Karakter Wang Lee.
Bagian.1..
"Bolehkah aku ingin mengungkap isi hatiku? Aku ingin jadi pacarmu!?"
"Huh...Kamu hanyalah seorang sampah yang ingin mendapatkan kecantikan...Wang Lee!"
Moon Li mencampakkan kotak hadiah yang ada di tangannya ke bawah, lalu menginjak injaknya sampai hancur.
Orang orang yang ada dalam ruangan itu tertawa terbahak bahak. Menertawakan Wang Lee.
Bahkan ada terpingkal pingkal. Beberapa orang ada yang bertepuk tangan. Ruang semakin bertambah riuh dan berisik.
Seorang pemuda berjalan kearah Wang Lee. Di ikuti oleh empat temannya di belakang. Dengan kasar dia memegang kerah baju Wang Lee
"Berani beraninya kau mendambakan seorang Dewi di sekolah ini. Becerminlah biar kau tau seberapa tidak pantasnya dirimu..Bodoh!"
Pemuda itu mendorong Wang Lee hingga iya hampir jatuh terjengkang.
Pemuda pemuda lainnya kembali tertawa dan bersorak.
Muka Wang Lee merah padam, iya menjadi sangat malu. Wajahnya menunduk melihat kotak hadiah yang di bungkusnya tadi malam dengan sangat hati hati kini telah hancur berantakan. Bekas injakan telah membuat kado itu remuk tak berbentuk bersama isinya.
Wang Lee merasa ingin menjerit, hatinya hancur tak tertahankan dan iya berlari keluar dari dalam kelas dengan air mata mengenang.
Seluruh anak anak di kelas tertawa terbahak bahak memandanginya berlari keluar.
"Bodoh...! Bodoh...! Bodoh..!"
Teriak Wang Lee memukuli dinding belakang sekolah dengan lengannya.
Ia benar benar sampah yang memimpikan mendapatkan Dewi. Kenapa tidak sedari awal ia menyadarinya?
Air matanya mengalir, ia mengingat menabung selama berbulan untuk membelikan jepit rambut mahal sialan itu.
Hanya kemudian mendapatkan penghinaan dan perlakuan yang memalukan.
Wang Lee terus terisak dan tidak menyadari seorang gadis cantik sudah lama berdiri di belakangnya. Ketika berbalik ia terkejut.
"Mei Cin kamu di sini?"
Membalikkan tubuhnya buru buru menghapuskan air mata. Sangat memalukan menangis di depan seorang gadis, tapi usahanya itu sia sia.
Mei Cin telah lebih dahulu mengulurkan sapu tangan merah delima kepadanya. Putus asa. Wang Lee mengambil sapu tangan itu mengusap air matanya.
"Kamu baik baik saja?"
Tanya Mei Cin. Mata jernihnya memandang Wang Lee dengan iba.
Mei Cin sangat baik kepadanya. Diantara semua siswa yang ada di sekolah ini. Hanya Mei Cin yang selalu perhatian kepada Wang Lee.
Berbeda dengan anak anak lain di sekolah ini. Wang Lee adalah siswa terpilih mendapatkan beasiswa.
Sementara kebanyakan siswa siswa di sini adalah anak anak orang kaya.
Tidak heran sekolah Shi Shi High School adalah sekolah swasta yang sangat mahal.
Namun begitu juga pendidikannya sangat berkualitas.
Dengan pembimbing pembimbing yang kompeten dan gedung gedung yang bagus.
Perlengkapan yang memadai dan juga kurikulum yang lengkap, termasuk juga kegiatan kegiatan lainnya.
Shi Shi High School ini juga sangat luas. Adalah mimpi bagi Wang Lee bisa belajar di sini.
Tanpa adanya beasiswa, mungkin Wang Lee tak sanggup meneruskan sekolahnya.
Kebanyakan siswa di Shi Shi High School ini adalah Anak Anak orang kaya dan Anak Anak para pejabat.
lantas apa yang membuat Wang Lee berani mendambakan cinta Moon Li?
Kejadian seperti ini.
Berawal dari sebelum sebelumnya. Ketika pada waktu itu Moon Li mendekati Wang Lee membuat tugas untuknya.
Selalu saja begitu, hampir semua tugas Moon Li selalu di kerjakan oleh Wang Lee.
Karena kedekatan mereka, benih benih cinta mulai tumbuh di hati Wang Lee.
Kecantikan Moon Li yang memang seperti Dewi. Bukan Wang Lee saja yang mendambakan cintanya, bahkan banyak anak anak orang kaya juga mendambakannya.
Sejak saat itu Wang Lee selalu mendambakannya, dia lupa diri, lupa kesenjangan yang bagai langit dan bumi.
Alhasil dalam kemabukan perasaannya, ia salah dalam mengartikan pertemanan dan kedekatan mereka selama ini.
Ketika ia mencoba untuk mengungkapkan perasaannya dengan sebuah kado hadiah sebagai tanda ungkapan cintanya.
Wang Lee benar di tolak mentah mentah hingga ia benar jatuh terpuruk kedalam perasaan menyesal, putus asa, sedih dan di permalukan. Satu kata, memalukan.
Aku baik baik saja Mei Cin!"
Jawab Wang Lee sambil menggelengkan kepalanya.
Mei Cin memandang Wang Lee dengan mata jernihnya.
Raut wajahnya yang cantik manis memikat dan ceria, dengan rambutnya agak merah kekuningan lurus panjang. Penampilannya sebagai gadis yang berkelas tinggi.
Ia tidak tau bagaimana harus menghibur Wang Lee.
Wang Lee pasti kesakitan, Namun tidak ada yang dapat ia katakan.
Ia memilih diam, lalu ia menarik tangan Wang Lee dan duduk di sebuah bangku yang ada di tempat itu.
Keduanya memandang kesebuah telaga kecil yang ada di depan mereka .
Diam, hening, membisu.
Itu berlangsung hampir setengah jam lamanya. Akhirnya Wang Lee bangkit berdiri dan berkata.
"Terimakasih Mei Cin, aku sebaiknya kembali kerumah saja sekarang"
Wang Lee memandang kearah Mei Cin dengan tatapan sendu.
Tak ada lagi semangat di wajahnya.
"Aku akan menemanimu" Ujar Mei Cin yang ikut bangkit juga dan masih terus memegang tangan Wang Lee.
"Itu tidak perlu, kamu harus mengikuti jam pelajaran" Wang Lee menolak tawaran Mei Cin sambil melepaskan tangannya.
Selesai berpamitan, kemudian Wang Lee melangkah pergi.
Mei Cin menatapnya dengan pandangan iba. Ia tidak masalah dengan Wang Lee tentang status atau status sosial.
Ia senang dekat dan berteman dengan Wang Lee. Karena ia merasa nyaman dan Wang Lee ini orangnya baik.
Karakternya berbeda dengan pemuda pemuda yang ada di sekolah yang angkuh sok kaya dan sombong.
Namun sejak Moon Li mendekati Wang Lee, Mei Cin pada waktu itu memilih menjauhkan diri dan menjaga jarak. Karena ia agak tidak suka dengan Moon Li.
Bagian 2.....Bersambung.
Karakter Mei Cin
Bagian 2.
Wang Lee mengayunkan sepeda Moto Morini dengan perasaan tidak menentu. Hari ini dia pulang sekolah sebelum jam pelajaran usai.
Meletakkan sepeda Moto Morini kedalam garasi yang bahkan tidak ada mobilnya. Iya masuk kedalam rumah melihat ibunya sedang memasak di dapur.
Melihat Wang Lee pulang lebih cepat dari biasanya. Ibunya langsung bertanya.
"Kenapa pulang lebih cepat hari ini Wang Lee?"
"Ada rapat di sekolah Bu! Jadi jam pelajaran berakhir" Sahut Wang Lee berbohong.
Mau tidak mau Wang Lee melakukan itu agar Ibu nya tidak bertanya lebih banyak lagi.
Bergegas ia masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintu.
Wang Lee membanting tubuhnya ketempat tidur, lalu menutup matanya dengan bantal.
Ia ingin mengusir kejadian tadi dari kepalanya, Namun semakin kuat dia berusaha, semakin ia tidak dapat menghilangkannya.
Dalam letih pikirannya, akhirnya Wang Lee pun jatuh tertidur.
Wang Lee terbangun setelah tidur beberapa jam, lalu ia melihat ponselnya. Ia melihat banyak panggilan tak terjawab.
Semua panggilan itu datangnya dari Mei Cin. "Gadis manis itu sangat mengkhawatirkanku" batin Wang Lee.
Tapi Wang Lee tidak dalam suasana hati yang baik untuk berbicara dengan siapapun.
Membuka WA, Wang Lee melihat pesan dari Mei Cin.
👩🏫.."Wang Lee... Bagaimana kabarmu? Ini aku copy semua mata pelajaran hari ini agar kamu tidak ketinggalan pelajaran. Hubungi aku segera.
Wang Lee mengetik pesan balasan singkat.
🧑. "Mei Cin...Jangan khawatir, aku baik baik saja"
Namun balasan dari Mei Cin cepat sekali masuknya.
👩🏫.."Wang Lee...Siapa yang khawatir. Bodoh, aku hanya memberimu kopi pelajaran"
Wang Lee tersenyum, ia mengabaikan pesan itu dan mencampakkan ponselnya keatas kasur.
Wang Lee membuka pintu kamar belakang lantai atas.
Ia melihat ke lautan genteng genteng rumah tetangganya. Jalanan dan gedung gedung tinggi di kejauhan.
Melihat ke kejauhan, ia merasa kesepian.
Wajah cantik Moon Li terus terbayang di pelupuk matanya, ia tidak menyangka akan di tolak dengan kejam oleh gadis itu.
Selama ini dia dengan begitu susah payah membantu kesulitan kesulitan Moon Li dalam pelajaran.
Pernah suatu hari dia menukar ulangan mata pelajaran dengannya dan menulis semua jawaban untuk Moon Li.
Moon Li mendapatkan nilai 100 pada waktu itu, betapa senangnya gadis itu mendapatkan nilai sempurna.
Tiba tiba di benaknya melintas bayangan seorang gadis cantik ketika menginjak kado hadiahnya.
Wang Lee menggigil dan menutup mata dengan kedua telapak tangannya.
Kesakitan kembali menyeruak lagi di dalam hatinya, perasaannya seperti di sayat sayat dan lebih dari itu.
Rasa malu yang di tanggungnya bahkan lebih hebat lagi, melebihi segalanya.
Ia tidak yakin bagaimana menghadapi orang orang besok di SHI SHI High School.
Tiba tiba Wang Lee terkejut mendengar suara gemuruh di dalam kamarnya seperti suara berdengung dengung.
Nguuuunnnggg......Nguuuuunngg...!
"Suara apa itu?!"
Tanya Wang Lee dalam hatinya.
Iya bergegas masuk kedalam kamarnya.
Nguuuunnnggg.... Nguuuunnnggg.....!
Tiba tiba ia merasakan lantai yang di pijaknya bergetar hebat. Dinding kamarnya bergemuruh.
"Ada apa ini? Kok aneh! Tiba tiba di dinding kamarku bergetar tidak seperti biasa?" Wang Lee jadi panik.
Namun darahnya tersirap melihat pemandangan di depannya, seluruh tubuhnya gemetar ketakutan.
Dinding kamarnya tiba tiba membentuk sebuah pintu lorong yang panjang dan gelap.
Di pinggir pintu lorong itu ada derak derai kilat petir petir berkedip kedip.
Wang Lee terus memperhatikan pintu lorong dengan tubuh yang masih gemetar ketakutan.
Ia tidak tau pintu lorong apa itu. Dalam hatinya terus bertanya tanya, Namun dia tak menemukan jawabannya.
Dalam kebingungannya, sepasang tangan halus seperti giok keluar dari pintu lorong tersebut.
Wang Lee begitu terkejut dan matanya terbelalak, terpaku.
Karena tak tau apa yang mesti di perbuatanya, dia mundur kebelakang hingga ia tampa sengaja menyentuh pedang kayu yang ia letakkan di atas meja belajarnya.
Mengambil pedang kayu itu dan memegang di tangannya, berjalan kearah pintu lorong tersebut.
Dan betapa ia tambah terkejut lagi ketika melihat tubuh seorang gadis keluar dari pintu lorong tersebut.
Seorang gadis yang sangat cantik seperti peri dalam dunia khayalan, matanya berwarna biru jernih menatap kearah Wang Lee dengan pandangan minta tolong.
Wang Lee terperangah, mata nya bertatapan dengan mata gadis itu.
Tiba tiba muncul suara dalam benaknya.
"Tolong....Tolong...Aku..!?"
Wang Lee terkesiap, tiba tiba wajah gadis itu ketakutan terus menatap kearahnya minta tolong.
Melihat ekspresi dari gadis itu memohon mohon padanya.
Timbul dari dalam lubuk hati yang paling dalam Wang Lee. Segera saja iya berjalan mendekat kearah gadis itu dan langsung memegang tangannya.
Tangan itu begitu halus, lembut seperti giok dan langsung menariknya.
Tapi, sekuat tenaga yang Wang Lee miliki tetap saja gadis itu tak bergerak dari tempatnya.
Seperti ada sesuatu yang menahannya.
Wang Lee melihat kebawah kaki gadis itu seperti ada tangan yang memegang kakinya, samar samar terlihat seperti tangan sebuah makhluk entah apa itu.
Tanpa sengaja secara reflek Wang Lee mengayunkan pedang kayu yang ada di tangannya.
Terus mengayunkan pedang kayu kearah tangan makhluk itu beberapa kali.
Bam...Bam...Bam....
Karena terkejut, pemilik tangan itu secara reflek melepaskan tangannya.
Dan langsung menghilang kedalam lorong yang sangat gelap itu.
Merasa kakinya terlepas dan bisa bergerak lagi, dengan sisa sia tenaganya gadis itu segera melangkah kedepan.
Tiba tiba tubuhnya ambruk menimpa tubuh Wang Lee.
Brukkkk.....
Tubuh Wang Lee jatuh terjengkang dengan tubuh gadis itu menimpa diatasnya.
Tiba tiba pintu lorong itu menghilang dan suara gemuruh juga ikut menghilang.
"Deg....Deg....Deg....!"
Keheningan, tidak ada gerakan apa pun.
Bagian 3. Bersambung.
Karakter Moon Li
Bagian 3.
Wang Li dengan keadaan masih syok menyadari gadis itu hanya diam di atasnya. Iya menoleh kebawah dimana kepala si gadis masih terkulai di dadanya.
Jantungnya berpacu, di tekannya bahu si gadis dengan telunjuknya. Tidak ada respon sama sekali. Mati!?
Hati Wang Lee menjadi tegang. Bagaimana bisa menjelaskan jika ada seorang gadis mati di kamarnya? Pikiran Wang Lee menjadi kalang kabut.
Dengan hati hati iya membalikkan tubuhnya perlahan. Lalu menjatuhkan tubuh gadis itu perlahan dan tergolek begitu saja di lantai. Matanya terpejam.
Wang Lee duduk dan memandangi gadis itu.
Ia tercengang.
Deg...
Deg...
Deg...
Wang Lee bahkan bisa mendengar detak jantungnya sendiri.
Iya mengucek matanya tidak percaya. Lalu mencubit lengannya sangat kuat.
"Aduh...! Ini bukan mimpi!"
Jeritnya kesakitan sambil mengusap bekas cubitannya sendiri.
Wajah gadis itu begitu cantik seperti peri. Terlihat seumuran dengannya.
Rambutnya kemerahan, dengan kuning mendominasi, hidungnya mancung, dagu yang lancip dan bibirnya....
Wang Lee tak pernah melihat gadis secantik ini sebelumnya. Yang menarik perhatiannya lagi pakaiannya berwarna perak yang di gunakan oleh gadis itu.
Ia tidak tau bahan apa ini, tapi menempel begitu sempurna di tubuhnya seperti kulit kedua.
Bahkan lekuk tubuhnya tercetak dengan jelas. Tonjolan dadanya terbentuk. Perutnya...
Kebawah lagi...Wang Lee tersentak, wajahnya menjadi merah. Ia mengambil selimut dan menutupi tubuh gadis tersebut.
Wang Lee melihat tangan gadis itu memegang sesuatu.
Kubus aneh dengan garis garis banyak tulisan di permukaannya.
Satu jam....
Dua jam...
Tiga jam...
Begitu lama Wang Lee menatap Gadis itu, berharap akan terbangun, Namun tidak ada gerakan apapun.
Wang Lee mencoba menyentuh tangan gadis itu masih terasa hangat.
Apa yang harus dilakukannya? Membawa kedokter? Bagaimana menjelaskannya?
Dalam kebingungannya, Wang Lee mencoba memindahkan tubuh gadis itu ketempat tidur.
Namun kubus aneh terlepas dari tangannya. Setelah meletakkan gadis itu di tempat tidur.
Wang Lee mengambil kubus aneh itu dan meletakkannya di samping tempat tidur.
Lalu hal yang tak terduga terjadi, kubus aneh itu tiba tiba memancarkan cahaya aneh dan menyelimuti seluruh tubuh gadis tersebut.
Wang Lee terkejut mundur dan bersembunyi di bawah tempat tidur.
Setelah agak lama, baru di ia keluar pelan pelan memberanikan dirinya menatap kearah gadis itu yang masih tetap tertidur di selimuti cahaya aneh tersebut.
Karena tak tau apa yang mesti harus di perbuatanya., dalam kebingungannya. Akhirnya Wang Lee hanya bisa berjalan mondar mandir dalam kamar.
Melirik sebentar, kemudian berpikir. Menggelengkan kepalanya, kemudian berjalan mondar mandir lagi.
Telah malam tiba dan masih tetap tidak ada gerakan apa pun juga.
Hingga ia capek sendiri dan akhirnya tertidur pulas di bawah lantai.
Pagi pagi seperti biasanya dia terbangun, dengan gerakan malas ia menggeliat....
Lalu matanya terbuka lebar...
Matanya terlonjak kaget!
Secepat kilat iya bangkit berdiri dan melihat keatas tempat tidur.
Deg...Ini jelas bukan mimpi!
Gadis itu masih tetap di sana, di atas tempat tidur dan masih di selimuti cahaya aneh.
"Siapakah gadis seperti peri ini?" Semalam dia terus mondar mandir mandir memikirkannya.
Tapi, hasilnya nihil sama sekali, ia tidak menemukan jawabannya. Dalam kelelahan semalam, Wang Lee akhirnya jatuh tertidur di atas lantai kamarnya.
Mengesampingkan segala masalah dalam kepalanya, ia memutuskan pergi sekolah.
Sedikit pikirannya teralihkan dari kejadian kemarin, Namun tetap saja tidak bisa melupakan sepenuhnya.
Hari ini akan berat, bathinnya.
Wang Lee mengunci pintu kamarnya dan membawa kunci bersamanya.
Menuju ke dapur berpamitan pada Ibu dan mencium tangannya sebelum berangkat ke sekolah.
Dengan santai mengayunkan sepeda Moto Morini meluncur meliuk dijalanan hingga sampai di pintu gerbang.
Di pintu gerbang sekolah, ia melihat seraut wajah cantik mempesona tersenyum manis kearahnya.
Mei Cin menghambur kearah sepeda moto Morini dan memaksanya menarik rem dan berhenti.
"Kamu baik baik saja?" Mei Cin terlihat khawatir.
"Hehe...Lumayan!" Wang Lee menjawab sambil tertawa kecil.
Mei Cin tersenyum, menjadi kasihan dengan Wang Lee. Sebisanya iya menghibur sahabatnya itu.
Mei Cin menemani Wang Lee memarkirkan sepeda Moto Morininya di parkiran. Nyaris hanya dia sendiri yang ke sekolah memakai sepeda Moto Morini.
Yang lain. Semuanya memakai mobil kelas atas, ada Mercedes, Volvo. BMW. dan banyak lagi mobil berkelas tinggi.
Wang Lee berjalan di samping Mei Cin dengan tenang, tidak banyak yang mereka bicarakan.
Hanya seputar pelajaran jam yang di tinggalkan oleh Wang Lee.
Beberapa mata yang melihat mereka berjalan bersama, menatap dengan wajah mengejek.
"Bagaimana mungkin Mei Cin mau berjalan dengan pemuda itu" Kata sinis terlontar dari mulut mereka.
Bagaimana pun berita kejadian kemarin telah dengan cepat menyebar dan dengan perpanjangan mulut ke mulut.
Bahkan itu mulai berkembang sedemikian rupa, sehingga kabar yang beredar adalah seorang pemuda bejat mencoba menodai kesucian seorang Dewi kecantikan di sekolah SHI SHI High School.
Wang Lee tetap acuh dan berjalan santai di samping Mei Cin.
Ia tahu karakter Mei Cin adalah karakter berbeda dari siswa siswa lainnya.
Mei Cin adalah Anak seorang pengusaha perhiasan terkenal. Tokonya ada di mana mana di seluruh negeri ini.
Mei Cin adalah anak kelima dari Tuan Par Jinson, yang selanjutnya jika di sejajarkan dengan Keluarga Wang Lee hanya bagai langit dan bumi perbedaannya.
Wang Lee dan Mei Cin masuk kedalam ruangan.
Tatapan tajam dan suara ejekan menusuk kedalam jantungnya, Namun dia berusaha untuk terlihat tetap tenang.
Seorang gadis berambut keriting, yaitu teman Moon Li menghalangi jalan mereka dan berkata.
"Mei Cin..Apa yang kamu lakukan dengan pemuda tak tau diri itu? Dia akan merusak reputasi mu di sekolah SHI SHI High School ini!"
Ujar Sun Shil sambil berkacak pinggang di depan mereka.
Mei Cin mendekat kearah Sun Shil, secepat kilat mengayunkan tangannya.
Plakkk....
Suara tamparan itu terdengar begitu keras hingga mengagetkan siswa siswa yang ada di dalam ruangan tersebut.
Bahkan Moon Li yang melihatnya terperangah.
"Mei Cin...Beraninya kamu!"
Shun Shil tidak percaya ia di tampar begitu saja oleh Mei Cin, jejak merah membekas merah di pipinya.
Tadinya dia bermaksud mempermalukan Wang Lee dan mencari muka di depan semua siswi yang ada di dalam ruangan tersebut.
Namun tidak ia sangka mendapatkan tamparan, seisi kelas terdiam dan menonton.
Siapa yang tidak kenal Mei Cin. Jika di sandingkan status sosial, maka Sun Shil bukan apa apa dengan status sosial dan kekayaan Mei Cin.
Dan tidak ada yang berani mencari masalah dengannya.
"Kalau kalian mengagu Wang Lee lagi, jangan salahkan aku bertindak lebih kasar!" Teriak Mei Cin Penuh ancaman.
"Mei Cin...Apa maksudmu?"
Bagian 4. Bersambung.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!