"sampai kapan kau akan menolak perjodohan ini Kayla? Mereka sudah menunggu keputusan mu, mereka tidak bisa menunggu lebih lama lagi," ucap seorang laki-laki paruh baya yang terlihat sangat sedih sambil menatap seorang gadis yang saat ini berdiri di hadapannya dengan tatapan yang tak bisa di artikan.
"Menikah, menikah dan menikah, kalau itu laki-laki sempurna tidak masalah, ini orang cacat, apakah papa benar-benar tidak ingin memikirkan nya baik-baik? Aku ini anak satu-satunya yang papa miliki, tetapi kenapa papa lebih memilih untuk menjual ku kepala keluarga Yudistira yang menakutkan itu?" ungkap sang gadis yang tak lain adalah putri sematawayangnya.
Seketika mata sang papa melotot, orang tua itu berdiri dari duduknya dan kemudian ...
Plak!
Sebuah tamparan keras dari sang papa berhasil mendarat untuk yang pertama kalinya di pipi sang putri.
Kayla memegang pipinya yang kini terasa memanas, air mata nya kini jatuh tak terbendung, papa yang tidak pernah memukul nya sejak kecil kini memberikan tamparan yang begitu keras hanya karena ia tak ingin menikah, tatapan tajam dan penuh rasa sakit itu kini menusuk hati papa Justin.
"Papa tega!" ucap nya yang kemudian berlalu pergi dari hadapan sang papa.
Ia menaiki tangga menuju lantai dua rumah megah itu dan bersembunyi di dalam kamar nya mengunci diri di sana.
"Ya tuhan, apa yang telah aku lakukan," Justin menatap tangan nya yang kini gemetar karena ia tak bisa mengontrol emosi.
Kayla Agustina, anak satu-satunya di keluarga Gustin yang tergolong dalam kelompok keluarga kaya di kota ini. Sejak usia sepuluh tahun, Kayla telah di tinggal pergi oleh sang mama yang muak dengan kehidupan mereka yang semula sebagai keluarga kurang mampu.
Mama dari Kayla meninggalkan Kayla yang pada saat itu masih sangat membutuhkan kasih sayang nya, dia pergi dengan seorang laki-laki kaya yang menjadi selingkuhan nya.
Saat itu bukan hanya Kayla yang terpukul mental nya, namun Justin sang papa juga merasakan hal yang sama, namun dia juga tidak bisa terus terpuruk dalam kesedihan tersebut, ia memutuskan untuk bangkit dan berusaha lebih giat semua di lakukan demi Kayla, sehingga hidup mereka berubah setelah usia Kayla genap lima belas tahun.
Bagi Justin Kayla adalah segalanya, dia berhasil jadi orang yang berpenghasilan tinggi saat ini semua karena ingin membuat Kayla bahagia dan hidup layaknya seorang putri.
Di tambah lagi Kayla yang tak punya sosok ibu sang papa pun jadi sangat menaruh perhatian lebih dan memanjakan Kayla.
Saat ini usia Kayla genap dua puluh satu tahun dan dia kini menjalani pendidikan di sebuah universitas ternama di kota tersebut.
Awalnya hidup Kayla yang penuh dengan kemewahan dan di manjakan ini sangat lah di nikmati oleh Kayla, dia sangat bahagia dan berhasil melewati tahap kesedihan di mana dia selalu merasa ingin ibunya kembali, namun semua itu berubah dalam tiga bulan terkahir, papa nya mengutarakan niat yang menurut Kayla sangat tidak masuk akal.
Di mana sang papa ingin Kayla menikah dengan seorang laki-laki yang tidak sama sekali Kayla kenal, awalnya dia tidak terlalu memikirkan hal tersebut, namun setelah dia menceritakan kepada sahabat nya ya itu Vania, dia baru mengetahui sosok laki-laki yang di jodohkan dengan nya itu ternyata anak tunggal keluarga Yudistira yang notabene nya seorang laki-laki Bisu.
Sementara itu kamar Kayla,
Tok ... Tok ... Tok ...
"Nak, Kayla maafkan papa, papa tidak bermaksud seperti itu, ucapan mu barusan menurut papa cukup keterlaluan, sehingga papa tidak bisa mengontrol emosi," Justin kini berdiri di depan pintu kamar Kayla, dia mengetuk pintu kamar tersebut beberapa kali.
Namun tak ada jawaban dari dalam sana, sudah jelas Kayla tak ingin bicara dengan sang papa dan lebih memilih untuk mengurung diri.
"Kayla papa mohon nak, sudah tiga bulan mereka menunggu jawaban mu," lagi-lagi sang papa angkat bicara.
"Aku mohon tinggalkan aku sendiri pa," terdengar suara kecil dari dalam kamar tersebut.
Mendengar itu, Justin pun lebih memilih untuk mundur dan membiarkan putrinya tetap tenang.
Sementara itu di dalam kamar,
"Ada apa dengan papa tiga bulan ini? Kenapa papa terus memaksa ku untuk menerima perjodohan itu? Setiap aku bertanya papa tidak pernah mau menjawab ku," ujar Kayla sambil menyeka air matanya.
"Aku masih sangat muda untuk menikah, papa yang sebelumnya sangat menyayangi ku malah tiba-tiba membuat keputusan buruk seperti ini, dia bahkan menampar ku, apakah semua ini demi harta? Vania bilang keluarga Yudistira adalah keluarga terkaya, apakah karena itu papa ingin aku menikahi laki-laki Bisu itu!?" kali ini Kayla terlihat kesal, dia bahkan melempar bantal yang dia peluk ke bawah ranjang.
Ia masih tidak menemukan alasan yang tepat dari sang papa, setiap ia mengajukan pertanyaan yang di ucapkan papa nya hanya lah kata "Ini demi masa depan mu nak" ya hanya itu saja.
"Tidak ada masa depan yang seharusnya merusak masa muda ku kan? Tidak aku tidak mau menikah, aku harus pergi dari sini sekarang juga, aku tidak akan menerima perjodohan itu," entah setan apa yang merasuki hati Kayla saat ini, dia segera menghentikan tangisannya dan segera beranjak turun dari ranjang.
Kayla berjalan ke arah lemari pakaian dan segera mengambil tas ransel milik nya, dia memuat beberapa pakaian ke dalam tas tersebut dan kemudian keluar dari kamar menuju balkon.
"Untungnya aku selalu punya tali yang ku siapkan di kamar untuk kabur. Pa maafkan aku, aku harus pergi karena aku tidak mau menikah," batin Kayla yang kemudian mulai melancarkan aksi nekatnya.
Kayla meninggalkan motor juga kunci mobil milik nya, setelah berhasil turun dari balkon lantai dia, dia pergi dengan taxi, entah kemana tujuan nya masih belum tau.
"Huh, untung nya aku masih menyimpan beberapa puluh juta di dalam ATM yang papa berikan," batin Kayla sambil menatap penuh lega kartu kredit tersebut.
"Ke mana no?" tanya sang sopir.
"Jalan anggrek pak," ucap nya tampa pikir panjang.
"Sementara pergi jauh aku ke rumah Vania dulu," ucap nya dalam hati.
Malam harinya ...
Kediaman Gustin.
"Tuan! Tuan! Nona tidak ada di kamar nya!" teriak pelayan di kediaman tersebut sambil berlari menuruni tangga menghampiri papa Justin yang saat itu sedang menunggu Kayla di ruang makan.
Di kediaman Justin ada beberapa pelayan dengan tugas masing-masing yang sudah tercantum, dan beberapa menit lalu adalah waktu makan malam di keluarga tersebut, papa Justin meminta salah satu dari tiga pelayan nya untuk memanggil Kayla agar segera turun untuk makan malam.
Next?
"apa? Kau bilang Kayla tidak ada di kamar nya? Katakan kepada ku kalau kau berbohong!" ucap papa Justin dengan tatapan khawatir.
"Tuan, bagaimana mungkin aku bisa berbohong, awalnya pintu kamar nona di kunci dari dalam, namun aku mengambil kunci cadangan yang ada di kepala pelayan, setelah aku membuka nya, kamar itu kosong, tidak ada siapapun, lemari pakaian terbuka, kunci mobil dan motor juga di letakkan di atas me ... " ujar sang pelayan terhentikan saat papa Justin berlalu pergi dari hadapan nya.
Beliau dengan cepat menaiki tangga segera menuju kamar Kayla. Benar saja, setelah tiba di sana, papa Justin mendapati kebenaran atas ucapan sang pelayan, lemari terbuka beberapa baju telah lenyap, balkon kamar juga di buka dan terlihat tali yang menjuntai ke bawah.
Trik kabur seperti ini memang sangat sudah di kuasai oleh Kayla, setiap ada pertengkaran dan perbedaan pendapat antara dia dan papa nya dia pasti akan kabur melipir dari rumah.
"Kayla, kau benar-benar menentang papa dengan cara seperti ini, papa tidak menyangka kau begitu menolak perjodohan," lirih Justin sambil menatap ke arah balkon sambil mengepalkan kedua tangannya menahan emosi.
Beberapa puluh menit kemudian ...
"Tuan ada apa kau memanggilku?" tanya kepala pelayan yang saat itu adalah seorang laki-laki dia bukan sekedar kepala pelayan biasa, dia juga adalah orang kepercayaan papa Justin.
"Kayla kabur," ucap papa Justin singkat.
Terlihat wajah kaget dari kepala pelayan yang sedari tadi memeriksa di ruang penyimpanan.
"Tuan maafkan aku, hari ini adalah jadual pemeriksaan bahan-bahan makanan yang maru masuk di tempat penyimpanan jadi aku tidak mengawasi nona," jelas nya dengan wajah penuh rasa bersalah.
"Tidak, ini bukan salah mu, aku terlalu memanjakan Kayla sehingga membuat nya jadi seperti ini, dia meninggalkan ku karena menolak perjodohan itu, sekarang aku bingung harus bagaimana," ucap Justin sambil memijat alisnya, ia terlihat sangat bingung.
"Astaga, tuan sebenarnya aku punya satu cara yang mungkin bisa membuat hati nona luluh, tetapi aku tidak tau tuan akan setuju atau tidak dengan ide ku ini," kata Salim. Ya kepala pelayan tersebut namanya Salim.
"Ayo lah Salim kau bisa mengatakan apa saja, aku sudah benar-benar pusing memikirkan masalah ini selama tiga bulan terkahir, kau tau sendiri aku tidak mungkin menolak permintaan orang tua itu," ungkap papa Justin penuh harapan dengan ide Salim.
Salim mulai menunduk dan kemudian membicarakan beberapa patah kata, yang tak lain adalah ide yang telah dia siapkan untuk meluluhkan hati Kayla agar memenuhi permintaan papa nya.
"Aku percaya padamu, kau atur saja, intinya kali ini harus berhasil," ucap papa Justin. Kali ini wajahnya terlihat sedikit lebih tenang.
"Baik tuan, aku akan mengurus semuanya, jangan khawatir, kalau begitu aku permisi dulu," ucap Salim yang kemudian meninggalkan ruang tengah rumah megah itu.
Keesokan harinya ...
"Kayla kau benar-benar ingin pergi dari papa mu?" tanya Vania sambil membawa beberapa buku tebal di hadapannya dengan cara memeluk.
Mereka berdua masuk ke dalam gerbang kampus di pagi itu bersama dengan beberapa mahasiswa dan mahasiswi lainnya.
"Iya, karena ayah mu dekan, aku mau kau meminta ayah mu untuk membantu ku mengurus kepindahan," ucap Kayla tampa pikir panjang.
"Kau gila!" balas Vania.
"Tidak gila, kau kan tidak tau bagaimana rasanya jadi aku, sangat tertekan," jawab Kayla sambil buang muka, dia menahan gejolak di hatinya.
"Aku memang tidak merasakan nya karena aku bukan dirimu, tetapi keputusan yang di buat secara tergesa-gesa itu sama sekali tidak baik, lagipula ayah ku adalah sahabat baik papa mu, bagaimana bisa dia membantu mu pindah dari sini, kau adalah mahasiswi teladan di sini, memiliki beasiswa dan kau selalu menjadi bunga di kampus ini," oceh Vania panjang lebar.
Mendengar itu Kayla pun terdiam, dia mengerti dengan apa yang di maksud Vania, namun jika terus berada di kota itu, ia tau ayahnya pasti akan segera menangkap dan membawa nya kembali ke rumah.
"Terlebih lagi, apakah kau sudah tidak mau lagi melihat dia?" ucap Vania yang kini menghentikan langkah kakinya sambil matanya yang tertuju ke arah lapangan basket.
Kayla ikut diam, dia menatap arah yang sama dengan pandangan Vania, di dalam lapangan terlihat beberapa anggota tim basket kampus yang sedang latihan, padahal itu masih sangat pagi.
"Percuma, sudah satu tahun aku mengejarnya, dia sama sekali tidak mempedulikan ku, dia sudah punya wanita lain," kata-kata itu terucap dari bibirnya Kayla dengan tatapan nanar nya.
Vania kini mengalihkan pandangan nya ke wajah Kayla.
"Siapa wanita yang dia suka? Dan bukan kah kau pernah berkata padaku kalau kau sudah menginginkan sesuatu kau harus mendapatkan nya dengan cara apapun? Di mana semangat mu yang dulu, ayo lah jangan seperti itu, setidaknya jika kau punya pacar, papa mu mungkin saja akan mempertimbangkan perjodohan itu demi kebahagiaan mu, bukan begitu?" bujuk Vania yang sebenarnya tak ingin di tinggal pergi oleh sang sahabat.
Vania dan Kayla adalah sahabat sejak SMP, kedua orang tua mereka dulu nya punya rumah dalam satu komplek, sampai di mana ayah Vania memutuskan untuk pindah agar lebih dekat dengan tempat nya bekerja ya itu sebagai dekan di kampus ini.
Dulunya Vania juga bukan orang yang berada, namun tak lama setelah ayahnya jadi dekan, dan ibunya bekerja di sebuah perusahaan, akhirnya hal itu bisa mengubah takdir mereka, namun dia tidak pernah melupakan sahabatnya ya itu Kayla, sampai di mana papa nya Kayla juga berhasil jadi orang yang sukses, kini mereka berjaya bersama.
"Apa ucapan mu itu benar? Jika aku bisa mendapatkan nya papa ku akan mempertimbangkan perjodohan?" lirih Kayla dengan mata yang masih tertuju kepada lapangan basket itu.
"Aku tidak bisa mengatakan seratus persen iya, tapi jika kau punya pacar, mungkin papa mu akan melihat titik kebahagiaan mu yang lain kan?" ucap Vania lagi.
"Tapi dia sudah beberapa kali menolak ku tak peduli aku mengejarnya, sudah satu tahun," sambung Kayla lagi.
"Hmmm, begini saja, kau berusaha lagi dalam tiga hari, jika tidak mendapatkan nya aku akan membantu mu membujuk papa ku untuk pindah," ucap Vania sambil memegang kedua pundak Kayla.
"Benarkah? Jika gagal kau akan membantu ku kan?" tanya Kayla memastikan.
"Iya, tapi ku harap tidak gagal," jawab Vania sambil tersenyum.
Sementara itu di lapangan basket.
"Aldo, lihatlah di sana, aku pikir dia masih belum menyerah mengejar mu," ucap salah satu dari anggota tim basket itu kepada ketua tim yang bernama Aldo.
Aldo pun menoleh dan mendapati Kayla yang menatap nya dari jarak jauh.
Next?
"cantik, tapi dia bukan type ku, gadis sombong dan angkuh sepertinya sama sekali tidak layak," ucap Aldo sambil mengalihkan pandangan.
"Sombong? Angkuh? Dari mana kau tau semua itu sedangkan kau sama sekali tidak melihat dia seperti itu kan? Sudah cantik, anak orang kaya, jarang-jarang tau ada wanita seperti Kayla mau mengejar laki-laki," ungkap temannya Aldo.
"Kalau begitu untuk mu saja, aku tidak mau, aku lebih suka gadis lembut, baik hati dan tidak suka pamer kekuasaan di kampus," ujar Aldo yang kemudian berdiri dari duduknya lalu melangkah pergi.
"Dasar bodoh, kau sama sekali tidak melihat sisi baik nya, kau hanya tertipu dengan kelembutan perempuan yang kau sukai itu," kata sang teman lagi.
Aldo yang mendengar itu berbalik dan menatap tajam temannya.
"Jangan bawa-bawa Rahel, dia tidak pantas kau bandingkan dengan wanita angkuh itu," ucap Aldo dengan wajah kesalnya.
Sang teman hanya bisa terdiam mendengar ucapan tersebut.
Sementara yang lainnya hanya duduk dan menatap mereka dengan tatapan bingung.
Beberapa menit kemudian ...
"Kak Aldo," panggil seseorang yang saat itu berlari kecil menghampiri Aldo.
"Rahel, apa yang kau bawa?" senyum Aldo mengembang saat melihat wanita yang dia sukai datang sambil membawa sesuatu.
"Ini kue yang di buat ibuku, aku ingin kau mencobanya," ucap wanita itu yang terlihat lembut dan polos.
"Kau ini benar-benar sangat baik, kalau begitu simpan saja dulu karena sekarang aku tidak membawa tas ku, nanti setelah mata kuliah pertama selesai bawa ke kantin, kita makan sama-sama," kata Aldo sambil tersenyum manis.
"Baiklah kak," ucap perempuan yang bernama Rahel itu dan kemudian meninggalkan Aldo.
"Dia benar-benar manis," batin Aldo.
Ini adalah cinta segitiga di kampus, di mana Kayla sudah lama tertarik kepada Aldo si ketua tim basket kampus tersebut, sudah satu tahun terkahir ia mengejar laki-laki yang dingin dan cuek kepadanya itu. Kayla hampir menyerah, namun dia di beri tantangan oleh Vania selama tiga hari, jika berhasil pacaran dia tidak akan pergi dan berharap papa nya berubah pikiran, namun jika gagal dia akan meminta Vania untuk membujuk ayah nya yang seorang dekan di kampus tersebut untuk mengurus kepindahan.
Satu setengah jam kemudian ...
Mata kuliah pertama telah di selesai, Vania dan Kayla kini berjalan menuju kantin bersama, mereka yang tadi pagi tidak sempat sarapan buru-buru untuk sekedar mengisi kekosongan di perut masing-masing.
"Ayo cepat Kayla, aku sangat lapar, sebelum anak-anak jurusan lain keluar kita harus lebih dulu," kata Vania sambil menarik tangan Kayla.
"Ya sabar," ucap Kayla yang kemudian berlari kecil karena tangan nya di tarik oleh Vania.
Setibanya di kantin mereka melihat suasana yang sudah lumayan ramai, hanya tersisa satu bangku dengan dua tempat duduk.
"Ayo-ayo cepat," Vania segera berlari dan mengambil posisi tersebut.
"Buk! Seperti biasa!" jerit nya tampa mempedulikan banyak nya orang di sana.
"Siap! Tapi tunggu beberapa antrian lagi ya!" kata sang pengurus kantin tersebut.
"Baik Bu," jawab Vania.
"Kau ini, bisa tidak jangan teriak-teriak, kau kan bisa pergi ke sana untuk menghampiri nya dan bicara dengan baik," ucap Kayla sambil duduk berhadapan dengan Vania.
"Tidak bisa, kau yang sangat lambat, bisa-bisa bangku yang sudah ku rebut ini menghilang," kata Vania sambil tersenyum kecil.
"Ya sudah," jawab Kayla singkat.
Sementara itu, seseorang berjalan ke arah mereka sambil membawa sesuatu di tangan nya.
"Maaf, apakah aku menganggu kalian?" ucap nya dengan suara lembut.
Kayla dan Vania yang mendengar suara itu segera secara bersamaan mendongak dan menatap pemilik suara, seketika kening keduanya mengerut terlebih lagi Kayla.
"Apa mau mu?" ucap Vania dengan tatapan tajam.
"Emm, bisakah setelah kalian selesai bangku ini di berikan untuk ku?" ucap nya.
"Apa maksud mu? Kami bahkan belum makan," balas Kayla.
"Tidak, bukan begitu, aku hanya ingin kalian memanggil ku setelah kalian selesai makan, karena bangku sangat penuh, kalian kan teman satu jurusan, aku mohon ya, aku ingin makan kue yang di buat ibuku bersama kak Aldo," katanya sambil tersenyum, dia adalah Rahel yang datang untuk pamer dan mendominasi Kayla.
Ya dia memang terlihat lembut di mata Aldo karena dia cukup pintar dalam membuat orang lain merasa bersalah untuk nya. Kalian tau sendiri lah sifat seperti apa ini.
"Oh jadi kau menghampiri kami hanya untuk pamer? Aku tidak tau kenapa Aldo benar-benar buta karena bersikap baik kepada wanita seperti mu, sudah miskin licik," kata Vania sambil berdiri dari duduknya.
"Vania sudah," kata Kayla tak ingin sahabat nya itu menerima masalah lain.
"Ayo lah Kayla, aku mohon ya," ucap Rahel sambil memegang tangan Kayla dan menarik-narik nya.
"Awh!" leguh Kayla merasa sakit di bagian lengan nya karena di pegang oleh Rahel.
Dia yang reflek segera menepis itu dan membuat kotak makanan yang ada di tangan Rahel jatuh berhamburan, membuat perhatian orang-orang yang ada di kantin tersebut tertuju kepada mereka.
"Kayla!" jerit Aldo yang tampa sengaja melihat kejadian tersebut karena dia juga baru sampai di sana.
"Kue ku, hiksss kue-kue nya," kata Rahel seketika menangis dan memunguti kue-kue nya.
"Tidak ini salah paham, aku tidak melakukan nya dengan sengaja," kata Kayla sambil menatap Aldo yang saat ini tiba di hadapan mereka.
Seketika suasana kantin jadi hening.
"Benar dia yang mulai," ucap Vania.
"Maafkan aku, aku tau kau pasti marah padaku karena aku bilang kue ini untuk kak Aldo, tetapi aku hanya ingin kalian memberikan bangku ini setelah kalian selesai makan," kata Rahel dengan air mata yang mengalir deras.
"Kau menyakiti lengan ku sehingga membuat ku sakit dan tampa sengaja mendorong tangan mu," ucap Kayla berusaha membela diri.
"Cukup! Kayla, kau benar-benar manusia yang tidak punya perasaan dan hati nurani, Rahel memang bukan orang kaya seperti kalian, tetapi tidak seharusnya kalian perlakukan dia seperti ini," kata Aldo yang kemudian membantu Rahel berdiri dan kemudian membawa nya pergi dari sana.
"Kue-kue nya kak," ucap Rahel.
"Sudahlah, jangan di ambil, sudah kotor," kata Aldo yang kemudian mengemgam tangan Rahel dan pergi dari sana.
"Aldo ini salah paham! Aku tidak melakukan nya," ucap Kayla hendak mengejar mereka namun tangan nya di tahan oleh Vania.
"Sudahlah, dia sedang marah, nanti saja setelah amarah nya mereda kau bisa menemui dia untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi," ucap Vania.
"Huh, dia sengaja ingin menambah kesan buruk ku kepada Aldo," batin Kayla.
Namun dia tidak ingin ambil pusing, sudah cukup banyak masalah yang dia bendung saat ini, dia tak ingin lagi menerima banyak masalah.
Next?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!