NovelToon NovelToon

Pasangan Indigo

Kutukan Dewa Agung bagian 1

"brr brr patapim tralalero tralala"

"brr brr patapim tralalero tralala"

Mbah Sari lalu menghentikan mantranya begitu mendapatkan pencerahan dari Dewa Agung yang ia puja.

Dukun sakti yang telah berumur 75 tahun itu pun lalu meletakkan lonceng kecil yang ia gunakan untuk mengiringi mantra yang ia rapalkan tadi.

"Bagaimana Mbah,,? Apa benar putraku telah dikutuk oleh mantan kekasihnya yang telah lama meninggal itu,,?" Tanya Ranti seorang wanita paruh baya yang merupakan istri dari seorang anggota dewan.

Dukun sakti itu pun lalu memandangi seorang pemuda tampan yang tengah duduk di hadapannya kini.

"Aku tidak ada melihat kutukan apapun pada putramu, tubuhnya juga bersih tanpa ada gangguan apapun" jawabnya penuh keyakinan.

"Tuh kan mom bener apa yang aku bilang,, mana mungkin aku terkena kutukan,, Mommy itu terlalu percaya sama omongan orang" Sahut Vero putra Ranti yang merupakan seorang CEO dari perusahaan Alvero group yang ia dirikan sejak 5 tahun yang lalu.

Berkat kecerdasan serta kerja kerasnya selama 5 tahun ini ia berhasil mendirikan sebuah perusahaan dan membuat perusahaannya menjadi salah satu perusahaan besar di negeri Valencia itu.

Semenjak kematian mantan kekasihnya 8 tahun yang lalu ia telah beberapa kali menjalin hubungan dengan wanita pilihan orangtuanya namun sebulan sebelum ia melangsungkan pernikahan hubungannya selalu kandas hingga orang-orang mengatakan bahwa ia telah dikutuk oleh mantan kekasihnya itu.

Ranti yang begitu frustasi karena takut kutukan itu membuat putranya tak kunjung menikah akhirnya memutuskan untuk menemui Mbah Sari seorang dukun yang terkenal sakti di negeri itu.

"Lantas kenapa selama ini pernikahan putraku selalu batal Mbah,?" Tanya Ranti lagi penuh penasaran.

Mbah Sari melipat kedua tangannya di depan dada sembari menatap dalam ke arah pemuda itu.

Setelah cukup lama ia memandangi wajah Vero ia pun akhirnya menjawab pertanyaan dari Ranti tadi.

"Itu karena memang putramu sendiri yang tak ingin menikah,, entah karena dia masih belum bisa melupakan mantan kekasihnya atau karena tidak ada wanita yang membuatnya tertarik,," jawab Mbah Sari.

"Atau mungkin putramu ini pencinta sesama jenis, itu sebabnya dia tak ingin menikah,," tambahnya lagi hingga membuat Vero naik pitam dan langsung bangkit dari tempat duduknya.

"Apa kamu bilang,? Aku gay,? Heh nenek peyot,, mulutmu tuh dijaga jangan asal bicara, aku ini lelaki normal,, gini gini aku tuh masih sangat tertarik sama wanita cantik dan seksi." Geramnya yang tak terima dikatain pecinta sesama jenis oleh dukun sakti itu.

"Dasar dukun palsu,, berani-beraninya ngatain aku seperti itu. Ayo mom kita pulang aja, jangan percaya dengan dukun palsu ini." Imbuhnya sembari menarik tangan Ranti agar mommy nya itu segera bangkit dari tempat duduknya.

"Tunggu Ver jangan pergi dulu,, masih ada yang ingin mommy tanyakan lagi sama Mbah Sari,," Ranti yang enggan pergi dari sana melepaskan tangannya dari genggaman putranya dan kembali duduk di tempatnya semula.

"Udahlah mom,, mommy mau tanya apaan lagi sih,, sekarang tuh jaman modern jangan percaya dengan hal-hal mistis seperti ini. Mommy tahu nggak Mommy itu udah ditipu sama dia,, percaya deh sama aku dia pasti cuma ingin mengoroti uangnya mommy aja" ujar Vero yang tak habis pikir dengan mommy nya itu.

Perhatiannya pun lalu teralihkan pada patung-patung yang terpajang berjajar di atas meja yang terletak tepat dibelakang Mbah Sari duduk dan lalu melangkah mendekati patung-patung tersebut.

"Coba aja mommy lihat patung-patung ini, ini tuh palingan patung-patung yang dia beli dipasar loak untuk dijadikan pajangan agar dikira dukun sakti," ucapnya.

Pemuda itupun lalu mengangkat salah satu patung tadi lalu membolak-balikkan patung tersebut dan memperhatikannya secara seksama.

"Patung yang sangat aneh,," sambungnya yang lalu melepaskan patung tersebut begitu saja di atas meja hingga membuat patung itu terjatuh dari meja.

Mbah Sari yang sedari tadi tetap tenang  walaupun mendengar hinaan dari Vero kini sudah tak sanggup menahan amarahnya begitu melihat patung Dewa Agung yang di sembahnya diperlakukan seperti itu.

Dukun sakti itu pun lalu bangkit dari tempat duduknya dengan wajahnya yang memerah padam.

"Kamu sudah bersikap kurang ajar dan membuat Dewa Agung murka. Lihat saja kamu akan mendapatkan kutukan dari Dewa Agung" ujar Mbah Sari dan langsung disambut oleh suara petir yang menggelegar yang seakan-akan menyambar rumah dukun itu.

Ranti yang begitu terkejut dengan suara petir tadi, seketika menutup mata dan kedua telinganya.

Tak lama ia pun lalu membuka mata dan telinganya secara perlahan kemudian berjalan merangkak dan berlutut di hadapan Mbah Sari memohon pengampunan nya.

"Tolong maafkan sikap kasar putraku Mbah,, aku janji akan memberikan Mbah uang berapapun yang Mbah mau tapi tolong selamatkan putraku dari kutukan Dewa Agung,," ucap Ranti penuh cemas dengan wajah memelas.

Vero yang tak suka melihat mommy nya bersikap seperti itu lantas langsung menarik tangan Ranti memaksanya untuk bangkit.

"Mommy bangun!! ngapain sih pakai acara berlutut segala,, mommy nggak usah percaya dengan omongannya dia,, nggak ada tuh yang namanya Dewa Agung maupun kutukan,, mending sekarang kita pergi dari sini sebelum mommy semakin tertipu oleh dukun palsu ini,,"

Vero pun lalu menarik paksa mommy nya seraya melangkah keluar dari rumah Mbah Sari.

Mbah Sari yang sangat marah semakin meninggikan suaranya sembari mengarahkan jari telunjuknya pada pemuda tersebut.

"Lihat saja kamu pasti akan merasakan kutukan dari Dewa Agung" ujarnya namun tak dihiraukan sama sekali oleh pemuda itu yang langsung berlalu pergi memasuki mobilnya.

Di sepanjang jalan Ranti terlihat begitu gelisah, ia terus saja menggetarkan kedua kakinya merasa cemas karena takut putranya itu benar-benar akan mendapatkan kutukan dari Dewa Agung.

"Ver,, mending sekarang kita putar balik kembali ke rumah Mbah Sari,, kita minta ampun pada Mbah Sari dan Dewa Agung sebelum kamu terkena kutukan." Ucap Ranti sembari menggenggam tangan kiri putranya dengan kedua tangannya.

"Udah aku bilang mommy jangan percaya dengan ucapan dukun palsu itu,, percaya deh sama aku,, aku jamin aku pasti akan baik-baik saja dan nggak akan terkena kutukan apapun." Balas Vero tanpa mengurangi fokusnya ke jalanan

"Mulai sekarang mommy jangan pernah percaya dengan hal-hal mistis seperti itu lagi. Percuma mommy sekolah tinggi tinggi tapi masih percaya dengan hal-hal seperti itu" sambungnya lalu diiyakan oleh Ranti.

Vero menghentikan laju mobilnya begitu traffic light berwarna merah. Ia pun lalu menatap wajah mommy nya yang masih terlihat cemas dan begitu gelisah.

"Mommy tenang aja jangan pikirin masalah itu lagi,, mending sekarang mommy tidur,, nanti kalau sudah sampai rumah Vero bangunin,," ucapnya lalu dibalas anggukan kepala oleh Ranti.

Kutukan Dewa Agung bagian 2

Sesampainya mereka di rumah Vero langsung naik ke lantai dua menuju kamarnya. Ia pun lalu melepaskan jas serta dasinya kemudian meletakkannya diatas kursi dekat meja kerjanya.

"Dasar nenek peyot tua bangka,, enak aja dia main ngutuk ngutuk. Dia kira aku Malin Kundang dikutuk,," gerutu Vero begitu teringat dengan perkataan Mbah Sari tadi.

Pemuda itu pun lalu merebahkan tubuhnya ke atas kasur dengan kedua tangannya yang sengaja ia rentangkan.

"Ahh akhirnya bisa rebahan juga,, badanku pegal banget setelah menyetir berjam-jam,, sebaiknya aku istirahat sebentar lalu mandi dan makan malam." Gumamnya dengan kedua matanya yang perlahan-lahan mulai terpejam.

"Dimana ini,? Kenapa aku bisa berada di hutan belantara begini,?" Vero menautkan kedua alisnya, ia tak habis pikir kenapa ia tiba-tiba bisa berada di tempat yang sangat asing baginya itu.

"Tunggu dulu,, seingatku aku baru saja tertidur di kamarku,, berarti sekarang ini aku tengah bermim_"

Ucapannya terhenti begitu melihat sekumpulan mahluk menyeramkan berada tak jauh dari tempatnya berdiri.

"Oh my God,, apaan tuh,,? jangan bilang mereka itu adalah hantu,,"

Ia sedikit mencondongkan tubuhnya kedepan lalu maju beberapa langkah guna memastikan apakah mereka semua itu adalah beneran hantu atau bukan.

"Oh shit,, mereka hantu beneran,, aku nggak mau berada disini,, aku harus segera bangun dari mimpiku ini."

Vero lalu memukuli pipinya agar ia segera terbangun dari mimpinya.

Namun sekeras dan berapa kali pun ia pukuli pipinya tetap saja ia masih berada di tempat itu.

Tiba-tiba sekumpulan mahluk menyeramkan tadi pun mulai mendekatinya hingga membuatnya semakin panik.

"AnjiNg setan laknat pergi sana jangan mendekat" umpatnya seraya melangkah mundur.

Vero pun lalu menyebarkan pandangannya ke tanah dan sekitarnya guna mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk melawan sekumpulan mahluk tadi.

Dilihatnya sebuah ranting pohon berwarna kuning keemasan di tanah yang letaknya tak jauh dari tempatnya kini berdiri, tanpa pikir panjang ia pun lalu mengambil ranting tersebut dan menggunakannya sebagai senjata untuk mengusir para mahluk itu.

Ia mengayunkan ranting pohon tersebut selayaknya pedang dan memukuli mereka satu persatu yang mencoba mendekatinya.

Sungguh sangat ajaib,,!!

para mahluk yang terkena ranting pohon itupun seketika menghilang dari hadapannya.

"Wah ranting ini bukan ranting biasa,, semua mahluk itu langsung menghilang begitu terkena ranting ini." Vero begitu takjub pada ranting ajaib ditangannya itu, ia pun lalu kembali mengayunkan ranting tersebut dan menyerang semua mahluk tadi hingga habis tak tersisa.

"Hahaha rasakan tuh mampus kalian semua,, berani-beraninya kalian melawan Alvero Bramasta."

Vero tertawa puas ia begitu senang telah menghabisi para mahluk tadi hingga tak sadar ranting pohon yang ia pegang tadi telah menghilang dari genggamannya.

Ia pun lalu dikejutkan dengan ranting tersebut yang tiba-tiba melayang tepat dihadapannya.

"Hah,!! Sejak kapan ranting itu terlepas dari genggaman ku,,?" Ucapnya terheran.

Ranting tersebut tiba-tiba bersinar terang lalu melesat dengan cepat menusuk menghujam jantungnya.

"Aaaaaaa,," jeritnya yang lalu terbangun dari mimpinya.

Wajahnya terlihat pucat pasi dan di penuhi oleh peluh. Nafasnya juga tersengal bak berlari puluhan kilometer jaraknya.

Pemuda itu pun lalu meraba dadanya di tempat ia terkena tusukan dari ranting tadi. Setelah melihat tubuh dan tangannya yang bersih tanpa ada luka maupun noda darah sedikitpun ia pun akhirnya mulai merasa tenang.

"Syukurlah ternyata tadi itu hanya mimpi,," gumamnya penuh lega.

"Mimpiku tadi benar-benar terlihat nyata,, baru kali ini aku mengalami mimpi buruk seperti itu" sambungnya.

"Apa jangan-jangan mimpiku tadi ada hubungannya dengan kutukan dari Dewa Agung,?" Imbuhnya yang lalu berfikir sejenak.

"Ah nggak mungkin,, nggak ada tuh yang namanya kutukan ataupun hal-hal yang berbau mistis. Pasti itu hanya mimpi biasa bukan apa-apa." Gumamnya mencoba meyakinkan hatinya.

Dilihatnya jam wekernya yang menunjukkan pukul tepat tengah malam.

"Waduh udah tengah malam aja,, ya sudahlah mending aku lanjut tidur biar besok pagi saja mandinya" gumamnya lagi yang lalu kembali melanjutkan tidurnya.

*****

Pagi ini Ranti dan suaminya Robby serta putrinya Vallen telah berada di ruang makan menikmati sarapan mereka. Vero yang telah siap lalu turun menyusul mereka ke ruang makan.

"Pagi semua,," sapa Vero yang lalu duduk di sebelah Vallen adiknya.

"Pagi kak,," balas Vallen yang telah lebih dulu memulai menyantap sarapannya.

"Pagi sayang,," balas Ranti juga yang lalu bangkit dari tempat duduknya untuk menyendokkan nasi dan lauk dan ke piring putranya itu.

"Wah wajahmu pagi ini segar banget,, apa karena tidurmu semalam sangat nyenyak ya,," sambung Ranti.

"Darimana mommy tahu semalam tidurku sangat nyenyak,,?" Tanya Vero seraya mengambil piring yang telah berisi nasi dan lauk dari tangan mommy nya.

"Tentu saja mommy tahu kak,,semalam kan aku sama mommy nyariin kakak tuh ke kamar untuk ngajakin makan malam bareng, eh kakak malah tidur,, terus kita coba bangunin tapi kakak nggak mau bangun,, kami kirain kakak kenapa-napa,, eh tau taunya kakak malah ngorok,," timpal Vallen.

"Benaran mom kemarin aku tidurnya ngorok,?" Vero bertanya kembali mencoba memastikan pada mommy nya.

"Iya Ver bener,, awalnya mommy cemas banget sama kamu karena nggak biasanya kamu tidur selelap itu,, mommy takut banget kamu nggak mau bangun karena terkena kutukan Dewa Agung. Tapi setelah mommy dengar kamu mengorok mommy jadi lebih tenang ternyata kamu memang sedang tertidur pulas." Terang Ranti.

"Tenang aja mom,, udah aku bilang kan mommy nggak usah percaya sama dukun abal-abal itu,, buktinya sampai saat ini aku baik-baik saja,, nggak ada apapun yang terjadi padaku,, lebih baik mulai sekarang mommy jangan percaya hal-hal mistis seperti itu lagi,, dan jangan percaya dengan omongan orang-orang tentang aku." Jelas Vero yang mencoba meyakinkan kembali mommy nya.

"Iya iya,, tapi mommy berbuat begitu karena mommy takut hubungan mu dengan Clara akan berakhir sama seperti dengan wanita lainnya Ver" Balas Ranti.

Robby yang sedari tadi hanya menyimak pembicaraan istri dan kedua anaknya kini ikut angkat bicara.

"Sebaiknya kamu segera melangsungkan pernikahanmu dengan Clara agar mommy mu tidak cemas lagi padamu dan kamu buktikan pada kami kalau kamu memang tidak terkena kutukan seperti yang dikatakan oleh orang-orang." Timpal Robby yang telah menghabiskan sarapannya.

"Tapi aku dan Clara baru kenal sebulan Dad,, dan aku juga masih belum terlalu mengenalnya,, nggak mungkin kan aku menikahinya secepat itu " sahut Vero.

"Kamu kan bisa mengenalnya setelah menikah,, Daddy sama mommy mu dulu juga seperti itu,, buktinya sampai sekarang hubungan kami tetap harmonis tidak ada masalah apapun,, yang terpenting sekarang kamu itu harus membuktikan pada orang-orang kalau kamu sama sekali tak terkena kutukan. Apalagi Clara itu adalah putri semata wayangnya David Nasution calon pemimpin negeri ini,, tentunya bila kamu menikahinya perusahaanmu akan semakin kokoh dan kamu akan mendapat banyak dukungan dari pak David nantinya." Ujar Robby panjang lebar.

"Kamu tenang aja minggu depan Daddy akan bertemu dengan pak David untuk membicarakan pernikahan kalian. Sebaiknya kamu secepatnya temui Clara dan bicarakan dengannya tentang persiapan pernikahan kalian." Sambungnya yang lalu menyeka bibirnya dengan selembar tisu dan kemudian bangkit dari tempat duduknya.

"Tapi Dad_"Ucapan Vero terhenti begitu melihat Daddy nya telah pergi meninggalkan ruang makan.

"Apa yang dikatakan Daddy mu tadi tu memang benar Ver,, sebaiknya kamu segera melangsungkan pernikahanmu dengan Clara agar orang-orang berhenti mengatakan kamu telah dikutuk. Mommy lihat Clara anaknya baik dan dia tak hanya cantik tapi juga pintar,, dia calon istri terbaik untukmu" Timpal Ranti yang mendukung perkataan suaminya tadi.

Vallen yang tak ingin ikut campur dengan urusan percintaan kakaknya hanya memilih diam sembari menikmati makanannya.

Sedangkan Vero yang malas melanjutkan pembicaraan itu lantas menyelesaikan makannya lalu bangkit dari tempat duduknya tanpa membalas perkataan dari mommy nya tadi.

Penglihatan Vero bagian 1

Di perusahaan Alvero group nampak seorang wanita yang kini tengah dimarahi oleh atasannya.

"Kamu kalau kerja tuh yang benar,, masa disuruh buat laporan keuangan saja lama banget. Aku kan sudah kasih kamu contohnya, tinggal kamu ketik ulang lalu kirimkan pada pak Fandi udah gitu aja,," omel Winda seorang pegawai senior yang bekerja di bagian administrasi perusahaan itu.

"Maaf mbak tapi aku harus mengecek terlebih dahulu data yang mbak Winda berikan padaku tadi dengan data laporan laba rugi bulan ini." Balas Kayla salah satu pegawai baru di perusahaan tersebut.

"Oh,,jadi maksud kamu aku kasih kamu data yang salah gitu,,? atau jangan-jangan kamu pikir aku telah memalsukan data keuangan dan telah melakukan korupsi gitu,,?" Ucap Winda sembari mendorong-dorong pundak Kayla dengan menggunakan jari telunjuknya.

"Bu_bukan begitu mbak,, ak_aku nggak pernah berpikir seperti itu,, aku hanya ingin melakukan pekerjaanku dengan baik dan teliti mbak,,itu saja" terang Kayla gelagapan karena takut.

"Nah itu sebabnya aku memberikan kamu contoh laporan beserta isi datanya biar pekerjaan mu bagus,, kalau pekerjaan mu berantakan dan salah yang akan dimarahi oleh pak Fandi itu siapa,? Kamu,? bukan,, yang bakalan kena marah itu pasti aku. Jadi sebelum aku dimarahi oleh pak Fandi, sebaiknya kamu cepat selesaikan laporan itu paham,,!!" titah Winda yang lalu diiyakan oleh Kayla.

Kayla pun lalu mengerjakan laporannya seperti contoh laporan yang diberikan oleh Winda tadi lalu mengirimkannya kepada Fandi sekertarisnya Vero.

"Udah kamu kirimkan laporannya pada pak Fandi,?" Tanya Winda memastikan.

"Iya mbak udah" jawab Kayla langsung.

"Nah gitu dong,, yaudah sekarang kamu boleh istirahat makan siang" ucapnya dan dijawab "iya mbak" oleh Kayla.

Kayla pun lalu pergi menuju kantin perusahaan yang terletak di lantai 2 dengan menggunakan lift.

"Sampai kapan kamu akan mengikuti aku terus,?" Tanya Kayla pada sesosok hantu remaja berseragam SMA yang ditemuinya di jalan beberapa hari yang lalu.

Ya Kayla adalah seorang gadis indigo yang mampu melihat mahluk tak kasat mata. Dia memiliki kemampuan tersebut dari semenjak ia masih berumur 5 tahun setelah ia mengalami koma selama sebulan karena kecelakaan maut yang dialaminya 17 tahun yang lalu yang juga telah menewaskan kedua orangtuanya.

Kayla adalah gadis lugu yang sangat pemalu dan penakut. Namun sikapnya akan berbanding terbalik bila dia tengah berhadapan dengan mahluk halus. Baginya para hantu lebih mudah dihadapi daripada manusia. Walaupun wajah mereka menyeramkan dan anggota tubuh mereka tak lengkap, ia sama sekali tak merasakan takut.

"Sampai kakak mau bantuin aku biar aku bisa ikut ujian sekolah,," jawab hantu itu dengan lantangnya.

Kayla lalu tersenyum sinis begitu mendengar jawaban dari hantu remaja tersebut.

"Kamu kan udah mati jadi mau ngapain lagi sih ikut ujian sekolah,, emangnya untuk masuk surga harus lulus ujian dulu,?" tanya gadis indigo itu.

"Bukannya gitu kak,, tapi aku mengalami kecelakaan 3 bulan yang lalu saat hendak ke sekolah. Karena kecelakaan itu aku akhirnya tewas dan nggak bisa mengikuti ujian. Aku telah belajar mati-matian demi lulus dengan hasil terbaik,, namun bukannya mendapatkan nilai yang tinggi aku justru tidak dapat mengikuti ujian itu sama sekali. Roh ku jadi tak tenang dan aku juga tidak bisa pergi dari dunia ini sebelum aku bisa menyelesaikan ujian ku" balasnya

"Yaudah kalau begitu kamu tinggal datang ke sekolah mu aja lalu ikut ujian bersama siswa yang lain,, udah gitu aja kok repot,," balas Kayla sembari melipat kedua tangannya di depan dadanya.

Hantu itu pun lalu memutar bola matanya malas lalu membalas perkataan Kayla tadi.

"Bagaimana mungkin aku bisa ikut ujian kak sedangkan mereka saja tidak memberikan aku lembar soal dan lembar jawabannya,," ucap hantu itu.

"Karena cuma kakak yang bisa melihatku jadi aku ingin kakak membantuku,, yah yah" Imbuhnya.

Pintu lift pun lalu terbuka lebar. Dua pemuda tampan bertubuh tinggi lalu memasuki lift tersebut.

"Ayo dong kak bantuin aku,," rengek hantu itu lagi karena belum mendapatkan respon dari Kayla.

Kayla sengaja tak menghiraukan perkataan hantu tersebut karena takut dikira orang gila oleh kedua pemuda tadi.

Namun hantu tersebut tak pantang menyerah ia terus saja merengek meminta pertolongan Kayla hingga wanita itu akhirnya kesal dan keceplosan menjawabnya.

"Iya iya akan aku bantu,," ucap Kayla cukup keras hingga terdengar oleh kedua pemuda tadi yang lalu menoleh kebelakang menatap Kayla.

"Ya ampun memalukan banget,," batin Kayla sembari menutupi mulutnya dengan kedua tangannya lalu segera berlari keluar begitu pintu lift terbuka.

"Apa bapak dengar perkataan wanita tadi,?" Tanya Fandi dan dibalas anggukan kepala oleh Vero.

"Katanya ia ingin membantu, membantu siapa,? Membantu kita,?" Tanyanya lagi terheran.

"Bukan kita, tapi anak SMA di sebelahnya yang terus saja merengek meminta pertolongannya" balas Vero santai sembari menatap ponselnya.

"Anak SMA,? Anak SMA yang mana pak,?" Tanya Fandi lagi penuh penasaran sembari celingukan mencari anak SMA yang Vero maksud tadi.

"Anak SMA yang mengikutinya keluar tadi, apa kamu nggak melihatnya,,?" Tanya balik Vero sembari mematikan layar ponselnya lalu memasukkannya kembali kedalam saku celananya.

Sekertarisnya itu semakin bingung dibuatnya. Sebab ia sama sekali tak melihat ada orang lain selain mereka bertiga di dalam lift tersebut.

"Nggak pak, aku sama sekali nggak melihat ada anak SMA atau orang lain selain kita berdua dan wanita tadi." Ucap Fandi penuh yakin.

Vero pun lantas juga ikut bingung, ia jelas-jelas tadi melihat seorang anak berpakaian seragam SMA di samping wanita itu dan mendengarnya merengek meminta bantuan pada wanita tersebut. Sedangkan Fandi yang berada tepat disebelahnya justru tak melihat ada orang lain selain mereka bertiga di dalam lift itu.

"Beneran kamu nggak melihat anak SMA tadi,?" Tanya Vero memastikan kembali.

"Iya benar pak,, aku nggak ada melihat siapapun selain kita berdua dan wanita tadi." Balas Fandi hingga membuat atasannya itu semakin bingung.

"Kalau Fandi tak bisa melihatnya lalu apakah anak SMA yang aku lihat tadi itu adalah hantu,? Tapi kalau memang dia itu hantu, kenapa juga aku bisa melihatnya,?" Batin Vero bingung hingga ia tak sadar pintu lift telah terbuka sedari tadi.

"Pak,, pak Vero,, pintu liftnya sudah terbuka." Panggil Fandi hingga menyadarkannya dari lamunannya.

CEO tampan itu pun lalu melangkah keluar dari lift lalu diikuti oleh Fandi dari belakang.

"Sepertinya ada yang aneh dengan mataku,, tadi pagi aku juga sempat melihat orang aneh yang berdiri di pinggir jalan dengan wajahnya yang dipenuhi oleh darah. Walaupun wajahnya dipenuhi oleh darah namun orang-orang yang berada disekitarnya sama sekali tak merasa aneh atau memperhatikan orang itu."

"Sebaiknya aku harus memeriksakan mata ku ke dokter sebelum semakin parah " batin Vero.

Fandi pun lalu mempercepat langkahnya mendahului atasannya itu lalu membukakan pintu mobil untuknya.

"Jam berapa meeting dengan pak Wiguna hari ini,?" Tanya Vero langsung begitu sekertarisnya itu memasuki mobil.

"Jam 2 pak,, sekarang masih jam 1 lebih 30 menit berarti masih ada waktu setengah jam lagi. Apa bapak mau pergi makan siang terlebih dahulu,?" Tanya Fandi yang lalu menoleh ke belakang melihat atasannya itu setelah memperhatikan waktu di jam tangannya.

"Nggak usah,, lebih baik sekarang antarkan aku ke klinik mata." Jawabnya hingga membuat sekertarisnya yang tengah duduk di bangku kemudi itu terheran.

"Emang mata bapak kenapa,?" Tanya sekertarisnya itu lagi.

"Sepertinya ada yang salah dengan mataku,, aku ingin memeriksakan nya sebelum semakin parah."

Fandi yang masih bingung hanya menganggukkan kepalanya mengiyakan perkataan atasannya tadi lalu melajukan mobilnya menuju ke klinik mata terkenal di negara itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!