NovelToon NovelToon

Menantu Luar Biasa

1 Keluar penjara

Zhiyuan melangkah keluar dari gerbang penjara dengan langkah berat. Tiga tahun bukan waktu yang singkat. Bukan hanya tubuhnya yang terkekang, tapi juga harga dirinya yang dicabik-cabik setiap hari.

Tiga tahun lalu, ia masih seorang menantu yang sederhana. Ia bekerja keras untuk mencintai istrinya, Liu Yuxin, dan menganggap keluarga istrinya sebagai keluarganya sendiri.

Namun, satu malam di KTV mengubah segalanya. Sepupu istrinya, Liu Dong, mabuk berat dan membuat keributan. Polisi datang, dan semua bukti mengarah pada cucu kesayangan keluarga Liu itu.

Tapi kepala keluarga Liu tidak tega melihat cucu kesayangannya masuk penjara. Maka ia mengusulkan seseorang untuk menjadi kambing hitam. Seseorang yang tidak dianggap berharga dalam keluarga, Zhiyuan.

Dengan tekanan dari mertuanya, Liu Hong, Zhiyuan akhirnya memilih mengaku bersalah. Bukan karena ia lemah, tapi karena ia masih percaya pada satu janji: “Setelah tiga tahun, salah satu perusahaan keamanan keluarga Liu akan menjadi milik Yuxin. Saat kau kembali, kita bisa mulai dari awal.”

Namun kenyataannya… tiga tahun di balik jeruji itu mengubur impian dan ketulusannya.

Ia merasakan bagaimana rasanya dikhianati, dijatuhkan, dan dilupakan. Tubuhnya penuh luka, mentalnya beberapa kali hancur karena harus menanggung kesalahan yang tidak dia lakukan.

Hari ini, pintu besi yang mengurungnya itu akhirnya terbuka. Tapi begitu ia melangkah masuk ke rumah keluarga Liu, sambutan pertama yang ia terima bukanlah pelukan hangat… melainkan makian.

...

“Zhiyuan, kau harus tanda tangan surat cerai hari ini juga! Kau itu narapidana, sudah tiga tahun di penjara. Kalau kau terus tinggal di sini, kau cuma bikin malu keluarga Liu!”

Zhiyuan mendongak, senyum dingin mengembang di bibirnya. Tatapannya menusuk, penuh kegelapan yang tak lagi bisa ditutupi.

“Heh… tiga tahun lalu, siapa yang sebenarnya berbuat salah? Cucu kesayanganmu yang bikin masalah, tapi aku yang dipaksa menanggung dosanya. Kau sendiri yang menyeretku ke penjara. Sekarang aku sudah bebas, dan kau malah menyuruhku untuk menceraikan Yuxin? Ibu, menurutmu siapa yang sebenarnya tidak tahu malu?”

Wajah ibu mertuanya, Liu Hong memerah. Giginya terkatup rapat, namun kata-katanya tetap meluncur tanpa ragu.

“Memang benar aku yang menyuruhmu masuk penjara. Tapi sekarang, perusahaan Yuxin dalam ambang kehancuran. Dia harus menikah dengan keluarga besar lain supaya perusahaan bisa bangkit kembali. Demi masa depan Yuxin, kau seharusnya menceraikannya!"

Zhiyuan mendengus. “Bu, kata-katamu percuma. Yuxin itu istriku. Selama dia tidak setuju, aku juga tidak akan tanda tangan apa pun. Lagipula, aku baru keluar dari penjara hari ini. Aku lelah, lebih baik istirahat di kamar daripada mendengar ocehanmu."

“Apa? Sampah sepertimu masih berani manggilku ibu mertua?” Liu Hong meledak. “Tiga tahun di penjara, kulitmu makin tebal saja. Kau tidak bisa bantu apa-apa disini, cuma numpang makan di rumah ini!”

Zhiyuan mengerutkan kening, tak peduli lagi. Ia pergi dan mengabaikan makian dari ibu mertuanya itu.

Sejak awal pernikahannya dengan Liu Yuxin, Liu Hong memang tak pernah suka padanya. Zhiyuan yang dulu mungkin akan menunduk dan menyetujui apapun perintah Liu Hong, tapi sekarang keadaannya berbeda.

Mereka tak tahu apa yang sebenarnya ia alami di dalam penjara.

Zhiyuan yang dulu sudah mati!

Di dalam kamarnya, Zhiyuan duduk bersila, mengedarkan Qi dalam tubuh, lalu bangkit melakukan jurus Dragon Tiger Fists. Gerakannya tajam, tubuhnya penuh tenaga.

Tiga tahun lalu, dia hanyalah pria lemah yang dianggap pecundang. Kini, setelah tiga tahun ditempa kerasnya kehidupan penjara, dan pertemuannya yang tidak terduga dengan pria tua yang mengubah hidupnya, Zhiyuan bisa dibilang telah terlahir kembali.

Peluh mengalir membasahi tubuhnya saat latihannya usai. Dari ruang tamu, terdengar suara lembut Liu Yuxin yang baru pulang kerja.

Seketika senyum tipis muncul di wajah Zhiyuan.

Liu Yuxin adalah teman semasa SMA-nya. Empat tahun lalu, ia menyelamatkannya secara kebetulan. Saat itu Liu Yuxin dipaksa menikah demi kepentingan keluarga, dan demi melindunginya, Zhiyuan yang maju menikahinya.

Namun sejak menikah, dia bahkan tak pernah sekalipun menyentuh istrinya. Liu Yuxin hanya berkata, kalau suatu hari Zhiyuan berhasil membuatnya jatuh cinta, barulah dia akan benar-benar jadi istrinya.

Kenangan itu membuat Zhiyuan segera keluar kamar untuk menyapa istrinya.

“Zhiyuan, bantu aku di dapur,” kata Liu Yuxin tanpa nada dingin, tapi juga tanpa kelembutan seorang istri. Hanya datar seperti robot.

Zhiyuan menghela nafas, betapa bodohnya dia mengira Liu Yuxin akan berlari ke dalam pelukannya. "Hah... Baiklah..."

Liu Yuxin memasak, sementara Zhiyuan membantu. Keduanya bekerja dalam diam, seakan sudah terbiasa dengan ritme ini.

Saat makan malam, adiknya Liu Yuxin, yaitu Liu Zhiya, datang. Gadis itu seorang model, biasanya tinggal di asrama perusahaan.

Tak sulit menebak kalau Liu Hong sengaja memanggilnya pulang untuk menekan Zhiyuan.

Dan benar saja, baru juga duduk, Liu Zhiya langsung menyembur dengan sikapnya yang tidak sopan.

“Zhiyuan, kapan kau ceraikan kakakku? Kau jauh dari kata tampan, tidak punya kemampuan dan miskin. Lihat kakak ipar orang lain, hebat-hebat. Kau? Cuma bisa numpang makan!”

“Aku tidak akan menceraikan Yuxin,” jawab Zhiyuan tenang.

“Apa? Kau tidak tahu? Selama tiga tahun kau di penjara, banyak pria kaya yang melamar kakakku. Mereka bisa menyelamatkan perusahaan kakak. Apa yang bisa kau lakukan? Apa kau pikir membantu memasak sudah membuatmu berguna?”

Liu Hong mengangguk mendukung, tapi kali ini Liu Yuxin angkat bicara. “Bu, biar aku cari jalan sendiri. Jangan pakai cara yang tidak sopan begitu.”

Tatapannya jernih, sikapnya tegas. Liu Hong terdiam sesaat, tak bisa membantah.

Malam pun tiba.

Liu Yuxin selesai mandi, mengenakan baju tidur tipis, lalu berbaring di ranjang dengan laptop terbuka. Di layar, deretan laporan internal perusahaan membuat keningnya berkerut.

Perusahaan kekurangan dana, bahkan mungkin tak mampu membayar gaji dalam dua bulan kedepan. Ia ingin menarik investor, tapi tak ada daya tarik khusus dari perusahaannya.

Pikirannya berkecamuk. Kedua kakinya yang panjang dan indah bergoyang di sisi ranjang tanpa ia sadari.

Zhiyuan duduk di samping, niat awalnya berlatih Qi. Tapi matanya tak kuasa menoleh dan melirik kaki putih mulus istrinya.

Cantik, menggoda… namun tetap terlarang baginya.

Liu Yuxin masih menatap layar komputer ketika ia menangkap tatapan aneh dari Zhiyuan.

“Zhiyuan, apa yang kau lihat? Mau kubuang bola matamu sekalian?” ucap Liu Yuxin datar, nyaris tanpa emosi.

Zhiyuan yang ketahuan cuma bisa berdehem kikuk. Cepat-cepat ia alihkan topik. “Sayang, ada hal yang ingin kukatakan. Besok biarkan aku ikut ke perusahaanmu. Aku ingin membantumu.”

Ucapan itu membuat Liu Yuxin tertegun. Sejak menikah, Zhiyuan terkenal malas. Dia tak pernah benar-benar bekerja. Meski Liu Yuxin dulu bilang tidak masalah, tapi seorang pria yang hanya bermalas-malasan tetap saja dipandang rendah oleh orang lain.

Sayangnya, semangat yang ditunjukkan Zhiyuan saat ini sama sekali tak menggerakkan hati Liu Yuxin.

“Kau itu tidak tahu apa-apa. Kalau kau ikut ke perusahaan, yang ada hanya bikin repot. Kalau memang kau keras kepala ingin ikut, ya sudah, duduk manis di lobi dan tunggu aku pulang kerja.”

'Apa yang bisa dilakukan pria lulusan SMA yang hidupnya seperti preman?' batin Liu Yuxin sambil menghela napas.

Dalam hatinya, ia yakin Zhiyuan hanya penasaran ingin melihat keadaan perusahaan setelah mendengar kondisinya yang buruk dari ibunya.

“Baiklah, aku akan duduk manis dan menuruti kata-katamu,” jawab Zhiyuan dengan nada seakan menurut. Tapi di dalam hati, begitu sampai perusahaan, ia sudah berniat melakukan apa pun sesuka hatinya.

2 Menagih hutang

Pagi itu langit masih berwarna kelabu pucat ketika sebuah sedan hitam berhenti mulus di depan gedung tinggi berlapis kaca.

Logo Vanguard Security terpampang gagah di dinding marmer hitam di samping pintu masuk — seekor naga perak yang melingkar, melambangkan kekuatan dan kewaspadaan.

Meski dari luar gedung tampak megah, suasana di dalam tidak seramai perusahaan besar pada umumnya; lobi yang luas terasa sepi, hanya beberapa resepsionis yang terlihat sibuk dengan komputer mereka.

Pintu mobil dibuka oleh sopir. Liu Yuxin turun lebih dulu, mengenakan setelan kerja rapi berwarna abu-abu muda. Wajahnya terlihat lelah meski tetap anggun, rambutnya ditata rapi namun ada lingkaran samar di bawah mata. Ia sempat menarik napas panjang sebelum menoleh pada pria di belakangnya.

Zhiyuan turun menyusul, mengenakan kemeja sederhana dan jaket tipis. Sorot matanya tenang namun penuh rasa ingin tahu, meneliti gedung perusahaan milik istrinya itu.

Sebelum melangkah masuk, Liu Yuxin sempat memberinya tatapan peringatan.

“Tunggu di lobi, anggap saja dirimu sebuah patung, jangan melakukan apapun dan jangan bicara dengan siapapun. Jam enam nanti aku pulang kerja, lalu kita makan malam.”

Nada suaranya terdengar tegas, tapi juga letih. Ada banyak beban di pundaknya.

Setelah berkata begitu, ia berbalik dan melangkah cepat dengan hak tingginya, masuk ke lift yang menunggu.

Zhiyuan menatap punggung istrinya sampai pintu lift tertutup. Dia menghela napas ringan, tersenyum samar. “Patung, ya…” gumamnya.

Alih-alih duduk diam di lobi seperti yang diperintahkan, langkahnya justru bergerak mantap menyusuri koridor dalam gedung. Ia sudah memutuskan: jika ingin memahami dunia istrinya, ia harus melihat sendiri dari dalam.

Beberapa anak tangga kemudian, ia sampai di lantai yang sunyi — departemen keuangan.

Ruangan luas itu terasa kosong dan suram, banyak meja tak berpenghuni. Tumpukan dokumen berserakan, beberapa komputer bahkan mati. Tak heran, Vanguard Security sedang berada di ambang krisis; banyak karyawan memilih hengkang sebelum kapal tenggelam.

Hanya ada satu orang yang masih bekerja di sana — seorang wanita muda dengan rambut dikuncir rapi, kacamata tipis bertengger di wajahnya. Ia sedang menatap layar komputer penuh grafik merah dan angka yang jatuh.

Begitu melihat kedatangan Zhiyuan, ia langsung menunduk sopan karena tahu jika pria itu adalah suami bosnya.

"Aku ingin mendengar semua yang terjadi pada perusahaan ini dari sisimu," ucap Zhiyuan tanpa basa-basi.

Wanita itu, Zhou Ziyi, awalnya tampak ragu, namun kemudian dia menceritakan semua masalahnya.

Perusahaan mereka sebenarnya tidak memiliki hutang. Justru sebaliknya, ada uang pinjaman sebesar 3 juta yuan yang masih macet sejak tahun lalu.

Uang itu dipinjam oleh sepupu Liu Yuxin, Liu Dong, untuk perusahaan barunya. Surat promes jatuh tempo awal tahun ini, tapi sampai sekarang belum dibayar.

Vanguard Security bahkan sudah berulang kali menagih dengan bantuan orang lain, tapi tetap saja gagal.

Akhirnya Liu Yuxin mengumumkan, siapa pun yang bisa mengembalikan uang itu akan mendapat komisi 10%. Sepuluh persen dari 3 juta berarti 300 ribu.

Bagi Zhiyuan yang baru keluar penjara dan butuh uang, ini adalah kesempatan emas. Ia bisa dapat uang sekaligus membantu perusahaan Liu Yuxin bernapas lagi.

Dua keuntungan dalam sekali jalan.

Meskipun yang berutang itu cucu kesayangan Liu Tiehshan, kepala Keluarga Utama Liu, tetap saja hutang harus dibayar.

Begitu mendapat alamat perusahaan Liu Dong dari Zhou Ziyi, ia langsung meluncur ke sana.

Sesampainya disana, Zhiyuan hendak langsung menemui Liu Dong di kantornya, namun sayangnya pria itu tidak ada di tempatnya.

Dari salah satu karyawan, Zhiyuan mendapat informasi jika setiap malam Liu Dong selalu menghamburkan uangnya di pusat hiburan Starlight Club, khususnya kamar pribadi nomor 888.

Kebetulan sekarang sudah hampir pukul enam sore. Zhiyuan memutuskan untuk langsung menuju Starlight Club.

Ponselnya sudah mati, jadi ia tak sempat memberi tahu Liu Yuxin.

Malam turun, lampu-lampu gemerlap Starlight Club menyala merah-hijau. Mobil-mobil mewah berdatangan silih berganti.

Zhiyuan berdiri agak jauh dari pintu masuk, menunggu. Hampir tiga jam kemudian, Liu Dong akhirnya muncul.

Ia tidak langsung bergerak, melainkan mengikuti kerumunan geng Liu Dong masuk hingga tiba di kamar 888.

Saat Liu Dong baru mulai duduk untuk minum, ia terkejut melihat Zhiyuan yang tiba-tiba memasuki kamarnya.

“Yo, bukankah ini saudara ipar sampahku?” Liu Dong mencibir sambil mengangkat gelas. “Kudengar kau baru keluar penjara. Selamat ya. Eh, tapi kenapa kau ada di sini? Takut aku membuat masalah lalu kau harus masuk penjara lagi untuk menggantikanku lagi?”

Zhiyuan menyilangkan tangan, menatapnya dengan dingin. “Tidak, siapa yang peduli dengan itu. Aku kesini hanya untuk menagih utang.”

"Hutang?" Liu Dong berpikir sejenak sebelum menyeringai lebar. “Ahh... yang kau maksud tiga juta itu? Hahaha… Zhiyuan, kau benar-benar konyol. Apa menurutmu sampah sepertimu pantas menagih uang dariku?”

Wajah Liu Dong penuh ejekan, sama sekali tidak menaruh Zhiyuan di matanya. Namun Zhiyuan tidak banyak bicara. Ia maju selangkah dan langsung mendorong Liu Dong ke atas meja.

BRAK!

Guncangan keras membuat gelas-gelas anggur berjatuhan hingga isinya tumpah ruah ke lantai.

“Tiga juta, tidak kurang satu sen pun. Kalau tidak, ucapkan selamat tinggal pada kakimu."

Semua orang di ruangan, termasuk Liu Dong, terkejut oleh keberanian Zhiyuan.

Meski begitu, Liu Dong dengan cepat menenangkan diri. “Hah! Anjing tidak berguna berani menagih uang dariku? Bahkan berani mengancamku, huh?”

BANG!

Botol bir di tangan Zhiyuan menghantam kepala Liu Dong tanpa ragu. Pecahannya berhamburan, semua orang menjerit histeris, namun Zhiyuan sama sekali tidak bergeming.

“Segera transfer tiga juta itu ke Vanguard Security. Kalau tidak, akan kupatahkan kakimu sekarang juga.”

Sakit yang menusuk kepalanya membuat wajah Liu Dong pucat. Ia benar-benar ketakutan ketika menyadari jika pria di hadapannya ini sedang tidak main-main.

'Apa dia benar-benar Zhiyuan yang dulu dikenal sebagai sampah? Kenapa dia sekarang sangat berbeda?' batinnya.

“Kakak ipar… aku, aku bayar sekarang juga. Kumohon jangan… jangan patahkan kakiku.” Dengan tangan gemetar, Liu Dong merogoh ponselnya dan mentransfer tiga juta ke rekening perusahaan Liu Yuxin, tepat di depan mata Zhiyuan.

Setelah melihat transaksi berhasil, senyum miring muncul di bibirnya. "Bagus, lain kali kau harus bersikap sopan pada kakak iparmu."

Zhiyuan berbalik dan keluar dari kamar 888 tanpa menoleh.

Liu Dong yang kepalanya berdarah masih duduk terpaku, hatinya penuh ketakutan sekaligus amarah.

“Bajingan itu... berani mempermalukanku… apa dia pikir aku akan mengabaikan ini begitu saja?"

Semakin dipikirkan, semakin geram. Tapi rasa takut masih membekas dalam-dalam.

"Sialan itu, kenapa dia begitu berani! Aku mungkin tidak bisa melawannya… tapi masih ada orang lain yang bisa. Aku akan lapor pada Kakek!”

Dengan hati penuh dendam, Liu Dong memutuskan untuk pulang dan mengadu pada Liu Tiehshan seperti anak kecil yang kehilangan permennya.

...

Keluar dari Starlight Club, waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Zhiyuan berjalan sendirian dengan niat untuk pulang. Saat melewati persimpangan, sebuah mobil Audi berwarna hitam melintas di depannya.

Karena jalanan padat dan ada lampu merah, mobil itu tidak melaju kencang. Sekilas Zhiyuan melihat ke dalam—dan matanya langsung menyipit.

Di kursi penumpang, terlihat dengan jelas Liu Zhiya tertidur disana. Di sampingnya duduk seorang pria yang menyeringai cabul, tangannya meraba tubuh Liu Zhiya tanpa sungkan.

"Hah? Aku kira Liu Zhiya tidak punya pacar. Lalu siapa pria itu?"

Sekilas saja sudah jelas: Liu Zhiya dalam bahaya.

Meski Liu Zhiya sering mengejek dan merendahkannya di rumah, bagaimanapun juga dia masih adik Liu Yuxin.

Tanpa pikir panjang, Zhiyuan menghentikan sebuah taksi dan meminta supirnya mengikuti Audi hitam itu.

3 Menyelamatkan adik ipar

Setelah hampir setengah jam, Audi tersebut berbelok masuk ke jalan kecil yang sunyi, berhenti tepat di pinggir hutan kecil.

Zhiyuan turun lebih dulu dan mengendap mendekat.

“Saudara Chang, kameranya sudah siap,” terdengar suara sopir dari mobil Audi tersebut. Karena pintu mobil yang terbuka, Zhiyuan bisa mendengarnya dengan jelas.

“Bagus. Pastikan rekamannya jelas, terutama wajah perempuan ini! Liu Zhiya selalu arogan. Tuan muda ini sudah menunjukkan kebaikannya, tapi dia tak pernah menganggapku ada. Sekarang, biar tahu rasa!”

Pria itu, Lee Chang, tertawa cabul.

“Tenang, Saudara Chang. Aku membeli kamera ini dengan harga mahal, jadi hasilnya pasti sangat jelas,” ucap sang sopir ikut tertawa.

Mendengar itu, Zhiyuan tahu dugaannya tepat—Liu Zhiya dalam bahaya besar. Untung ia melihatnya tadi.

Sopir sudah menyalakan kamera dan mulai merekam.

Tak mau membuang waktu, Zhiyuan menerobos keluar dari kegelapan. Dengan satu gerakan cepat, ia langsung menarik Lee Chang dan sopirnya keluar dari mobil.

BRAK!

“Arkh! Siapa kau bajingan?!” Lee Chang dan sopirnya terkejut setengah mati. Mana mungkin mereka menduga ada orang lain muncul di hutan jam segini.

“Pergi dari sini!” Zhiyuan mendesis dingin. Ia tak mau buang waktu untuk mengobrol dengan sampah seperti mereka.

“Saudaraku, mari kita bicara baik-baik. Kalau aku pernah menyinggungmu, aku minta maaf…” Lee Chang gemetar. Ia tak mengenal Zhiyuan dan mengira dia pasti preman biasa.

"Aku sudah menyuruhmu untuk pergi. Cih... Apa boleh buat..."

DUG!

Telapak tangan Zhiyuan menebas leher Lee Chang tepat di bagian titik vitalnya. Membuat pria itu langsung ambruk tak sadarkan diri.

Sopir yang panik hendak lari, tapi Zhiyuan juga menjatuhkannya dengan satu pukulan.

Keduanya terkapar dan tidak akan bisa bangun sampai pagi.

Baru setelah itu Zhiyuan mendekati mobil dan melihat Liu Zhiya. Gadis itu terkulai lemah, wajahnya pucat pasi dengan nafas yang tersengal-sengal.

'Sungguh sial,' pikirnya. 'Kalau kau bukan adik istriku, maka aku tidak pernah menyelamatkanmu setelah semua sikap menjengkelkanmu itu.'

Zhiyuan akhirnya menemukan sebotol air mineral di bagasi mobil. Perlahan ia menegukannya sedikit demi sedikit ke mulut Liu Zhiya.

Liu Zhiya sempat membuka mata, samar melihat Zhiyuan yang sedang memeluknya. Panik, ia ingin berteriak, tapi tubuhnya terlalu lemah dan kembali pingsan tak lama kemudian.

Zhiyuan pun menelepon ambulans, memberi keterangan singkat lalu menutup telepon.

....

Tiga jam kemudian, di rumah sakit umum. Liu Zhiya membuka matanya perlahan. Ia melihat langit-langit putih, lalu terperanjat dan bangkit duduk.

Ia menemukan dirinya sudah berganti pakaian pasien, sementara gaun yang dikenakannya semalam tergeletak di samping ranjang dalam kondisi robek parah.

Melihat itu, wajahnya seketika pucat. Hatinya tenggelam. 'Apa yang sebenarnya terjadi semalam?'

Potongan ingatan muncul. Sore sebelumnya, ia baru saja menolak Lee Chang, anak orang kaya yang selalu mengejarnya. Ia marah, menghardiknya, bahkan mengutuknya.

Tak disangka, pria itu benar-benar mendendam dendam begitu dalam. Saat ia selesai lembur dan hendak pulang ke asrama, Lee Chang mencegatnya di depan perusahaan.

Ia dipaksa masuk mobil, disuapi sesuatu, lalu tak ingat apa-apa lagi.

Memikirkan itu, Liu Zhiya tak kuasa menahan tangis. Hatinya remuk, merasa seakan dirinya benar-benar sudah dipermalukan.

Usianya masih remaja, bagaimana dia bisa melanjutkan hidup jika hal itu benar-benar terjadi?

Tiba-tiba ia teringat sesuatu. “Ngomong-ngomong… Zhiyuan. Saudara iparku yang tak berguna itu, yang cuma bisa mengandalkan perempuan… bukankah aku sempat sadar sebentar dan melihat dia?”

Wajah Liu Zhiya seketika memucat, pikirannya berputar. Saat itu, Zhiyuan memang sedang memeluknya… mungkinkah dia juga terlibat?

“Pasti… pasti dia!” batinnya.

Mengingat bagaimana selama ini ia selalu muak dengan Zhiyuan yang pengecut dan tak berguna, Liu Zhiya merasa mual, seolah-olah baru saja menelan seekor lalat.

“Jangan bilang aku benar-benar dilecehkan oleh sampah itu?!”

Air matanya makin deras. Namun tiba-tiba ia menyadari, pakaian dalamnya masih utuh. Ia tertegun.

“Atau mungkin… tidak terjadi apa-apa?”

Untuk memastikan, ia dengan panik menanggalkan celananya dan memeriksa tubuhnya. Nafasnya tercekat, lalu perlahan lega.

Kehormatannya masih utuh.

“Kalau begitu… apa sebenarnya yang terjadi semalam?” pikirnya bingung.

Ia buru-buru membeli sepasang pakaian di supermarket kecil dekat rumah sakit. Tanpa bertanya apapun pada dokter, Liu Zhiya langsung meninggalkan rumah sakit setelah membayar biaya perawatannya.

Liu Zhiya tak sanggup menceritakan hal ini pada siapa pun. Namun itu bukan berarti dia akan diam saja.

Ia menggenggam ponselnya erat-erat. “Aku harus lapor polisi. Siapa pun yang mempermalukanku, akan menerima balasan yang setimpal. Terutama… saudara ipar itu. Bahkan kalau dia gagal memperkosaku sekalipun, dia tetap harus masuk penjara!”

....

Saat Zhiyuan akhirnya pulang dengan langkah letih, jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi.

Di ruang makan, Liu Yuxin dan Liu Hong, sedang sarapan. Melihat Zhiyuan yang baru pulang setelah menghilang semalaman, keduanya langsung marah besar.

“Zhiyuan, kau benar-benar semakin berani!” Liu Hong menghentakkan tangannya ke meja. “Di rumah saja kau tidak bisa cari uang, sekarang malah berani keluyuran semalaman. Keluar dari keluarga Liu! Aku tidak pernah melihat laki-laki sepengecut kau. Keluar!”

Bahkan Liu Yuxin, yang biasanya menjaga wibawa, tak kuasa menahan kekesalannya. “Seharusnya aku tidak setuju membawamu ke perusahaan. Katamu kau ingin membantuku, tapi begitu sampai disana kau malah hilang entah ke mana. Kau benar-benar mengecewakanku, Zhiyuan...”

Zhiyuan, yang sudah berjibaku semalaman, hanya merasa letih. Ia tahu percuma menjelaskan apa pun pada mereka. Apa pun yang ia lakukan, selalu dipandang salah.

Jika ia bercerita tentang membantu Liu Yuxin menagih utangnya. Bukannya dihargai, mungkin malah dimarahi karena dianggap ikut campur dan berkata omong kosong.

Dengan kepala berat, Zhiyuan hanya menggeleng lalu masuk kamar untuk tidur.

Melihat sikap acuh itu, Liu Hong makin meledak. “Yuxin, lihat sendiri! Dia sama sekali tidak punya sikap seorang laki-laki. Siapa tahu semalaman dia malah selingkuh!”

Wajah Liu Yuxin pun merona marah bercampur kecewa. Ia menggigit bibir bawah, merasa benar-benar dirugikan.

Sebenarnya, ia sendiri memang memandang rendah Zhiyuan, tapi tak menyangka sampai sebegini buruknya.

“Bu… aku akan serius mempertimbangkan perceraian. Aku tidak mau sarapan dulu. Aku harus berangkat kerja.” Ucapnya dengan nada getir.

Liu Yuxin menaiki mobilnya ke perusahaan. Begitu tiba di kantor, Zhou Ziyi dari bagian keuangan langsung menemuinya dengan wajah sumringah.

“Nona Yuxin, aku ada kabar baik! Ingat Liu Dong yang pinjam 3 juta dari perusahaan tahun lalu? Semalam dia sudah mengembalikannya.” Zhou Ziyi menyerahkan tanda terima dengan senyum lebar.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!