NovelToon NovelToon

Kos-kosan 99 % Waras

Perkara Galon Air Habis

Malam harinya, suara gluk-gluk dari dispenser jadi latar belakang paling menegangkan di kos 99% Waras.

Bowo berdiri dengan gelas kosong, wajahnya seperti habis diselingkuhi. “Habissss galonnya habis!!!” teriaknya dramatis.

Sontak semua yang lagi nongkrong di ruang tamu langsung noleh. Doni mendecak.

“Yaelah, biasa aja kali. Tinggal ganti.”

“ganti?!” Bowo menunjuk galon yang tinggal tetesan terakhir. “Aturannya siapa yang minum terakhir harus ganti, Bro. Nah, siapa tadi yang minum terakhir?”

Mata semua serentak melirik ke Salsa. Cewek itu lagi asik edit video di HP, pura-pura nggak tahu.

“Hei, hei, jangan nuduh sembarangan,” bantah Salsa. “Gue minum siang tadi. Malam-malam pasti ada yang nyusul!”

“Gue sih nggak minum,” ucap Doni cepat, mencoba cuci tangan. “Kalau gue haus, mending minum gue buat kopi sachet biar bisa push rank. Karna air putih bisa bikin gue cepet ngantuk.”

Mbak Ningsih yang baru keluar dari kamar langsung menghela napas panjang. “Aduh, drama klasik. Tiap minggu pasti ada yang kayak gini.” Tangannya masih megang laptop jadul. “Sini tak bikin tabel Excel aja, siapa yang minum, siapa yang ganti. Biar adil.”

Bowo geleng-geleng kepala. “Pokoknya, ini kasus berat, Kita butuh investigasi.”

Dengan gaya ala detektif, Bowo memeriksa dispenser. “Ada bekas lipstik di bibir gelas!” katanya sok serius.

“Mana ada, Wo. Itu bekas saus indomie,” timpal Doni.

Salsa ketawa ngakak, tapi langsung diserang pandangan tajam. “Lo ketawa karena lo pelakunya kan?”

“Bukan!” Salsa mengangkat dua tangan.“ Kalau pun iya, nggak mungkin kan gue habisin! Masa gue doang yang minum segalon?”

Suasana makin panas. Semua saling tuduh, saling bela diri, sampai akhirnya,

“Ada apa ini? Dan kenapa kalian ribut-ribut? suara Bu Ratna menggelegar dari kamar. Ia keluar dengan tatapan singa.

Bowo langsung angkat galon kosong. “Bu galon nya habis.”

“Lha terus kenapa kalian ribut? Tinggal ganti  galon donk kalo habis.”

“Tapi, Bu, sesuai aturan  yang minum terakhir harus ganti. Nah, kita lagi cari siapa pelakunya.”

Bu Ratna menatap mereka satu per satu. “Oke. Kalau gitu, semua harus ganti bareng-bareng! Satu galon diangkat rame-rame keliling kos. Biar kompak!”

“Lah, kok jadi gitu aturannya?” protes Doni.“Ini sich udah kayak misi side quest yang nggak penting banget, sumpah.”

“Kalau nggak suka, keluar aja!” bentak Bu Ratna.

Akhirnya, malam itu pemandangan aneh terjadi, Doni, Bowo, Salsa, dan Mbak Ningsih mengangkat galon kosong beramai-ramai, berjalan keliling kos tiga putaran.

Salsa ngakak sambil ngeluh, “Astaga, ini kayak arak-arakan mantenan galon!”

Bowo ngos-ngosan, “Galonnya aja kosong, tapi beratnya kayak isi dendam.” Mafia mie instan sekelas gue pun bakal nyerah kalau tiap hari kayak gini.”

Doni cuma diam, wajahnya merah menahan malu.Astaga, ini lebih capek dari push rank semalaman,” gumamnya.

Dari jauh, Bu Ratna melipat tangan sambil tersenyum puas. “Nah, gitu dong. Kalau kompak kos ini bisa bertahan dengan penghuni yang waras.

Mbak Ningsih cuma bisa geleng-geleng kepala. “Waras apanya, yang ada makin nggak waras ini penghuni kos,batinnya.”

Setelah putaran terakhir selesai, mereka menjatuhkan galon kosong itu di depan ruang tamu. Semua terengah-engah, seperti habis lari maraton.

“Ya Allah… kosong aja kayak gini, apalagi kalau isi penuh,” Bowo terkulai di kursi, kipas angin tua jadi penyelamat hidupnya.

Salsa langsung membuka kamera nya lagi, dan merekam wajah mereka yang  berkeringat. “Guys, kalian nggak bakal nemu kos sekocak ini di dunia. Serius, bawa galon kosong muter-muter. Gila nggak sih?”.

Doni yang masih ngos-ngosan langsung menutup kamera dengan telapak tangannya. “Sa, tolong jangan diposting. Gue nggak mau viral gara-gara galon.”

“Justru ini bisa jadi konten emas, Don!” Salsa terkekeh. “Siapa tau kita masuk FYP bareng.”

Mbak Ningsih menyambar kipas tangan lalu mengipas wajahnya. “Udahlah, kalian kalau haus ya tinggal minum aja.

Ya tapi masalahnya, Bowo menunjuk ke dispenser. Yang mau ganti galon siapa?

Semua saling pandang. Doni spontan berdiri. “Gue nggak bisa, tadi udah capek angkat.”

Salsa pura-pura batuk. “Aku juga cewek, masa disuruh ngangkat galon?”

“Lho, kalau gitu saya juga cewek, dong,” sahut Mbak Ningsih sambil nyengir. Kalau di Excel mah gampang, tinggal klik drag and drop aja, langsung pindah tuh galon.

“Woi! Jangan ngeles semua!” Bowo hampir nangis. “Galon masih kosong Bro, Kalau Bu Ratna keluar lagi gimana?”Stok mie gue jadi terancam, sumpah Masa gue harus makan mie pake bumbu doang? Itu kriminal!”

Akhirnya, Doni yang kalah suara menelan ludah. “Yaudah deh, gue aja. Tapi gue nggak bisa sendirian.”gue biasanya cuma bisa ngangkat stick PS doang.”

Salsa langsung ditunjuk bareng-bareng. “Kamu aja yang bantu, Sa!”

Apa?Gue? wajah Salsa terkejut, tapi semua sudah mengiyakan.

Mau tak mau, Salsa berdiri  Mereka berdua pun mulai mengangkat galon baru yang masih tersegel plastik.

“Pelan-pelan, Sa Jangan sampai jatuh, kata Doni serius dengan keringat mulai bercucuran.Ini berasa kayak ngangkat boss terakhir di game RPG.”

“Iya  iya. Tapi jangan injek kaki gue, Don! Salsa mendengus.

Doni menoleh sekilas, wajah mereka jadi berdekatan. Sepersekian detik ada jeda aneh canggung tapi hangat. Doni buru-buru memalingkan wajah Eh, maaf.

Salsa menghela napas, lalu senyum kecil. Santai. Gue nggak selemah itu kok.

Mbak Ningsih yang memperhatikan dari sofa langsung bersuara, “Eh, eh, hati-hati ya, Jangan sampe galon jadi saksi cinta pertama kalian.”Hati kalian udah kayak sel Excel auto-merge tuh.”

Seketika wajah Doni & Salsa sama-sama merah seperti kepiting rebus. “ih, Apaan sih Mbak!”

Bowo malah tepuk tangan. Fix  judul konten, "Galon mempertemukan dua insan.”Lebih pedes dari mie level 100!”

WO,, teriak Doni dan Salsa barengan ,,sehingga membuat semua ketawa ngakak.

Setelah perjuangan panjang Doni dan Salsa, galon akhirnya berhasil dipasang di dispenser. Semua mata  menatapnya seolah itu adalah mahakarya.

Alhamdulillah,,  Doni mengelus dada.

Bowo langsung menekan keran , Yes kalian keren. Air Gue haus banget tau.Tapi yang keluar cuma blub-blub angin, tak ada setetes pun kau disini tadi.

“Hah? Kok ini  malah nggak keluar juga?

Salsa langsung merebut gelas. Dicoba lagi, hasilnya sama. Kosong.

Mbak Ningsih menepuk jidat. Astaga, lupa. Kalau galon baru dipasang  harus dicopot dulu tutupnya.”

Semua melotot ke arah Doni. “LOE YANG PASANG, DON.

Doni panik,,Gue pikir udah otomatis kebuka tadi, kayak fitur auto-unlock di game. Kalian kenapa nggak ada yang kasih tau dari tadi.

Suasana kembali riuh lagi dengan ketawa mereka. Bowo hampir jatuh dari kursi saking ngakaknya. Salsa menepuk bahu Doni sambil senyum geli. “Yaudah, Don. Belajar dulu dasar-dasar kehidupan kos. Hari ini levelnya  Galon.”

Setelah ribut panjang, akhirnya mereka bisa minum air dengan tenang. Gelas-gelas plastik berjejer di meja. Suasana mendadak hangat, bukan karena galon baru, tapi karena kebersamaan aneh yang lahir dari masalah sepele.

Salsa merebahkan kepala di kursi kayu. “Tau nggak? Gue suka suasana kayak gini. Kacau, tapi rame.”

Doni melirik sebentar, ada rasa yang tak bisa ia jelaskan. “Iya gue juga ngerasa gitu. Entah kenapa kos ini absurd, tapi bikin betah.”

“Betah karena gue kan?” Salsa langsung nyeletuk sambil kedip nakal.

Doni tercekat. “Apaan sih…”

Bowo langsung mengibaskan tangan. “Ih, kalian jangan gombal depan gue. Gue masih jomblo, tau!”

Mbak Ningsih menutup percakapan dengan kalimat bijak ala-ala. “Inget nak, di kos ini, galon hanyalah awal. Besok-besok masalah lebih berat akan datang.” Kayak di Excel, kalau sheet pertama aja udah error, siap-siap sheet berikutnya pasti #REF!”

Semuanya menatapnya heran. “Berat gimana Mbak?”

Mbak Ningsih menghela napas dramatis. “Besok giliran rebutan jemuran mungkin.”

Bowo refleks memandang celananya yang masih basah di gantungan. “Astagaa jangan bilang beneran bakal rebutan. Gue cuma punya tiga celana lho, Kalau sampai ilang satu, tamatlah riwayat.”

Salsa ngakak. “Gue udah kebayang sih, besok ada yang nekat pake jemuran orang terus ngaku-ngaku punya nya,dan Drama baru akan di mulai lagi.”

Doni menepuk jidat. “Astaga, baru masalah galon aja gue udah hampir migrain. Kalo nanti masalah jemuran, jangan-jangan kita harus sidang kos bareng Bu Ratna.”

“Wah, bisa jadi,” timpal Mbak Ningsih kalem. Dulu pernah kejadian rebutan jemuran. Baju satu kos diturunin semua, trus dikumpulin di ruang tamu kayak pasar loak, dan kita Nyari bajunya kayak undian.”

“HAHAHA Gue pengen liat tuh kayak nya seru,” Bowo ngakak sampai batuk, tapi begitu sadar celananya masih di luar, wajahnya langsung tegang lagi.

Malam semakin larut Satu per satu penghuni kos balik ke kamar masing-masing. Doni masuk ke kamarnya, masih memikirkan soal kejadian barusan. Ia rebahan di kasur nya yang tipis, menatap platfon kamar yang retakan nya semakin terlihat jelas.

“Ya Tuhan,gumamnya Kos ini bukan cuma tempat tinggal, Tapi ini kayak reality show tanpa kamera.”

Eh, tapi ia langsung  sadar, oh iya ada Salsa yang selalu bawa kamera. Jadi sebenarnya reality show itu nyata adanya.

Di luar, suara Bowo masih kedengaran. Woiii Jangan ada yang nyentuh jemuran gue, ya! teriaknya dari balik pintu kamar.

Salsa dengan malas menjawab, Tenang aja Wo, gue udah rekam posisi celana lo. Jadi kalau ilang, bisa gue laporin ke netijen!

Kos seketika kembali ramai dengan teriakan-teriakan kecil, meski udah tengah malam.

Doni tersenyum kecil. Dalam hati dia merasa, mungkin benar kata Salsa,kos ini penghuni nya  kacau semua tapi bikin rame. Dan entah kenapa ia merasa mulai betah.

Sekitar pukul 1 dini hari, Doni yang baru mau tidur mendengar suara ribut di dapur. Ia bangun pelan-pelan, mengintip lewat pintu.

Ternyata, Bowo lagi buat mie instan. Tapi yang bikin kaget, kompor nyala terlalu besar sampai apinya kayak lilin raksasa.

“WOI, Wo!” bisik Doni panik sambil lari ke dapur. “Mau bikin mie apa mau bakar rumah?!”

Bowo dengan santai meniup mie. “Santai aja, Don. Api gede bikin cepet matang.”Ini rahasia mafia mie level pedasnya bukan dari cabai, tapi dari nyali.”

“Yang ada lo bikin kos ini jadi sate masal Doni buru-buru mengecilkan api.

Tiba-tiba Salsa nongol sambil bawa kamera, wajah masih ngantuk tapi semangat. “Aduh, aduh, ketahuan nih. Konten baru, Bowo hampir bakar kos gara-gara mie instan tengah malam.”

“SA, SERIUS DEH JANGAN DI POSTING!” Doni setengah teriak sementara Bowo malah gaya peace ke kamera.

Mbak Ningsih keluar dari kamar sambil bawa bantal dengan wajah setengah tidur. “Ada apa lagi  sih? masak jam segini kalian masih ribut sich.

Bowo lagi masak mie, Mbak, jawab Doni.

“Lah terus kenapa? kan tiap malam dia juga kayak gitu,Mbak Ningsih langsung balik lagi ke kamar tanpa peduli.

"Salsa ngakak, Udah kebal dia."

Setelah api dipadamkan dan mie aman di panci, mereka bertiga duduk bareng di dapur. Bowo sibuk makan dengan lahap.

Salsa menaruh kameranya, lalu menopang dagu sambil melirik Doni. “Don, jujur deh. Lo nyesel nggak masuk kos ini?”

Doni terdiam sebentar, menatap wajah Salsa yang setengah diterangi lampu dapur yang redup. Ada rasa aneh di dadanya, tapi ia buru-buru menutupinya dengan senyum kaku.

“Ya nggak juga sih, Emang kadang penghuni kos suka bikin ribet, absurd, dan kadang malah bikin gila, tapi itu lah yang membuat rame. Gue jadi nggak ngerasa sendirian.”Kayak main game survival tiap hari ada aja quest baru, bedanya musuhnya bukan monster tapi tetangga kos.”

Salsa terdiam sejenak, lalu tersenyum. “Sama. Gue juga mikir gitu. Kalau nggak ada kos ini, hidup gue mungkin cuma muter-muter di depan kamera doang. Tapi di sini  gue punya banyak  bahan cerita tiap hari.”

Bowo yang mulutnya penuh mie tiba-tiba nyeletuk. “Ehem, ehem, awas jangan baper di depan gue. Gue muntah loh kalau lihat kalian melankolis jam segini.”

Doni dan Salsa langsung melotot. “WOI, MAKAN AJA YANG BENER!”

Mereka bertiga ketawa bareng, mie instan jadi saksi kebersamaan aneh itu.

Jam menunjukkan pukul 2 pagi. Mereka akhirnya bubar dan masuk ke kamar masing-masing. Doni masuk lagi ke kamarnya, kali ini tanpa keluhan. Ia merasa, meski capek, ada sesuatu yang bikin hatinya merasa tenang.

Sebelum tidur, ia menatap galon di ruang tamu dari celah pintu. Tersenyum sendiri, sambil bergumam pelan,

“Galon kosong, mie gosong, sandal hilang, selamat datang di kos 99% Waras. Semoga sisa 1% itu cukup buat gue bertahan.”

Perlahan matanya terpejam. Dari luar, terdengar suara jangkrik bercampur tawa kecil Salsa yang masih ngedit video di kamarnya.

Kos ini mungkin kecil, sederhana, bahkan penuh masalah. Tapi malam ini, Doni belajar satu hal ,"hidupnya baru saja dimulai dengan cara paling absurd"

Jemuran Hilang

Pagi harinya, sinar matahari menyorot tajam ke halaman kos 99% Waras. Kokok ayam tetangga yang nyaring tanpa ampun membuat Doni terbangun lebih cepat dari biasanya. Dengan mata masih setengah terpejam, ia melangkah keluar kamar untuk cuci muka.

Tapi langkahnya langsung terhenti.

“ASTAGA!!!” teriaknya, dia refleks kayak habis kalah rank di Mobile Legends. Tangannya bahkan otomatis bikin gerakan kayak lagi pencet tombol HP.

Semua jemuran yang berjejer rapi di tali  jemuran kos semalam kini sudah hilang entah ke mana. Yang tersisa cuma jemuran kawat kosong, bergoyang pelan karena angin.

“CELANA GUE! BAJU GUE! SEMUA HILANG!!” Bowo langsung panik begitu keluar kamar. Ia bahkan sampai nekat mengecek tong sampah, seolah-olah baju bisa teleportasi ke situ.

“Yaelah, Wo. Masa baju jalan sendiri,” sindir Salsa sambil ngucek mata, masih pakai piyama. Tapi begitu sadar gamis favoritnya juga hilang, ia ikut teriak. “Hah?! Kok bisa baju gue juga ikutan hilang !”

Doni panik nggak kalah heboh. “Lah, baju gue yang baru dicuci semalem juga hilang! Jangan bilang ini beneran kutukan kos.”

Mbak Ningsih keluar sambil bawa gayung. Wajahnya tenang, padahal bajunya juga lenyap. “Hm, berarti prediksi saya semalam benar. Setelah drama galon, sekarang giliran drama jemuran.”

Bowo megang kepala karena hampir menangis. “Mbak, jangan bercanda! Gue cuma punya tiga celana Mbak! Kalo sampe ilang, tamatlah hidup gue. Gue kuliah mau pake apa?! Sarung?!”

Salsa langsung ngakak. “Eh, tapi seru juga sih kalo lo kuliah pake sarung. Bisa jadi tren baru, fashion statement mahasiswa syariah.”

“NGGAK BISA, SA!” Bowo hampir mau sujud.

Belum sempat mereka ribut lebih lanjut, suara Bu Ratna terdengar lantang dari balik pagar. “NAK, BAJUNYA KALIAN PADA HILANG YA?!”

Semua serentak menengok. Bu Ratna berdiri sambil menunjuk ke arah gang depan. Dan di sana terlihat jemuran mereka berjejer rapi, tapi sudah dipakai anak-anak kecil buat main tenda-tendaan.

“Woi! Itu kan baju gue!” Doni spontan lari kayak lagi ngejar musuh di rank mode.

Anak-anak itu langsung kabur, meninggalkan jemuran yang udah berantakan. Ada kaos nyangkut di pagar, ada celana Bowo yang entah kenapa dipake jadi bendera perang.

Bowo menangis dramatis sambil memeluk celana pendeknya. “Alhamdulillah, kamu kembali, walau pun dalam keadaan tercabik-cabik.”

Salsa ngakak, sampai-sampai hampir nggak kuat berdiri. Tapi ketika ngelihat gamisnya ada noda tanah, wajahnya langsung manyun. “Ya ampun gamis gue baru sekali dipake buat konten, sekarang udah kayak kain pel.”

“Udahlah, Sa,” Doni mencoba buat nenangin. Yang penting balik dulu bajunya. Nanti kita cuci lagi sama-sama.”

Salsa melirik Doni, Dan sedikit terharu. “Makasih ya Don, Lo selalu bisa bikin gue tenang.”

Ada jeda singkat. Tatapan mereka ketemu, dan untuk sesaat suasana terasa damai di tengah kekacauan jemuran.

Tapi damai itu langsung pecah ketika Bowo nyeletuk, “Woi, jangan gombal depan gue! Gue masih trauma sama celana gue yang di jadikan bendera!

Mbak Ningsih nyengir sambil ngeluarin HP, pura-pura geser-geser layar. “Sesuai data Excel saya, probabilitas drama kayak gini bakal meningkat 20% tiap minggu.” “Nah, kan, Baru juga sehari setelah drama galon, sekarang udah muncul episode baru. Gue nggak heran kalo besok itu masalahnya sandal yang bakal hilang.”

Salsa langsung ketawa. “Ya ampun, kayaknya kos ini cocok banget dijadiin sitkom. Setiap hari episodenya berbeda.”

Doni ikut tersenyum kecil. Dalam hati ia sadar, meski penuh drama absurd, setiap masalah kecil ini bikin dia makin dekat dengan Salsa dan makin betah juga tinggal di kos 99% Waras.

Salsa masih manyun ngelihat gamisnya penuh noda. Dia ngibasin kain itu pelan-pelan, tapi malah bikin debu tanah beterbangan.

“Ya Allah, rasanya punya baju baru sehari terus langsung turun kasta jadi keset dapur,” keluhnya.

Doni mencoba untuk menahan tawa, tapi ujung bibirnya susah dikontrol. “Yaudah, Sa. Anggap aja gamis lo sekarang limited edition. Cuma lo yang punya gamis model tanah liat gini.”

“Don, sumpah kalau  bukan Lo  yang ngomong, gue udah lempar nih jemuran ke muka nya,” balas Salsa setengah sebal. Tapi kemudian dia nyengir juga.

Di sisi lain Bowo masih berlutut kayak habis kehilangan pasangan hidup. Celana pendeknya bolong di bagian paha, entah gara-gara nyangkut di pagar atau dicabik anak kecil tadi.

“Kenapa harus kamu yang jadi korban, Cel…?” bisiknya dramatis sambil menatap celana itu.

Mbak Ningsih mendekat, menepuk bahunya. “Sudahlah, Wo. Anggap aja itu pengingat bahwa dunia ini fana. Celana pun bisa pergi kapan saja.”

“MBAAAK!!!” Bowo langsung hampir nangis beneran.

Sementara itu, Bu Ratna masih berdiri di dekat pagar sambil merhatiin penghuni kosnya yang ribut. Dia geleng-geleng kepala, terus nyeletuk, “Kalian ini heboh banget. Baju ilang dikit aja kayak kehilangan warisan. Untung masih ketemu. Zaman saya dulu, jemuran ilang udah pasti raib buat selamanya, nggak bakal balik lag!”

Salsa nyeletuk pelan, “Itu zaman purba kali, Bu…” Untung suaranya nggak terlalu kenceng, kalau nggak bisa kena damprat langsung.

Akhirnya semua jemuran berhasil dikumpulin lagi. Ada yang masih basah, ada yang udah penuh tanah, ada juga yang malah ketuker. Doni sempat bingung karena kaosnya balik dalam keadaan lebih wangi dari sebelumnya.

“Lah, ini kenapa kaos gue malah wangi melati?” tanyanya sambil ngendus-ngendus.

“Waduh, jangan-jangan tadi sempet dipake emak-emak buat nyambut tamu arisan,” celetuk Salsa sambil ngakak.

Mbak Ningsih menambahkan, “Kalau gitu, lo jangan kaget ya Don, kalau nanti di kampus ada yang manggil, ‘Bu RT!’”

Bowo langsung nyeletuk sambil bawa celana pendeknya yang masih bau tanah, “Mending lo, Don. Kaos lo naik kasta udah wangi parfum. Nih, celana gue malah downgrade, Bau nya kayak mie instan yang udah basi tiga hari. Padahal gue kan  yang pegang lisensi mafia mie di kos ini!”

Semua ketawa lagi, kecuali Doni yang langsung nutup wajahnya dengan kaos.

Siangnya, suasana kos masih ramai dengan obrolan soal kejadian jemuran. Bowo sampai membuat daftar “Kerugian Jemuran Hilang”,

Celana pendek bolong

Kaos kesayangan berubah jadi spanduk tanah

Harga diri terkoyak

Dan dia menempel daftar itu di pintu kamarnya.

“Wo, lo bener-bener bikin drama dari hal kecil,” komentar Doni sambil nyengir.

“Ini bukan drama, Don! Ini catatan sejarah biar generasi penghuni kos selanjutnya tau penderitaan kita,” jawab Bowo penuh wibawa, padahal masih pakai celana bolongnya.

Salsa yang kebetulan lewat langsung menghidupkan kamera nya. “Nah, ini bagus buat vlog. Judulnya ‘Survivor Jemuran Kos, Dari Kaos ke Spanduk’.”

“Jangan, Sa!” Doni buru-buru mau nutup kamera lagi. “Gue trauma kemarin gara-gara galon. Sekarang jemuran lagi. Kalau viral, kita bisa dicap kos paling nggak waras di Indonesia.”

Salsa cengengesan. “Lah, emang kenyataannya gitu kan.”

Ningsih muncul dari dapur sambil membawa segelas kopi. “Sudahlah, nikmati aja. Sesuai analisis saya, tiap hari di kos ini memang bakal ada kejutan. Hari ini jemuran, besok bisa aja kulkas kosong, atau tikus daftar menjadi penghuni resmi.”Kos ini memang penuh kejutan setiap hari nya.

“WOI, jangan horor-horor Mbak!” Bowo langsung merinding.

Sore harinya, jemuran sudah balik ke tempat semula meski kondisinya agak kacau. Doni membantu Salsa mengucek ulang gamisnya di kamar mandi.

“Harus dibilas lagi, Sa. Kalau nggak, nodanya makin nempel.”

Salsa ngeliatin Doni yang serius nyuci baju, lalu senyum kecil. “Lo tuh aneh, Don. Cowok lain mungkin udah kabur kalau disuruh urusin beginian. Tapi lo malah sabar banget.”

Doni nyengir sambil nunduk. “Ya namanya juga lagi belajar bertahan hidup di kos. Jadi kita harus bisa segalanya kan?”

Salsa menatapnya lebih lama. Ada rasa hangat yang nggak bisa dia jelasin. Tapi biar nggak terlalu ketahuan, dia buru-buru nyipratin air ke muka Doni.

“Eh, kok lo malah melamun? Cepetan cuci Don!”

Doni kaget karena kena cipratan air. “Astaga, Sa, Basah semua nih muka gue!”

“Bagus dong, sekalian wudhu!” jawab Salsa sambil ngakak.

Dari jauh, Bowo yang lagi tiduran di kursi kayu langsung teriak, “Woi! Jangan mesra-mesra di kamar mandi,, karena Air PDAM kita juga bayar lho!”

Salsa dan Doni kompak teriak, “WOI, LO DIEM AJA WO!”

Suasana kos kembali penuh tawa.

Malam harinya, semua penghuni kos ngumpul di ruang tamu. Jemuran sudah beres, perut udah  kenyang, dan suasana lumayan tenang. Tapi ketenangan itu cuma sebentar.

Tiba-tiba listrik kos mati. Dan kos menjadi Gelap gulita.

“WAAAA! INI ULANGAN JEMURAN YA?!” Bowo langsung panik.kayak baru kalah turnamen Mobile Legends.

“WOI, kalau jemuran masih bisa balik. Kalau listrik ilang, kita  bisa mati gaya Wo!” sahut Salsa.

Doni langsung nyari lilin. “Santai, santai Ini paling cuma MCB yang turun.”

Tapi dari luar, terdengar suara buk Ratna. “Anak-anak, PLN lagi ada perbaikan Jadi malam ini kita hidup tanpa listrik!”

“HAH?!” semua penghuni kos langsung kompak teriak.

Salsa nyorot kamera ke wajah mereka satu-satu. “Fix, guys. Episode selanjutnya Kos 99% Waras, Hidup Tanpa Listrik.”

Bowo langsung jatuh terduduk. “Ya Tuhan, jemuran udah, galon udah, sekarang listrik?! Gue nggak sanggup.”

Mbak Ningsih meneguk kopinya dengan tenang. “Nah kan,Tadi gue udah bilang, setiap hari pasti akan ada drama baru.”

Happy reading guyss maaf yang Kalau penulisan masih berantakan soalnya baru pemula,,,

Mati Lampu Dan Terbongkar sedikit Rahasia Kos

Malam itu, kos 99% Waras mendadak gelap gulita. Hanya suara jangkrik dari luar yang terdengar.

“AAAAAAAA!!!” teriak Bowo sambil loncat ke kursi. “Jangan-jangan ada hantu di kos ini, Mbak!!!”

“WOI! Santai woi, cuma mati lampu doang!” Doni berusaha menenangkan, meski

jantungnya juga deg-degan.

Salsa menyorot kamera HP-nya ke wajah-wajah panik penghuni kos. Lampu flash jadi satu-satunya penerang. “Fix, guys. Malam ini kita syuting horor tanpa modal listrik.”

“JANGAN SYUTING!!!” Doni langsung nutup kamera. “Gue nggak mau viral lagi!”

Mbak Ningsih masih duduk santai sambil ngelus-ngelus kucing kos. “Tenang aja. PLN emg suka.kayak  gini. Dulu pernah mati listrik tiga hari, kita hidup pake lilin sama kipas manual.” Eh tapi tetap aja Bu Ratna nagih uang kos lagi Gelap-gelapan, padahal listriknya belum nyala. Katanya, ‘gelap nggak gelap, kalian tetep ngekos kan?’

Bowo histeris. “Kipas manual tuh apaan, Mbak?!”

Mbak Ningsih menatapnya kalem. “Kipas tangan.”

“ANJIRRR” Bowo langsung pengen nangis.

Setelah ribut-ribut, Doni akhirnya  nekat  bangun dari duduk nya untuk mencari lilin di dapur. Salsa ikut membantu, tapi malah bikin suasana canggung. Saat mereka bareng-bareng nyari di laci, tangan mereka nggak sengaja bersentuhan.

Salsa langsung menarik tangannya cepat-cepat. “Eh, sori Don”

Doni senyum tipis. “Santai aja.”

Ada rasa yang aneh di antara mereka. Hanya diterangi dengan cahaya tipis dari HP, wajah Salsa kelihatan lebih lembut. Doni menelan ludah, tapi buru-buru mengalihkan pandangan.

“DON, SALSA! CEPETAN BAWA LILIN! GUE UDAH PANAS BANGET NIH!!!” teriak Bowo dari ruang tamu. Momen canggung itu pun bubar.

Akhirnya lilin berhasil dipasang. Semua kumpul melingkar di ruang tamu, seperti acara camping murahan. Cahaya oranye dari lilin membuat wajah mereka jadi dramatis.

“Eh, mumpung gelap gini, gimana kalo kita cerita-cerita?” usul Salsa.

“Cerita horor aja!” timpal Bowo, langsung membuat suasana semakin tegang.

“WOI! Jangan horor! Gue penakut!” protes Doni.

Tapi Salsa udah mulai cerita. “Katanya dulu, sebelum jadi kos, tempat ini bekas rumah sakit tua.”

Bowo langsung meringkuk sambil nutup telinga. “SA! Jangan gituuu!!”

Mbak Ningsih senyum-senyum. “Iya bener tuh. Dulu ada pasien kabur terus…” Ia berhenti sebentar, matanya berkilat aneh. “Hehe, itu baru cerita yang kalian tau. Masih ada hal lain yang belum pernah saya kasih tau.”

“MBAAA!!!” Bowo hampir pingsan.

Salsa ngakak sampai nyaris jatuh. Doni cuma bisa geleng-geleng kepala.

Beberapa menit kemudian, suasana berubah lebih kalem. Lilin hampir setengah habis, suara-suara luar mulai sepi.

Doni melirik Salsa yang duduk di sebelahnya. “Sa…”

“Hm?”

“Kalau listrik mati terus, lo bisa hidup tanpa kamera nggak?”

Salsa terdiam sebentar. “Mungkin susah, Don. Kamera tuh kayak bagian dari hidup gue. Ia tersenyum tipis. Tapi, Kalau ada orang yang bisa buat gue lupa sama kamera, mungkin gue akan bisa.”

Doni bengong. Hatinya deg-degan, tapi sebelum sempat bertanya lebih jauh, tiba-tiba…

DUAAARRR!!!

Suara keras dari luar bikin semua loncat. Ternyata Bowo jatuhin galon kosong gara-gara kepeleset.

“ANJIR! GUE KIRA PETIR!!!” Doni memegang dada nya

Salsa ngakak. “Hahaha! Galon lagi, Wo?”

Bowo meringis. “Ya salah gue apa,kan jalannya gelap!”

Tak lama kemudian, listrik akhirnya nyala lagi. Lampu kembali terang benderang membuat semua refleks teriak karena merasa lega.

“ALHAMDULILLAAH!!!” teriak Bowo dramatis.

“Yeay! Back to normal!” seru Salsa.

Tapi Doni diam dan menatap Salsa yang kembali sibuk ngecek HP dan kameranya. Dalam hati ia sadar, mungkin momen gelap barusan adalah waktu paling jujur yang pernah mereka lewati bersama.

Dan malam itu, kos 99% Waras kembali riuh. Namun jauh di dalam hati, Doni mulai sadar, bukan cuma listrik yang bisa bikin hidupnya terang tapi ada sesuatu di antara dirinya dan Salsa yang diam-diam juga mulai menyala.

“Eh, eh, eh!” tiba-tiba Bowo ngacungin tangan. “Sekarang listrik udah nyala, siapa yang mau nemenin gue ke warung? Gue haus banget, galon tadi jatoh dan airnya udah abis keluar”Di di panser juga udah tinggl dikit,bsok aja kita beli lagi, sekarang kita ke warung aja yuk?

Salsa ngakak. “Astaga, Wo, kok bisa jatoh sih? Tadi lo jalan pake mata ditutup ya?”

Bowo cemberut. “Lah, salah gue apa! Jalanan gelap, lilin cuma satu, terus ada kucing Mbak Ningsih yang nongol tiba-tiba! Gue kira pocong, jadinya gue loncat, eh malah nginjek galon kosong.”

Mbak Ningsih manggut-manggut santai. “Emang kucing saya suka gitu. Nama dia Pocong.”

“APA?!” Doni, Salsa, dan Bowo kompak teriak.

“Iya,” jawab Mbak Ningsih kalem. “Soalnya bulunya putih semua, terus kalau loncat suka tiba-tiba. Kayak pocong. Lucu kan?”

“Lucu apanya, Mbak?! Tadi gue hampir mati ketakutan!” Bowo melotot.

Akhirnya mereka semua jalan bareng ke warung depan kos buat beli minuman botol. Jalan malam-malam rasanya adem, tapi Bowo tetap waspada setiap ada bayangan.

“Wo, tenang aja,” Doni nyeletuk. “Kalau ada pocong beneran, gue janji gue kabur duluan, baru lo nyusul.”

“Woi, jangan gitu dong! Gue nggak bisa kabur cepet, berat badan gue 80 kilo!” protes Bowo.

Salsa ngakak lagi, sampai memeggang perut. “Yaudah, kalau nanti ada pocong, biar gue yang rekam dulu, baru kabur. Biar kontennya viral.”

“SA! Lo tega banget! Jadiin gue konten lo?!” Bowo mau ngamuk, tapi malah keseleo gara-gara salah ngijek batu.

Sampai di warung, suasana jadi lebih santai. Mereka duduk sebentar di bangku kayu, sambil buka minuman dingin. Doni masih kepikiran sama omongan Salsa di ruang tamu tadi. Tentang “orang yang bisa bikin dia lupa kamera.”

Dia memberanikan diri untuk bertanya lagi. “Sa…”

Salsa melirik, sambil tersenyum tipis. “Ya?”

“Tadi, lo serius ngomong gitu?”

“Yang mana?”

“Yang soal kamera… soal orang yang bisa bikin lo lupa.”

Salsa menatap Doni sebentar, lalu pura-pura sibuk membuka botol minuman nya, “Hmm… mungkin. Tapi orangnya belum tentu ada di dunia nyata.”

Doni terdiam. Hatinya agak nyesek, tapi juga penasaran.

Bowo tiba-tiba nimbrung. “Weh, weh, weh! Lo berdua kenapa sih kok ngobrolnya kayak FTV gitu? Malem-malem, minun yang dingin-dingin terus tatap-tatapan, Jangan bikin gue jadi penonton ya!”

“Udah diem lo, Wo!” Doni dan Salsa kompak ngomel.

Dalam perjalanan pulang, tiba-tiba listrik kembali padam,  Jalanan menjadi gelap gulita.

“AAAAAAAA!!!” kali ini Bowo langsung pegangan ke tangan Doni.

“WOI! Lepasin! Lo cowok gede, jangan gandeng gue!!” Doni panik.

“Daripada gue digandeng pocong beneran gimana?!” Bowo nangis setengah mati.

Salsa nggak kuat menahan tawa, sampai air mata nya keluar. “Astaga, Wo. Kalau ada pocong, yakin deh pocongnya juga bakal males nyamperin lo soalnya ribet.”

Doni mendesis sambil nyari senter HP. “Gila, PLN ini bener-bener hobi bikin jumpscare. Kalau listrik mati terus, save-an game gue bisa korup, tau nggak?!”

Begitu mereka sampe ke kos, ternyata listrik nya udah nyala lagi. Mereka semua merasa lega, meskipin Doni agak kecewa karena momen gelap barusan hilang terlalu cepat.

Malam semakin larut. Salsa sibuk ngecek hasil rekaman di HP, Bowo ngunyah mie instan karena lapar, dan Doni duduk di teras, menikmati angin malam.

Tiba-tiba Salsa keluar dan duduk di sebelahnya. “Don.”

“Hm?”

“Makasih ya. Udah bikin suasana tadi jadi lebih Seru.”

“Lho? Bukannya gue malah bikin kalian semua jadi panik?” Doni merasa heran.

Salsa megeleng-geleng kan kepala. “Justru karena lo panik tapi Lo  tetep tenangin orang lain. Gue suka itu.”

Doni tercekat Jantungnya berdetak makin kenceng.

“Eh, tapi jangan GR ya.” Salsa cepat-cepat menambahkan, meski wajahnya samar-samar memerah.

Doni tersenyum kecil. “Nggak kok. Cuma, kalau tiap mati lampu bisa bikin lo ngomong gini sama gue, gue doain deh PLN sering-sering error aja.”

Salsa ngakak, terus langsung nyubit lengan Doni. “Dasar iseng!”

Sementara itu, dari balik jendela, Bowo mengintip sambil membawa mie setengah habis. “Wadu,, jangan-jangan gue bakal jadi saksi cinta mereka. Hadeh, kapan gue punya jodoh di kos ini? Apa jangan-jangan jodoh gue Mbak Ningsih ya?”

“APAAN LO, WO?!” suara Mbak Ningsih tiba-tiba muncul dari belakang, bikin Bowo hampir keselek mie.

“M-MBAK?! Saya bercanda!”

Mbak Ningsih tersenyum misterius. Hehe, siapa tahu beneran.”Di kos ini kan apa aja bisa kejadian.”

Bowo pucat pasi. Doni dan Salsa ngakak keras. Malam ini benar-benar ditutup dengan kekacauan khas kos 99% Waras.

Happy reading guyss,,,

Tolong koment ya, kalo ada kata atau alur yang gak nyambung,karena saya mash pemula....🤗🤗🤗🤗🤗

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!