Sorakan cewek-cewek mahasiswi kampus swasta ternama SAVOIR, menggema memenuhi sudut lorong saat THE BETTER melewati mereka.
THE BETTER
Nama yang para mahasiswi Savoir sematkan untuk menyebut tujuh pemuda yang memiliki ketampanan, latar belakang keluarga dan kekayaan yang diluar nulur. Bisa dikatakan, mereka adalah putra-putra dari orang yang berpengaruh di negara ini.
THE BETTER
Diketuai oleh Sankara Pradipta, yang merupakan putra kandung Gemma Pradipta dan Ethena Black. Semua menyebut San, panggilan akrab Sankara sebagai ketua The Better, karena San memiliki bibit, bebet, dan bobot lebih unggul daripada anggota The Better lainnya.
San terkenal pendiam, tidak suka keramaian, meski keberadaannya selalu saja memancing keramaian, sikapnya tegas dan yang paling membuat para cewek di kampus ini mengidolakan San adalah karena cowok ini terpantau masih jomblo.
Tak ada satupun yang pernah memergoki San berkencan dengan cewek, selama San kuliah di Savoir. Bahkan sejak tahun pertama, hingga kini San ada di tingkat mahasiswa akhir, tak pernah sekalipun dia jalan dan dekat dengan cewek lain.
Jelas semua cewek-cewek di kampus ini mengidolakan cowok green flag tapi mode red flag ini.
" Widih.. Pesona bos makin hari makin gacor aja nih. " celetuk Pandu, salah satu playboy diantara anggota The Better. Julukannya Playboy cap karung.
" Jelas lah bro.. Kalau nggak tertarik sama si bos, matanya perlu diperiksa tuh. " Bagas membenarkan ucapan Pandu. Pesona San memang tidak ada tandingannya.
Lalu San, apakah dia peduli dengan semua itu?
Tentu saja tidak, karena bagi San ada yang saat ini jauh lebih penting dibanding semua hal yang ada disekitarnya. Seseorang yang tengah berada di tengah lautan mahasiswa baru yang tengah menjalani OSPEK tak jauh dari posisinya berada.
Tatapan San mengunci satu titik, yang selama beberapa bulan belakangan ini telah mengusik hidupnya. San tatap terus, seperti seekor elang yang mengintai mangsanya.
" Oh ya.. Gue denger-denger tunangan Jerrel kuliah disini ya? " Bintang kali ini angkat bicara. Gosip tentang ini sudah menggaung selama beberapa hari belakangan.
" Yoiii.. Makanya tuh cowok ngilang, pasti ngintilin tunangannya. " jawab Dendi yang hafal betul kelakuan sahabat karibnya itu.
" Cantik banget emang? Sampai segala tuh buaya cap kadal buntung ngintilin lagi. Takut bener tunangannya diambil orang. " semuanya tertawa karena ucapan Pandu, lain dengan San yang acuh.
" Bukan lagi cantik, bro.. Udah kek bidadari turun dari kahyangan lo tahu. Beruntung bener Jerrel dapat tuh cewek. Sayang aja kelakuan bejatnya kagak sembuh, padahal tunangan spek dewi-dewi. " hiperbola sekali Dendi mengatakannya, meski memang nyatanya benar, tunangan Jerrel memang secantik itu.
" Jadi penasaran gue.. Ntar kita suruh deh Jerrel kenalin. Masa iya, sahabatan ma kita lama bener kita kagak boleh kenalan sama tunangannya. " protes Bagas yang beneran penasaran.
" Takut diembat Pandu tuh.. Makanya Jerrel kekepin. " Dendi tunjuk si Pandu yang malah tertawa bangga.
" Tapi emang bener sih. Kalau Jerrel kagak mau sama tunangannya, gue siap kali gantiin. " Dendi cengengesan.
BRAKK!!
San tiba-tiba saja menendang tempat sampah sampai terpelanting jauh. Tentu saja anggota The Better lainnya terkejut bukan main.
" EH COPOT.. COPOT.. NGAPA LAH BOS?? " Bagas sampai latah saking kagetnya.
" Dih.. Malah ngacir tuh si bos. Ngapain juga sih tendang nih tempat sampah? Aneh bener. " gerutu Bintang yang langsung membenarkan posisi tempat sampah tadi.
Dalam batin Aldo sudah komat-kamit, ' Tempat sampah yang ditendang, jantung gue yang melayang. Duh si bos, napa lah mulut si Dendi pakai didengerin. ' Aldo yang tahu alasan dibalik insiden tempat sampah itu hanya bisa menahan nafas gugup.
" Dah lah.. Kali aja mood bos lagi jelek. Mau ke kantin kan? Cuzz dah. " Aldo alihkan perhatian sahabat-sahabatnya agar tak terlalu memikirkan ulah San barusan.
*****
Hari ini cuacanya cukup terik. Para mahasiswa baru yang tengah mendengarkan pidato dari Rektor Kampus Savoir, sudah banyak yang merasa tak nyaman saking panasnya. Padahal acara OSPEK baru pembukaan.
Memang sih banyak pepohonan rindang di lapangan tempat mereka berkumpul, tapi tetap saja rasanya sangat panas karena matahari bersinar sangat terang. Belum lagi atribut OSPEK yang para mahasiswa baru ini pakai, bikin tambah repot dan panas.
" Oh God.. Ini kok panas banget. Mana pak rektor pidato kok panjang banget kek nostalgia kisah cinta bapak emak gue.. Dari tadi kagak kelar-kelar dah. " gerutu gadis berpapan nama ' Cynthia Jomblo.
" Hihihi.. Sepanjang apa nostalgia kisah cinta bapak emak lo, Cyn? " gadis berpapan nama ' Intan Gemoy ' cekikikan.
Masih ada seorang gadis lagi, teman Cynthia dan Intan yang ikut terkekeh meski sebenarnya dia coba untuk menahan diri agar tidak kelepasan ngakak di tempat.
Intan dan Cynthia, kalau udah disatuin jelas pasti perut bakal kram karena ketawa. Ada saja celetukan mereka berdua yang selalu menguji ketahanan rahang.
" Udah deh lo berdua. Nggak lucu tahu, pas pak rektor lagi pidato kita malah ketawa. Ntar kalau kelihatan kating, bisa kena hukuman lho. " tegur gadis dengan papan nama bertuliskan ' Anci love Jerrel.
Bukannya makin tenang, Intan dan Cynthia justru makin cekikikan saat kembali membaca nama yang dituliskan oleh Anci di papan namanya.
" Sumpah deh, Ci.. Lo kagak jijik sama nama lo itu? Gue aja geli tahu tiap kali baca. " sempat-sempatnya Intan mengejek Anci disela tawanya.
" Ck.. Udah deh, nggak usah ngomongin papan nama gue. Kalau nggak inget gue masih sayang nyawa, udah gue buang trus gue injek-injek deh ini papan nama. " kesal Anci terlihat jelas di wajahnya.
Sungguh sial nasibnya saat Jerrel, cowok yang menjadi tunangannya itu mengide membuatkan papan nama yang memang diminta khusus oleh kating untuk mendeskripsikan diri.
Intan memilih kata GEMOY untuk mendeskripsikan yang memang postur tubuhnya itu bulat kek bola voli. Mana tinggi Intan tak seberapa, makanya dia pilih kata Gemoy untuk mendeskripsikan dirinya.
Cynthia sendiri memilih kata JOMBLO, ya karena memang dia jomblo abadi. Alias dia tidak pernah berkencan dengan siapapun selama ini. Orang tua Cynthia terlalu ketat dalam pengawasan terhadap anak perempuannya jadilah Cynthia masih jomblo sampai masuk bangku kuliahan.
Sedangkan Anci harus terpaksa menerima kata LOVE JERREL untuk mendeskripsikan dirinya. Padahal kalau boleh jujur, mana ada cinta-cintaan sih. Toh Anci dengan Jerrel bertunangan karena ada sesuatu yang tidak bisa Anci bebas bicarakan.
" Aneh tahu tunangan lo. Coba deh, dari sekian banyaknya kata, kenapa musti itu yang dipilih? " sempat mencoba menghentikan tawanya, namun usahanya gagal. Jadilah Cynthia kembali tertawa.
" Mana gue tahu.. Gila emang tuh orang, pas buat kemarin keknya obatnya abis dah. " Anci malu sekali, begitu masuk. ke area kampus, sudah banyak yang menyorakinya.
padahal Anci ingin dunia perkuliahannya damai, aman dan sejahtera tanpa adanya intervensi dari Jerrel. Sayangnya cowok sinting bin gendeng yang sialnya tunangan Anci itu sudah membuat gebrakan di hari pertama Anci kuliah.
Apalah yang perlu dibanggakan Anci sebagai tunangan Jerrel?
Hubungan mereka, tidak seindah dan seromantis itu untuk menjadi konsumsi publik.
Nikmatilah masa muda mu, sebelum kau menyesal di masa tua mu....
Kalimat ini, sangat ingin seorang gadis wujudkan dalam hidupnya. Sayangnya, kenyataan terkadang tidak selaras dengan keinginan dalam hidup ini. Hidup kadang terlalu kejam untuk beberapa orang dan salah satunya untuk gadis ini.
Anne Ciara Setyabudi, atau biasa dipanggil Anci, selalu memimpikan jika hidup yang dia jalani akan indah. Dimana Anci bisa memutuskan jalan hidupnya sesuai dengan apa yang dia inginkan. Hidup bahagia bersama keluarga kecilnya, sederhana namun penuh dengan suka cita.
Harapan yang tidak muluk-muluk disaat yang lain ingin hidup bergelimang harta tapi bagi Anci, asalkan ada ayah dan ibunya serta si bungsu Terry, semua itu lebih dari cukup. Harta bisa dicari, tapi mewujudkan keluarga yang harmonis dan bahagia amatlah sulit di masa ini.
Hidup Anci awalnya berjalan sangat lancar, dimana ayahnya bekerja sebagai direktur keuangan di sebuah perusahaan besar di ibukota. Ibunya juga merupakan pengusaha restoran Italia yang sudah memiliki beberapa cabang yang tersebar di pulau Jawa.
Meski sang adik, Terry Setyabudi harus menjalani pengobatan untuk penyakit jantung bawaannya, semua itu tidak membuat hidup Anci kacau. Kedua orang tuanya, bahu membahu menyekolahkan Anci di sekolah favorit di ibukota sembari membiayai pengobatan adiknya. Semua bisa diusahakan, asalkan kerja sama dan komunikasi diterapkan.
Namun sayangnya hari-hari bahagia Anci harus berakhir saat tiba-tiba saja ayahnya ditangkap karena kasus korupsi. Sungguh sangat tidak masuk akal, untuk seorang Dennis Setyabudi melakukan tindakan tercela seperti itu. Tapi nyatanya, ayah Anci tetap ditangkap dan dipenjara.
Sejak saat itu, usaha restoran Renjana, ibu Anci mengalami penurunan drastis karena dampak ditangkapnya Dennis. Semua itu berpengaruh pada kondisi ekonomi keluarga Setyabudi dan imbasnya pada biaya pengobatan Terry.
Jana, panggilan akrab ibu Anci, harus putar otak sampai menggadaikan dan bahkan menjual restoran miliknya demi mengatasi masalah keuangan mereka tapi pada akhirnya, usaha Jana tetap tidak bisa memulihkan kondisi keuangan mereka dan justru mengakibatkan hutang keluarga Setyabudi menumpuk sampai dimana Jana tidak lagi mampu membayarnya.
Disaat titik terendah keluarga Setyabudi, munculah seorang pahlawan yang menawarkan bantuan untuk keluarga Setyabudi. Anci dan keluarganya begitu berterima kasih pada orang-orang yang telah menolong mereka ini hingga akhirnya Anci tahu alasan dibalik bantuan mereka.
Pada akhirnya, Anci harus menggadaikan hidupnya, merelakan kebahagiaannya demi agar Jana dan Terry tidak mengalami hal serupa dengan Dennis. Anci, harus menyerahkan jiwanya kepada iblis, dan Anci tahu sampai kapanpun dia tidak akan bisa lepas dari iblis ini.
" Lo nggak usah ganjen sama kating atau MaBa cowok disini!! Sekali gue tahu lo cari perhatian, habis lo ditangan gue. "
Anci memejamkan matanya jengah. Selalu dan selalu, Kata-kata penuh ancaman keluar dari mulut cowok didepannya ini.
" Iya, kak.. Nggak akan aku begitu. " Anci mencoba meyakinkan meski sebenarnya dia sudah sangat lelah menghadapi segala drama yang diciptakan cowok di depannya ini yang sialnya adalah tunangannya sendiri.
" Mata-mata gue disini banyak.. Jadi jangan coba-coba lo bohongin gue.. Inget Anci.. lo punya gue.. " Anci mengangguk. Apapun akan dia iyakan asalkan cowok yang jadi tunangannya ini lekas pergi dan tidak merecoki dirinya lagi.
Sumpah, kalau boleh jujur Anci sudah lelah. Lelah dengan semuanya, terutama lelah saat menghadapi Jerrel Arkana Sentosa yang merupakan tunangannya sejak dia duduk di bangku kelas XI.
Jerrel itu cowok yang kasar, bukan hanya mulut tapi juga sikapnya. Sangat cocok sekali jika Anci menyebut sosok Jerrel ini sebagai iblis karena memang begitu kelakuannya.
Cowok paling egois yang pernah Anci temui, paling arogan, paling breng***, dan paling terburuk sepanjang masa. Anci benci Jerrel, tapi Anci tidak bisa berbuat apapun dan hanya bisa menerima semua perlakuan Jerrel padanya. Baik perlakuan manis ataupun kasar.
Anci bahkan sempat berpikir untuk mengakhiri hidupnya, agar bisa terbebas dari seorang Jerrel ini. Tapi meskipun begitu, Anci tahu betul bahwa kematiannya tidak akan membuat Jerrel berhenti menjadi iblis. Bisa-bisa ibu dan adiknya yang menanggung akibatnya.
" Aku ngerti, kak.. Udah ya, aku musti balik. Kalau telat, nanti aku bisa dihukum sama kating. Ini hari pertama aku di kampus ini, jadi please.... kerja samanya ya, kak.. " Anci sampai mengemis pengertian Jerrel yang tadi tiba-tiba saja datang menarik dirinya pergi padahal saat itu kating kelompoknya tengah menjelaskan tugas sebagai mahasiswa baru.
" Gue anter lo balik. " tanpa persetujuan, Jerrel langsung menarik tangan Anci kembali ke tempat kelompoknya berada.
Apa Anci bisa menolak?
Tentu saja tidak..
Padahal sejujurnya Anci tidak ingin ada yang tahu jika dia adalah tunangan Jerrel yang merupakan cucu pemilik kampus ini.
sungguh Anci lelah menghadapi orang-orang yang bermuka dua yang mencoba mendekatinya demi bisa meraih keuntungan darinya yang merupakan tunangan cucu pemilik kampus. Anci ingin perjalanan masa kuliahnya tenang dan damai tapi sepertinya semesta tidak mendukungnya dengan menghadirkan Jerrel dalam hidupnya.
" Jangan sampai gue denger lo-lo semua ngerjain tunangan gue.. Kalau gue tahu, abis lo semua sama gue. " Jerrel menunjuk satu per satu kating yang mendampingi kelompok Anci.
" Tenang aja, Rel.. Tunangan lo aman sama kita-kita. " Jerrel mengangguk puas.
Setelah memperingati kating kelompok Anci, Jerrel kembali menghampiri Anci, " Inget pesen gue.. awas kalau lo macem-macem. "
Cup..
dikecupnya dahi Anci sebelum pergi dari sana.
Sumpah Anci malu setengah mati plus kesal. Jerrel sungguh tidak tahu malu mencium dahinya didepan banyak mahasiswa disini. Anci sampai menunduk dalam tidak berani menatap mahasiswa yang kini menyoraki dirinya.
' Jerrel kampret.. ' maki Anci dalam hati.
*****
Berdiri dipinggir lapangan dan menyaksikan kejadian Jerrel yang mencium kening Anci, tangan orang ini terkepal erat di dalam saku. Mencoba mengais sedikit kesabaran yang hampir tidak dia miliki agar jangan sampai mendatangi Jerrel dan menghajar cowok itu.
Matanya menatap tajam ke arah depan, rahangnya mengeras, raut wajahnya sudah mirip seperti seseorang yang ingin menelan hidup-hidup musuhnya hingga akhirnya.
BRAAKKK
Kaki jenjangnya menendang tempat sampah yang tidak bersalah didepannya. Lalu kemudian pergi begitu saja tanpa kata, meninggalkan pinggir lapangan.
" Bahaya.. Jelas ini bahaya.. Bisa-bisa kampus ini dibakar habis nih.. " celetuk seseorang yang menyaksikan aksi temannya yang tengah emosi.
Sungguh kalau bisa, jangan pernah memancing kemarahan orang ini atau akan selalu berakhir menyedihkan. Orang ini sangat tahu cara membuat lawannya menderita sampai memilih untuk mengakhiri hidupnya.
" Untung nama belakang lo Sentosa, Rel.. Kalau nama belakang lo Mahmudin sumpah dah sekarang juga gua yakin remuk lo.. "
" Tungguin lah.. Masa gue ditinggal sih.. " lekas dia berlari mengejar teman-temannya yang sudah lebih dulu menuju kantin.
Lalu lalang mahasiswa, selalu menjadi pemandangan yang setiap hari menghiasi lorong kampus Savoir. Baik mahasiswa tingkat akhir, ataupun mahasiswa tingkat pertama. Dan beberapa hari ini, lorong-lorong kampus dihiasi para maba yang tengah menjalani OSPEK.
Menggunakan seragam SMA, dengan hiasan kepala yang disesuaikan dengan bulan lahir para maba. Belum lagi papan nama yang lucu-lucu, sesuai dengan ciri khas para maba masing-masing. Semua itu menjadi warna tersendiri yang membuat sesuatu yang biasanya monoton di kampus, menjadi berwarna.
Hari ini, adalah hari akhir masa OSPEK untuk mahasiswa baru. Sebagai tugas akhir dari BEM, mereka diharuskan untuk meminta tanda tangan ke kakak tingkat. Bebas, boleh siapa saja dan sebanyak mungkin.
Serunya disini, para kating tidak begitu saja mau memberikan tanda tangan untuk para maba. Ada beberapa diantara mereka yang sengaja menguji para maba untuk bisa memperoleh tanda tangan. Ada yang diminta bernyanyi, membuat pantun atau puisi. Ada juga yang meminta nomer WA atau foto bareng.
Anci dan kedua temannya sudah berkeliling meminta tanda tangan. Lelah sudah pasti tapi mereka merasa jika tanda tangan yang mereka dapatkan masih kurang banyak dibanding yang lain. Cukup sulit untuk Anci mendapatkan tanda tangan karena kebanyakan para kating meminta nomer WA nya. sedangkan Anci tidak bisa memberikan pada mereka.
" Udahlah.. Kalian minta aja tanda tangan kakak tingkat yang tadi itu. Gue nggak papa. Masa iya punya kalian sama dikitnya kek punya gue. " Anci merasa tak enak pada Cynthia dan Intan.
" Kita kan besti, Ci.. Jadi harus senasib sepenanggungan. " ujar Intan untuk membesarkan hati Anci.
Jelas Anci terharu sekali saat ini. Cuma Intan dan Cynthia teman yang dia punya. Banyak dari yang lain, menjadi teman Anci karena ada maunya. Salah satunya ingin dekat dengan Jerrel. Anci benci itu, mereka tidak tulus berteman dengannya.
Kalaupun ada yang tulus, Teman-teman Anci justru takut pada Jerrel. Karena pria satu itu memang arogan, galak dan keras kepala sekali. Anci sampai malas kalau sudah Jerrel panjang lebar melarangnya ini itu. Yang bisa Anci lakukan hanya diam saja.
Hanya Intan dan Cynthia yang betah berteman dengannya sejak kelas XI SMA. Keduanya memang takut Jerrel, tapi mereka lebih tidak tega membiarkan anak sebaik Anci sendirian karena ulah tunangan jahanamnya itu.
" Dah lah.. Kita keliling lagi deh. Biar aman minta tanda tangan kating cewek aja kali ya. " Cynthia mengajak keduanya mulai kembali berkeliling.
" Ck.. Repot juga minta kating cewek, Cyn.. Sinis banget mereka sama kita. Mentang-mentang kalah cantik sih. " Cynthia dan Anci ngakak karena celetukan Intan.
Ya emang gitu sih, nggak salah kok apa yang Intan katakan.
Kating cewek-cewek yang sejak tadi dihampiri ketiganya cuma sedikit yang mau tanda tangan. lainnya sinis bener, apalagi berhadapan sama Anci yang wajahnya mirip barbie.
Udahlah cantik, putih, wajahnya mungil, bulu matanya lentik, hidungnya mancung, bibirnya tipis. Pokoknya proporsional banget lah bentuk wajah Anci. Bodynya Anci yang mungil kek botol yakult juga menunjang keimutan mutlak yang dia miliki sampai semua yang melihat pasti gemes. Plus embel-embel sebagai tunangan Jerrel. Makin-makin dah panasnya para mahasiswi di Savoir ini.
" Kemana lagi lah kita ini? " tengok kanan tengok kiri, Intan bingung tujuan mereka berikutnya.
" Kantin aja kali ya.. Gue haus, sekalian dah cari tanda tangan di sana. Pastinya jam segini banyak kating di sana. " Cynthia berpendapat.
" Setuju.. Gue juga haus nih. " Anci pun mengangguk antusias.
Pergilah ketiga serangkai ini menuju kantin yang jaraknya tidak begitu jauh dari posisi mereka. Kebetulan mereka ada di gedung fakultas bisnis. Dan konon katanya, karena cucu pemilik kampus kuliah mengambil fakultas bisnis, jadilah ada kantin khusus di fakultas ini.
******
" Jerrel kemana, Den? " tanya Bintang yang melihat Dendi kembali seorang diri padahal perginya tadi bareng Jerrel.
Dendi mengendikan bahunya, " Tadi dapet telepon, habis itu langsung pergi kagak pamit ke gue. "
" Paling salah satu cewek-cewek nya yang telepon.. Kaya lo kagak tahu aja kelakuan Jerrel. " lanjut Dendi.
Keempat temannya pun terkekeh. Yah, Jerrel memang tidak bisa dijauhkan dari ' wanita '. Dari mahasiswa tingkat satu sampai akhir, ada aja cewek yang sudah jadi korban mulut biaya Jerrel.
" Eh.. Eh.. " Dendi terlihat heboh sendiri.
" Ngapa sih? " Pandu mengernyit heran.
" Anci.. Anci.. Sini!!!! " teriak Dendi memanggil entah siapa. Heboh sekali anak Pak Mahmud satu ini.
Aldo yang tahu siapa yang dipanggil Dendi, langsung menyenggol lengan San yang sejak tadi asyik dengan ponselnya.
" Tuh.. " dagu Aldo menunjuk ke arah depan.
" Kak Dendi.. " yang dipanggil Dendi mendekat.
" Cari Jerrel? " Anci menggeleng.
" Disuruh minta tanda tangan kating nih. " Anci menunjukan bukunya pada Dendi.
" Wah kebetulan banget nih.. Sini.. Sini.. Biar gue sama temen-temen yang tanda tangan, lo duduk aja sini deh.. " Dendi menepuk pela bangku di sebelahnya. Mengabaikan raut wajah yang lain yang terheran-heran.
" Haus nggak? " yang langsung diangguki Anci.
" Nih.. Kalian beliin kita minum ya.. Sekalian buat kalian berdua deh. " Dendi menyodorkan lembaran uang berwarna merah ke arah intan dan Cynthia.
" Dih... Kok kita? " protes Intan disertai raut wajah tidak Terima.
" Nggak mau tanda tangan nih? " alis Dendi naik turun menggoda intan.
" Ck.. "
Intan pun menarik Cynthia pergi sembari menghentakkan kakinya karena kesal main di suruh aja. Intan memang sudah seperti musuh buat Dendi, begitu pula sebaliknya.
Kedekatan Jerrel dan Anci, membuat Dendi yang notabene teman dekat Jerrel jadi ikutan dekat dengan Anci dan kedua temannya, Intan dan Cynthia.
" Suka bener deh gangguan Intan.. Ntar jatuh cinta lho.. " ujar Anci sembari tersenyum manis sekali. Senyum yang berhasil menghipnotis anggota the Better di meja itu.
" ADUH!! " pekik Aldo kesakitan.
" Napa, Do? " Bagas bertanya. Ganggu acara terpesonanya pada Anci saja.
" Hehe... Nggak apa.. " Aldo nyengir, sambil sesekali melirik cowok di sampingnya.
' Gue diinjek gajah, bro.. ' pekiknya kesal dalam hati.
" Dasar aneh.. " sembur Pandu, " Cantik nggak apa kan? Kaget nggak? Duh yang beli minum lama bener. " buaya dua mulai beraksi.
" Kagak usah sok perhatian lo!! Tunangan Jerrel ini. "
HAAAAAHHHHH!!!
Pandu, Bagas dan Bintang sukses shock.
Secantik ini..
Seimut ini..
Kok jadi tunangan iblis ya..
Ketiganya kompak mencibir dalam hati. Beruntung banget Jerrel bisa dapat tunangan spek bidadari begini padahal kelakuannya mirip penjaga pintu neraka begitu. Apa nggak kasian si cantik di depan mereka ini harus bertunangan dengan model anj**** neraka.
" Biasa aja keles.. " Dendi meraup wajah ketiga temannya. Di iringi tawa Anci yang terhibur tingkah teman-teman Dendi.
" Tangan lo bau terasi anjir. " Pandu mencak-mencak.
" Kenalan dong.. Siapa tadi nama lo? Aci? " Aldo tidak memperdulikan keempat temannya malah mengajak kenalan Anci.
Sorak sorai bergembira dari yang lain terdengar riuh menyorakinya.
" Anne Ciara.. Kakak panggil aja Anci.. " tangannya terulur mengajak Aldo salaman.
Belum juga tangan Aldo menggapai tangan Anci, sudah keduluan seseorang disampingnya.
" San.. "
" Eh.. "
Semua sukses melongo melihat hal tak biasa di depan mereka ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!