Di ruang tamu sebuah rumah yang telah wanita cantik tinggali selama dua tahun terakhir ini, nampak ia sedang menatap dua orang pria dan wanita yang duduk di sofa di depannya sambil menundukkan kepala. Keduanya baru saja kepergok selingkuh oleh istri dari pria tersebut.
Jeselyn Angelina, wanita muda berparas cantik yang sering di sapa Jesi, memiliki postur tubuh tinggi, serta rambut hitam panjang sepinggang tidak menyangka akan di khianati oleh suami dan sahabatnya sendiri. Selama ini Jesi selalu berusaha menjadi istri yang baik untuk sang suami tercinta. Ia selalu menuruti apapun kemauan sang suami seperti menyiapkan segala keperluannya. Jesi selalu berusaha membuat sang suami merasa nyaman saat bersamanya agar suaminya bahagia. Namun rupanya sang suami masih tergoda dengan wanita lainnya. Itulah yang namanya manusia kurang bersyukur, meski di rumah sudah punya pasangan baik, tetap saja akan mencari yang lainnya.
" Jesi, aku minta maaf! Aku khilaf!" Ucap Angga, suami Jesi.
" Heh khilaf. Kalau khilaf kenapa berkelanjutan mas?" Sinis Jesi tidak percaya lagi dengan apa yang keluar dari bibir kotor suaminya. Angga, bungkam. Ia merasa terpojok dan tidak bisa berkata apa apa lagi.
Kini tatapan Jesi beralih pada sahabat sekaligus selingkuhan suaminya. Bella, wanita yang selama ini menempel dirinya bak seekor lintah, kini telah menusuk Jesi dari belakang. Dari seorang pengangguran hingga Jesi beri pekerjaan sebagai manager cafe yang memiliki penghasilan cukup besar, kini telah merampas seseorang yang sangat Jesi cintai.
" Aku minta maaf Jesi, aku telah menjalin hubungan terlarang dengan suamimu. Tapi mau bagaimana lagi kami saling mencintai. Dan kamu tidak bisa menyalahkan aku."
Cessss....
Hati Jesi bagai di tusuk sebilah sembilu. Saling mencintai? Lalu untuk apa Jesi berada di sisi Angga selama ini? Apakah Jesi hanya di manfaatkan oleh Angga untuk mengurus rumah dan keperluannya? Jika benar mereka saling mencintai, lalu kenapa mereka tidak jujur saja? Dengan begitu Jesi bisa pergi. Pikir Jesi.
" Apa benar kalian saling mencintai mas?" Tanya Jesi menatap sang suami. Nampak kesedihan terpancar di mata Jesi. Ia belum siap menerima jawaban dari sang suami. Pria yang amat sangat ia cintai kini telah berpaling hati. Jesi mengepalkan erat tangannya menahan emosi yang siap membuncah di dada. Ia takut dirinya hilang kendali.
" Maaf."
Hanya itu yang keluar dari bibir Angga, namun satu kata itu mewakili semua jawaban atas pertanyaan Jesi.
" Sejak kapan kalian menjalin hubungan?" Tanya Jesi berusaha setenang mungkin meski rasanya ia ingin menonjol kedua pengkhianat di hadapannya ini.
" Sejak aku di terima kerja di cafe." Sahut Bella. Itu berarti sudah satu tahun lamanya. Waktu itu memang Bella sering main ke rumah Jesi. Hanya Jesi sahabat yang mau berteman dengannya mengingat tabiatnya yang buruk. Bella juga sering bertemu dengan Angga, mungkin saat itulah Angga tergoda dengannya, pikir Jesi. Sejujurnya Jesi ingin marah, ia di khianati selama satu tahun tanpa ia tahu sama sekali. Namun ia harus bersikap layaknya wanita berkelas.
" Kalau begitu menikah lah! Tidak perlu berbuat dosa terus menerus jika memang kalian cinta, aku akan mengurus surat cerai kita sesegera mungkin."
Deg...
Angga mendongak menatap Jesi. Inikah wanita yang telah ia sakiti selama ini? Bahkan setelah apa yang ia lakukan selama ini, tidak ada kemarahan dari dalam diri Jesi? Atau kah karena saking terlukanya Jesi hingga membuatnya tidak bisa marah? Atau memang Jesi wanita yang baik hati? Entah terbuat dari apa hati Jesi ini hingga ia mau menerima kesalahan sang suami begitu saja. Terbesit rasa bersalah di dalam hati Angga. Jika bukan karena bujuk rayu di sertai godaan iman dari Bella, mana mungkin ia menyakiti wanita sebaik Jesi.
" Kau tidak marah Jes?" Tanya Bella tanpa rasa bersalah.
" Aku tidak mau membuang buang energiku untuk mengeluarkan amarahku. Tidak ada gunanya aku marah atau pun menyalahkan salah satu dari kalian. Karena pada dasarnya kalian mau sama mau. Memang benar kata orang, wanita rendahan akan bertemu dengan pria rendahan juga. Kalian sungguh pasangan yang serasi."
Jleb...
Jantung Bella dan Angga terasa nyeri seperti di tikam anak panah yang langsung menancap di jantung keduanya. Sindiran Jesi halus namun langsung mengena.
" Jesi kenapa kamu tega mengatakan hal itu? Aku bukan wanita rendahan. Aku... "
" Lalu aku harus menyebutmu dengan sebutan apa?" Tanya Jesi memotong ucapan Bella. Ia menatap Bella dengan penuh kebencian. Jika dulu Jesi akan menatapnya dengan tatapan kasih sayang, kini kasih sayang itu hancur begitu saja bersamaan dengan pengkhianatan ini. " Jika bukan wanita rendahan lalu apa lagi? Wanita terhormat tidak akan merendahkan harga dirinya dengan mengobral tubuhnya kepada pria beristri." Lagi, ucapan Jesi berhasil menusuk hati Bella. " Apalagi kita sahabat Bella. Kita sahabat sejak lama, bahkan semua yang kamu miliki saat ini itu ada bantuan dariku. Tanpa bantuanku kau bukan siapa siapa. Tapi lihat sekarang? Setelah kau mendapatkan kenyamanan, kau menusukku dari belakang." Sambung Jesi.
Bella mengepalkan erat tangannya, ia tidak terima di permalukan Jesi di depan sang kekasih. Ia berjanji akan membalas semua penghinaan ini.
" Sudah sudah, tidak perlu kita ributkan lagi." Ujar Angga menengahi. Ia menatap Jesi, " Jesi, kita bertemu secara baik baik maka kita akan berpisah secara baik baik pula. Entah mengapa aku merasa perasaanku untukmu tidak seperti perasaanku untuk Bella. Mungkin perasaanku untukmu sudah mati dan tergantikan perasaan untuk Bella yang terasa menggebu gebu di hati ini."
Cessss...
Lagi lagi hati Jesi terasa sakit, bahkan sangat sakit. Angga mengatakan semua itu tanpa rasa bersalah atau pun menyesal karena telah menyakiti hatinya. Angga bersikap seolah olah tidak terjadi apa apa di antara mereka bertiga.
Jesi melirik Bella yang nampak tersenyum penuh kemenangan. Ia kembali menatap sang suami yang sebentar lagi akan menjadi mantan.
" Kau hanya tahu cantiknya Bella dari luar saja mas. Kau tidak tahu bagaimana buruknya Bella selama ini. Aku harap kau tidak akan pernah menyesali keputusanmu ini di kemudian hari."
Bella terkejut dengan ucapan Jesi, ia tidak mau sampai Angga mengetahui tingkah buruknya di belakang Angga. Namun sedetik kemudian ia bernafas lega karena sepertinya Angga tidak tertarik dengan obrolan itu.
" Baiklah, kau bisa berkemas setelah ini. Aku akan mengurus perceraian kita besok pagi." Ucap Angga. Jesi terkejut dengan ucapan Angga, ia di usir?
" Ayo Bella kita pulang!" Ajak Angga mengulurkan tangannya. Dengan cepat Bella menerima uluran itu, ia mengapit lengan Angga dengan mesra.
" Pulang? Apa kalian punya rumah?" Selidik Jesi.
" Bukan rumah kami, tapi kontrakan. Mas Angga menyewakan rumah untuk tempat tinggal kami berdua. Sekarang paham kan kenapa mas Angga sering dinas ke luar kota? Tapi setelah kamu pergi, kami akan pindah ke rumah ini." Sahut Bella kembali menyakiti hati Jesi.
Setelah itu Angga menggandeng Bella keluar dari rumahnya. Jesi menatap kepergian keduanya dengan hati penuh luka.
Brugh...
Tubuh Jesi luruh ke lantai, sedari tadi ia berusaha untuk kuat dan terlihat tegar di depan mereka.
" Hiks... Hiks... Kenapa rasanya sakit sekali ya Tuhan?" Jesi memukul dadanya sendiri. Bayangan bayangan perbuatan Bella dan Angga berputar di ingatannya. Bayangan tubuh kekar Angga yang sedang menggagahi Bella di ranjangnya, suara desahan mereka yang begitu mengganggu telinga, serta ungkapan cinta Angga untuk Bella begitu membuat hati Jesi hancur.
Ya, Jesi baru saja pulang dari luar kota setelah tiga hari menginap di rumah saudaranya yang terkena musibah. Ia sengaja pulang tanpa mengabari sang suami. Ia ingin memberikan kejutan kepada Angga. Namun apa yang terjadi? Ia justru melihat perselingkuhan sang suami bersama sahabatnya sendiri. Ini sungguh kejutan yang sangat luar biasa baginya.
" Hiks... Hiks... " Jesi semakin keras memukuli dadanya, ia terbawa emosi jika mengingat semuanya.
" Aku bersumpah, aku tidak mau lagi berhubungan dengan keluarga ini. Keluarga yang telah begitu menyakitiku. Aku akan pergi menjauhi orang orang tidak punya hati seperti mereka. Aku membencimu mas Angga. Jika aku boleh meminta, aku tidak mau bertemu kamu lagi untuk selamanya." Teriak Jesi.
**
Di dalam mobil Bella dan Angga, mereka nampak berpagut mesra. Angga yang sedang tergila gila dengan kecantikan yang di miliki oleh Bella tidak ingat apapun. Bahkan ia tidak merasa telah menyakiti dan menghancurkan hidup Jesi.
Angga melepas pagutannya, ia mengusap lembut bibir Bella yang terkena air liurnya.
" Aku bahagia mas, akhirnya kita bisa bersama. Aku mau setelah kalian bercerai, kau langsung menikahiku. Demi anakmu yang ada di sini." Ucap Bella mengelus perutnya yang masih rata.
" Tentu sayang, aku akan langsung menikahimu." Sahut Angga.
" Terima kasih mas, aku mencintaimu." Ucap Bella namun Angga tidak membalasnya.
" Maafkan aku Jesi, aku harus melepasmu dan menikahi Bella demi anak di dalam kandungannya. Aku tidak mau anakku tumbuh tanpa seorang ayah. Salahkan dirimu sendiri yang tidak bisa memberikan anak kepadaku. Sudah dua tahun lebih kita bersama namun kau belum juga memberiku keturunan. Sekali lagi maafkan aku!"
TBC...
Setelah resmi bercerai dari Angga, Jesi segera berkemas dan akan pindah dari rumah yang selama ini telah menampungnya. Rumah ini memang bukan miliknya atau pun milik Angga. Rumah ini milik kakak Angga yang menjadi pengusaha kaya raya di kota Jakarta. Sebenarnya Angga bukan siapa siapa tanpa bantuan sang kakak. Ia hanya seorang pekerja kantoran biasa yang mengandalkan uang transferan dari sang kakak untuk berfoya foya. Bahkan mungkin untuk membiayai hidup Bella selama ini. Padahal kakaknya sudah berkeluarga meskipun belum memiliki anak.
Setelah selesai mengepak semua barang barangnya, Jesi segera meninggalkan rumah itu dengan menaiki taksi. Ia menuju rumahnya yang berada tak jauh dari rumah Angga. Mereka hanya berbeda wilayah namun di kota yang sama.
Sampai di rumah, ia di sambut oleh kedua orang tuanya.
" Sayang kamu sudah sampai." Ucap bu Laras memeluk sang putri tercinta satu satunya.
" Iya ibu, maafkan Jesi yang telah gagal membina rumah tangga." Ucap Jesi.
" Tidak apa apa nak, jodoh itu takdir Tuhan. Mungkin kamu tidak berjodoh dengan Angga. Tuhan sedang menyiapkan jodoh yang baik untukmu hmm. Yang bisa menyayangi putri ibu apa adanya." Bu Laras menciumi pipi putrinya.
" Aku tidak memikirkan hal itu lagi bu. Aku merasa trauma dengan pernikahan ini. Aku ingin menikmati hidup sendiri dulu bu." Ujar Jesi.
" Tapi jika nanti ada yang mau mempersuntingmu, kamu tidak boleh menolaknya nak. Jangan jadikan masalah ini sebagai traumamu. Kamu berhak bahagia, ayah doakan semoga nanti akan ada pria yang benar benar menyayangimu dan selalu membutuhkanmu di sampingnya. Dengan begitu, dia tidak akan mengkhianatimu." Ujar pak Vandi, ayah Jesi.
" Iya yah, semoga saja." Sahut Jesi.
Mengenai Jesi, sebenarnya Jesi bukan putri kandung bu Laras dan pak Vandi. Ia anak mantan majikan pak Vandi yang sengaja di sembunyikan karena dulu Jesi di incar oleh seseorang untuk di habisi. Kedua orang tuanya telah meninggal dunia akibat pembunuhan berencana yang di lakukan oleh kerabat dekatnya. Saat ini usia Jesi baru dua puluh tahun, setelah Jesi berusia dua puluh lima tahun, ia bisa mengambil semua miliknya yang saat ini sedang di nikmati oleh orang lain.
Awal Jesi menikah dengan Angga, kedua orang tuanya sudah melarangnya. Pak Vandi tidak setuju karena usia Jesi yang masih sangat muda waktu itu. Namun Jesi memaksa dengan alasan ingin menikah muda. Padahal alasan yang sebenarnya yaitu karena Jesi merasa kasihan dengan kedua orang tuanya yang telah membesarkannya. Mereka harus banting tulang demi mencukupi semua kebutuhan Jesi. Ia tidak tega menjadi beban kedua orang tuanya.
Namun sampai sekarang Jesi tidak tahu jika dirinya bukan anak kandung mereka.
" Ya sudah, kamu istirahat dulu di kamarmu. Ibu mau memasak makanan kesukaanmu untuk menyambut kedatanganmu. Akhirnya setelah dua tahun ini, kita bisa bersama sama lagi." Ujar bu Laras.
" Iya bu, terima kasih. Kalian memang orang tua terbaik di dunia ini." Jesi memeluk kedua orang tuanya.
" Sudah sudah jangan bersedih! Buruan istirahat gih!" Ujar bu Laras.
" Aku ke kamar dulu bu." Jesi meninggalkan kedua orang tuanya menuju kamarnya. Kamar yang sudah ia tinggalkan sejak lama.
**
Malam pun telah tiba. Sang mentari berganti tugas dengan sang rembulan. Saat ini Jesi sedang makan malam bersama kedua orang tuanya. Meskipun mereka hidup sederhana namun mereka nampak bahagia. Mereka merupakan keluarga yang terkenal dengan keharmonisannya.
" Sayang tambah lagi!" Ujar bu Laras.
" Sudah bu, aku sudah kenyang." Sahut Jesi.
" Setelah ini, apa rencanamu ke depannya nak?" Tanya pak Vandi.
" Rencananya aku mau mencari pekerjaan yah. Jadi pelayan toko juga nggak apa apa mengingat ijazah ku yang hanya tamatan SMA."
Membicarakan ijazah, Jesi jadi ingat jika ijazahnya tertinggal di rumah Angga. Ia tidak membawanya karena ia lupa menaruh kunci almarinya. Sekarang ia ingat jika ia menyimpan kunci almari di kotak perhiasan yang sudah tidak terpakai.
" Yah, bu, nanti aku mau ke rumah mas Angga ya. Aku mau ambil ijazah yang tertinggal di sana." Ucap Jesi.
" Malam malam begini apa tidak apa apa nak? Ibu takut kamu kenapa napa." Ujar bu Laras.
" Tidak apa apa bu, aku sudah terbiasa keluar malam selama tinggal di sana. Aku khawatir kalau aku ambil besok, mas Angga sama Bella udah ada di sana. Aku belum mau ketemu sama mereka." Ucap Jesi merasa sedih.
Bu Laras menatap suaminya, " Iya tidak apa apa nak, tapi kamu harus hati hati." Ucap pak Vandi.
" Iya yah." Sahut Jesi.
Di tempat lain, tepatnya di sebuah cafe terkenal di kota itu. Nampak seorang pria tampan berwibawa sedang menunggu sang adik tercinta. Tak lama setelah itu, sang adik dan selingkuhannya datang mendekatinya.
" Hai kak, bagaimana kabarmu?" Angga duduk di depan kakaknya.
" Tidak sebaik dirimu." Sahutnya sambil melirik wanita yang duduk di samping sang adik.
Exvandra Mahardika, saudara satu satunya yang Angga punya. Seorang pengusaha berusia tiga puluh tahun yang terkenal akan kekayaannya. Ia memiliki istri bernama Raya Antika. Mereka sudah menikah selama lima tahun namun belum di beri momongan oleh yang Maha Kuasa. Entah apa yang terjadi pada mereka, hanya mereka yang tahu.
" Kakak bisa saja." Ucap Angga.
" Bagaimana bisa kau melepaskan wanita sebaik Jesi demi wanita modelan begini?" Ya, melihat penampilan Bella saja sudah membuat Andra sakit mata. Fashionnya begitu terbuka, Bella hanya memakai gaun ketat di atas lutut tanpa kerah dan lengan. Mirip kemben nenek moyang jaman dulu.
" Kak jangan bicara seperti itu. Bagaimana pun aku mencintainya." Ujar Angga.
" Kamu hanya sedang tersesat. Kakak rasa kamu lebih menuruti nafsu daripada perasaanmu. Kau akan menyesal nantinya Angga." Ucap Andra.
" Kalau kakak pulang hanya untuk menghina calon istriku, lebih baik kakak tidak usah pulang saja." Angga yang sedang di bayang bayang cinta tidak terima Bella di rendahkan oleh kakaknya.
" Kalau begitu kakak akan menghentikan aliran dana ke rekeningmu. Mulai sekarang kau cukupi kebutuhanmu sendiri. Kakak iparmu juga tidak setuju kakak memberikan uang lagi padamu. Sudah cukup selama ini kakak memberikan uang padamu yang kau gunakan untuk memelihara gund*k. Bukannya di tabung bersama Jesi biar kamu bisa punya rumah sendiri malah hura hura." Ancam Andra.
" Jangan kak, kalau bukan uang dari kakak aku dapat uang banyak darimana lagi? Kakak tahu gajiku hanya cukup untuk makan. Lalu biaya tempat tinggal dan sehari hari darimana kak? Please! Aku mohon jangan hentikan aliran dana bulananku ya." Rengek Angga seperti anak kecil minta permen.
" Tidak bisa. Keputusan kakak sudah bulat. Kakak tidak akan lagi mentransfer uang ke rekeningmu. Kakak akan memberi Jesi kompensasi perceraian biar bisa buat modal dia buka usaha." Sahut Andra.
Angga mengepalkan erat tangannya. Bella yang sedari tadi hanya menyimak kini bisa menyimpulkan sesuatu.
" Jadi selama ini Angga hidup di bawah naungan sang kakak? Tanpa uang dari kakaknya Angga bukan siapa siapa? Ya Tuhan sepertinya aku salah menangkap mangsa. Aku harus bisa mendapatkan pohon uang yang berbuah sendiri bukan kiriman pohon lain. Aku harus memikirkan cara bagaimana aku bisa mendapatkan kak Exvandra. Tidak apa jadi yang kedua yang penting hidup mewah bergelimang harta." Bella tersenyum smirk memikirkan cara bagaimana menjalankan aksinya.
Bella terus menatap Andra tanpa berkedip, ia tersenyum licik begitu mendapat ide untuk menjebak Andra.
" Kau akan jadi milikku malam ini kak."
Rencana apa yang akan Bella lakukan kepada Andra? Apakah berhasil?
TBC...
" Ehem." Bella berdehem mengalihkan perdebatan mereka.
" Tidak apa apa mas kalau kak Andra tidak suka padaku. Aku bisa mengerti, dan aku juga bisa mengalah." Ucap Bella.
" Apa maksudmu mengalah Bella?" Selidik Angga menatap Bella.
" Mungkin kita tidak di takdirkan berjodoh mas. Akan lebih baik kita akhiri saja hubungan kita ini. Aku memang mencintai kamu, tapi aku tidak mau terhalang restu dari kakakmu. Karena bagiku, kakak kamu merupakan orang tuamu. Dan doa restunya sangat penting untuk kehidupan kita ke depannya. Jadi lupakan saja hubungan ini." Sahut Bella memasang wajah sedih. Ia pun beranjak dari tempatnya. " Aku pergi dulu, semoga kita tidak bertemu lagi."
Bella segera meninggalkan mereka berdua.
" Apa kakak puas telah memisahkan kami berdua?" Bentak Angga kepada sang kakak.
" Aku yakin dia hanya sandiwara Angga. Kau jadi laki laki jangan terlalu bodoh! Atau mungkin dia mau meninggalkanmu setelah dia tahu kalau kamu tidak punya apa apa selain uang dariku?" Andra tertawa sinis meremehkan adik kandungnya sendiri.
" Tapi dia sedang hamil anakku kak."
Andra terkejut dengan pengakuan Angga, " Apa kau yakin itu anakmu?"
" Apa maksud kakak hah? Apa kakak mau menuduh dia hamil anak orang lain? Aku begitu bahagia mendengar dia hamil anakku kak. Selama ini Jesi tidak bisa memberikannya padaku, dan akhirnya aku bisa mendapatkan apa yang aku mau dari Bella. Tapi kakak malah berpikir buruk seperti itu. Apa mungkin kakak iri padaku? Karena sampai sekarang kakak tidak bisa punya anak."
" Aku benci kakak." Angga meninggalkan Andra sendiri.
Andra memijat pelipisnya sendiri, rasanya ia tidak percaya kalau Angga bisa membuat wanita hamil. Karena kejadian beberapa tahun silam membuat reproduksi Angga bermasalah. Tak mau ambil pusing, ia membuka ponselnya sambil menunggu minuman pesanannya.
" Tuan ini minumannya."
Andra yang sedang fokus pada layar ponsel mengangkat kepala menatap seorang pelayan pria yang membawakan minuman untuknya.
" Kenapa lama sekali? Apa pelayanan tempat ini lelet seperti ini?" Andra merasa kesal karena sudah menunggu dari tadi hanya untuk segelas minuman jus anggur.
" Maaf tuan! Tadi stok anggur kami habis makanya kami beli dulu." Ujarnya.
" Pergilah!" Andra menggerakkan tangannya mengusir pelayan itu.
" Baik tuan." Pelayan itu pun segera pergi meninggalkan Andra.
Andra menenggak minumannya, rasanya benar benar menyegarkan tenggorokannya.
" Aku harus kembali ke hotel." Andra beranjak dari kursinya, tiba tiba kepalanya berdenyut nyeri.
" Shhh kenapa dengan kepalaku?" Andra memegangi kepalanya sendiri. " Kenapa rasanya sakit sekali. Dan apa ini? Pandanganku rasanya sedikit kabur."
Di saat Andra fokus pada dirinya sendiri, tiba tiba seseorang menghampirinya.
" Kak Andra, kamu tidak apa apa?"
Andra menoleh, rupanya Bella yang mendekatinya.
" Lepas!! Mau apa kamu?" Andra menepis tangan Bella yang ada di pundaknya.
" Sepertinya kak Andra sedang tidak baik baik saja. Aku bisa membantumu kak." Ujar Bella.
" Aku bisa sendiri." Andra melangkahkan kakinya, ia ingin segera keluar dan menjauh dari Bella. Namun kepalanya semakin terasa berdenyut nyeri.
" Shh kenapa tambah sakit?" Keluh Andra.
Bella yang mendengarnya menyunggingkan senyumannya.
" Kau tidak akan lepas dariku kak Andra. Kau akan menjadi milikku malam ini. Dan setelah ini, aku akan menuntutmu." Batin Bella tersenyum smirk.
" Ah awas kak!" Bella memegangi pundak Andra ketika Andra hendak terjatuh.
" Aku bantu ke mobil kak."
Merasa sudah tidak kuat lagi, akhirnya Andra menerima bantuan Bella. Bella memapahnya sampai ke mobil.
Brugh..
Begitu Andra masuk ke mobil, Bella sengaja menubruk tubuh Andra berpura pura terjatuh.
" Ahh maaf kak aku terpeleset." Ucap Bella manja.
Ada yang aneh dalam tubuh Andra. Mendapat sentuhan dari Bella membuat sesuatu dari dalam dirinya melambung tinggi.
" Kak kamu tidak apa apa?" Bella mengusap pipi Andra yang jaraknya sangat dekat dengan wajahnya sendiri.
Andra memejamkan mata, sentuhan Bella benar benar membuatnya mabuk kepayang.
" Kak Andra!!! Apa kau butuh sesuatu?" Bisik Bella di telinga Andra. Deru nafas Bella membuat tubuh Andra semakin meremang. Dorongan dalam dirinya seolah memaksa untuk segera menuntaskannya.
" Ka.. Kau.." Andra membelai pipi Bella. Bella tersenyum licik, ia merasa usahanya sebentar lagi berhasil. Namun sesaat kemudian Andra tersadar, ini pasti rencana licik Bella untuk menjebaknya. Ia langsung mendorong tubuh Bella hingga Bella tersungkur ke luar.
Brugh...
" Awh!!!!" Rintih Bella saat kedua lututnya beradu dengan paving.
" Aku tahu ini pasti rencanamu, kau mau menjebakku kan? Hah, aku tidak akan terjebak dengan wanita licik sepertimu."
Blum!!!
Andra menutup pintu mobilnya. " Aku harus pergi dari sini sebelum wanita bejat itu menguasai diriku. Ah kalau kembali ke hotel kejauhan, lebih baik aku ke rumah saja."
Andra pindah ke kursi kemudi, dengan penuh hati hati ia melajukan mobilnya menuju rumahnya, rumah yang dulu di huni oleh Jesi dan Angga.
Melihat mangsanya lolos, Bella murka.
" Arghhhh!!!! Sialan! Rupanya sangat sulit menjebak dirinya." Umpat Bella.
Tidak butuh waktu lama, Andra sampai di rumahnya. Ia segera turun dari mobil, ia ingin segera berendam untuk menghilangkan efek obatnya.
Ceklek...
Dengan modal kunci cadangan yang ia punya, ia masuk ke dalam rumahnya yang nampak sepi. Ia berjalan sambil meraba raba tembok menuju kamar. Kamar mana saja yang penting ia harus segera sampai. Butuh perjuangan untuk ia sampai di kamar karena kondisi rumah yang gelap. Saat sampai di kamar utama yang ada di lantai satu, ia melihat bayangan seorang wanita.
Jesi yang sedang sibuk memasukkan ijazah dan dokumen lainnya ke dalam tas tidak menyadari kehadiran kakak iparnya. Tiba tiba...
Grep...
" Ah lepaskan!" Pekik Jesi ketika seseorang memeluknya dari belakang.
" Sttt ini mas, dek." Bisik Andra di telinga Jesi.
Tubuh Jesi bergidik, pikiran pikiran buruk memenuhi kepalanya saat ini. Ia takut Andra melakukan hal di luar batas.
" Ma.. Mas Andra." Lirih Jesi.
" Iya dek, tolong mas!" Sahut Andra sambil berdesis.
" Apa yang bisa aku lakukan mas?" Tanya Jesi gugup.
" Bella memberi obat perangsang kepada mas, mas tidak bisa mengendalikan efek obat ini dek. Kamu tahu sendiri bukan bagaimana mas bisa mati karena obat ini. Tolong mas dek, tolong layani mas malam ini."
" A.. Aku tidak mau mas. Ini salah, kamu kakak iparku. Bagaimana bisa aku melakukan semua ini denganmu. Lepaskan aku mas! Aku tidak mau lagi berhubungan dengan keluarga kalian. Cukup mas Angga saja yang menyakitiku, jangan kamu mas." Jesi nampak ketakutan, apalagi saat Andra mengeratkan pelukannya. Andra bahkan mencium leher dan tengkuknya membuat tubuhnya meremang.
" Mas lepaskan aku!" Ucap Jesi berusaha membuat Andra sadar.
" Maafkan mas dek, mas akan bertanggung jawab."
Brugh...
Belum juga Jesi menjawab perkataan Andra tiba tiba Andra mendorong tubuhnya ke ranjang.
" Tidak mas, jangan lakukan ini! Kau akan menyesal nantinya. Ingat istrimu di rumah mas, aku.. Aku.. Aku.. " Jesi tidak bisa berkata apa apa lagi setelah Andra mengukung tubuhnya. Andra mencium bibir Jesi dengan brutal, tangannya bergerilya kemana mana. Jesi sudah melakukan perlawanan namun tenaganya kalah jauh. Apalagi Andra di bawa pengaruh obat biru itu.
Malam ini, Jesi kehilangan kehormatannya sebagai wanita baik baik karena ulah mantan kakak iparnya. Ia menangis sepanjang permainan Andra berlangsung. Andra semakin bersemangat menyentuh adik iparnya. Ia telah melupakan segala hubungan dengan Jesi. Yang ia inginkan saat ini yaitu meluapkan hasrat yang begitu menggebu di dalam dirinya. Entah mengapa tubuh Jesi seolah menjadi candu baginya. Ia selalu ingin melakukan lagi dan lagi tanpa merasa lelah. Keringat dan air mata menetes menjadi satu membasahi wajah cantik Jesi. Lelah menangis dan permainan belum juga usai, Jesi kehilangan kesadarannya.
Setelah mendapatkan kepuasan yang tiada tara, tubuh Andra ambruk di samping Jesi.
" Maafkan mas, Jesi. Mas akan bertanggung jawab setelah ini." Andra mencium kening Jesi lalu memeluknya.
TBC...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!