak bisa memastikan apa itu.

“Sudah ‘lah, mungkin hanya perasaanku saja,” gumamnya menepis perasaan itu jauh-jauh.

Merasa bahwa perjalanan akan membutuhkan waktu yang cukup lama, Kay pun memutuskan untuk tidur dan mengisi tenaga. Siapa tahu, setibanya di sana dia mendapat sambutan yang terduga mengingat situasinya yang sudah cukup mencekam jika dia membaca dari laporan yang diberikan papahnya sebelumnya.

“Angkat tanganmu sekarang! Atau aku akan menembak kepalamu sekarang juga!”

Bersambung ….

Bab 03. Seperti Misi Ganda

Namun, tiba-tiba seseorang menodongkan senjata api ketika Kay baru saja memejamkan matanya. Tubuhnya seketika menegang, apalagi senjata itu mengarah tepat dibelakang kepalanya. Pikirannya sudah berkelana, tetapi dia berusaha tetap tenang agar bisa membalikkan keadaan.

Sudah panik, ada rasa takut dan seakan hanya bisa pasrah tanpa bisa apapun.Tiba-tiba terdengar tawa yang terasa tidak asing di telinga Kay, “Hahahaa …. Apakah Kak Kay ketakutan?”

“Axelion!?”

Betapa terkejutnya Kay saat melihat adiknya yang sedang tertawa puas sembari memegang senjata mainannya tanpa merasa bersalah sedikitpun. Kay masih terdiam mematung dengan mulut setengah terbuka, menatap tak percaya keberadaan adiknya di dalam pesawat yang kini sudah mengudara.

“Kenapa kau bisa di sini, Hah? Bagaimana caramu bisa ….”

Perkataan Kay terhenti saat satu kemungkinan itu terlintas di kepalanya. Sudah pasti Axel diam-diam menyelinap memasuki pesawat disaat semua orang sedang lengah. Kay hanya bisa menghela napas frustasi menghadapi kelakuan adiknya yang benar-benar … menguji kesabarannya yang setipis tisu dibagi seratus.

“Astaga, Axel? Sekarang Kakak harus bagaimana untuk mengembalikanmu pada Papah dan Mamah? Tidak mungkin ‘kan aku melemparmu dari sini?”

Kay dibuat pusing sendiri, jelas tidak mungkin dia benar-benar melempar adiknya dari pesawat yang sudah berada di atas awan. Bisa saja Axel nyangkut di pohon aren atau sejenisnya ‘kan tidak lucu? Lebih tidak mungkin dia menyuruh sang pilot untuk memutar balik pesawatnya, bukan? Memangnya dia pikir sedang menaiki angkot atau gojek?

“Astaga, Papah dan Mamah pasti sedang panik mencarimu, Axel! Bagaimana kau bisa berkeliaran sampai di sini ‘sih? Pantas saja aku merasa ada yang aneh sejak tadi, ternyata sikap diammu sungguh mengerikan,” ujar Kay mengacak frustasi rambutnya yang sebelumnya sudah tertata rapi.

“Hehehee, aku ‘kan juga ingin pergi liburan. Tapi Papah melarangku untuk ikut, jadi aku menyelinap saja dan … Lihat ‘lah, aku berhasil, bukan?” seru Axel yang ternyata mengira Kay akan pergi liburan.

“Papah! Mamah … bagaimana bisa kalian berdua memberiku adik yang spek anak dajjal seperti ini ‘sih? Setidaknya berikan aku adik yang lucu dan menggemaskan, bukannya yang suka membuat masalah seperti ini! Siapapun tolong …. Pungut saja adik dajjal ini!”

Kay tak kuasa lagi menahan rasa frustasi, dia berteriak sekencang-kencangnya di dalam pesawat yang sedang mengudara itu. Sampai-sampai pilot dan semua kru, bahkan burung yang sedang terbang di dekat pesawat itu terkejut mendengar teriakkan itu.

“Ck, kakak bisa diam tidak? Berisik sekali, lagian hanya ikut liburan apa sudahnya coba,” gerutu Axel yang memilih duduk tenang disamping Kakaknya.

“Mamah … masukan kembali dia kedalam perutmu, Mah!” lirih Kay benar-benar pasrah menghadapi adiknya.

...****************...

Dan sesuai yang Kay khawatirkan. Di bandara Luca, Ashlyn dan para pengawal sedang bingung mencari keberadaan Axel dimana-mana. Bahkan sampai menyiarkan informasi anak hilang, dibantu tim keamanan bandara tetapi Axel belum juga ditemukan di manapun. Hingga akhirnya Luca memutuskan untuk memeriksa semua cctv yang ada berharap bisa menemukan jejak terakhirnya.

Benar saja, salah satu cctv menangkap Axel yang diam-diam menyelinap masuk ke dalam pesawat yang sedang Kay naiki saat ini untuk menuju ke Negera X. Sama halnya dengan Kay, Luca pun dibuat frustasi dengan kelakuan putra bungsunya itu. Harus bagaimana dia menyampaikan kebenaran ini pada Ashlyn, yang ada nanti istrinya itu akan semakin mengamuk.

“Axel, kau benar-benar suka sekali membuat masalah untuk kakakmu dan juga Papah! Bagaimana ini … Kay, tidak mungkin melemparmu begitu saja dari pesawat, bukan? Lalu bagaimana aku menjelaskan pada Mamahmu, Axel! Dia pasti akan mengamuk,” gumam Luca mengepalkan kedua tangannya sebagai pelampiasan rasa frustasinya.

“Sayang, bagaimana? Kau sudah tahu dimana Axel sekarang?” Tiba-tiba orang yang Luca takutkan muncul di sampingnya, menatapnya dengan penuh harap.

“Mmm, dia diam-diam masuk ke pesawat yang Kay naiki.” Luca sungguh tidak memiliki pilihan lain, kecuali mengatakan dengan jujur apa yang terjadi.

“Apa? Kau ini bagaimana ‘sih? Bisa-bisanya tidak ada yang menyadari kalau Axel memasuki pesawat itu. Para pengawalmu juga? Tidak ada yang berguna,” cecar Ashlyn meluapkan kemarahannya kepada Luca dan yang lainnya.

“Aku tidak mau tahu, atur penerbangan untuk menjemputnya sekarang juga!” bentak Ashlyn, lebih ke arah memerintah kepada Luca dan anak buahnya.

“Tenanglah, Sayang! Nanti aku akan menghubungi Kay ataupun Max dan Matt untuk membawa Axel kembali. Kita menyusul pun percuma ….”

Luca segera membujuk, bisa gawat kalau Ashlyn tahu bahwa situasi ditempat Kay menjalankan misinya cukup berbahaya. Sebab yang Ashlyn ketahui, Kay hanya membantu salah satu perusahaan cabang yang sedang bersalah. Lebih mengarah pada persaingan bisnis, bukan persaingan wilayah kekuasaan antar klan mafia.

“Percuma? Kenapa percuma, kita menyuruh Kay mengantar Axel kembali malah akan semakin merepotkan dia. Bukankah lebih baik kalau kita saja yang menjemputnya?” cecar Ashlyn menatap penuh curiga pada suaminya itu.

“Eish, mungkin saja Axel ingin liburan sebentar hanya berdua di sana sebagai kakak adik. Kenapa kita harus mengganggunya. Bukankah ini bagus, kita bisa memiliki waktu berdua seperti awal pernikahan kita dulu.”

Luca masih tetap membujuk Ashlyn dengan menggunakan berbagai cara dan juga alasan. Hingga akhirnya, Ashlyn mengalah dan membiarkan Axel tetap bersama Kay di sana. Namun, dengan satu syarat mereka harus selalu memberi kabar setiap hari. Luca pun menyetujui syarat tersebut, setidaknya Ashlyn tidak menyusul mereka di Negara X.

...****************...

Setelah melalui perjalanan yang cukup memakan waktu dan tenaga, akhirnya pesawat itu mendarat dengan aman di Bandara International Kota Xennor. Terlihat jelas Axel sangat bersemangat begitu turun dari pesawat, berbeda dengan Kay yang sudah lemas lebih dulu sebelum bertarung. Menghadapi kelakuan adiknya benar-benar menguras energi mental dan juga tubuhnya.

“Axel?!”

Max dan Matt pun ikut terkejut saat melihat kehadiran bocah kelebihan energi itu datang bersama dengan Kay. Padahal informasi yang mereka dapatkan, Kay akan datang sendirian dengan membawa beberapa anak buahnya saja.

“Kay, bagaimana bisa Axel ikut bersamamu? Apakah Papah dan Mamahmu ….”

“Jangan tanya aku, Paman! Jelas Papah dan Mamah tidak mungkin mengijinkan dia ikut, tapi asal paman tahu dia malah menyelinap masuk ke pesawat tanpa di sadari siapapun,” sela Kay pada ucapan Matt dengan tubuh lemas seperti jelly, dia memeluk pamannya itu.

“Huaaa … aku seperti sedang melaksanakan misi ganda sekaligus!”

Kini Kay bukan hanya harus memikirkan cara menyelesaikan misi, tetapi dia juga harus memikirkan cara untuk mengirim adiknya kembali. Sebab sepanjang perjalanan Kay sudah mengatakan akan mengantar bocah itu pulang begitu mereka mendarat, tetapi Axel menolaknya dengan keras. Hingga membuat Kay semakin pusing tujuh keliling.

Bersambung ….

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!