"Ya Allah aku masih sakit bayiku masih merah sudah diusir oleh mertuaku karena melahirkan dengan operasi caesar dan membuat anaknya mengeluarkan uang yang banyak untuk biaya kelahiran anak kami.
🍁🍁🍁🍁
"Baju-bajumu sudah ibu siapkan. Sekarang juga pergilah kau perempuan tidak berguna sudah gak kerja, gak mau melahirkan dengan normal bikin anakku hutangnya banyak." Teriak ibu mertuaku dengan mata mendelik nyaris keluar.
"Bu bukan aku yang memutuskan operasi caesar tapi dokter sendirilah yang memutuskan karena kasus placenta previa." Jawabku mencoba membuatnya mengerti.
"Halah itu cuma alasan dokternya saja supaya dapat duit banyak. Sudahlah jangan membantah cepat pergi dari sini daripada anakku jatuh miskin karena harus menanggung istri tak berguna dan anak sialmu itu." Teriaknya sambil masuk kedalam rumah seraya membanting pintu.
"Duh Gusti harus pergi kemana aku pulang ke kampungku sangat jauh. Jadi ini alasan suamiku tidak menjemputku hari ini dia lebih memilih ibunya daripada kami."
Aku berjalan sambil menyeret koper besarku dan tas jinjing yang kubawa ke rumah sakit aku letakkan diatasnya.
Aku berhenti di warung bu Imah dan memesan segelas teh untuk meredakan dahagaku.
"Wati kamu mau kemana? Kasihan bayimu panas-panas begini kamu bawa pergi."
"Saya sudah diusir mertua saya bu karena saya melahirkan dengan caesar. Ibu marah karena anaknya jadi keluar uang banyak untuk biaya lahiran cucunya."
"Ya Allah itu kan memang kewajiban suamimu, mertuamu memang aneh."
Wati mengutak atik handphonenya dan akhirnya memesan taxi online, dia bertekad tidak akan pernah kembali ke suaminya dan tidak akan membiarkan mereka tahu keberadaan dia dan anaknya.
"Bu ini uang tehnya taxi yang saya pesan sudah datang."
"Tidak usah Wati, ini ibu ada sedikit rejeki untuk anakmu anggap aja hadiah kelahirannya. Hati-hati dijalan ya nak."
"Terimakasih bu Imah saya tidak akan pernah melupakan kebaikan ibu."
Sopir taxi online membantu Wati memasukan barang di bagasi tak lama kemudian taxi meluncur diatas jalan yang beraspal.
"Untung semua dokumen dan buku tabunganku kubawa ditas kecil. Aku akan menyembuhkan diriku dulu ditempat yang nyaman dan aman untuk anakku." Batin Wati.
Taxi online itu berhenti di sebuah hotel yang cukup bagus dikota tempat tinggal keluarga suami Wati. Sebelum memesan taxi online wanita yang baru jadi ibu itu sudah melakukan reservasi online.
Begitu taxi tiba dihotel dengan sigap petugas hotel menyambut dan membantunya di meja resepsionis. Dan mengantar ibu satu anak itu menuju ruangannya dengan troli yang memuat kopernya.
"Maafkan ibu ya nak kau terpaksa hidup dengan cara seperti ini. Tapi ibu berjanji akan selalu ada untukmu." Bayi itu seolah mengerti dan menggerakkan kepalanya. Wati meletakkan bayinya di ranjang hotel yang nyaman.
"Ibu mandi dulu ya nak, setelah ibu mandi kamu waktunya nenen." Gumam ibu muda itu.
Selesai mandi Wati menyusui bayinya. Dia duduk di depan jendela. Hotel itu bukan hotel murah pemandangan diluar hotel sangat bagus saat senja menghiasi langit. Selesai menyusui bayinya Wati Selfi dengan latar belakang hotel tempat dia menginap dan dia unggah di story nya dengan caption "Aku single mom yang kuat aku bisa memberikan yang terbaik untuk anakku. Kisah hidupku bisa dijadikan inspirasi novelku berikutnya. Maaf selama ini aku menyembunyikan profesiku aku bukan pengangguran. Aku seorang penulis novel online yang memiliki penghasilan jauh lebih besar daripada penghasilan suamiku."
"Akan ku buat kau menyesal telah membuang ku. Gumam Wati.
Tak lama handphonenya bergetar dia melihat siapa yang menelpon tapi dia tidak akan mengangkatnya. Sampai berkali-kali telpon di handphonenya bergetar tidak satupun dia jawab hingga akhirnya dia membaca pesan dari suaminya.
"Kamu dimana dek? Kenapa kau membohongi kami? Mas butuh penjelasan."
Wati hanya tersenyum sinis tanpa ingin membalas pesan itu.
Dia menimang-nimang bayinya yang sudah tertidur lagi. Perlahan dia mengecup pipinya. "Anak ibu yang paling ganteng, kau harus kuat ya nak. Tumbuhlah dengan sehat, jadilah anak yang pintar ibu akan membesarkan mu sendirian dan kau tidak akan kekurangan apa-apa sayang." gumamnya.
“Perutku lapar sekali aku harus makan yang banyak supaya produksi ASI ku juga banyak. Sebaiknya aku memesan makanan dari restoran hotel ini.”
Wati melihat menu restoran dihotel itu dan memesan vegetable salad dan tenderloin steak serta jus tomat dan sebotol air mineral.
Begitu semua makanan dihidangkan dihadapannya Wati segera mengambil gambar dan mengupload nya di story nya dengan caption
“Makan malam ku paska keluar dari rumah mertua, sekarang aku bebas merdeka tinggal dimanapun yang kumau dan makan apapun yang kuinginkan. Janda kaya mah bebas.”
Wati menikmati makan malamnya tanpa menghiraukan getaran di handphone nya. Ia tahu keluarga suaminya pasti kebakaran jenggot melihat stories nya.
Selesai menyantap semua makanan sampai tak bersisa dia melihat pesan di handphone nya. Caci maki dari ibu mertuanya dan kakak iparnya. Dia menanggapinya dengan sinis.
“Siapa suruh mengusirku rasakan sekarang sudah tidak ada lagi yang memasak, membersihkan rumah, mencuci dan menyetrika semua pakaian kalian, juga menambahi uang belanja untuk makan sehari-hari.”
Wati lalu menyusui bayinya, menimangnya sebentar lalu membaringkannya disisinya. Kemudian dia memvideokan kamar hotelnya dengan caption
“Selamat tidur semuanya Wati dan Panji mau bobok dulu. Sampai jumpa besok ya.”
Handphone nya tidak henti-hentinya bergetar lama-kelamaan Wati merasa terganggu dan membuka pesan
“Dasar menantu kurang ajar. Punya banyak uang disembunyikan. Ganti biaya kamu melahirkan. Katakan tinggal dimana kamu sekarang.”
Wati hanya tersenyum dia tidak mau memblokir mertuanya. Dia masih ingin bermain-main dulu.
Wati membuka pesan dari suaminya
“Dek mas minta maaf tolong katakan kamu dimana mas susul ya. Semua bisa dibicarakan baik-baik. Kembalilah dek kita mulai semua dari awal lagi.”
“Jangan harap aku mau kembali. Sudah cukup aku hidup di neraka yang kau ciptakan.”
Wati mematikan handphonenya malam itu. Ibu yang baru melahirkan membutuhkan istirahat dia tidak mau diganggu dengan suara handphone lagi. Dia hanya akan bangun untuk menyusui bayinya.
Wati terbangun saat subuh. Dia sudah terbiasa dengan ritme harian. Sholat subuh, memasak dan segudang pekerjaan rumah tangga yang dia kerjakan sendiri. Tapi kini dia sendirian dikamar hotel berdua dengan anaknya dan bebas dari tugas-tugas yang melelahkan.
Dipandanginya bayi laki-lakinya yang masih tertidur.
“Anak ibu masih tidur…pulas sekali tidurnya nak. Nyaman ya panji tidur dihotel? Hari ini kita akan ketemu dengan tante Nadia ya setelah mama sarapan kita akan berjemur di taman.” Gumamnya pada bayi mungil itu.
Wati bergegas bangun dan membersihkan dirinya dia berdandan tipis dan mulai menyusui bayinya yang bergerak-gerak sambil mengeluarkan rengekan lucu.
Gorden yang menutupi pemandangan diluar hotel disibakkan dan terlihat kilau mentari mulai mewarnai langit yang kelabu.
Wati membersihkan bayinya dan memberinya bedak bayi, mengganti bajunya serta memasang popok lalu membedongnya supaya hangat.
Wati turun untuk menikmati sarapan paginya di hotel itu. Dia mengambil foto sedang sarapan bersama bayinya lalu mengupload di story nya.
“Sarapan dulu untuk booster ASI ku buat bayiku. Legaa rasanya keluar dari neraka rumah mertua bebas tugas memasak, mencuci pakaian seluruh penghuni rumah. Hidupku sekarang hanya untuk anakku. Bye-bye suami pengecut, bye-bye mertua dan ipar dajjal.”
Begitu selesai mengupload story nya handphone nya bergetar terus menerus, berhenti sejenak kemudian bergetar lagi.
Wati mendiamkan nya, kemudian membatin “nanti saja ya kulihat pesan kalian aku sedang menikmati sarapan ku.”
Setelah selesai sarapan Wati membawa bayinya untuk berjemur. Dia duduk kursi yang ada di tepi kolam renang. Beberapa kali dia selfi dan menguploadnya di story.
Salah seorang temannya mengomentari story nya dan Wati membalasnya serta mengundangnya untuk datang ke hotelnya.
Sambil menunggu temannya datang Wati melihat story ibu mertuanya.
“Hei menantu durhaka jangan sombong kamu ya mentang-mentang punya uang banyak. Kau masih istri sah dari Dony kau harus berbakti pada suamimu. Kau mau suamimu kecantol perempuan lain kalau dia kesepian karena istrinya minggat?”
Kali ini Wati membalas pesan mertuanya.
“Siapa yang minggat bu? Bukankah ibu sendiri yang mengusirku? Bahkan suamiku pun tidak membelaku dan membiarkan aku dan anak kami pergi. Silahkan mas Dony menikah lagi karena saya akan mengurus perceraian kami di pengadilan agama.”
“Aku merahasiakan pekerjaanku karena ibu sudah menguasai gaji suamiku. Aku tidak ingin memberikan penghasilanku barang sepeserpun kepada ibu karena aku harus mempersiapkan masa depan anakku.”
Setelah membalas pesan ibu mertuanya Wati memblokir nomor kontaknya.
Wati kembali menimang-nimang anaknya. Tak lama handphone nya berdering temannya sudah di lobby. Ia pun menemui temannya dan mengajaknya ke kamarnya.
“Apa yang terjadi Wati?” Nadia bertanya dengan nada cepat.
“Kau tidak memberiku ucapan selamat atas kelahiran bayiku?”
“Ah maaf…. selamat ya atas kelahiran bayiku siapa namanya?”
“Kuberi nama Panji Bagaskara. Jawab Wati sambil memberikan anaknya untuk digendong Nadia.
“Aku melahirkan secara Caesar karena ari-ari bayi ku menutupi jalan lahir. Mertuaku marah karena operasi ku membutuhkan biaya yang besar sampai anaknya berhutang untuk membayar biaya operasi caesar. Saat aku pulang dari rumah sakit belum sempat masuk rumah mertuaku sudah mengepak semua pakaianku dan mengusirku untunglah aku punya penghasilan dari menulis dan kami tidur di hotel untuk sementara.” Wati menjelaskan duduk persoalannya sambil membuat teh untuk tamunya.
“Tapi sampai kapan kau akan tinggal di hotel Wati biayanya kan mahal?”
“Itulah Nad bisakah kau membantuku mencari kos-kosan aku akan tinggal di kota ini sampai perceraian ku beres. Kemudian aku akan kembali ke rumah orang tuaku.”
“Apa kata orang kalau kau ngekos sendiri dengan anakmu tanpa suami? Apa kau siap jadi janda?” Nadia bertanya sambil menimang bayi mungil itu.
Wati mengambil anaknya dari gendongan Nadia lalu menyusui nya.
“Rumah mertua seperti neraka Nad gaji suamiku dia kuasai dan untuk keperluan pribadiku aku hanya diberi 200 ribu sebulan. Uang itulah yang selalu ku tabung barangkali aku butuh uang cash sementara gajiku dari menulis kubiarkan saja di rekeningku. Andaikan suamiku bisa membelaku mungkin masih bisa kuberi kesempatan tapi dia diam saja saat aku diusir dari rumah ibunya.”
“Baiklah aku akan mencari kos-kosan untukmu. Ada lagi yang kau perlukan?”
“Aku perlu berbelanja kebutuhanku dan bayiku aku butuh baju-baju bayi dan diapers biar tidak terlalu banyak cucian.”
“Baiklah aku antar kau belanja kita naik taxi online saja ya aku membawa motor kesini.”
Tadi pagi suamiku telpon menanyakan apakah aku tahu keberadaanmu. Suamimu menanyakanmu melalui suamiku di kantor aku harus menjawab apa kalau suamiku menanyakannya lagi?”
“Jawab saja tidak tahu. Aku tidak ingin bertemu dengan suamiku.”
Suami Nadia bekerja di kantor yang sama dengan suami Wati. Mereka berkenalan saat ada even kantor yang mengharuskan karyawan membawa pasangannya. Mereka bertukar nomor ponsel dan karena komunikasi yang cukup sering akhirnya Wati dan Nadia menjadi akrab.
"Aku sudah memesan taxi online sebaiknya kita menunggu di lobby."
Mereka bertiga turun ke lobby. Bayi mungil itu tidur dengan tenang di gendongan ibunya.
"Tidak usah ke mall ya kita langsung ke baby shop beli yang penting-penting saja."
"Iya tidak apa-apa. Aku juga belum terlalu kuat untuk berbelanja di Mall. Bayiku sebaiknya juga tidak bertemu dengan orang banyak dulu takutnya banyak virus di udara."
"Kalau waktunya kontrol kau telpon aku saja nanti akan aku antar naik mobilku."
"Iya terimakasih lho Nad, kau satu-satunya orang yang peduli sama aku dan bayiku."
"Sudah seharusnya sebagai sesama manusia kita harus menolong Wati. Aku sungguh merasa miris melihat kondisimu. Orang yang seharusnya melindungi kalian justru begitu tega membuang kalian seperti sampah. Pasangan lain lama menunggu momongan ini dikasih kepercayaan anak kok begitu tega ayahnya diam saja melihat anak dan istrinya diusir. Betul-betul ga habis pikir aku."
"Aku akan menggugat cerai Nad, kasihan anakku kalau harus hidup bersama dengan orang-orang toxic itu."
Mereka telah sampai di baby shop. Wati membeli Pampers, perlengkapan bayi, dan kereta dorong bayi. Wati menyempatkan diri untuk selfi semua belanjaannya sebelum kembali ke hotel.
Dia membuka blokir ibu mertuanya saat memposting stories wa shopping nya. Tak lama handphonenya bergetar tetapi dia tidak mengangkatnya. Sesampainya dihotel Wati memotret anaknya di kereta bayinya juga semua barang yang dia beli untuk bayinya.
Semua status wa nya dikecualikan untuk keluarga kandungnya. Wati tidak ingin membuat orangtuanya cemas apalagi ayahnya memiliki riwayat penyakit jantung.
Pagi-pagi Bu Warni mertua Wati bangun sambil memijit kepalanya dia melihat piring kotor bekas makan malam yang menggunung, perutnya lapar tidak ada makanan sama sekali. Biasanya dia bangun tidur sarapan sudah terhidang, rumah sudah bersih karena Wati bangun dini hari sudah mulai bekerja menyapu seluruh rumah, memasak sarapan pagi dan mencuci pakaian seluruh penghuni rumah.
Dia menggedor pintu kamar anaknya
“Duar..duar..duar…Fitri bangun…Fit…”
“Ada apa sih bu pagi-pagi sudah teriak-teriak ganggu orang tidur saja ini masih gelap Bu.”
“Gelap gundulmu itu…lihat matahari sudah terbit, cepat bangun.”
“Tapi masih terlalu pagi bu aku masuk kerja kan jam 08.00?”
“Ibu tahu tapi siapa yang membereskan rumah, memasak sarapan dan mencuci piring? Bekas makan semalam juga belum kamu cuci padahal ibu sudah menyuruhmu kan?”
“Iya…iya aku lupa. Sekarang aku cuci tapi ibu yang masak sarapan dan membersihkan rumah ya.”
Cucian menggunung tidak ada yang mencuci pakaian semua orang sudah menipis.
“Fit siapa yang mencuci baju-baju ini? Ibu tidak sanggup kalau mencuci baju sebanyak ini.”
“Panggilkan mbak Ningsih saja bu dia kan buruh cuci di kampung kita.”
“Ya sudah setelah selesai sarapan ibu akan panggil mbak Ningsih. Siapa yang membayar jasa mbak Ningsih?”
“Ya ibu lah wong tiap bulan kita sudah setor uang ke ibu kok.”
“Bu tolong buatkan kopi dan bolu untuk sarapan bapak.”
“Tidak ada bolu pak sarapan nasi saja ya.”
“Bapak tidak suka sarapan nasi goreng kan pisang saja.”
Pria setengah baya itu merasa kehilangan menantunya yang rajin membuat bolu pisang untuk mertuanya, dia bergegas mandi dan bersiap-siap pergi bekerja. Pekerjaan mertua Wati adalah guru SD di daerah itu.
“Ini pak kopi dan pisang gorengnya.”
“Kalau ibu tidak bisa membuat bolu pisang, tiap hari sediakan sukun dan pisang goreng saja bu.”
“Iya nanti ibu ke pasar. Kalau bolu biasa bapak mau ga? Nanti ibu belikan sekalian dipasar.”
“Iya boleh. Lumayan untuk teman minum kopi kalau sore.”
Semua sedang sarapan bu Warni selesai terlebih dahulu daripada yang lain. Dia membuka story menantunya dan teriakan nya menggelegar membuat semua yang baru selesai sarapan kaget ada yang tersedak.
“Ibuuu….kita sedang sarapan, ibu bisa ga sih ga bikin gaduh? Suamiku sampai tersedak,” seru Fitri sambil menyodorkan gelas minum untuk suaminya sambil menepuk-nepuk punggungnya.
“Dasar menantu kurang ajar, nih lihat kelakuan istrimu. Cepat seret dia pulang bakal kubejek-bejek itu anak.”
Dony segera melihat story istrinya di handphone ibunya kemudian mendesah panjang.
“Kenapa harus kuseret pulang bu, bukankah ibu sendiri yang mengusirnya?”
“Dia harus mengganti biaya operasi caesar nya. Enak saja melahirkan pakai Caesar segala dasar perempuan manja, ga mau ngeden akhirnya anakku jadi punya banyak hutang padahal dia punya banyak uang.”
“Sudahlah bu membiayai istri melahirkan kan memang kewajiban ku sebagai ayah dan suami kenapa harus dipermasalahkan sih bu. Dulu ibu ngotot minta Dony menceraikan Wati sekarang ibu ngotot minta Wati kembali. Ibu ini maunya apa sih?”
“Kenapa dia tidak jujur kalau punya pekerjaan?”
“Kalau dia jujur pasti disuruh setor penghasilannya ke ibu mertua kayak aku kan bu padahal ibu masih punya suami.” sahut Tono suami Fitri.
“Jangan kurang ajar kamu Tono kalian disini itu numpang ya wajar dong ibu minta gaji kalian.”
“Bukan numpang kali bu tapi dipaksa tinggal dengan mertua. Tono bisa kok ngontrak atau mengajak Fitri tinggal dirumah orang tua Tono. Ibu masih punya suami lha ibu Tono sudah janda tinggal sendiri lagi karena Tono anak tunggal.”
“Tidak…jangan harap bisa memboyong anakku tinggal dengan mertua bisa-bisa gaji suaminya dikuasai ibu mertuanya.” Sanggah bu Warni
“Di sini gaji suami Fitri juga dikuasai mertua? Apa bedanya? Bantah suami Fitri.
“Kalau kau menikahi anakku ya harus menerima keluarganya dong. Bukankah ibu juga membantu menjaga anak kalian?”
“Dik aku langsung berangkat saja. Debat kusir sampai besok pagi juga ga bakalan kelar.” Tono bangkit, mengambil tas kerjanya kemudian langsung berangkat tanpa berpamitan.”
“Aku juga mau berangkat, ayo nak ibu antar ke sekolah.”
“Bu hari ini satria bekalnya apa?”
“Loh nenek tidak membuatkan bekal Satria? Ibu ini gimana sih bu anakku bisa kelaparan disekolah kalau tidak dibekali.”
“Mana duitnya? Ibu belikan kue di warung bu Imah.”
“Duit….duit….duit lagi-lagi duit bukankah gaji suamiku ibu yang mengelola sekarang kenapa minta duit? Buatkan bekal buat anakku sekarang jangan membantah!”
“Dasar anak durhaka berani kamu membentak ibumu?”
“Kalau aku anak durhaka maka ibu adalah ibu yang tidak tahu diri. Dimana-mana gaji suami itu istrinya yang mengelola bukan ibunya atau mertuanya. Kalau ibu beda minta gaji menantu tapi kerjaan ga beres.”
“Cepat buatkan bekal untuk anakku “ teriak Fitri.
Bu Warni segera ke dapur dan menggoreng nugget untuk cucunya lalu dimasukkan kedalam kotak bekal yang sudah diisi dengan nasi. Ia menyodorkan kotak bekal itu kepada cucunya.
“Nenek jangan terlambat menjemput Satria seperti kemarin ya nek.”
“Apa…! nenek terlambat menjemputmu nak? Apa-apaan ini bu? Kalau tugas tidak ada yang beres jangan minta uang lagi. Aku bisa mengerti Wati tidak memberitahu kalau dia penulis novel online kalau dia memberitahukan pekerjaannya bakal jadi gelandangan dia saat ibu usir.”
“Asal ibu tahu gaji penulis online bisa mencapai puluhan juta bu. Gajiku dan gaji suamiku digabung saja tidak ada setengahnya. Ibu sendiri yang rugi kehilangan menantu seperti Wati. Pantas dia mampu menginap dihotel berbintang.”
Bu Warni terperangah tanpa dia sadari mulutnya menganga seperti ikan predator yang mencari mangsa ikan kecil-kecil.
“Satria berangkat nek jangan lama-lama buka mulutnya nanti kemasukan lalat.”
“Dasar cucu kurang ajar anak sama emak sama saja” gerutu nenek dua cucu itu.
“Apa benar gaji penulis novel itu besar? Wah benar-benar tidak bisa dibiarkan ini. Dony harus membawa istrinya pulang.”
Saat itu Dony hendak berpamitan pada ibunya. Setelah takzim ibunya berpesan
“Carilah istrimu nak. Mintalah maaf dan ajak dia pulang.”
“Aku harus mencarinya kemana bu?”
“Sepertinya dia tinggal di hotel yang bagus, coba pulang kerja carilah istrimu siapa tahu ketemu. Screenshot restoran tempat dia sarapan tadi pagi. Besok pagi kau langsung ke hotel itu dan menemuinya. Carilah hotel yang restoran nya mirip dengan tempat istrimu sarapan.”
“Baiklah bu hari ini Dony pulang terlambat. Aku akan mencari istriku sampai dapat.”
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!