NovelToon NovelToon

Di Jual Untuk Sang CEO

Bab1# Prolog

Pengenalan Tokoh utama

Hujan sore itu jatuh tanpa suara setidaknya begitu yang dirasakan.

Aliza Vyara Magaretha Smith

Seorang gadis cantik berusia 22 tahun. Baru saja selesai menempuh kuliahnya di Universitas ternama dikotanya. Aliza mengambil jurusan Desainer sesuai dengan bakat dan cita-cita dari kecil. Aliza seorang gadis yang lembut dan pekerja keras, sejak sekolah ia sudah bekerja paruh waktu untuk membiayai sekolahnya. Aliza baru saja memulai usaha dengan membuka sebuah butik kecil dari hasil menabung. Seharusnya ia bisa saja dengan mudah membuka butik yang besar dari warisan orangtuanya, namun semua harta peninggalan orang tuanya di kuasai oleh ibu tirinya Margareta Smith. Wanita yang menguasai segalanya semenjak kematian sang ayah.

Aliza selalu mendapatkan perlakuan buruk dari ibu tirinya, setelah sang ayah meninggal dunia. Aliza hanya di beri tumpangan rumah dan makan, ia pun harus membayar dengan tenaga membersihkan rumah. Setelah ayahnya meninggal, ibu tiri Aliza memberhentikan beberapa pelayan di rumah. Aliza yang harus menggantikan peran para pelayan yang di pecat.

Rumah yang dulu sangat tentram, damai, dan penuh cinta. Kini berubah layaknya seperti neraka.

Tak hanya itu, Aliza juga mendapatkan perlakuan tidak baik dari saudari tirinya Grace Amanda yang manja dan angkuh, tak pernah melewatkan kesenpatan untuk menghinanya. Grace anak bawaan ibu tirinya ketika menikah dengan ayahnya. Grace kerap kali memperlakukan Aliza layaknya seperti pembantu. Ia juga sering membuat Aliza terkena amarah dari ibunya. Hanya Rafael Adimatia Smith yang memperlakukannya dengan baik. Rafael anak dari hasil pernikahan ayahnya dengan ibu tirinya. Walaupun berbeda ibu, Rafael dan Aliza kerap saling menyayangi layaknya saudara kandung. Rafael lebih dekat dengan Aliza dari pada Grace. Sifat Rafael berbanding terbalik dengan Sifat Grace dan ibunya.

Rumah yang dulu penuh tawa kini berubah menjadi neraka.

Dan neraka itu menemukan cara baru untuk membakarnya.

Suatu hari, kerugian besar terjadi di perusahaan peninggalan ayahnya. Perusahaan yang kini di pegang kendali oleh ibu tirinya terlilit hutang yang begitu besar mencapai triliunan rupiah. Margareta dalam keputusasaan, membuat keputusan yang akan mengubah hidup Aliza selamanya, menjualnya, bukan dengan uang, tapi sebagai "tumbal" untuk melunasi hutang.

Ia harus menjadi tumbal keserakahan ibu tirinya. Aliza di jual sebagai penebus hutang. Aliza harus menikah dengan seorang CEO karena telah menyelamatkan perusahaan peninggalan ayahnya dari kehancuran. Aliza tidak bisa menolak, ia hanya bisa pasrah dan menerima takdir dengan ikhlas bahwa ia telah di lemparkan ke dalam neraka yang tak tau berapa dalam dan apa yang ada di sana.

Saat sekuat tenaga ia bertahan dalam rumah tangga yang tidak sehat. Suami yang seharusnya menjadi pelindungnya malah menginjak harga dirinya. Ia yang hanya di jadikan sebagai pelampiasan untuk membalas dendam dengan mantan suaminya. Ia juga harus menebalkan telinga dengan mertua dan iparnya yang tak pernah menganggap dirinya ada. Di depan matanya, ibu mertua dan ipar selalu menyanjung mantan suaminya yang merupakan menantu idaman. Saat semua mulai membaik, mantan suaminya kembali hadir di dalam rumah tangga mereka. Apakah Aliza akan mendapatkan kebahagiaan atau malaria akan di buang layaknya sampah?

Nadeo Argantara Buenavista

Ceo muda yang dengan mudah melakukan apapun dan mendapatkan apa yang ia inginkan. Seolah kehidupan ini berputar sesuai yang diinginkannya. Dunia ini seolah permainan catur, ia sesuka hati menjalankan para pion- pion dan sesuka hatinya menghempaskan para pion- pion itu.

Fisik yang rupawan dan harta yang melimpah, membuat semua perempuan ingin menjadi istrinya. Bisa menemaninya minum saja sudah menjadi sebuah keajaiban.

Dulu ia tak seperti itu, Nadeo sosok lelaki yang mudah senyum, penyayang dan lemah lembut. Namun di saat sang pujaan hati pergi meninggalkannya tanda pamit dan alasan, senyum yang dulu selalu terlihat di wajahnya kini berubah menjadi dingin dan tatapan tajam. Sejak saat itu, ia menutup hatinya dan membangun dinding setinggi langit.

Nadeo bukanlah seorang pria yang biasa- biasa. Dikalangan para pebisnis, Nadeo terkenal sebagai CEO muda yang terkenal dingin, kejam dan tak kenal kata " maaf". Orang memanggilnya " Bajingan Berjas" karena ia bisa menghancurkan hidup seseorang hanya dengan satu kontrak.

Suatu hari seorang wanita datang berlutut dan memohon kepadanya. Untuk menyelamatkan perusahaan dan melunasi seluruh utang- utangnya.

" Apa yang akan kamu berikan kepada saya jika saya bisa melunasi seluruh utang- utangmu dan menyelamatkan perusahaan dari kehancuran?" tanya Nadeo dengan angkuhnya.

" Saya akan memberikan putri saya kepada tuan muda sebagai balas budi!" ujar Margareta dengan ketakutan. Tubuhnya saat ini menggigit ketakutan.

Nadeo ingin tertawa mengejek wanita yang ada di harapannya. Ia bisa saja mendapatkan wanita yang di inginkan. Bahkan mungkin wanita akan dengan suka rela menyerahkan diri untuk Nadeo.

Sekretaris Mark memberikan sebuah foto kepada tuan muda Nadeo. Seorang wanita berambut pirang, dengan gaun merah selutut. Lumayan cantik!

" Apakah kamu hanya memiliki seorang putri?" tanya Nadeo.

" Ya tuan muda!" jawab Margareta.

" Margareta Smith! Apakah kau berusaha membohongiku? Aku tau kau memiliki seorang putri lagi!" Ucap Nadeo dengan lantang.

" Maaf tuan, tapi dia..."

" Dia adalah anak tiriku! Kau pasti ingin mengatakan seperti itu! Aku tidak bodoh! Sebelum kau menginjakkan kaki di tempat ini aku sudah mencari tau tentang keluargamu. Mungkin kau ingin menggunakan putri kandungmu untuk mengikat, tapi maaf saya tidak sebodoh itu!"

Tubuh Margareta gemetar takut jika tuan muda Nadeo batal membantu perusahaannya. Ia tidak ingin menjadi gelandang.

" Maaf tuan muda, saya tidak ada niat ingin mengikat tuan muda dengan anak kandung. Saya akan memberikan anak tiri saya kepada tuan muda. Saya mohon tuan muda jangan membatalkan kerja sama ini."

" Baiklah, tapi jangan pernah berharap jika kamu bisa memperalat anak tirimu untuk mengikatku. Karena aku bisa menyelamatkanmu dan aku juga bisa menghancurkanmu berkeping- keping seperti debu."

" Terima kasih banyak tuan muda. Saya tidak akan berani melakukan itu. Saya ijin tuan muda."

Margareta pergi dari ruangan itu dengan kesal karena rencana yang dia susun berantakan.

sial! kenapa tuan muda Nadeo bisa tau rencana yang sudah ku susun rapat- rapat. Aku yang terlalu menyepelkannya. gerutu Margareta dalam hati.

Bagi Nadeo, Aliza hanyalah pion dalam permainan catur hidupnya. Bagi Aliza, Nadeo adalah penjara yang diberi nama pernikahan.

Namun, seperti hujan yang tak bisa memilih dimana ia jatuh, takdir pun tak memberi mereka pilihan.

Bab 2 #Awal Mula

Hanya pernikahan ini yang bisa menyelamatkan perusahaan itu. Berkorbanlah sedikit saja. Aku sudah membesarkan dan menyekolahkanmu. Ini saatnya kau membalas budi kepada aku. Tuan muda Nadeo sudah berjanji akan menyelamatkan perusahaan ini asal kamu menikah dengannya.

Tubuh Aliza bergetar.Cobaan apa lagi yang harus aku tanggung? Ia menunduk, air matanya jatuh tanpa suara. Rasa marah membuncah di dadanya, tapi ia hanya mampu memendam. Melawan? Ia tidak punya keberanian.

Kenapa harus aku? teriaknya dalam hati.

Balas budi? Bukankah semua ini warisan orang tuaku. Bukankah aku berhak tinggal di rumah ini? Bukankah kewajiban orang tua adalahmemberi nafkah dan tempat tinggal yang layak? Namun kenyataannya, ia harus bekerja paruh waktu demi sekedar bertahan hidup.

" Air matamu tidak akan menyelamatkan perusahaan yang sudah ada di ambang kehancuran," suara Margareta memotong pikirannya, dingin seperti bilah pisau. "Jangan pernah berfikir untuk menolak...apalagi kabur. Kalau kamu nekat, Rafael yang akan menanggung akibatanya. Aku tahu kamu sangat menyayangi Rafael. Tapi ingat, dia anak kandungku. Dan aku tidak akan segan- segan menyingkirkannya dari dunia ini jika kamu berani melawan."

Aliza terdiam. Nafasnya terlalu berat. Ia tahu Margareta bukan tipe orang yang berbicara tanpa maksud. Demi Rafael satu- satunya yang menganggapnya keluarga. Aliza harus bertahan di rumah yang baginya sudah seperti neraka.

" Satu lagi," suara Margareta terdengar tajam, menusuk telinga. " Bukan hanya Rafael yang akan menanggung akibatnya, tetapi kekasih hatimu, Bryliant Aldama, juga akan ikut hancur....jika kamu berani menolak"

Kata-kata itu menghantam Aliza seperti cambuk. Nafasnya tercekat, namun matanya tetap menatap lantai. Tak ada gunanya melawan. Margareta selalu menang.

" Pernikahan akan berlangsung seminggu dari sekarang. "

Tidak ada ruang untuk diskusi, tidak ada kesempatan untuk meminta waktu. Aliza bahkan tidak sanggup mengangguk atau menggeleng. Ia tahu, apa pun gerakannya tak akan mengubah keputusan mutlak itu.

Bahkan ucapan terima kasih pun tak keluar dari mulut ibu tirinya. Seolah menyerahkan hidup anak tirinya pada pria asing hanyalah hal sepele.

Aliza beranjak pergi ke kamarnya, langkahnya berat seperti menyeret beban yang tak kasat mata. Begitu pintu tertutup, ia berdiri di depan jendela, menatap keluar. Pandangannya kosong, menembus hujan tipis yang membasahi kaca.

Dimatanya, dunia tampak buram— bukan karena cuaca, tetapi karena keinginannya untuk terus hidup mulai memudar. Seakan tak ada lagi alasan untuk melangkah ke hari esok.

" Permisi nona.... sekretaris Tuan Muda Nadeo datang menjemput Anda"

Suara itu terdengar ragu, namun cukup jelas menusuk ke dalam lambang Aliza.

Di ambang pintu, berdirilah bibi pengurus rumah yang baru beberapa hari lalu dipekerjakan oleh ibu tirinya. Entah sejak kapan wanita itu berdiri di sana— tak terdengar langkah kakinya, seolah ia muncul begitu saja.

Aliza menoleh perlahan. Hatinya terasa seperti diremas. Inilah awal dari babak baru yang tidak pernah ia minta, tidak pernah ia inginkan... namun tak mungkin ia hindari.

Dan hari ini,, Aliza mengerti.... kebebasannya telah habis masa berlakunya.

" Kenapa?" tanya Aliza lirih tanpa memalingkan wajah dari jendela.

" Saya tidak tahu, Nona. Tapi silahkan turun. Nyonya Margareta sudah menunggu anda di bawah," jawab sang bibi, suaranya pelan namun terbesar.

Aliza menarik nafas panjang, mencoba merendam gejolak di dadanya. " Katakan padanya... beri aku waktu lima menit. Aku ingin bersiap."

Bibi itu mengangguk cepat, lalu menutup pintu perlahan.

Tinggallah Aliza sendirian, berdiri di tengah kamar yang tiba-tiba terasa asing, seolah dindingnya ikut mengjakimi dan mengingatkan, bahwa lima menit ini mungkin jeda terakhir sebelum hidupnya berubah selamanya.

Aliza berdiri terpaku beberapa detik setelah pintu tertutup. Lima menit.... waktu yang terlalu singkat untuk bersiap, tapi juga terlalu lama untuk hanya berdiri mematung.

" Tarik napas..... lepas....tarik napas.... lepas"

Ia mencoba menenangkan diri, tapi suara detak jarum jam di dinding justru terasa seperti hitungan mundur menuju akhir kebebasannya.

Ketika akhirnya ia menenteng tas kecil dan berdiri di depan pintu kamar, lututnya lemas. Namun ia tahu, ia tidak bisa lari. Ia hanya bisa melangkah.... perlahan, menuju babak baru yang entah berujung pada keselamatan atau kehancuran.

Bab 3# Pertemuan Pertama

Aliza menapaki anak tangga dengan langkah pelan. Dari atas , ia bisa melihat ruang tamu— seseorang berpakaian hitam duduk di sofa, postur tubuh tegap dan kaku. Dihadapannya, Margareta sibuk berbicara, menebar senyum manis yang hanya ia keluarkan saat ada keuntungan di depan mata. Menjilat tanpa sedikitpun rasa malu.

Tatapan Aliza hanya singgah sebentar pada ibu tirinya itu. Ia tidak melihat Grace di mana pun. Entah kemana mak lampir itu menghilang, pikirnya sinis.

Langkah Aliza terhenti begitu pria berpakaian hitam itu berdiri. Tatapan matanya langsung mengunci pada Aliza— tajam, dingin, seakan menelanjangi setiap sisi dirinya tanpa bicara sepatah kata pun.

Margareta langsung menoleh saat menyadari Aliza berdiri di tangan.

"Ah,akhirnya kau turun juga," ucapnya manis yang palsu dan menusuk telinga.

Ia bangkit, lalu berjalan mendekat, senyumnya semakin melebar saat menatap pria berpakaian hitam itu.

" Kenalkan," katanya menoleh pada Aliza," Ini adalah tuan Mark, sekretaris pribadi tuan muda Nadeo."

Aliza menatap sekilas. Pria itu hanya mengangguk singkat, namun tatapannya tetap tak lepas darinya, dingin, seolah menimbang apakah dirinya layak untuk sesuatu yang Aliza sendiri belum mengerti.

" Mulai hari ini, kau akan mengikuti semua yang beliau instruksikan. Tuan Muda Nadeo tidak suka menunggu," ujar Margareta dengan nada perintah, bukan permintaan.

Ada desakan di dadanya Aliza. Ingin rasanya ia berkata tidak. Ingin rasanya ia berbalik naik ke kamarnya dan mengunci pintu. Namun tatapan Mark, yang seperti membawa beban perintah dari seseorang yang jauh lebih berkuasa, membuat kata- kata itu membeku di tenggorokannya.

" Saya akan membawa Nona Aliza sekarang,: ucap Sekretaris Mark tegas.

" Baik, Sekretaris Mark. Ikutilah dengannya ,Aliza. Tuan Muda ingin bertemu denganmu," ujar Margareta, nada suaranya seperti mengirim barang, bukan mengantar anak tiri.

Aliza tidak menjawab. Tatapannya kosong, langkahnya berat namun ia tetap mengikuti pria itu tanpa sepatah kata pun. Di luar, sebuah mobil hitam mengilap menunggu. Tanpa menoleh kebelakang, ia masuk ke dalamnya.

Pintu tertutup, mesin berderu dan mobil melaju meninggalkan rumah— meninggalkan satu-satunya tempat yang meskipun penuh luka, masih menyimpan kenangan masa kecilnya.

Sepanjang perjalanan, Aliza hanua menatap keluar jendela. Hening. Bahkan napasnya pun terasa berat di dadanya.

Haruskah aku lari? pikirnya.

Namun pertanyaan itu cepat hilang. Tapi kemana? Jika aku lari....bagaimana dengan nasib adik laki- lakiku?

Detak janjungnya berdetam lebih keras, seiring bayangan wajah Rafael muncul di benaknya.

Aku tidak punya tujuan untuk lari. Kemana pu. aku pergi, mereka pasti akan menemukanku. Aku bisa saja meminta tolong pada Bryliant.... tapi bagaimana jika ibu tiri benar- benar melakukan ucapannya dulu? Menghancurkan Rafael.... dan Brilliant.

" Nona, kita sudah sampai. Silahkan."

Aliza tersentak dari lamunanya. Sekretaris Mark berdiri di luar mobil, membuka pintu dengan wajah datar. Menarik napas panjang, Aliza berusaha menenangkan dirinya, menyembunyikan kegugupan di balik langkah pelan yang ia ambil.

Matanya menatap papan nama di atas gedung Buenavista Resto. Nama itu terasa asing namun mengandung wibawa yang membuat dadanya kian sesak.

Ia mengikuti Mark masuk, tanpa sepatah kata pun. Langkah Mark mantap, sementara langkah Aliza terasa ringan di luar namun berat di dalam, seakan setiap langkahnyaadalah Langkah Menuju takdir yang tak bisa ia ubah.

" Silahkan masuk ke dalam, Nona. Tuan Muda akan datang sebentar lagi."

" Baik" jawab Aliza pelan.

Begitu ia melangkah masuk, ruangan itu terasa begitu hening dan dingin. Ia ingin bertanya sesuatu tentang apa yang akan terjadi atau tentang Nadeo, namun saat menoleh Sekretaris Mark sudah menghilang, meninggalkannya sendirian.

Aliza duduk perlahan, jemarinya merapikan rambut yang sejak tadi ia sentuh berulang- ulang. Apa pun yang terjadi, aku harus tersenyum, batinnya. Walaupun. tubuhnya bergetar, walaupun dadanya sesak oleh rasa takut dan degup jantungnya berdentum keras di telinga, ia bertekad untuk tidak menunjukkan kelemahan.

Pintu ruangan itu tiba- tiba terbuka. Suara langkah kaki berderap pelan namun mantap. Sekretaris Mark muncul lebih dulu, menunduk sedikit sebagai tanda hormat. Sekretaris Mark melangkah sedikit ke samping, seolah memberi jalan bagi seseorang yang mengikutinya.

Sosok itu muncul

Laki- laki yang nyaris sempurna tanpa cela. Setiap lekuk wajahnya tampak terukir rapi, rahangnya mengeras tegas, dan sorot matanya tajam seperti pisau yang baru di asah. Langkahnya panjang, mantap, tanpa terburu -buru. Setiap gerakan seperti diatur dengan presisi. Jas hitamnya membalut tubuh tegap, kemeja putih bersih tanpa satu lipatan pun. Namun yang paling mencolok bukanlah ketampanannya, melainkan aura kuat yang memancarkan dari tubuhnya. Bahkan sebelum ia benar- benar berada di hadapan Aliza, hawa dingin dan tekanan itu sudah menghantam, membuat lutut Aliza terasa lemah.

Aura dingin yang menguar dari tubuhnya, membuat udara di ruangan terasa lebih berat. Bukan dingin biasa, ini adalah dingin yang lahir dari kekuasaan dan keyakinan mutlak bahwa tidak ada yang bisa menentangnya.

Aliza menahan napas.

" Silahkan, tuan," ucapnya Sekretaris Mark sambil menarik kursi

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!