5 tahun yang lalu…
Elara Wesley telah menikah dengan Nathan Alfred.
Pria itu adalah kekasih dari Elara, mereka terus bersama sejak masa perkuliahan sampai akhirnya mereka berdua memutuskan untuk menikah walau sebenarnya orang tua dari Nathan sungguh tidak menerima keberadaan Elara mengingat Elara hanyalah perempuan yatim piatu yang dibesarkan oleh Grandma nya saja.
Pernikahan itu berjalan dengan baik, sampai di malam pertama mereka keduanya menghabiskan waktu bersama.
Nathan memandang wajah cantik yang dimiliki oleh Elara.
Banyak pria yang menginginkan Elara namun hanya Nathan yang berhasil mendapatkan hati perempuan itu.
“Sayang, apa kau tahu bahwa aku sangat mencintaimu hm?” Tanya Nathan masih dengan menatap wajah cantik milik istrinya itu.
Elara menganggukkan kepalanya.
“Ya, aku tahu. Aku pun juga punya perasaan yang sama sepertimu, aku sangat mencintaimu Nathan.” Ucap Elara membalas tatapan milik Nathan.
Terlihat Nathan melingkarkan tangannya di pinggang Elara dengan wajahnya yang mulai mendekat pada wajah Elara.
Cup!
Nathan memberikan kecupan singkat di bibir Elara.
“Aku akan selalu mencintaimu, sayang.” Ucap Nathan dengan nada penuh kepastian membuat Elara merasa sangat dicintai oleh pria yang sudah menikahinya itu.
Sungguh Elara merasa tak menyesal sekalipun orang tua Nathan tetap tidak menyukainya sebagai menantu walau mereka memberikan restu.
Nathan semakin menarik pinggang Elara hingga tubuh mereka berdua jadi menyatu tanpa ada jarak yang memisahkan mereka lagi.
“Aku bahagia karena menemukanmu sebagai pasanganku, impianku memang ingin menikahimu sayang. Aku berharap kita punya usia pernikahan yang panjang. Kau adalah istri impianku, Elara Wesley.” Ucap Nathan lagi.
Elara tak bisa mengatakan apapun lagi ketika bibirnya sudah dibungkam oleh Nathan bersama ciuman dari pria yang sangat Elara cintai itu.
Keduanya berakhir di atas ranjang, bibir mereka terus menempel dengan ciuman yang tak mau usai begitu saja.
Tangan Nathan juga mulai menyentuh seluruh tubuh indah yang dimiliki oleh Elara.
“Nathan,” panggil Elara disela nada suaranya yang mulai tertahan ketika Nathan menghentikan ciumannya.
Nathan yang sudah menjauhkan bibirnya dari Elara terlihat mengukir senyum dengan raut wajah yang sangat menginginkan Elara malam itu juga.
“Ya, sayang? Katakan saja apa yang kau inginkan, hm?” Tanya Nathan.
“Aku takut, ini yang pertama bagiku.” ucap Elara dengan malu mengatakan hal itu membuat Nathan merasa senang karena dirinya adalah orang pertama yang akan memiliki Elara seutuhnya.
“Aku janji akan memperlakukanmu dengan baik sayang, jika kau merasa sakit maka kau bisa membaginya untukku.” Begitulah Nathan berucap pada Elara untuk menenangkan hati istrinya itu.
Elara perlahan menganggukkan kepalanya pelan, senyumnya juga terlihat malu-malu di hadapan Nathan.
Hingga pada akhirnya mereka berdua sama-sama menjadi polos tanpa ada apapun yang menutupi tubuh mereka.
“Cantik.” Puji Nathan ketika menatap tubuh Elara yang punya lekukan indah sekali di mata Nathan.
Ini adalah kali pertama bagi Nathan melihat langsung milik Istrinya itu, mengingat hubungan mereka sangatlah sehat ketika masih menjadi sepasang kekasih.
“Kau juga tampan.” Balas Elara memuji Nathan.
Tak ingin membuang banyak waktu, terlihat Nathan kembali menciumi Elara, bahkan bukan hanya bibir saja melainkan leher hingga bagian dada Elara yang tak luput diserang oleh Nathan.
Elara merasa pusing, dunianya terasa berputar karena perlakuan Nathan yang berada diatasnya itu.
“Nathan, aku mencintaimu, sangat mencintaimu.” Gumam Elara yang sudah memejamkan matanya untuk menikmati semua sentuhan suaminya itu.
“Nathan, aku__”
“Aku suka dengan raut wajahmu seperti ini, aku menyukainya Elara. Ini kali pertama bagiku menatapmu seperti bukan dirimu.” Bisik Nathan membuat kedua pipi Elara jadi bersemu merah.
Elara tak berani untuk membuka matanya.
“Sayang lihat aku, kau juga harus melihat wajahku ketika aku memasukkan milikku.” Bisik Nathan cukup sensual di pendengaran Elara.
Dengan perlahan Elara mulai membuka matanya, pandangannya bertemu langsung dengan mata Nathan yang dipenuhi keinginan untuk memiliki istrinya sendiri.
“Kau benar-benar membuatku terus jatuh cinta, Elara. Kau perempuanku yang paling cantik yang pernah kucintai sampai tak bisa menghilang dari ingatanku. Kau sungguh duniaku Elara.” Ucap Nathan sangat manis mengatakan hal itu.
Elara tak bisa berkata apapun selain dunianya sangat bahagia karena ada Nathan dalam hidupnya.
“Aku juga mencintaimu dan bagiku duniaku juga hanya kau, Nathan.” Balas Elara.
Di detik berikutnya Nathan mulai memposisikan dirinya, ia perlahan mencoba memasuki Elara dengan gerakan pelan membuat Elara meringis.
“Akh, Nathan__”
Elara tak bisa berkata apapun saat bibirnya kembali dibungkam oleh ciuman oleh Nathan.
Nathan mencoba mendorong lebih kuat sampai ia bisa memasuki milik istrinya itu.
Dan ya…
Nathan bisa memasuki Elara, milik perempuan itu tak terlalu sulit untuk dimasuki.
Sejenak Nathan diam bahkan ciuman itu juga terlepas.
“Sayang? Apa aku tidak menyakitimu?” Tanya Nathan yang tak merasa bahwa Elara masih tersegel.
Elara yang tadinya memejamkan matanya kini langsung membuka matanya.
“Sedikit Nathan, aku hanya merasa sedikit perih.” Jawab Elara.
Ya benar! Itu yang membuat Nathan heran dan merasa kecewa namun ia tak langsung mengatakannya pada Elara.
Alih-alih membahas hal itu, lebih baik Nathan memulai untuk menuntaskan hasratnya yang sudah melambung tinggi itu. Ia tak mau berpikir banyak walau ia juga tak berpikir positif tentang istrinya itu.
Ya, ia sadar betul bahwa Elara sudah tak lagi perawann.
Nathan mulai menggoyangkan pinggulnya membuat Elara mulai mendesahh pelan bahkan menyebut nama Nathan berulang kali dengan posisi tangannya yang mengalung di leher suaminya itu.
Nathan tidak melakukannya lama, ia hanya memasukan satu kali benihnya lalu menyudahi segalanya.
“Aku merasa sangat lelah, tidurlah Elara.” Ucap Nathan.
Elara juga mengantuk, ia memilih memejamkan matanya seraya memeluk Nathan yang tadinya berbaring dalam posisi membelakangi Elara.
“Selamat malam, Nathan.” Gumam Elara menyandarkan wajahnya di punggung polos Nathan.
Nathan tak tidur, ia terdiam merasakan hembusan napas milik Elara di punggungnya itu.
‘Apa kau pernah menghianatiku, Elara? Bukankah kau sendiri yang mengatakan bahwa kau tak pernah menjalin hubungan dengan siapapun, tapi kenapa aku malah mendapatkan bekas orang lain huhh? Kenapa Elara?’ Nathan membatin bersama dengan tangan yang terkepal kuat sekali.
Mungkin lebih tepatnya Nathan sangat kecewa dengan Elara yang selama ini menjadi perempuan yang sangat ia cintai. Bahkan Nathan sangat menghormati Elara sebagai kekasihnya itu, hingga mereka melakukan hubungan ketika mereka sah menjadi suami istri.
****
5 tahun setelahnya…
Elara benar-benar tak menyangka dengan suaminya sendiri yang berucap tanpa menyaring pertanyaannya itu.
"Kita sudah lama menikah, tapi kau tak pernah hamil. Apa jangan-jangan kau mandul, Elara?" Tanya pria dengan nama Nathan yang berstatus sebagai suami bagi Elara.
Elara menatap benci saat mendengar perkataan suaminya itu.
"Memangnya berapa kali kita berhubungan suami istri setelah menikah, Nathan?" Balas Elara bertanya membuat Nathan terdiam.
Awalnya Nathan memang diam, namun setelahnya suara pria itu mulai berucap.
“Kenapa ucapanmu terdengar seperti aku yang harus memahami segala tentangmu, Elara? Bukankah harusnya kau bertanya pada dirimu sendiri, huhh?! Yang salah di sini bukan aku, tapi kau! Harusnya kau sadar tentang itu Elara!” Tegas Nathan membuat Elara tak menyangka kalau Nathan akan berucap seperti itu padanya.
Setelah pernikahan mereka, Elara sadar betul bahwa Nathan banyak berubah. Pria itu sangat dingin memperlakukan Elara sebagai Istri.
Bersambung…
Elara sempat terdiam dengan apa yang diucapkan oleh Nathan padanya, nada suara dari mulut suaminya itu benar-benar menjelaskan pada Elara kalau Nathan begitu membenci Elara.
Tampa banyak bicara lagi, terlihat Nathan hendak pergi begitu saja tapi dengan segera Elara langsung menahan tangan Nathan yang akan pergi darinya itu.
"Bukankah lebih baik kita bicara untuk meluruskan hubungan kita ini, Nathan? Kau terlalu cuek dan sangat dingin padaku, sikapmu ini terus-terusan berubah. Aku jadi bingung dengan caramu memperlakukanku padahal hubungan kita sebelumnya baik-baik saja!" Ucap Elara yang merasa sangat muak menjalani pernikahan yang harusnya menjadi impian terindah dalam hidupnya.
Lagi pula yang menikahi Elara itu pria yang ia cintai, mereka sudah menjalin hubungan sejak lama namun anehnya setelah pernikahan telah terjadi sikap Nathan malah berubah menjadi sangat dingin.
Bukannya memberikan tatapan yang teduh untuk Elara, tampaknya Nathan dengan kasar menepis tangan Elara yang menahannya itu. Pandangan matanya sungguh membuat perasaan Elara jadi sangat terusik.
Tak ada cinta sama sekali dari serat mata yang diberikan Nathan pada Elara, tatapan itu lebih pada sebuah kebencian yang tersimpan di hati Nathan.
"Bicara apa lagi? Tak ada yang perlu kita bicarakan, jika nyatanya kau tidak bisa hamil maka lebih baik kita bercerai saja!" Ucap Nathan dengan tegas mengatakan itu pada Elara.
Elara merasa terkejut, ini adalah kali pertama bagi Nathan mengajak Elara untuk bercerai setelah 5 tahun mereka menjalani pernikahan yang sangat dingin itu. Jujur hati Elara makin hancur. Kenapa Nathan yang dulu memiliki sifat hangat saat mereka masih menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih, kini malah seperti mencampakkan Elara?
Dengan suaranya yang bergetar, Elara mulai bertanya tentang apa yang barusan dikatakan oleh suaminya itu.
"Apa kau serius mengatakan itu padaku, Nathan?" Tanya Elara berucap dengan nada suara yang tak percaya kalau Nathan bisa mengatakan hal tak terduga itu padanya.
Elara begitu mencintai Nathan, namun kenapa pria itu malah mengecewakan Elara sampai sejauh ini? Sakit hati Elara sungguh tak main-main.
Nathan berdecak berulang kali, tatapan mata itu tidak berubah sama sekali. Elara bisa menyadari kalau suaminya sendiri sangat membencinya tanpa alasan yang jelas.
"Kenapa tidak? Bukankah lebih baik memang kita berdua bercerai saja, huh? Orang tuaku menginginkan cucu untuk mereka, sedangkan kau sendiri sepertinya tidak akan pernah melahirkan cucu bagi keluarga kami. Untuk menyentuhmu lagi aku enggan Elara. Entah kenapa aku merasa jijik." Ucap Nathan begitu sarkas.
Kali ini Elara tak bisa memaafkan perkataan kasar milik Nathan padanya, ia tersulut emosi hingga memberikan tamparan yang sangat kuat di pipi Nathan.
Plak!
Saat itu juga Elara air mata membasahi pipi Elara, hatinya semakin tertikam oleh benda tak terlihat atas perkataan Nathan padanya.
Nathan seolah memberi tatapan hinaan, tatapan yang tak pernah ditunjukkan oleh Nathan ketika mereka menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih di masa lalu. Namun kenapa suaminya berubah setelah mereka menikah? Ini menyakitkan bagi Elara!
"Apa yang baru saja kau ucapkan padaku Nathan?! Jika kau memang tidak mencintaiku lagi maka berucap dengan benar jangan menghinaku sampai sejauh ini!" Ucap Elara dengan matanya yang terus mengalirkan air mata itu, ucapan yang keluar dari mulut Nathan sangatlah kasar sekali.
Nathan menjilat-sudut bibirnya sendiri ketika mendapatkan tamparan dari Elara. Rasanya sangat perih, tapi ia hanya ingin mengatakan apa yang ada di dalam otaknya saat itu.
"Apa kau ingin tahu alasan mengapa aku mengucapkan kata kasar ini padamu, Elara?" Tanya Nathan mulai mendekati Elara bahkan pandangannya benar-benar menusuk sekali.
"Aku harap kau bisa menahan dirimu untuk tidak mengamuk setelah aku mengatakan ini." Lanjut Nathan pada perkataannya itu.
Nathan merendahkan tubuhnya agar wajahnya bisa menatap dekat wajah Elara yang ada di hadapannya.
"Aku tidak ingin membuka aibmu sendiri, tapi jika aku terus-terusan menjadi suamimu... kenyataannya sungguh hanya akan membuatku merasa muak Elara. Lebih baik aku mengatakan apa yang ingin sekali aku katakan padamu!" Ucap Nathan membuat Elara bingung, bersama dadanya yang sesak sekali.
"Bicara apa kau Nathan?!" Balas Elara ketika Nathan terus-terusan mendekatkan wajahnya pada Elara.
Senyum kecut Nathan terbit.
"Kau sudah menipuku Elara! Entah kapan kau berkhianat padaku, bisa jadi kau sudah melakukan hubungan dengan pria lain ketika kau belum menjadi kekasihku. Ya itu mungkin saja, tapi tidak seharusnya kau membohongiku. Kau mengatakan bahwa aku adalah yang pertama kali padahal kau itu hanyalah barang bekas!" Ucap Nathan dengan kasar berucap pada Elara hingga rasanya hati Elara sangat sakit.
Elara mendorong dada Nathan yang terus menghimpitnya.
"Kau bicara apa? Itu memang faktanya! Aku tidak pernah menjalin hubungan dengan siapapun karena satu-satunya kekasihku adalah kau Nathan. Aku tidak pernah disentuh siapapun dan untuk pertama kalinya aku melakukan hubungan hanya denganmu saja!" Tegas Elara berucap pada suaminya itu dengan nada suaranya yang sudah bergetar hebat.
Elara terlalu sakit hati dibuat oleh pernyataan yang keluar dari mulut Nathan saat itu. Selain perceraian, Nathan juga mengungkapkan bahwa Elara tidak lagi suci sebagai seorang perempuan yang bisa menjaga dirinya.
"Omong kosong! Bagaimana bisa aku bertemu dengan perempuan sialan sepertimu Elara? Kau benar-benar manipulatif!" Ucap Nathan kembali menghina Elara dengan kasar.
"Cukup Nathan!" Ucap Elara yang akhirnya meneteskan air matanya itu.
"Tolong berhenti menyakitiku, kenapa bisa kau sekasar ini padaku? Aku bersumpah bahwa satu-satunya..."
"DIAM! AKU BUKAN PRIA BODOH YANG BISA DITIPU OLEH PEREMPUAN SEPERTIMU! 5 TAHUN SUDAH KITA MENJALANI HUBUNGAN PERNIKAHAN INI, SEMAKIN AKU BERTAHAN MAKA SEMAKIN AKU MERASA DITIPU OLEHMU ELARA!" Nathan berteriak di hadapan Elara dengan posisinya yang masih dekat.
Sakit hati Elara makin terasa hebat karena bentakan dari teriakan Nathan saat itu.
Tubuh Elara bergetar, mulutnya tak bisa berucap apapun untuk mengatakan segalanya pada Nathan.
"Kita bercerai adalah pilihan yang tepat." Ucap Nathan.
Elara hanya bisa berdiri dengan tubuh yang hampir saja merosot jatuh ke lantai itu, detik berikutnya Nathan pergi meninggalkan Elara begitu saja.
"Kau benar-benar memuakkan! Aku akan segera mengatakan ini pada orang tuaku dan kita harus menyelesaikan pernikahan ini untuk berakhir dengan kata cerai!" Tegas Nathan sebelum pergi meninggalkan Elara begitu saja.
Bruk!
Elara jatuh tersungkur ke lantai itu, hatinya terasa sakit dan dadanya berdenyut tak henti-henti. Seluruh ucapan yang dikatakan oleh Nathan terus terang dalam pikiran Elara.
"Kenapa kau menghinaku seperti itu, Nathan? Kenapa kau jahat sekali? Kenapa kau berubah begitu cepat, jika pada akhirnya akan jadi seperti ini, harusnya kita tidak usah bertemu apalagi menikah." Ucap Elara dengan nada suaranya yang bergetar.
Elara tersungkur di lantai itu, ia mulai memeluk lututnya dengan erat berharap rasa sakit itu kian membaik. Namun ternyata hanya tangis yang bisa terdengar setelahnya.
Elara menumpahkan seluruh sakit hatinya dengan tangis, bagi Elara satu-satunya pria yang selalu ia cintai dan ia hormati hanyalah Nathan. Ia tak pernah menjalin hubungan dengan siapapun, apalagi tidur dengan pria lain seperti yang dikatakan oleh Nathan.
Pantas saja 5 tahun pernikahan ini Nathan sangat dingin padanya, ternyata Nathan menganggap Elara sebagai perempuan rendahan.
****
Malam itu Nathan belum juga pulang.
Elara terlihat sudah menyiapkan makan malam untuk mereka berdua seperti biasanya, tapi anehnya Nathan benar-benar seperti tidak pulang.
"Aku tidak mungkin menelponnya mengingat kami sudah bertengkar hebat." Gumam Elara terduduk di ruang makan itu.
Elara masih berharap agar ia dan Nathan bisa membicarakan hal itu secara baik-baik, mau bagaimanapun Elara sudah jujur bahwa dirinya tidak pernah menjalin hubungan dengan pria manapun.
Satu-satunya pria dalam hidupnya Elara hanyalah Nathan saja, jadi Elara berharap Nathan mau bicara dengan kepala dingin kali ini.
Tak lama setelahnya suara langkah kaki terdengar.
Elara langsung menoleh pada sumber suara yang baru saja muncul itu.
"Aku sudah bicara dengan orang tuaku, tapi sepertinya Daddy tak mau aku menceraikanmu. Namun keputusanku sudah bulat, kita berdua memang harus bercerai Elara!" Ucap Nathan.
Elara bangkit berdiri ketika mendengar ucapan Nathan.
"Kau bicara apa Nathan? Kumohon jangan seperti ini, aku yakin kalau kita masih bisa memperbaiki hubungan kita berdua. Aku berani bersumpah bahwa aku tidak pernah tidur dengan pria lain kecuali dirimu. Aku benar-benar..."
Elara kembali terduduk ketika dengan kasar Nathan mendorongnya.
"Aku tidak peduli pada ucapanmu! Kita tetap bercerai saja Elara!" Tegas Nathan.
Elara menunduk ketika ia sudah melihat keyakinan diwajah Nathan.
"Baiklah jika memang itu yang sudah menjadi keputusanmu. Kita bercerai saja." Balas Elara.
Bersambung...
Elara perlahan mulai mengangkat kepalanya, tatapannya bertemu dengan Nathan yang terdiam ketika Elara mengatakan setuju untuk bercerai.
Pandangan mata mereka berdua saling bertemu, senyum getir di bibir Elara mulai terbit walau rasanya senyum itu terpaksa untuk terukir di bibir Elara. Ajakan dari mulut Nathan sangat menyakiti perasaan Elara, ia begitu tidak menyangka kalau pernikahannya selama 5 tahun akan kandas dengan sebuah perceraian.
"Memang sepertinya ada baiknya kita bercerai sesuai kemauanmu Nathan, aku tak masalah kalau pada akhirnya kita harus bercerai. Faktanya kau sudah banyak berubah, ucapan yang dulu sering kau katakan sudah terasa asing olehku. Mempertahankan pernikahan yang ujungnya akan berakhir adalah hal yang sia-sia." Ucap Elara dengan nada yang sudah pasrah.
Mengatakan hal itu bukan sesuatu yang mudah untuk Elara, bahkan sampai di detik itu perasaan milik Elara masih tetap sama untuk Nathan. Elara masih mencintai suaminya itu sekalipun Nathan bersikap dingin padanya.
Perlakuan dingin Nathan dalam 5 tahun pernikahan mereka membuat Elara kini sadar bahwa hanya dirinya saja yang berjuang untuk mempertahankan ketika Nathan sudah menyerah. Memang lebih baik mereka bercerai sesuai kemauan Nathan.
"Aku setuju, jadi mari kita urus perceraian kita besok." Lanjut Elara pada ajakan Nathan untuk bercerai.
Raut wajah lelah terlihat jelas di wajah Elara, berdebat dengan Nathan membuat Elara kehilangan semangatnya. Pria yang dulu begitu meratukannya bahkan mengatakan kata cinta di setiap waktu, kini telah mengakhiri hubungan mereka dengan ajakan perceraian.
Tampak pelan Elara bangkit dari posisinya yang terduduk karena dorongan kasar yang diberikan oleh Nathan padanya.
Sebelum Elara benar-benar pergi dari tempat itu, terlihat tangan Nathan menahan lengan Elara.
"Jika kau setuju untuk bercerai, maka besok datanglah ke kediaman orang tuaku. Daddy sepertinya tak setuju dengan perceraian kita. Kau katakan saja kalau kau juga memang ingin bercerai dariku, tolong permudah jalan perceraian kita kali ini Elara." Ucap Nathan terdengar penuh permohonan.
Elara bisa menemukan kalau Nathan juga terlihat lelah atas pernikahan yang mereka jalani selama 5 tahun ini. Terlalu egois jika Elara tetap mempertahankan sedangkan Nathan sendiri sudah tidak ingin memperjuangkan sama sekali.
Elara menunduk menatap lengannya yang ditahan oleh Nathan, tangan yang dulu pernah hangat menyentuh Elara kini malah terasa dingin. Mungkin cinta yang dimiliki oleh Nathan telah habis untuk Elara.
Nathan menahan lengan Elara bukan untuk mempertahankan pernikahan itu, tapi Nathan malah memohon agar Elara memperlancar perceraian mereka agar mereka tidak terikat satu sama lain.
Dengan pelan Elara menjauhkan tangan Nathan darinya, air mata itu seolah tak mau berhenti menetes di pipi Elara.
"Iya, aku akan datang ke kediaman orang tuamu. Aku akan mengatakan pada mereka kalau aku setuju untuk bercerai darimu. Aku berjanji kalau aku tidak akan mempersulit perceraian kita." Ucap Elara yang setelahnya langsung memilih untuk pergi meninggalkan Nathan.
Perasaan Nathan terusik, ada sesuatu yang mengganggu hatinya tapi rasa kecewanya lebih besar dari rasa sakit ketika ia melihat kesedihan muncul di wajah Elara.
'Kau yang lebih dulu mengecewakan aku, Elara. Ini memang keputusan yang baik bagi kita berdua. Terus bersama dalam kebohongan bukan hal yang baik bagi kita, lupakan saja masa lalu yang pernah kita jalani. Kita harus hidup secara masing-masing di masa depan.' ucap Nathan membatin.
Nathan yang mengajukan untuk bercerai dengan Elara, tapi hatinya juga yang terasa sakit ketika perempuan itu setuju untuk bercerai darinya. Mungkin pada kenyataannya Nathan masih sangat mencintai Elara, namun hatinya lebih sakit ketika dikecewakan oleh istrinya itu.
"Aku tak perlu mengasihani perempuan itu, ya, aku dan Elara memang pantas untuk bercerai. Hubungan kami berdua sudah sangat tidak sehat. Elara telah membohongiku, bercerai adalah jalan terbaik untuk kami." Gumam Nathan Nathan yang sudah tak melihat punggung Elara yang pergi menjauh darinya.
Nathan berakhir terduduk, ia merasa lemah namun muak. Rambutnya ia acak dengan kasar.
"Sialan! Kenapa kau harus menghianatiku seperti ini, Elara? Apa yang salah padaku?! Aku sangat mencintaimu, tapi kau membohongiku dengan hal yang begitu penting untukku. Aku tidak sebodoh itu hingga tak tahu yang mana masih tersegel, dan yang mana tidak! Kau tidak perawan!" ucap Nathan menampilkan kebencian di wajahnya terhadap istrinya sendiri.
Rasa kecewanya lebih besar dari rasa apapun di hati Nathan saat ini.
***
Keesokannya Elara masih duduk dengan posisi yang sama tanpa bergerak sama sekali.
Sejak tadi malam Elara tidak bisa tidur, ia hanya duduk di ranjang itu dengan memeluk lututnya sendiri. Elara merenungi takdirnya yang akan bercerai dari suaminya itu.
Nathan sudah tidak mencintainya lagi, begitulah Elara berpikir.
"Hari ini aku akan mengurus perceraianku dengan Nathan, padahal hatiku tak pernah berhenti untuk mencintai suamiku sendiri. Perasaanku tetap sama pada Nathan, aku terus-terusan mencintainya tapi semuanya telah banyak berubah. Nathan yang aku kenal bukan lagi seperti Nathan yang dulu." Gumam Elara bersama nada suaranya yang serak.
Air mata Elara sudah tak lagi terjatuh mengingat tadi malam ia sudah benar-benar menangis untuk menumpahkan rasa sakit hatinya atas ajakan bercerai dari mulut Nathan.
"Jika pada akhirnya kita akan jadi seperti ini, aku harap di masa depan kita tidak lagi bertemu Nathan. Aku akan menghapus rasa cintaku padamu dan tak ingin mengingat tentang masa lalu kita." Ucap Elara penuh yakin mengatakan hal itu dengan nada seraknya.
Jujur saja kepala Elara sangat pusing karena terlalu banyak menangis tadi malam.
Elara berhenti memeluk lututnya sendiri, perlahan ia menurunkan kakinya dari ranjang itu lalu melangkah ke arah kamar mandi miliknya. Kamar itu adalah miliknya dan Nathan sebelumnya, tapi tadi malam Nathan sama sekali tidak kembali.
Entah ke mana perginya pria itu.
Terlihat Elara berdiri di bawah guyuran shower yang baru saja dinyalakan oleh tangannya itu.
"5 tahun pernikahan kita, akhirnya kita bercerai tanpa mengingat perasaan kita satu sama lain Nathan. Aku tak mengerti dengan tuduhan yang kau katakan padaku, padahal selama ini satu-satunya pria yang aku cintai dan selalu kusimpan di dalam hatiku hanya kau saja." Ucap Elara bergumam kecil di bawah shower air yang masih menyala itu.
'Maaf jika bagimu aku yang terburuk. Mungkin aku memang tidak cocok bersama dengan pria sepertimu, aku kotor menurutmu dan anggap saja itu benar.' ucap Elara kini membatin.
Bahkan Elara tidak mengerti atas tuduhan yang dikatakan oleh Nathan padanya. Satu-satunya yang Elara tahu, hanya Nathan saja yang menjadi pria pertama dalam hidupnya. Pria yang menyentuh tubuhnya untuk pertama kali setelah mereka resmi menikah.
Namun Nathan malah menuduh Elara pernah menjalin hubungan dengan pria lain bahkan tidur dengan pria lain.
'Aku tak pernah melakukan itu. Sungguh!' ucap Elara sangat yakin.
Hatinya sakit, jelas sangat sakit sekali.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!