Kenalkan namaku adalah Darius Kvaous aku merupakan seorang pemuda yang berusia sekitar 19 tahun, yang tidak memiliki pekerjaan setelah aku lulus sekolah, di karenakan terlalu sulit untuk mendapatkan pekerjaan karena berbagai kriteria yang tidak sesuai dengan aku.
Jadi aku pun memutuskan mencari alternatif lain untuk mendapatkan pekerjaan, mulai dari buruh pabrik kecil, hingga tukang sapu, penghasilan dari pekerjaan tersebut sisanya aku sisihkan untuk menabung jika ada keperluan yang mendadak.
Aku berasal dari keluarga yang biasa saja, orang tua ku bekerja sebagai serabutan dan berjualan kecil-kecilan, jadi untuk kebutuhan yang lain pun susah, untuk makan sehari-hari saja sudah cukup.
Aku bekerja banting tulang hanya untuk menaikkan derajat keluargaku yang beranggotakan 4 orang salah satunya adalah adik perempuan ku yang kini berusia 7 tahun yang sedang memasuki sekolah dasar.
Tahun demi tahun pun berlalu hingga aku pun sekarang berusia kurang lebih 25 tahun tanpa di sadari, waktu begitu cepat berlalu, kehidupannya keluargaku tidak ada perubahan masih seperti dulu.
Aku merasa sedih karena aku tidak berdaya melihat keadaannya, aku ingin mengutuk terhadap takdir, pemerintah, mengapa ia harus hidup begitu sengsara dan juga mengapa pemerintah tidak peduli terhadap kehidupan warganya yang susah, apakah negara ini sudah menjadi busuk?
Apa gunanya ia belajar hingga jenjang tinggi tetapi ujungnya ia sulit mendapatkan pekerjaan serta kriteria untuk mendapatkan pekerjaan saja terlihat aneh, entah itu dari penampilan, pengalaman, serta lainnya, yang dimana ia hampir tidak memenuhi semua kriteria tersebut.
Penampilan ia bisa di bilang biasa saja, badan kurus, mata panda serta memerah seperti zombie sudah seperti seorang yang tidak terurus, apa menariknya ia?
Aku sangat sedih setiap kali memikirkan, tapi aku tetap bertahan demi keluarga dan rela melakukan pekerjaan apapun demi sepeser uang.
********
Di saat Davius berumur 25 tahun ia sudah cukup memiliki tabungan yang niat awalnya ia akan membuka sebuah usaha tetapi ia belum terpikirkan usaha apa yang ingin di jalaninya.
Di saat ini sedang menuju perjalanan pulang ia sempat mampir ke warung internet ingin mencoba peruntungan kembali yaitu melamar pekerjaan, tapi tidak disangka ketika ia melakukan perjalan menuju warnet ada seseorang yang menawarkannya sesuatu.
"Hey nak tunggu sebentar"kata seorang sales.
"Ya apa ada yang bisa saya bantu?"
"Jadi begini, apakah kamu tertarik untuk bermain sebuah game?"
"Game?"kataku dengan bingung
"Ya sebuah game, jadi disini kita sedang mempromosikan sebuah game ber genre mmorpg tentang dunia yang penuh ke ajaiban"katanya dengan nada khidmat.
"Kamu tahu kan game mmorpg?"tanyanya.
"Ya aku tahu"
"Bagus Jika kamu tahu, akan lebih mudah untuk menjelaskan"katanya sambil mengeluarkan poster game tersebut.
"Jadi game tersebut bernama Lord Of Yvhaous dimana dalam game tersebut kita bisa memilih berbagai class dan saling berganti sesuai kondisi, nah yang lebih unik dari game tersebut adalah bahwa game ini menyediakan pasar tersendiri di dalamnya, jadi setiap pemain bisa membeli dan menjual sebuah item, yah bisa di bilang ini mungkin dunia kedua, kalian cukup mengumpulkan item dan menjualnya lalu kalian akan mendapatkan uang dengan mudah hanya modal bermain game"katanya sambil melanjutkan dengan asik.
"Oh satu lagi game ini begitu realistis karena sistem ia disini mandiri dan juga setiap npc bertindak mandiri, jika afinitas kita terhadap suatu npc baik ia akan memberikan berbagai misi dengan hadiah unik tergantung npc yang kalian dapatkan, ini harus mengandalkan keberuntungan, bagaimana nak apa kamu tertarik?"katanya sambil memiringkan kepalanya.
"uhh.."kataku dengan ragu.
"aihh nak jangan ragu, kesempatan tidak datang 2 kali, aku yakin kamu akan puas"dengan nada menggoda sambil tersenyum.
"Tapi apa yang aku butuhkan untuk bermain game tersebut?"katanya.
"Pertanyaan bagus nak"dengan wajah tersenyum serta bergembira.
Kemudian sales tersebut mulai menjelaskan kembali dengan asik, aku mendengarnya seperti orang bodoh.
"Yah kamu cukup memiliki komputer dengan spek minimum karena game ini masih open Beta, tetapi jika udah meluncur resmi mungkin di butuhkan spek medium, tapi tenang saja proses Beta tersebut berjalan selama 1 tahun jadi jika anda memiliki akses lebih awal anda akan memiliki keuntungan lebih banyak"
"Berapa harga game tersebut?"kataku dengan penasaran.
"Cukup murah hanya 30 dollar saja karena kamu pelanggan pertama dan aku akan memberikan mu sebuah diskon"
"Apa pelanggan pertama"kataku dengan kaget.
"Kenapa kamu begitu kaget nak?" dengan nada heran.
Darius menggelengkan kepalanya sambil berkata"Tidak apa, hanya saja apakah kamu tidak berbohong?"
"hahh aku berbohong? Tidak mungkin aku bersumpah atas agama yang aku percayai!"katanya dengan suara tegas sambil memasang ekspresi marah.
"Jika kamu tidak berbohong aku akan mencoba membelinya"
"Pilihan bagus nak, mari mari" kata sales tersebut sambil mengeluarkan sebuah flashdisk dari sakunya"ini nak kamu cukup tempatkan benda tersebut di komputer mu dan kamu cukup cari file bernama Forgotten Dreams dan di dalam file tersebut itu adalah game tersebut kamu cukup menginstal game tersebut lalu jalankan" katanya
"Terima kasih" kataku.
"Ya, ya, ngomong-ngomong mana pembayarannya"
"uhh tunggu sebentar"
laku aku mulai mengeluarkan dompet ku dari saku dan mengeluarkan uang dengan jumlah 30 dollar kemudian memberikannya kepada sales tersebut.
"Terima kasih banyak nak, semoga hari mu damai serta sukses selalu nak"kata pria tersebut sambil melambaikan tangannya lalu mulai berjalan pergi.
Aku menghela nafas ketika sales tersebut telah pergi, ia seperti tertekan karena sales itu yang terus mengoceh dan yang lebih anehnya ia merasa begitu tertarik dengan sales tersebut apalagi ketika ia secara tiba-tiba menjelaskan tentang fungsi game yang npc tersebut bisa memiliki pikiran tersendiri.
Entah itu benar atau tidak ia sangat tertarik secara aneh tanpa di sadari hingga membuatnya bingung.
"Apakah orang tersebut penipu dan ahli menghipnotis?"kataku dengan bingung.
Ya menipu atau tidaknya jawaban tersebut ada dalam flashdisk tersebut, mungkin nanti ia akan memeriksanya, yah kalau pun ia tertipu berarti ia sedang sial karena betapa bodohnya dirinya.
Aku pun menggelengkan kepala tidak ingin memikirkan hal tersebut, prioritas utamanya sekarang adalah pulang dan membeli beberapa bahan untuk memasak di rumah karena sebentar lagi akan menjelang malam.
Aku pun berjalan dengan terburu-buru mencari kios untuk berbelanja keperluan dapur serta membelikan adiknya sebuah es krim karena ia sudah berjanji tadi pagi bahwa sepulang ia kerja ia akan membelikannya sebuah es krim.
Di saat Darius bergegas jalan dengan buru-buru seorang sales yang menawarkan nya sebuah game tiba-tiba muncul entah dari mana menatap punggung Darius yang sedang bergegas.
"Nak mungkin ini takdir, juga mungkin kamu adalah orang yang di sebutkan itu"katanya sambil memancarkan aura yang misterius tetapi tidak mempengaruhi sekitar kemudian ia tersenyum lalu menghilang secara tiba-tiba.
Untuk chapter 1 sampai dsini dulu terima kasih sudah meluangkan untuk membaca novel saya
Setelah selesai berbelanja di sebuah kios untuk keperluan dapur Darius pun segera bergegas pulang sambil memeriksa saku celananya lalu ia mengambil sebuah ponsel yang tidak terlalu mewah sambil berjalan, tangan kanan memegang ponsel sedangkan tangan kiri memegang barang belanjaan yang tidak terlalu banyak.
Darius membuka ponsel untuk melihat jam, yang ternyata jam tersebut sudah menunjukan pukul 5 sore, hingga ia pun sempat kaget ternyata sudah semakin sore dan ia belum sampai rumah, jadi ia pun mempercepat perjalanan pulangnya dengan jalan kaki sambil memasukkan ponselnya kembali ke saku.
Jarak antara kios dan rumahnya bisa di bilang cukup jauh, jika berjalan kaki mungkin memakan waktu sekitar 20 menit itu pun ia harus jalan cepat dan jika menggunakan kendaraan mungkin lebih cepat sekitar 10 menit.
20 menit pun berlalu.
Hari sudah terasa semakin gelap, tapi akhirnya Darius pun sudah dekat dengan rumah, ia hanya perlu memasuki sebuah gang di depan, jalan raya semakin ramai ketika mendekati malam, lalu lalang kendaraan kesana kemari yang menemani Darius selama perjalanan yang di penuhi kesendirian.
Darius pun akhirnya memasuki gang, rumahnya tidak terlalu jauh dari dalam gang dan hanya perlu berjalan lurus, Darius berjalan lalu lalang kendaraan semakin sepi ketika ia semakin memasuki gang, langkah kakinya pun bisa terdengar bertempo sangat sepi, lampu-lampu hias dan perumahan sekitar perlahan menyala satu persatu berkelap kelip menerangi gelap sore hari, seperti ia sedang di sambut kedatangannya tetapi kenyataannya tidak.
Tak lama kemudian Darius pun sampai di depan rumahnya, rumah Darius terlihat sangat sederhana tidak ada istimewanya tidak cukup luas.
Tok tok Darius mengetuk pintu sambil berkata
"Bu Aku pulang"dengan suara pelan.
"Oh kamu sudah pulang nak"kata ibunya suara yang lembut terdengar dari dalam.
Aku pun langsung membuka pintuku dan bergegas masuk kedalam, di saat Darius memasuki rumah ia mencium aroma udara yang sangat familiar yang menghilangkan rasa lelah serta beban yang ia pikul, ya itu adalah rumah yang berisikan anggota keluarga yang damai, penuh kegembiraan serta senyuman walaupun ekonomi keluarga mereka pas-pasan, yang selama bertahun-tahun tidak ada perubahan.
Darius duduk sementara untuk melepaskan sepatunya lalu berjalan menuju ke arah dapur yang tidak jauh dari ruang tamu yang kecil tanpa meja atau kursi, hanya di temani alas, dan sebuah televisi kecil kembung, yang juga sekat untuk menuju dapur tidak ada pintu hanya di lapisi kain, hanya 2 buah kamar yang di lapisi pintu kayu, tidak aja jarak antara tempat tersebut yang jika keluar dari kamar akan langsung menghadap ke ruang tamu.
Darius membuka tirai kain yang menuju dapur, dan ia melihat ibunya yang sedang mengupas bawang lalu ia berkata
"Bu ini barang belanjaan yang sudah aku beli"
"Baik nak terima kasih, taruh saja di sebelah ibu"
Darius kemudian berjalan menuju ibunya lalu meletakkan barang belanjaan sambil melirik ibunya dan berkata"Boleh aku bantu Bu?"
"Ya silahkan"
Darius kemudian mengeluarkan barang belanjaan dan meletakkannya di luar satu persatu, lalu ia melihat sebuah kantung es krim pesanan adiknya Latina, Darius sempat lupa bahwa ada es krim dalam belanjaan tersebut, juga sepertinya es krim ini sudah sedikit meleleh.
"Bu tunggu sebentar, aku ingin mengantarkan es krim ke Latina, aku sempat lupa dan akhirnya es krim itu sedikit mencair"
Ibunya hanya bisa menghela nafas melihat kecerobohan Darius yang sudah menjadi kebiasaan sehari-hari.
"Ya adikmu mungkin ada di kamar sedang belajar"
Darius berbegas menuju kamar, ketika sampai Darius mengetuk pintu sambil berkata"dek pesanan yang kamu minta udah Kakak belikan tapi ini sedikit mencair"dengan nada suara yang semakin pelan.
Suara adiknya yang merdu dan lembut pun terdengar dari dalam.
"Oh kak sudah sampai, tidak apa mencair juga yang penting Kakak sudah membelikannya untukku"
Latina pun bergegas membuka pintu dari dalam hingga pandangannya saling bertemu.
Latina sekarang sudah berusia 13 tahun dan telah memasuki jengang SMP, ia sekarang sudah semakin cantik seiring dengan pertumbuhan, rambutnya panjang berwarna hitam, terikat rapih, mata biru indah seindah lautan lepas, jika terkena sinar matahari mata tersebut akan semakin indah untuk di lihat, bibir kecilnya yang imut, tinggi badannya hanya sebahu Darius, memakai pakaian sederhana, ia tersenyum kepada kakanya sambil mengambil kantung es krim sambil berkata.
"terima kasih kak"
"ya sama-sama, apa kamu sedang belajar"
"Ya aku sedang belajar sekaligus mengerjakan PR....ughh pusing sekali tahu kak"dengan wajah cemberut.
"Hmm, mau Kaka bantu?"
"Benarkah? Yay"dengan ekspresi bergembira sambil melompat dengan satu tangan ke atas.
Darius dan Latina pun mulai belajar bersama atau lebih tepatnya mengajari Latina. Kamar mereka berdua cukup berantakan dengan berbagai buku serta alat tulis berserakan di kasur lipat serta lantai.
Darius menggelengkan kepala ketika melihat kamar tersebut seperti kapal pecah cukup berantakan, kemudian ia pun mulai membereskannya sebelum memulai pembelajaran agar terlihat nyaman jika ruangan tertata rapih.
Setelah selesai membereskan ruangan Darius mulai berkata"Jadi pelajaran apa yang membuatku kesulitan?"
"Tunggu sebentar"katanya sambil mencari buku yang sudah tertata rapih.
"ini kak"Laila menunjukan buku tersebut pada Darius.
"Hmm Pelajaran sejarah ya?"sambil memegang dagu.
Lalu Darius pun mulai mengajari Latina dengan khidmat berbicara sesuatu, hingga sesi tanya jawab, tertawa, saling menjahili dalam keadaan belajar, yah bagaimanapun jika kita belajar terlalu serius itu tidak akan menyerap ke otak yang ada malah bertambah pusing dan kusut hingga lupa.
Setelah mengajari Latina berbagai pelajaran selama kurang lebih 30 menit dengan asik, saatnya makan malam pun tiba, jam menunjukan pukul 6 sore lebih, serta suara ibunya pun terdengar menyuruh mereka untuk datang.
"Darius, Laila kemari makan dulu"teriak ibunya.
"Ya Bu"jawab mereka berdua.
"Kamu duluan saja, aku yang akan merapikan tempat ini"kata Daris sambil melirik Latina yang sedang berbaring sudah menyelesaikannya PR terakhirnya.
"Oke kak, makasih"katanya lalu mulai berdiri dan bergegas keluar.
Darius pun memulai pekerjaannya yaitu merapikan kamar mereka berdua, selesai merapikan kamar ia pun mulai menuju ruang tamu untuk makan bersama.
Ibunya dan Latina sudah menunggu di lantai dengan di kelilingi oleh makanan sederhana, mereka tidak memulai makan duluan di karenakan mereka lebih menikmati makan bersama menambah kenikmatan, yah ini sudah menjadi tradisi keluarga kecil ini.
Darius tersenyum kepada mereka berdua, kemudian ia mulai duduk di samping Latina, terdiam selama beberapa detik sebelum ia berkata"Bu, ayah tidak akan datang"katanya dengan bingung.
"Ya katanya ayah akan pulang sedikit larut malam, jadi sekarang hanya kita ber 3, jadi kalian tidak perlu menunggu ayah dan mari kita makan"katanya dengan nada menjelaskan.
Darius hanya bisa terdiam ketika mendengar penjelasan ibunya.
Keluarga Kecil mereka terlihat begitu sangat bahagia dengan makanan malam yang sederhana tapi bagi mereka itu adalah sebuah kemewahan, karena kemewahan tidak hanya di ukur oleh suatu benda, tetapi sebuah keluarga yang lengkap dan bahagia termasuk kemewahan yang luar biasa sebab tidak semua orang bisa seperti keluarga Darius, walaupun hidup sederhana tetapi tidak ada keluhan dan mereka selalu kompak untuk saling mendukung.
Selama prosesi makan mereka terkadang mengobrol, bencanda, untuk memeriahkan suasana rumah.
10 menit pun berlalu sekejap mata.
Mereka akhirnya menyelesaikan makan malam, dan juga Darius pun mulai membereskan bekas makan mereka di bantu oleh adiknya Latina, untuk sisa makanan mereka biasanya akan di taruh di dalam rak untuk keesokan paginya di panaskan kembali, sangat di sayangkan jika di buang, apalagi dengan keadaan ekonomi mereka.
Selesai mencuci piring Darius kembali ke ruang tamu untuk berkumpul bersama, Latina sudah ada disana terlebih dahulu setelah menaruh makanan sisa, juga Darius ingin membicarakan sesuatu kepada ibunya.
Latina serta ibunya sedang menonton acara televisi walaupun layarnya kecil, kualitasnya cukup jernih untuk seukuran televisi kuno, Darius pun ikut menonton acara bersama mereka selama 1 episode atau setara 25 menit—
Sebelum Darius bertanya kepada ibunya bersebelahan.
"Bu aku ingin membicarakan sesuatu"katanya sambil menatap ibunya.
"Apa itu?"
"Jadi gini, Aku ingin membuka usaha, tapi mungkin ini terdengar aneh bagi ibu"
"Aneh gimana?"dengan nada penasaran.
Darius pun menceritakan kejadian ia saat bertemu sales tersebut.
"Jadi bagaimana Bu"katanya setelah menceritakan hal tersebut.
"Ya aku tidak terlalu mengerti tentang hal begitu, bagaimana pun itu terserah kamu, kamu yang ingin menjalankan, tapi ingat kamu tidak boleh menyesal ketika tidak sesuai yang kamu inginkan, dan tentang orang itu ibu pikir ia tidak menipu, ini menurut insting ibu, tapi lebih baik kamu periksa dulu di warung internet sebelum mencoba"
Jelas Darius sempat ragu ketika mendengarkan penjelasan ibunya, usaha seperti ini tidak terlalu meyakinkan, tapi ia sangat penasaran ingin mencoba, Jika memang tidak menghasilkan berarti ia sedang sial dan juga ia harus bekerja lebih keras lagi, kemungkinan juga ia akan gagal untuk mencapai cita-citanya yaitu menaikkan derajat keluarganya.
"Terima kasih Bu, mungkin aku akan mencobanya, yah doakan saja ini mungkin menjadi titik balik"katanya dengan nada serius.
"Ya nak ibu doakan"katanya sambil memegang tanganku.
Latina hanya mendengarkan percakapan kami, tidak ikut serta berbicara dan hanya menoleh sesekali, ia tahu bahwa ini merupakan percakapan yang penting, walaupun Latina masih berumur 13 tahun tapi pikirannya sudah melebihi anak 13 tahun.
Kami pun melanjutkan untuk menonton acara televisi selama 2 jam penuh hingga terdengar suara ketukan pintu dari luar, kemudian pintu pun terbuka, yang ternyata sosok yang di balik pintu itu adalah ayah mereka yang baru selesai pulang bekerja, dengan pakaian lusuh memakai topi proyek, dengan tubuh yang kotor, ayahnya tersenyum kepada keluarga kecil itu sambil berkata.
"Aku pulang"dengan nada lelah.
Mereka yang sedang asik menonton seketika menoleh ke sosok ayahnya di saat membuka pintu serta memberikan salam.
Riska sang istri nya menjawab salam suaminya yang baru saja pulang.
"Selamat datang sayang, bagaimana pekerjaan mu?"
"haihh, yah sangat melelahkan karena ada proyek mendadak sekarang jadi mungkin aku akan bekerja lebih keras dan juga mungkin aku kedepannya akan sering pulang telat"berkata sambil menghela nafas dengan nada lelah.
"yah mari lupakan pembicaraan berat ini untuk sementara, kamu pasti lelah, lebih baik kamu istirahat dan sarapan terlebih dahulu, aku sudah menyisihkan untukmu"sambil tersenyum ke arah suaminya.
Riska pun mulai membantu suaminya yang baru saja pulang kerja, entah itu menyiapkan pakaian dan juga makanan selagi sang suami bergegas menuju dapur untuk ke kamar mandi.
*******
Begitulah hari berlalu dengan cepat, hingga keesokan paginya.
Pagi hari ini terasa berasa sangat berbeda bagi Darius, karena ini akan menjadi titik awal ia akan berkarir menjadi seorang petani game, yang merupakan salah satu tantangan karena ini adalah pertama kalinya ia mencoba, entah masa depan yang ia tuju akan seperti apa, bagaimana jika ini berakhir ke gagalan? Darius tidak terlalu memikirkan kegagalan, yah jika memang ia ternyata gagal ia akan melakukan pekerjaan fisik kembali lebih giat dari sebelumnya.
Darius bangun dari tidurnya, ia kemudian melirik ponselnya untuk melihat waktu dan mulai mengambilnya di sampingnya lalu mulai menyalakan ponsel tersebut.
Di layar ponsel itu menandakan pukul 6.30 hari, hari Minggu, tanggal 25, September, 2022.
Selesai melihat ponsel Darius menaruhnya kembali kemudian mulai berdiri sambil menggosok matanya dengan menguap dan meregangkan badanya.
Darius melihat adiknya di sebelah yang masih tertidur lelap, ia perlahan mulai berjalan dan melangkahinya dengan hati-hati tidak ingin membangunkan adiknya, lalu Darius berjalan menuju ke arah pintu, membuka pintu dengan pelan yang sudah seperti seorang maling yang handal.
Setelah keluar dari kamar ia langsung menuju kamar mandi dengan langkah lesu, ia melihat ibunya sedang memasak sesuatu tapi ibunya memasak bukan untuk sarapan malahan ia memasak untuk berjualan, ya pekerjaan ibunya setiap pagi berjualan makanan keliling setiap pagi hingga pukul 11 siang, ini merupakan siklus berulang, untuk siang hari ibunya akan melakukan pekerjaan apapun seperti mencuci pakaian tentangga, mengurus rumah tetangga dan lainnya.
"Oh Darius kamu sudah bangun"kata ibunya sambil melirik Darius saat membuka tirai.
"hmm, hoamm"sambil melirik ibuku dengan wajah mengantuk sambil menguap.
"Untuk sarapan, di depan sudah ibu siapkan"katanya sambil memasak.
"Oke"kataku sambil berjalan menuju kamar mandi.
Sesampainya di kamar mandi ia mulai menyalakan keran ke sebuah ember ukuran besar, ia mulai mencuci muka menggunakan gayung untuk mengambil air di dalam ember.
Selesai mencuci muka Darius mulai membantu ibunya untuk menyiapkan barang dagangan ke dalam keranjang, ibunya berjualan makanan seperti ikan, sayuran, nasi serta yang lain untuk di jajahkan kepada orang lain yang malas memasak atau menawarkannya kepada para pekerja yang tidak sempat sarapan.
Biasanya Ibunya berjualan di sekitar tempat kios atau pabrik di seberang luar gang mereka, ada yang jaraknya dekat dan juga jauh, jika dagangan Riska masih tersisa banyak biasanya ia akan berkeliling sedikit jauh dengan berjalan kaki dan membawa keranjang yang cukup berat.
Terkadang Darius membantu membawa dagangan ke suatu tempat yang se arah sambil menuju ke tempat kerja, tetapi memang daerah yang menuju ke tempat kerja Davi penuh dengan orang lalu lalang, jadi di area tersebut tempat yang sangat krusial untuk menetap walaupun tidak setiap hari, hanya sekitar seminggu 2 atau 3 kali, karena jika terlalu sering pelanggan akan merasa bosan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!