NovelToon NovelToon

Tiba-Tiba Hamil Dan Menjadi Ibu Susu Anak CEO Arogan

Ratu Jalanan Kok Dilawan

"Adiva, aku mencintaimu. Maukah kamu menjadi kekasihku?" Ucap Bagas Dewantara. Seorang remaja yang juga teman sekolah Adiva saat masih SMA. Tapi baru beberapa bulan ini mereka lulus, dan sedang menunggu pengumuman UTBK SNBT seminggu lagi.

"Kamu ini serakah sekali Bagas, sudah punya Molly yang bertubuh sexy masih menginginkanku yang tomboy."

Adiva Arsyila Savina tergelak mendengar pernyataan cinta yang menurutnya hanya omong kosong seperti cangkang keong.

"Molly hanya sebatas teman tidur, sedangkan cintaku hanya untukmu Adiva. Percayalah, aku akan menjaga kesetiaanku setelah kamu mau menerima cintaku." Ucap pemuda berparas sangat rupawan, tapi tidak dengan tingkah lakunya. Cassanova sejati sejak masuk SMA.

"Dan kamu pikir aku mau dengan ampas sepertimu." Ucap Adiva.

"Masak iya, aku masih perawan ting ting dapatnya ular kadarluarsa. Sudahlah Bagas, noh lihat jalang mu sudah menunggu di kamar." Usai mengatakan kalimat sarkas itu Adiva meninggalkan Bagas yang emosi.

"Aku pasti bisa mendapatkanmu, Adiva. Rasanya sudah tidak sabar memasukimu."

Adiva Arsyila Savina, gadis cantik bertubuh tinggi semampai berusia 18 tahun adalah seorang ratu jalanan. Putri tunggal pasangan pembalap yang sudah meninggal karena kecelakaan saat sedang bertanding di sirkuit Internasional. Jiwa balapan sudah mendarah daging, hingga Adiva tidak pernah mengalami kekalahan sejak dia terjun dunia balap beberapa tahun yang lalu.

"Huff... Rasanya sudah tidak sabar menunggu pengumuman, semoga saja keterima. Karena aku harus bisa mewujudkan mimpi Ayah dan bunda untuk menjadi seorang arsitek dan pelukis." Gumam Adiva di tengah teriknya sinar matahari siang hari ini.

Bruummm

Bruummm

Bruummm

Tidak lama kemudian, Adiva sampai ke rumahnya. Hidup bersama dengan dua pekerja.

"Bik... Bibik... Tolong buatkan steak ayam ya. Aku lapar." Ucapnya.

"Loh kok Non Diva sudah pulang, katanya mau ke galeri?" Tanya Bik Nunik pembantu rumahnya.

"Gak jadi, malas banget tadi ketemu Bagas di jalanan yang menuju Galeri milik Paman Haikal."

"Ya sudah, lebih baik kalau mau ke Galeri minta antar..."

"Ogah banget aku pergi bareng suami Bibik yang kalau mengendarai mobil mirip siput." Ucap Adiva.

"Maklum Non, namanya juga orang tua." Sahut Mang Karto yang masuk rumah lewat pintu belakang. Sambil membawa ember dan lap.

"Mau cuci mobil ya Mang, tolong cucikan motor sportku juga. Nanti malam aku mau balap."

"Iya Non, siap laksanakan tugas." Ucap Mang Karto dengan tangan di pelipis seperti orang hormat.

Setelah selesai makan makanan favoritnya, Adiva langsung masuk ke kamarnya. Kamar bernuansa warna ungu itu terasa dingin saat Adiva memasukinya. Hingga ingatan Adiva tertuju pada sebuah novel yang dia temukan tergeletak di bawah pohon kamboja.

Jalanan menuju ke arah galeri lukis milik pamannya yang bernama Haikal Idris yang tidak lain adalah kakak laki-laki bundanya. Harus melewati satu kuburan kembar, yang terdapat banyak pohon kamboja. Saat melewatinya tadi siang, tidak sengaja Adiva melihat buku itu. Karena merasa penasaran, Adiva pun mengambilnya untuk jadi bahan bacaan.

Beruntung saat bertemu Bagas, buku itu sudah dia masukkan tas. Kalau terlihat pasti akan jadi ledekan, karena selama ini Adiva jarang sekali terlihat memegang buku. Jangankan buku novel, buku-buku pelajaran saja Adiva malas membacanya. Tapi herannya, nilai ujiannya tinggi. Dan itu hasil pemikirannya sendiri. Otak IQ tinggi memang begitu.

Tidak perlu belajar setiap hari, sekali diberi penjelasan otaknya langsung menangkap pembelajaran dengan dengan sempurna.

"Novel tentang rumah tangga, kirain tadi tuh novel kisah remaja. Tapi kenapa covernya menyeramkan sekali." Gumam Adiva membolak balikkan buku yang bercover warna ungu tua, dengan gambar wanita hamil yang menggantungkan kepalanya di pohon kamboja.

Adiva penasaran, sehingga dia membaca isi novel itu secara acak.

"Cckkk.. Ini yang dinamakan cinta buta, lebih tepatnya go blok. Mau saja dijadikan istri kedua dan dituntut hamil secepat mungkin. Karena bayi dari istri pertama suaminya butuh ASI dan juga darah tali plasenta dari bayi yang dilahirkannya nanti." Ucap Adiva.

"Jadi, anak dari istri pertama suaminya sedang sakit kanker darah. Astaga... Ini sih namanya kejam. Siapa sih yang nulis novel ini, mengerikan sekali nasib protagonisnya. Dan kenapa juga namanya harus Adiva Sabiya, mirip seperti namaku. Lagian, kenapa ini cewek lemah banget, sudah tahu madunya manipulatif lawan kek atau getok kepalanya.

"Ini malah diam mulu dijahatin. Dasar nenek sihir, tidak tahu terima kasih. Pura-pura sakit-sakitan supaya bisa lepas dari tanggung jawab memberi ASI anaknya. Padahal mah dia monster menakutkan. Dan bodohnya si suami ini cuma bersikap dingin dan arogan terhadap istri keduanya karena hasutan. CEO kok go bloknya kebangetan."

Usai ngomel-ngomel tidak jelas, Adiva melemper novel yang tidak sepenuhnya dia baca itu ke bak sampah di pojok kamarnya.

Ting

Suara pesan masuk, Adiva langsung membuka ponsel dan membacanya.

[Datang ke sirkuit malam ini, jika kamu menang aku akan berhenti mengejarmu. Tapi jika kalah, bersiaplah mendesah di bawah kungkunganku]

Pesan menjijikkan itu dari Bagas. Membuat Adiva langsung saja membalasnya.

[Siapa takut] Tulis Adiva dengan emot batu di belakang kalimatnya.

Padahal hari ini malam Jum'at Kliwon bertepatan dengan bulan purnama, katanya banyak hantu berkeliaran.

"Kok aku jadi merinding ya, apa benar kalau mal jum banyak arwah gentayangan." Gumam Adiva.

Karena ingin mempersiapkan untuk balapan, Adiva urung tidur malam ini. Dia menuju garasi dan melihat motornya yang tadi dia suruh cuci kok malah masih kotor. Sedangkan hari sudah bertambah gelap, tidak mungkin untuk mencucinya ulang. Lalu, Adiva melihat motor sport lama milik almarhum orang tuanya.

"Aku pakai motor ini saja."

Setelah memeriksa bensin, ban, mesin dan lainnya dalam keadaan baik. Adiva pun masuk ke kamarnya. Bersiap untuk segera pergi balapan. Tanpa tahu, ada sesosok hitam sedang mengutak-utik motor itu.

"Kamu pasti akan mati, Adiva." Seringai jahat terlihat sosok itu. Setelah itu dia melompat pagar dan pergi meninggalkan rumah Adiva.

Bruummm

Bruummm

Bruummm

Suara kenalpot motor saling bersahutan di sirkuit.

Adiva yang biasanya berkostum hitam, entah mengapa ingin memakai ungu. Warna dan model pakaian Adiva mirip dengan cover novel yang kini hilang entah ke mana.

Suasana malam ini di sirkuit nampak mencekam tidak seperti biasanya. Berkabut, dan terasa lebih dingin.

"Kamu pasti kalah dan bersiaplah mendesah di bawah kungkunganku, Adiva." Teriak Bagas Dewantara, yang semakin terobsesi memiliki tubuh indah Adiva.

"Sampai mati pun, aku tidak mau kamu jadikan pelampiasan nafsumu."

"Aahhh...."

Tiba-tiba roda ban motor sport milik almarhum orang tua Adiva tergelincir. Sialnya rem blong membuat motor hilang kendali.

Motor Adiva menabrak pembatas jalan kemudian terseret beberapa meter hingga akhirnya jatuh ke dalam jurang.

Bruukkk...

Duarrr...

Kepulan asap membumbung ke langit, membuat sesak nafas.

"Aduh... Sialan dadaku sakit." Ucap Adiva merasakan nafasnya tersenggal-senggal.

Braakkk...

Pintu kamar terbuka kasar, seorang pria berwajah dingin muncul. Tanpa kata menggendong tubuh Adiva.

"Sudahi dramamu, jangan bertingkah yang akan membahayakan bayi dalam kandunganmu Adiva Sabiya. " Ucap Arsenio Davidson.

"Aku, kok tiba-tiba hamil?" Gumam Adiva tapi terdengar Arsenio.

"Apa kebakaran yang kamu buat membuat otakmu ikut terbakar Adiva? Kamu hamil tentu saja karena kamu punya suami yang menghamilimu." Ucap Arsenio datar tanpa ekspresi.

Langkah tegap Arsen keluar kamar yang terletak di paviliun belakang.

"Arsen..." Seorang wanita berlari menghampiri kemudian melirik sinis arah Adiva.

"Arsen... Lolly menangis sejak tadi, sepertinya dia kelaparan." Ucap wanita bernama Selly Gresilia dengan lemah.

"Turun, dan cepat susui Lolly. Jangan sampai putri kami sakit karena kamu telat memberikan ASI."

Adiva mencerna keadaan, menatap sekeliling. Harusnya dia sudah mati bukan. Tidak mungkin manusia selamat setelah terjatuh dari jurang yang curam.

"Tapi, di mana ini. Seperti latar Novel yang ku baca. Sialan jangan-jangan aku berada di dunia Novel. Mana sekarang jiwaku masuk ke dalam raga wanita hamil yang bodoh itu."

"Aku tidak mau, mana ada Ratu Jalanan lemah mudah ditindas." Gumam Adiva pada dirinya sendiri.

"Aku memberi ASI anak dia? Yang benar saja, aku ini baru juga hamil tapi sudah diperah seperti sapi penghasil susu. Kenapa bukan kamu saja yang menyusuinya, dia anakmu bukan?" Ucap Adiva yang sudah mengerti alurnya.

Melawan Nenek Gayung

PLAK

"Berani sekali kamu bicara seperti itu di hadapanku, Adiva." Suara tamparan keras ditambah suara Arsen yang berbicara nada tinggi, membuat Adiva berjingkat kaget seper sekian detik tidak sampai sedetik.

PLAK

PLAK

"Siapa kamu lancang sekali menamparku." Adiva balas berteriak sambil mengembalikan tamparan dua kali lipat. Bukankah Adiva sangat dermawan.

"Ka... Kamu...?" Arsenio terkejut sungguh, pria arogan itu tidak percaya. Jika istri keduanya yang biasanya lemah dan hanya bisa menangis, kini berbalik melawan dan menamparnya.

"Jangan pernah mengangkat tangan kotormu itu ke wajahku, karena aku pasti akan membalasnya." Ucap Adiva, kemudian berjalan angkuh masuk rumah.

"Arsen... Kamu tidak apa-apa?"

Suara Selly membuyarkan keterkejutan Arsen. Bukannya menjawab pertanyaan istri tercintanya, justru Arsen pergi mengikuti Adiva.

Setelah Arsen tidak terlihat, Selly mengepalkan kedua tangannya hingga memutih. Bahkan saking kuatnya kepalan membuat kuku-kuku panjangnya menancap di telapak tangannya sendiri hingga berdarah.

"Kurang ajar si Adiva ini, rupanya dia masih belum jera."

"Aku harus mencari cara baru untuk menyingkirkan Adiva dari sini. Menyesal aku mengijinkan Arsen menikahinya, kalau bukan karena Lolly membutuhkannya. Tidak sudi aku berbagi suami." Ucap Selly yang sebenarnya monster, tapi berlagak seperti wanita lemah.

"Adiva... Adiva..." Teriak Arsen memanggil istri keduanya yang ternyata tengah berlari menaiki tangga menuju kamarnya.

Adiva lupa jika dia bukan lagi tubuh gadis 18 tahun. Tapi seorang wanita hamil yang entah sudah berapa bulan kandungannya. Yang jelas, Adiva merasa perutnya sangat besar dan terasa berat.

Saat tiba di ujung tangga paling atas, kaki Adiva tersandung ujung tangga dan hampir saja oleng jika Arsen tidak menahannya.

"Apa maksud kamu berlarian begitu? Kamu lupa jika sedang hamil? Bisa-bisanya kamu ingin membahayakan nyawa bayi di dalam rahimmu." Omel Arsen terdengar begitu khawatir. Tapi yang sebenarnya, Arsen hanya mengkhawatirkan obat untuk bayinya Selly.

Adiva tidak menjawab semua pertanyaan Arsen, justru dia masuk ke salah satu kamar berukuran besar.

Tanpa peduli kamar milik siapa, Adiva naik ke atas kasur yang besar dan sangat empuk.

"Nyamannya..." Ucap Adiva kemudian terlelap.

Entah dirinya yang mengantuk atau karena tubuh hamilnya yang lelah. Yang jelas, Adiva tidur dengan nyenyak hanya dalam hitungan menit.

"Adiva..." Suara Arsen tertahan rendah. Sedangkan Selly membulatkan bola matanya.

Selly sebenarnya ingin mengamuk detik itu juga, tapi dia tahan karena dirinya harus terlihat lemah.

"Arsen, kenapa kamu membiarkan Adiva tidur di ranjang kita?" Tanyanya.

"Sudahlah, biarkan dia tidur sebentar. Lagipula kamarnya di pavilion terbakar dan belum ada yang membersihkannya."

"Lalu aku tidur di mana?" Tanya Selly pura-pura sedih.

"Di rumah ini ada 5 kamar, kamu tinggal mau pilih yang mana." Ucap datar Arsen.

"Tapi aku tidak terbiasa di tempat baru, dan lagi kamar lain ukurannya lebih kecil." Jawabnya.

"Terserah kamu Selly, aku pusing. Sekarang aku mau lihat Lolly." Ucap Arsen meninggalkan Selly yang menatap permusuhan Adiva yang terlelap.

Akhirnya mau tidak mau, Selly pergi menuju ke kamar tamu. Di sana Selly tidak henti-hentinya menggerutu dam mengumpat kasar.

"Adiva kenapa terlihat berbeda sekali. Biasanya dia tidak berani menatapku, tapi tadi dia bahkan berani menampar Arsen sampai dua kali. Aku tidak boleh lengah, Adiva harus segera tersingkir." Gumam Selly.

Sementara itu di dalam tidurnya, Adiva seperti berada di tempat lain yang terasa sangat asing. Sebuah tempat yang penuh dengan pohon kamboja asli dari Bali. Tapi, bukan tempat pemakaman umum. Lebih tepatnya sebuah kuburan keluarga.

"Adiva... Senang berjumpa denganmu." Ucap seorang wanita berpakaian serba putih, tapi wajahnya terlihat sangat menyedihkan.

"Kamu siapa? Dan kenapa aku ada di tempat seperti ini." Tanya jiwa Adiva ratu jalanan.

"Namaku Adiva, sama seperti namamu. Aku adalah istri kedua yang kehadirannya hanya karena kebutuhan mereka. Saat ini jiwaku telah mati karena insiden kebakaran yang sengaja dilakukan Selly tanpa sepengetahuan Arsen. Kamu harus mencari bukti itu."

"Dalam rahim yang ada pada raga yang kamu tempati, ada dua janin berusia 3 bulan. Makanya perutmu itu terlihat berukuran lebih besar dari usia sebenarnya. Tidak ada yang tahu karena aku merahasiakan kehamilan kembarku dari siapa pun, termasuk suamiku sendiri. Karena aku kecewa dengan Arsen, pria itu telah berani menipuku."

"Arsen datang padaku secara langsung. Memintaku menikah dengannya karena bayi bernama Lolly butuh ibu susu. Yang ku pikir istri pertama Arsen sudah meninggal dunia setelah melahirkan Lolly 4 bulan lalu. Sebelumnya, aku ditempatkan Arsen di apartemennya. Dan Lolly tinggal bersamaku. Hingga setelah ketahuan aku hamil, aku diboyong di rumah ini."

"Arsen mengatakan jika bayi yang ada dalam kandunganku nanti adalah obat untuk penyakit mematikan Lolly. Bayi itu menderita kanker darah yang hanya bisa bertahan hidup maksimal sampai usia 1 tahun. Jika Lolly tidak segera diberikan Transplantasi Sel Punca, yakni donor darah tali pusat dari bayi yang akan aku lahirkan nanti."

"Itulah alasan saat awal pernikahan, aku ditempatkan di sebuah apartemen. Supaya Arsen bisa meng gagahi ku, setiap hari sepanjang waktu. Tanpa harus menyakiti hati Selly. Dan benar saja satu bulan kemudian aku langsung bisa hamil. Setelah itu aku di bawa Arsen pulang yang aku pikir dia memang perhatian dengan kehamilanku."

"Ternyata pikiranku yang terlalu jauh. Aku justru diberi kamar kecil di paviliun yang tidak layak. Selama di sini sikap Arsen kepadaku semakin dingin dan arogan. Hanya karena aduan dari Selly, Arsen tidak segan memberiku hukuman. Apalagi jika Selly memainkan dramanya menjadi istri yang lemah dan tertindas olehku sebagai istri kedua."

"Arsen tidak pernah mendengarkan aku, dia lebih percaya Selly meskipun kebenaran ada di depan mata. Jadi, tolong balaskan dendamku pada mereka semua termasuk Ibu mertuaku. Tapi, Lolly tetap berikan ASI. Karena bayi itu tidak bersalah, dia hanya bayi yang dimanfaatkan. Aku pergi dulu, jaga kedua anakku dengan baik. Terima kasih."

"Tunggu... Yah dia sudah menghilang. Padahal aku masih ingin bertanya siapa saja yang sudah melukainya. Selain pasangan laknat dan ibunya. Apa para pembantunya juga seperti kisah kebanyakan novel rumah tangga." Gumam Adiva dalam mimpinya sendiri.

Tapi saat masih ingin lanjut tidur, tiba-tiba tubuhnya basah kuyup karena diguyur nenek gayung.

Byuurrr...

"Enak sekali ya kamu tidur-tiduran dengan santai di atas ranjang milik menantu kesayanganku." Ucap wanita tua yang Adiva duga dialah Ibu mertua kejamnya.

Adiva terbangun, jika dulu tubuhnya akan bergetar hebat karena ketakutan. Justru sekarang Adiva menatap nyalang.

"Dasar Ibu mertua bodoh, kalau sudah basah begini bagaimana ceritanya."

"Aku tidak mau tahu, ranjang basah ini harus disingkirkan dan diganti dengan ranjang yang baru." Ucap Adiva sambil melipat tangannya.

"Kamu sudah mulai berani ngelunjak." Teriak Ibu mertuanya yang bernama Nyonya Yunia, tapi menurut pandangan Adiva sangat mirip nenek gayung.

"Ya kalau mau, kalau tidak ya gampang saja sih buatku."

"Mumpung kandunganku baru 3 bulan, tinggal buat jus nanas 10 kg pasti meninggoy tuh janin. Dan aku juga berhenti ngasih ASI buat bayi penyakitan itu. Impas kan jika semua mati." Ucap Adiva dengan senyum mengejek.

"Berani kamu lakukan itu, maka aku tidak segan menyakiti keluargamu." Ucap Nyonya Yunia seolah mengancam.

"Sakiti saja, toh pada akhirnya kita semua yang ikut tersakiti. Jika aku keguguran, kalian tidak akan punya obat untuk Lolly. Mau cari istri yang ketiga? Yakin dia bisa langsung hamil? Sedangkan umur Lolly menurut perkiraan Dokter hanya 8 bulan lagi. Sedangkan aku tinggal 6 bulan lagi sudah akan melahirkan. Bagaimana?"

"Pilihan ada di tangan Anda, Nyonya Yunia." Adiva tersenyum mengejek.

"Yang aku herankan dari kalian semua, kenapa bisa go blok. Mau saja ditipu wanita itu. Sekarang aku tanya padamu, kenapa kamu ingin membakarku hidup-hidup? Sedangkan seharusnya kamu melindungi obat untuk anakmu yang penyakitan itu? Apa kamu tidak menyayangi Lolly?"

"Bicara apa kamu, kenapa harus memfitnahku." Ucap Selly menjalankan sandiwaranya.

Prookkk

Prookkk

Prookkk

"Istri pertama yang teraniaya, begitukah judul ceritanya? Dan suami CEO yang bodoh. Tapi, sudahlah aku sudah muak. Yang penting ganti kasurnya, sekarang juga atau aku bakar seluruh isi rumah bak neraka ini." Ucap Adiva tidak main-main.

Menjadi Penguasa Rumah

Berdiri di ambang pintu, dengan pakaian casual ala ratu jalanan. Adiva memantau para pekerja yang sedang merenovasi kamar sesuai keinginannya. Jangan tanyakan bagaimana rupa Selly saat ini, kalian bayangkan saja kain lusuh yang dipakai lap. Bahasa jawanya 'koyok gombal amoh.' Adiva menahan tawa, sadar jika tertawa ngakak membuat kram perut.

Kamar yang semula nuansa hijau sekarang berubah menjadi ungu tua. Lemari kayu milik Selly disingkirkan, bahkan seluruh pakaiannya dibuang Adiva. Meja rias full skin care sudah teronggok di lantai dasar. Setelah sebelumnya Adiva gulingkan dari tangga, membuat semua barang berhamburan.

Apakah ada yang protes? Harusnya ada, tapi mereka tidak berani.

Kamar berukuran paling luas yang ada di rumah dua lantai, sudah diklaim menjadi milik Adiva selama dia mengandung anak Arsenio. Terserah nanti akhirnya akan bagaimana, Adiva malas untuk memikirkannya sekarang. Urusan setelah melahirkan, akan dia pikirkan nanti jika sudah mendekati. Saat ini yang lebih penting adalah mencari bukti kejahatan Selly.

"Adiva, aku tidak percaya kamu bisa bertindak kejam seperti itu. Kamar ini sudah menjadi milikku sebelum kamu datang menjadi maduku. Tapi, sekarang dengan seenaknya kamu kuasai seolah kamu adalah penguasanya." Ucap Selly menahan amarah yang sudah membakar sebagian harga dirinya. Selly menganggap Adiva telah menginjak harga dirinya sebagai istri pertama.

Yang sebenarnya Selly diobral pun tidak akan ada yang mau beli. Siapa pria go blok yang mau menampung wanita manipulatif kecuali satu orang yakni Arsenio.

"Saat suamimu mengajakku menikah dan menggauliku sepanjang hari tanpa henti, sejak hari itu aku sudah menguasai seluruh hati dan pikirannya. Tapi dia masih buta saja."

"Apakah setelah kamu melahirkan, sampai hari ini kamu sudah disentuhnya? Aku yakin, jawabannya pasti belum. Karena tanpa kamu tahu, Arsen selalu mendatangiku di paviliun setiap malam hampir 3 bulan lamanya. Oh... Indahnya jadi istri kedua." Ucap Adiva sambil mengelus perut buncitnya yang tertutup kaos longgar.

"Kurang ajar, dasar pelakor..."

PLAK

"Auuhhh..." Kenapa kamu malah menamparku?" Ucap Selly menatap sengit Adiva.

"Jangan pernah menyebutku sebagai pelakor, karena di sini kalian semua yang salah karena sudah menipuku. Andai suamimu tidak datang padaku dan tidak merayuku serta mengelabuiku. Aku tidak mungkin terjerat perangkapnya. Salahkan dirimu sendiri yang egois. Punya anak, gak mau menyusui."

"Lagian kamu itu aneh, Selly. Toko susu banyak, tapi justru mencari Ibu susu. Maksudnya apa? Jadi, jika masih ingin aku memberikan ASI pada anakmu itu. Jangan pernah macam-macam padaku. Sekarang, keluar dari dalam kamarku. Aku mau istirahat sebelum nanti malam harus melayani nafsu suamimu. Itupun jika aku masih sudi."

Braakkk

"Hahaha... Rasakan kamu, dasar wanita gak guna, manipulatif." Gumamnya.

"Aahhh..." Tiba-tiba perut Adiva kram, membuat dia bermandikan keringat karena menahan rasa yang menyakitkan. Susah payah Adiva berjalan untuk sampai ke ranjang ingin istirahat.

"Sialan ini perut, tidak boleh lelah sedikit udah mau meletus saja rasanya." Gumamnya menahan sakit.

"Bayi... Kalian tidur ya sekarang. Maafkan aku yang terlalu semangat. Sampai lupa ada kalian berdua. Apa sekarang mau tidur atau mau makan?" Ucapnya pada perutnya yang membulat membuat Adiva gemas.

"Bagaimana jika kita tidur dulu, setelah itu baru makan malam. Terserah kalian mau makan apa, tinggal ngomong pasti aku penuhi."

Sementara itu di ruang keluarga, suasana mendadak memanas setelah mendengar pengaduan dari Selly. Tentu saja pengakuan yang sudah diputar balikkan.

"Arsen, sudah sering Ibu ingatkan. Tidak perlu mencari ibu susu, atau meminta wanita lain hamil. Kalian bisa mempunyai anak lagi, dengan begitu Lolly tetap dapat sembuh dari darah tali plasentanya."

"Selly, mulai malam ini kamu harus bersedia untuk program hamil. Kalian ini pasangan saling mencintai. Arsen tidak akan sulit membuatmu hamil dalam jarak waktu dekat. Dan lagi, sudahi menjadikan Adiva ibu susu untuk cucu tersayangku. Aku tidak ingin wanita kampungan itu semakin merasa besar kepala." Ucap Nyonya Yunia memberi nasihat.

"Ibu, kondisi Selly belum memungkinkan menyusui Lolly untuk sekarang ini. Karena dia masih harus mengkonsumsi banyak obat dokter untuk pengobatannya." Ucap Arsen sambil merangkul mesra istri tercintanya yang menangis sesenggukan.

"Huufff... Kalau begitu, belikan susu formula yang paling mahal untuk Lolly. Intinya, Ibu tidak setuju jika Lolly tetap menyusu Adiva.

"Maafkan aku Ibu, jika saja aku tahu aku ada tumor rahim sebelum aku hamil Lolly. Pasti aku akan mengobati dulu rahimku dan tidak menerima pinangan Arsen lebih dulu." Ucap Selly.

"Kamu ini bicara apa, Selly. Aku mencintaimu, dan hubungan kita sudah dimulai sejak kuliah, kita sudah lama pacaran." Ucap Arsen.

"Aku juga mencintaimu Arsen, sangat. Dan aku cemburu ketika kamu menggauli Adiva sampai membuatnya hamil. Tapi aku sadar diri, jika tidak mungkin aku melarang keinginanmu. Aku hanya perempuan tak sempurna. Yang hidup bergantung dengan obat, makanya sudah 3 bulan ini kamu pun tidak pernah menyentuhku. Apakah kamu jijik?" Tanya Selly.

"Maafkan aku..." Arsen nampak gelagapan. Wajahnya pias, dan tanpa sadar melepas rangkulannya dari pinggang Selly. Membuat istri pertamanya itu terluka.

"Jadi, setelah berhasil membuat hamil. Kamu juga terus mendatangi Adiva? Kurang ajar wanita sundal itu. Pasti... Pasti dia yang merayumu. Cukup Arsen, mulai detik ini kamu tidak boleh menyentuhnya lagi."

Nyonya Yunia murka mendengar kenyataan, jika Arsen masih menggauli Adiva. Karena menurutnya jika sudah hamil ya sudah, urusannya sudah selesai. Toh Arsen tidak mencintai Adiva. Untuk kebutuhan biologis putranya, meskipun mengkonsumsi obat menurut Nyonya Yunia. Seharusnya Selly masih bisa melayaninya.

"Sekarang bawa Selly masuk kamar, kalian bisa langsung melakukan hubungan."

"Arsen, jangan berfikir untuk mendatangi istri keduamu lagi." Peringat Ibunya.

Arsen menunduk, entah mengapa larangan itu terasa berat untuk dipatuhi. Selama 3 bulan belakangan ini, dia memang selalu mendatangi Adiva. Meminta hak sebagai seorang suami, tapi lupa memberi hak istri. Hampir setiap malam, Arsen mendesah kenikmatan di kamar milik Adiva.

Kamar sempit yang ada di paviliun itu menjadi saksi betapa Arsen menikmati setiap permainannya sendiri. Seolah tubuh Adiva adalah candu, tidak peduli jika Adiva tidak pernah menikmati sejengkal pun sentuhannya. Suami egois yang tidak pernah mengerti dan menghargai perasaan Adiva. Istri bayangan yang keberadaannya pun disembunyikan dari publik kecuali keluarganya.

Adiva adalah OG yang bekerja di perusahaan Arsen sebelum dinikahi. Wanita berusia 25 tahun itu terlihat sangat cantik dalam kesederhanaannya. Meskipun kulitnya tidak putih, tapi Adiva memiliki kulit kuning langsat. Wanita Jawa yang merantau di Jakarta itu baru satu tahun bekerja sebagai OG. Sedangkan keluarga Adiva masih ada di kampungnya.

Sebenarnya pertemuan pertama Adiva dengan Arsen bukan di lingkungan perusahaan. Melainkan di sebuah pom bensin. Waktu itu Adiva baru tiba di Jakarta, sedang beristirahat sejenak. Kemudian Arsen yang ingin mengisi bahan bakar mobilnya tidak sengaja menabrak Adiva yang hendak menyeberang. Adiva pergi setelah meminta maaf, sedangkan Arsen merasakan jantungnya berdebar.

Adiva melamar kerja di perusahaan milik Arsen, saat pria itu sedang melaksanakan bulan madu pernikahannya. Dan karena Adiva hanya OG, Arsen pun tidak pernah melihatnya.

Tapi kejadian beberapa bulan lalu, yang menjadi lantaran Arsen menikahinya. Hanya karena Adiva tidak sengaja membuat dua kancing kemejanya terlepas dan Arsen melihat gunung kembarnya.

"Kamu sengaja ingin menggoda saya?" Suara berat Arsen waktu itu.

"Maaf Tuan, bukan maksud saya seperti itu." Ucap Adiva bingung mau menjelaskan bagaimana kejadian sebenarnya.

Karena saat itu, Adiva sedang membersihkan toilet di lantai atas. Tidak tahu bagaimana caranya, gagang pel yang dipegangnya malah masuk ke dalam bajunya saat menunduk.

Dan ketika akan ditarik, justru dua kancing kemejanya berceceran bertepatan dengan Arsen yang baru datang mau menuju ke toilet itu. Hanya seper sekian detik Arsen sempat melihat sesuatu yang indah di balik kemeja seragam Adiva. Membuat milik Arsen yang tengah hibernasi karena istrinya sedang masa nifas langsung bangun dan berdiri.

"Sial... Bisa-bisanya aku horny hanya karena melihat milik Adiva, padahal dia hanya OG biasa. Sedangkan saat bersama Selly dulu, meskipun dia telan jang aku masih butuh obat perang sang jika ingin menyentuhnya." Gumam Arsenio.

Hari-hari Arsenio semakin tidak tenang sejak kejadian hari itu. Hingga akhirnya dia menemukan ide.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!