Di sebuah hutan yang begitu lebat, terlihat seorang gadis kini mulai membuka matanya secara perlahan. Rindangnya dahan kayu adalah pemandangan pertama yang menyapanya, dia memegangi kepalanya yang terasa berdenyut nyeri, di tubuhnya banyak luka gores serta lebam yang menghiasi di beberapa tempat seperti siku jidat dan betisnya. Dia berusaha mengingat kejadian apa yang menyebabkan dia terdampar di tempat ini.
flashback on.
Matahari pagi mulai terbit di ufuk Timur, seorang gadis cantik berusia 19 tahun sudah siap dengan dres pink muda kesukaannya. Dia tersenyum menatap pantulan dirinya di cermin.
"Cantik, saatnya berangkat." ucapnya riang. Merasa puas akan hasil riasan tangannya sendiri.
Dia pun segera menuruni anak tangga, di ruang tamu papa dan mamanya sudah menunggu, didekat mereka ada dua buah koper ukuran besar.
"ma, pa, ayo aku sudah siap!" ucapnya pasti.
Arka papanya Nia mengangguk pelan sebagai jawaban, kini mereka bertiga pun berjalan bersama menuju kearah di mana mobil mereka terparkir.
Tak ada kata sepi selama di dalam mobil karena Nia terus mengoceh bertanya ini dan itu kepada kedua orang tuanya, terutama tentang lokasi tempat tinggal neneknya ini yang memang belum pernah Nia datangi, karena kesibukan sang papa sebagai seorang direktur di sebuah perusahaan besar yang ada di kota tempat mereka tinggal.
"Ingat Nia selama di sana nanti kamu harus jaga sikap dan perbuatan, di kampung itu sangat berbada jauh dari di kota, banyak aturan yang harus kamu patuhi agar kamu bisa jauh dari berbagai macam hal buruk yang akan menimpamu!"
Mendengar ucapan sang papa Nia cemberut, "terdengar aneh pa, kayaknya nggak asik." jawab Nia merasa semangatnya mulai memudar.
"semuanya akan baik-baik saja sayang, percaya sama mama." ucap sang mama menenangkan.
Nia mengangguk tak ada ucapan yang keluar lagi dari mulutnya, dia terlihat fokus pada pemandangan yang membentang di sisi jalan.
Jauhnya jarak membuat Nia merasa bosan dan akhirnya tertidur. Dia terbangun saat mobil yang berhenti secara tiba-tiba membuatnya terhantuk ke kursi depan.
"auuu.... sakitnya." ucapnya mengusap jidat.
Dia membawa pandangannya ke kursi depan di mana sang papa duduk dengan ekpresi tegang dan mata menatap lurus kedepan, Nia pun mengikuti arah pandangan papanya.
glek... Nia meneguk ludah kasar, di depan sana ada sekitar 6 orang yang sedang berjejer, ditangan mereka ada senjata tajam.
"mas... bagaimana ini?" Risma mamanya Nia mulai panik. Arka diam tanpa kata beliau bingung tanpa tau harus berbuat apa, yang ada diotaknya sekarang adalah keselamatan anak dan istrinya, salahnya tadi kenapa tidak kepikiran tentang bodyguard mengingat rawanya jalan yang akan mereka lewati.
"aku tidak tau sayang, mungkin aku akan mencoba untuk menghadang mereka, kamu bawalah Nia untuk lari sejauh mungkin, bagaimanapun caranya kalian harus selamat."
"tapi mas aku tidak mungkin meninggalkan kamu sendiri di sini jikapun kita harus mati, biarlah kita mati bersama-sama." ucap Risma menggenggam erat lengan suaminya, sedangkan Nia dia sudah menangis tanpa tau harus berbuat apa.
"sayang dengarkan aku, kita punya Nia...anak kita, dia permata hati kita, ayolah sayang kita harus bisa menyelamatkannya, dia harus tetap hidup karena dia adalah sumber kehidupan kita."
Risma melepaskan lengan suaminya lalu membawa pandangannya kearah Nia yang sudah segukan di posisinya. sambil menunduk Risma mengangguk,dia sudah pasrah sekarang apapun yang akan terjadi pada mereka nanti yang pasti Nia harus selamat, bagi seorang ibu, anak adalah segalanya dan Risma akan berkorban apapun untuk anaknya.
Kini para penjahat itu mulai mendekati mobil mereka mengetuk pintu dengan kasar, pelan Arka menurunkan kaca mobil.
"mau apa kalian?" tanyanya kepada para penjahat itu.
"turun!" jawabnya kasar sambil memukul bodi mobil.
Dengan terpaksa Arka turun dari mobil.
"kalian berdua juga turun!" salah satu dari mereka membentak Nia dan ibunya.
Dengan rasa takut yang tak terkira Nia dan ibunya ikut keluar, kini mereka bertiga sudah berdiri di kelilingi oleh 6 orang penjahat itu.
"serahkan semua barang berharga yang kalian bawa!" ucap si pemimpin kelompok itu.
Arka mengambil dompetnya di dalam saku celananya, "ini ada uang lima juta, ambillah dan tolong izinkan kami lewat!" ucapnya berharap kemurahan hati para preman itu.
Namun yang di dapat hanya senyum tipis dari para penjahat itu.
"cuman segini mana cukup, lagi yang lainnya!"
Arka melepaskan jam tangan mahalnya lalu menyerahkannya, "harga jam tangan itu lebih dari cukup untuk kalian berenam makan 3 bulan."
tiba-tiba salah seorang dari mereka maju dan mendorong Arka, "ah... banyak omong lu!" ucapnya yang kini sudah berdiri di depan Risma dan Nia.
laki-laki itu menatap kedua wanita ini dengan mata berbinar, bagaimana tidak selain cantik perhiasan yang ada di tubuh mereka juga menyita perhatian.
tanpa berkata laki-laki itu lansung menarik kalung berliontin berlian milik Risma.
selesai mengambil barang berharga milik Nia dan kedua orang tuanya, para penjahat itu tertawa lepas, dan kini bukannya pergi mereka malah menatap Nia, melihat itu Arka segera pasang badan, "Risma cepat bawa Nia pergi sekarang, aku akan berusaha menghadang mereka."
Dengan sangat terpaksa Risma mengangguk, menggenggam tangan Nia kini keduanya mulai memundurkan langkah secara pelan, "bersiaplah Nia dalam hitungan ketiga kita berlari."
"tapi papa ma."
"jangan mempersulit keadaan Nia kami melakukan semua ini demi kamu." ucap Risma dengan tegas.
"maaf ma." ucap Nia, dan kini Risma pun mulai menghitung.
1 2 3 keduanya kompak berlari, menyusuri jalan aspal, para penjahat itu ingin mengejar namun Arka lansung menghadang, namun karena jumlah penjahat lebih banyak maka mereka pun membagi tugas, dua melawan Arka, empat mengejar Nia dan ibunya.
Risma yang memang sudah lama tidak berlari tentunya lansung kelelahan, merasa sudah tidak sanggup lagi untuk berlari lekas dia mendorong Nia menyuruh putrinya itu untuk berlari kearah bagian dalam hutan yang ada di samping kiri jalan, berharap Nia bisa mendapatkan tempat persembunyian yang aman di dalam sana.
"ma..."
"lari Nia lari....!" teriak sang mama, di belakang terlihat penjahat itu semakin mendekat.
Nia yang sudah panik tidak punya solusi dan jalan keluar lagi terpaksa dia harus menuruti permintaan sang mama untuk berlari ke bagian dalam hutan.
Dia terus berlari menerobos semak-semak, tanpa perduli akan dahan kayu yang menampar wajah cantiknya, di terus memacu langkah sementara di belakang penjahat itu ternyata masih terus mengejarnya.
"hei kamu berhenti, percuma berlari tidak ada jalan keluar di sini untukmu." diakhiri suara tawa yang menggema di seisi hutan, dan itu berhasil membuat Nia semakin takut, namun tekad yang kuat mendorongnya untuk terus berlari, hingga tanpa dia sadari.
srak aaaaaaaaa....... teriakan itu mengakhiri semuanya, Nia terjatuh kedalam jurang yang sangat dalam, tubuhnya terguling-guling, bahkan sesekali membentur batang pohon, namun rasa nyeri tak lagi terasa hingga akhirnya tibalah Nia di lokasinya saat ini, di dalam sebuah hutan yang tak pernah terjamah oleh manusia.
Nia berusaha untuk bangkit lalu mengedarkan pandangannya ke sekitar, "di mana aku?" dia bertanya pada kesunyian yang ada, lalu memutuskan untuk mulai berjalan, dalam hati ingin mencari jalan keluar namun nyatanya hutan ini bagaikan tak berujung.
"Duh mana laper banget lagi, haus...! ucapnya yang kini akhirnya memutuskan untuk duduk di akar pohon besar yang menyembul di tanah.
Di sini dia mulai berpikir banyak hal, tentang bagaimana orang tuannya dan bagaimana juga nasibnya disini.
Ingin menangis tapi percuma buang-buang energi saja, akhirnya dia memutuskan untuk kembali berjalan, menyimbak semak belukar yang menghambat jalannya
Tiba-tiba....
krak... terdengar suara ranting yang patah serta langkah yang kian mendekat, Nia menatap awas kearah sekitar, di samping kanannya terlihat seekor Harimau berukuran sedang, dia sedang berjalan mendekat.
Deg... kaki Nia mendadak gemetar, rasa takut tak usah ditanya, sudah memuncak sampai ke ujung kesadaran. "kamu harus tenang Nia, otak ayo berpikir!" ucapnya pada diri sendiri tapi belum sempat otaknya berpikir kaki Nia sudah lebih dulu berlari sambil berteriak.
"tolong..... tolong.....!" kata itu terus terucap sepanjang perjuangannya menyelamatkan diri.
Namun itulah bodohnya dia, kepanikannya membuat harimau itu semakin menggila, lagi pula tidakkah dia ingat jika ini adalah hutan belantara mana ada orang disini, tapi balik lagi namanya juga usaha, lagi pula bukankah aturannya memang begitu orang kesulitan harus minta tolong.
Nia mengerahkan seluruh tenaganya untuk berlari, namun nyatanya kucing besar itu semakin dekat dengannya.
Sak Bug... Nia tersandung dan kini mendarat sempurna di tanah, dia ingin bangkit tapi tak bisa, pergelangan kakinya sangatlah sakit.
Dia berbalik badan melihat kebelakang, dimana kini harimau itu tinggal berjarak 2 meter darinya, "tolong.....harimau yang baik, tolong jangan makan aku, daging ku tidak enak banyak tulangnya," ucap Nia berharap belas kasihan pada hewan yang tidak mengerti bahasa manusia itu.
Sungguh bodoh meskipun kurus tapi bukankah yang namanya makanan tetap saja berharga bagi hewan yang sedang kelaparan itu.
Kini harimau sudah bersiap ingin menerkamnya, namun saat itu juga sebuah busur panah melesat cepat dan langsung menembus tubuh besar harimau itu dan darahnya menciprat tepat ke wajah Nia yang waktu itu sedang memejamkan matanya rapat-rapat.
Setelah beberapa detik tak merasakan apapun kecuali sesuatu yang lengket kini menempel di pipinya, Niapun memberanikan dirinya untuk membuka mata. Tepat di depanya kucing besar tadi sudah terbaring dengan sebuah anak panah yang menancap tepat di bagian jantungnya.
glek...Nia meneguk ludah kasar. Lalu membawa pandangannya kearah samping di mana seorang laki-laki tampan bertubuh kekar sedang berjalan dengan gagah kearahnya.
Nia menatap tanpa berkedip, otaknya bingung melihat pakain laki-laki ini, yang begitu berbeda dari pakainya. "siapa dia dan di mana aku sebenarnya?" plak..."au....sakit!" ucapnya mengelus pipinya. Nia menampar pipinya sendiri sekedar ingin memastikan jika dia tidak sedang bermimpi.
"Aku tidak sedang bermimpi, apa jangan-jangan sekarang aku sudah ada di syurga bertemu sang pangeran, ah tapi masasih pangeran surga mukanya kaku gini?" ucap Nia dalam hati.
Lagian mana mau surga menerima Nia si pendosa ini.
Laki-laki itu berdiri di depanya dan menatapnya dengan ekpresi datar.
Nia yang juga menatap, memberanikan dirinya untuk bicara, "terimakasih atas pertolonganmu tuan, jika bukan karenamu mungkin saat ini aku sudah ada di dalam perut harimau itu." ucap Nia, suaranya bergetar menandakan ketegangan serta ketakutannya.
Laki-laki itu tidak menjawab dia hanya memindai Nia dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tiba-tiba laki-laki itu mengendus kearah Nia dan itu membuat Nia reflek mundur, lalu ikut mencium tubuhnya sendiri sambil berkata dalam hati, "dia kenapa sih, perasaan aku nggak sebau itu sampai tercium dari posisinya" Nia membatin kebingungan.
Laki-laki itupun melangkahkan kakinya ingin meninggalkan Nia.
Nia bingung ples panik, melihat kekiri dan kekanan yang ada hanyalah hutan belantara, akhirnya dia memutuskan untuk mengejar laki-laki itu.
"Tuan tunggu!" ucap Nia sambil berlari menghadang jalan laki-laki yang belum Nia tau siapa namanya itu.
Laki-laki itu berhenti lalu menatap datar ke arah Nia.
"Tuan tolong aku, aku tersesat dan tidak tau jalan pulang, tolong izinkan aku untuk ikut bersamamu!" ucapnya mengatupkan tangan di depan dada.
Beberapa detik Nia menunggu jawaban dari laki-laki itu, namun bukannya menjawab laki-laki itu malah melanjutkan langkahnya, bahkan dia menabrakan tubuh besarnya ke tubuh Nia, membuat Nia jatuh dan terduduk di tanah, tapi karena Nia merasa sudah tidak punya pilihan lain lagi akhirnya dia tetap mengejar laki-laki itu, mengikutinya dari belakang meskipun nyatanya dia harus setengah berlari agar bisa menyusul karena laki-laki itu jalannya sangat cepat.
Setelah cukup jauh mereka berjalan tiba-tiba laki-laki yang tak lain adalah pangeran Ly itu menghentikan langkahnya. Dan akibatnya Nia pun menabrak punggung pangeran Ly, "au... astaga kenapa berhenti mendadak sih lagi pula... itu punggung apa tembok coba keras amat?" Nia mengomel sambil mengusap jidat dan hidungnya secara bergantian.
Pangeran Ly berbalik, lalu berkata, "jangan mengikutiku!" bentaknya kasar nadanya begitu tegas.
Di bentak membuat Nia kaget bahkan air matanya sampai jatuh. "aku mohon tolong izinkan aku ikut bersamamu aku takut disini sendirian!" ucapnya merengek kepada pangeran Ly.
Pangeran Ly tidak menjawab tapi kembali melanjutkan langkahnya.
Nia pun kembali mengikuti. mereka berjalan sangat jauh bahkan kini rasanya kaki Nia nyaris copot dari sendinya.
"Tuan kita mau kemana kenapa kita tidak sampai-sampai juga?" pertanyaan itu tiba-tiba lolos begitu saja dari mulut Nia.
Namun nyatanya, pangeran Ly tidak sudi menanggapi ucapan Nia dia terus berjalan menuju ke titik lokasi tujuannya.
"Astaga bisu kah dia?" tanya nia dalam hati.
Kini Nia hanya bisa pasrah dan terus berjalan mengikuti langkah pangeran Ly yang akan membawanya pergi entah kemana, tapi ini lebih baik baginya setidaknya sekarang dia tidak sendiri lagi.
Namun nyatanya kini Nia merasa tubuhnya benar-benar lelah hingga tanpa bisa dia tahan lagi akhirnya dia pun jatuh pingsan.
Suara tubuh Nia yang berbenturan dengan tanah seketika membuat pangeran Ly menoleh dan mendapati Nia sudah tergeletak mengenaskan di tanah.
1 jam kemudian Nia mulai membuka mata secara perlahan. dan mendapati dirinya kini tengah berada di sebuah kamar yang begitu asing baginya, nuansa kerajaan berdisain unik terlihat tua namun kokoh.
Tidak ada siapapun disana kecuali dirinya sendiri. "Di mana lagi aku, kenapa tempat ini terlihat sangat menyeramkan?" ucap Nia dalam hati diapun mulai menurunkan kakinya dari kasur.
Dengan langkah pasti dia mulai berjalan kearah jendela untuk melihat kondisi di luar, dan begitu kagetnya dia, ternyata saat ini dia berada di sebuah tempat yang begitu tinggi tak ubahnya seperti kastil, "ya Tuhan apa aku tidak salah liat, tempat macam apalagi ini?" tanyanya pada dirinya sendiri.
Nia memundurkan langkah lalu duduk di pinggir kasur. lama dia duduk termenung di posisi itu.
"tidak. aku harus keluar dari tempat ini, tempat ini sungguh berbeda jauh dari rumah yang aku tinggali maupun rumah orang yang selama ini kulihat, bagaimana jika saat ini aku sedang di jadikan tumbal." itulah pikir Nia saat itu, dan itu adalah hasil dia menganalisa disain kamar ini.
Setelah memantapkan hati diapun mulai berjalan ke arah pintu. kret pintu masuk yang megah dan tinggi itu terbuka.
Di depan pintu itu dua orang penjaga berdiri tegap, Nia sempat tertegun melihatnya, dia bingung tapi melihat mereka yang tidak memunculkan reaksi apapun, akhirnya Nia memutuskan untuk terus melangkah, di sini para penjaga itu tidak menyapa tapi tidak juga melarang.
Nia terus berjalan menyusuri lorong panjang yang gelap itu, hingga setelah berjalan sekitar setengah jam Nia menghentikan langkah, dia tertegun melihat dirinya kembali lagi ketempat yang sama, yaitu pintu kamarnya tadi.
Dan dengan sigap mereka yang berjaga membukakan pintu kamarnya Nia, seolah mereka memang sedang menunggu kedatangannya.
"aku ingin pulang bukan ingin masuk!" ucap Nia dengan nada tegas.
Pengawal itu tidak menjawab bahkan dengan santainya mereka kembali ke posisi semula. Nia kesal diapun kembali berjalan berharap kali ini dia dia bisa menemukan jalan keuar, namun nyatanya langkah kembali membawanya ke tempat semula.
Terpaksa Nia masuk kedalam kamar itu lagi, lalu duduk sambil menangis di pinggir kasur mewah tapi tidak empuk itu.
Tidak lama kemudian pintu kamar terbuka, dua orang wanita berpakaian ala kerajaan jaman dulu masuk kedalam membuat alis Nia berkedut rapat hampir bertaut mewakili kebingungannya.
Kedua wanita itu mendekatinya, "tuan putri silahkan ikuti kami!" ucapnya kompak.
"kemana?" tanya Nia dengan ekpresi bingung.
"pangeran Ly meminta kami untuk membawa tuan putri menemuinya." jawab salah seorang pelayan itu.
Melebar mata Nia, dirinya di panggil tuan putri? dan di ajak bertemu sang pangeran? omg apakah saat ini dia sedang bermimpi entahlah karena semuanya terasa begitu nyata.
"Tapi sebelum itu tuan putri harus mandi terlebih dahulu!" sambung salah seorang wanita itu lagi.
Nia hanya bisa pasrah mengikuti kemana kedua wanita itu membawanya. Kini setelah tiba di depan sebuah kolam, Nia diminta untuk melepaskan semua pakaiannya.
"Tuan putri silahkan lepaskan semua pakaian anda!"
"apa kalian gila, tidak aku tidak mau." tolak Nia.
Tiba-tiba Nia memekik karena para pelayan itu melepaskan paksa pakaiannya, menggantikannya dengan kain dan menariknya kedalam kolam.
byur... seketika basah kuyup sudah seluruh tubuh Nia.
Dua pelayan itu ikut masuk kedalam air, dan mulai membasuhkan kelopak bunga mawar ketubuhnya.
Kini Nia hanya bisa pasrah menerima perlakuan kedua orang itu.
Setelah selesai mandi Nia di minta untuk memakai baju ala seorang tuan putri kerajaan jaman dahulu, sumpah demi apapun kini Nia benar-benar bingung tentang di mana kini dirinya berada.
"sudah selesai tuan putri anda cantik sekali." puji salah seorang dari mereka, sedangkan Nia merasakan rasa yang teramat tidak nyaman, baju yang dia gunakan mengekspos sempurna pundak hingga ke leher mulus dan putihnya, rambutnya sebagian di tata rapi keatas dengan mahkota kecil di bagian atasnya, sebagian di biarkan terurai kebelakang.
"Mari tuan putri ikut kami, pangeran sudah menunggu dari tadi."
Kini di apit oleh 4 pelayan Nia digiring menyusuri lorong panjang menuju kearah sebuah ruangan, disana seorang laki-laki sedang duduk di sebuah singgasana yang.... mewah dan megah tapi bagi Nia itu terlihat seperti kursi kono yang tidak menarik sama sekali, di dekatnya dua orang pelayan wanita yang satu sedang memasukkan buah anggur kedalam mulut laki-laki itu yang satunya lagi memijiti pundaknya.
"Pangeran tugas kami sudah selesai." ucapnya segera menggeser diri, dan membiarkan Nia kini berdiri di tengah ruangan itu tepat di depan laki-laki yang tadi di sebut sebagai pangeran.
Pangeran Ly menatap Nia dari atas sampai bawah, begitu cantik dengan penampilan yang kini sudah sempurna seperti bangsa mereka.
"aku mau pulang ke rumahku, kenapa kamu malah membawaku kesini, tempat macam apa ini, apa ini rumahmu?" Nia lansung menodong pangeran Ly dengan semua pertanyaan itu.
"kau sangat cerewet." ucap pangeran Ly.
Melihat pangeran Ly kembali sibuk dengan aktivitas nya membuat Nia kesal setengah.
"Menyebalkan untuk apa kamu memintaku datang kesini jika hanya untuk menyaksikan aktivitas konyol mu ini?" ucap Nia dengan nada kesal.
Namun pangeran Ly tetap diam di posisinya.
Kesal dengan kelakuan pangeran Ly Nia berniat ingin pergi namun pangeran Ly berkata, "mau kemana kamu?"
"pulang." jawabnya ketus.
Pangeran Ly hanya menatap kepergian Nia dengan tatapan datar.
Di posisi Nia dia terus berjalan tanpa tau arah, hingga tibalah dia di lorong yang gelap dan sepi, Nia berhenti dan menatap lurus kedepan, lorong yang begitu panjang seolah tidak ada ujungnya.
Tiba-tiba dari arah berlawanan terdengar langkah kaki sedang berjalan kearahnya, dengan cepat Nia menoleh kekiri dan ke kanan mencari tempat untuknya bersembunyi.
Langkah terdengar kian mendekat...akhirnya Nia memutuskan untuk bersembunyi di balik pilar tinggi.
Dari tempat persembunyiannya Nia melihat jika di depanya kini lewat seorang laki-laki bertubuh kekar dan tampan hampir setara dengan laki-laki yang tadi Nia temui.
Tiba-tiba laki-laki itu berhenti di depannya, membuat jantung Nia seolah ingin berhenti berdetak.
Terlihat dia mengendus-endus, "Bau apa ini, uuhh.... segar sekali!" ucapnya sambil mengedarkan pandangannya ke sekitar, dan ucapannya terdengar jelas sampai ke telinga Nia, membuat Nia semakin ketakutan.
Laki-laki itu kini mulai mendekat kearahnya, dan itu mambuat kaki Nia gemetaran. merasa posisinya terancam, Nia pun bergegas berlari dari tempat nya, Namun tak pernah Nia duga kini laki-laki itu sudah berdiri di depannya.
bruk... tabrakan itu membuat Nia terpental dan terduduk sempurna di lantai. Nia beringsut mundur melihat laki-laki yang kini berdiri di depannya.
Laki-laki itu berjongkok dan kembali mengendus. "Mmm... gadis perawan berdarah biru keturunan kencana ungu, luar biasa bagaimana caranya dia ada disini?" ucapnya dalam hati. "kalau aku bisa memilikinya maka aku akan menjadi kuat dan tak tertandingi." kembali dia mengucapkan itu semua di dalam hati.
Tanpa kata laki-laki itu segera menggendongnya, seketika Nia memekik histeris. "lepaskan aku tolooong....!" entah kenapa kini Nia merasakan rasa yang benar-benar menakutkan.
Aura yang terpancar dari laki-laki ini benar-benar menakutkan. Nia bertambah takut karena laki-laki itu membawanya ke sebuah kamar, lalu menurunkan nya di kasur, air mata Nia menetes tubuhnya gemetar ketakutan saat laki-laki itu mulai ingin menaunginya.
"kamu sangat cantik dan hari ini kamu akan menjadi milikku!" ucapnya pasti, tangannya terangkat ingin menyentuh pipi Nia.
Brak... tiba-tiba pintu kamar itu terbuka secara paksa dari luar. dalam sekejap aktivitas itu terhenti.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!