NovelToon NovelToon

Gadis Tengil Anak Konglomerat

Surat Panggilan

Suara keras amplop yang dibanting ke meja makan memecah keheningan pagi itu. "Apa maksudnya ini?" gumam Pak Aris dengan nada geram. Matanya menelusuri surat panggilan dari sekolah, dan setiap kalimatnya terasa menusuk harga dirinya sebagai seorang ayah.

"Lagi lagi, kau membuat ulah Rona?!!" bentak pria paruh baya itu menatap geram sang putri.

"Ayah, itu kan hanya sebuah surat."

"Hanya katamu?

Sudah berapa kali Rona, ayah malu untuk kesekian kalinya di panggil ke ruang BP karena kenakalan mu.

Apa lagi yang kau lakukan, katakan!!"

"Ck.. Rona hanya memukul Steve ayah."

Pak Aris menepuk jidatnya, karena putrinya ini selalu melakukan apa yang ada di otak nya tanpa berpikir panjang. "Kau tahu kan, siapa Steve?"

"Iya tahu, dia anak walikota disini."

"Lalu kenapa, kau berani memukulnya?"

"Dia mencoba mencium ku ayah! Aku kesal, jadi ku jedotkan kepalanya pada tembok.

Eh, teman temannya malah laporan ke guru BP."

"Kan di tegur juga bisa Rona, masalahnya kau menjedotkan kepala si Steve ini hingga hidungnya berdarah.

Jelas bikin heboh dan kekhawatiran untuk walikota."

"Bodoamat. Toh, kekuasaan ayah kan lebih besar dari si walikota." jawabnya enteng, lalu ia pergi meninggalkan meja makan.

"Rona...!" triak pak Aris.

"Aris, sudah. Menurut ibu dia tidak salah juga, itung itung buat pelajaran biar si lelaki kapok kan.

Udah lah, tinggal di urus saja. Kau lebih memilih anak mu di lecehkan, atau dia membela diri..?" ucap Sindy, ibu dari pak Aris, nenek Rona.

"Tapi, ini udah termasuk tindak kriminal ibu?"

"Kalau pelecehan, di balas kriminal. Ibu rasa itu impas. Daripada Rona hanya diam, dan cuma menegur. Harusnya malah kau laporkan balik si Steve karena sikapnya..!

Kau tak pernah tahu bagaimana kondisi dan posisi menjadi seorang gadis yang lagi ranum ranumnya sih..!" kesal nenek Sindy, ia pun pergi menyusul Rona ke depan rumah, untuk mengantar cucunya berangkat ke sekolah.

"Astaga, ibu selalu memanjakan anak itu, pantas saja. Jadi bandel." keluh pak Aris sambil mengusap kasar wajahnya.

Di depan rumah, nenek Sindy mengantar Rona hingga anak itu masuk ke dalam mobil, rutinitas nenek Sindy selalu mencium kening Rona sebelum ia berangkat.

"Dadah nenek.." lambaikan tangan dengan riang.

"Hati hati ya sayang, belajar yang pinter biar bisa kejar Lee min ho."

"Astaga nenek." mobil yang di naiki Rona pun pergi meninggalkan halaman. Di sepanjang jalan, Rona hanya bisa tertawa mengingat ucapan sang nenek baru saja.

Sesampainya di sekolah, Rona di sambut hangat oleh teman temannya. Rita, Mely dan Cika. Jangan lupa, sahabat somplaknya si Sam, namun lelaki itu beda kelas dengan Rona.

" Gimana kemaren, lu kok gak bilang bilang sih..?! " tanya Sam penuh selidik.

"Tau ah, gue kesel. Masa iya gue lagi lagi kena hukuman. Padahal kan dia yang duluan."

"Lain kali, lu bilang dulu ke gue. Atau minimal, lu jan lewat kalo ada tuh anak di jalan manapun, kecuali bareng gue..! "

"Ciiee protektif amat sih Sam." ledek Mely.

"Ya kan Rona sohib gue, sohib lu pada. Lu mau kalo ada apa apa sama Rona?!"

"Iya juga sih, lain kali jan pergi sendiri deh Na, gue ngeri lama lama ama tuh anak." ucap cika.

"Yoi, dia kan obsesi banget ama lu Na, gue juga takut kalo lihat tatapan matanya pas ngelihat elu." tambah rita.

'Steve, awas aja lu berani sekali lagi gangguin Rona. Bakal habis lu ama gue..!' kesal Sam dalam hati.

Di jam pelajaran pertama, Rona dan teman teman sekelas nya sudah di sibukkan dengan tugas kelompok untuk membuat rangkuman materi.

Sedang di sisi lain, di sebuah ruangan BP. Pak Aris beserta sekertaris nya, dan pak walikota beserta istri juga asistennya sudah berkumpul di sana. Mereka duduk di kursi yang melingkari meja bersama, seolah-olah akan terjadi konferensi meja bundar. oops..

" Jadi begini, bapak walikota dan ibu, juga pak Aris. Saya memanggil anda sekalian kemari karena kasus yang terjadi tempo hari.

Menurut para saksi, bahwa ananda Rona Rossalie memukul atau menjedotkan kepala nak Steve pada tembok hingga hidungnya berdarah. Namun, ada saksi mata lain yang mengatakan bahwa, ananda Rona tak serta merta melakukan itu tanpa alasan, melainkan kalau nak Steve ini mencoba mencium ananda Rona. Dan membuat ananda Rona memukul, sebagai pembelaan.

Bahkan setelah saya telusuri lewat CCTV, anda sekalian bisa lihat. Memang nak Steve ini sudah mengikuti ananda Rona dari belakang, saat ananda Rona akan pergi ke perpustakaan.

Jadi, saya dengan berat hati mengatakan, bahwa yang bersalah disini adalah nak Steve, namun karena ananda Rona pun sudah melakukan kekerasan secara fisik. Jadi, kedua siswa ini akan saya skorsing selama satu minggu.

Mohon pengertiannya, karena apa yang di lakukan nak Steve ini tidak bisa di benarkan, bahkan bisa mencoreng nama baik sekolah, pak walikota.

Dan untuk ananda Rona, dia memang sering tawuran dengan siapapun di sekolah terlepas dari prestasinya sebagai siswi yang teladan.

Jadi, saya mohon untuk bapak ibu membimbing putra putrinya saat di rumah, dan soal kekerasan dan pelecehan itu saya serahkan kepada anda sekalian, mau bagaiamana penyelesaian nya. Sekian penjelasan dari saya."

" Terimakasih pak guru, saya mohon maaf atas sikap Steve yang tidak pantas itu." ucap walikota, namun sang istri justru tidak puas dengan ucapan suaminya.

" Saya juga minta maaf, jika Rona putri saya sering membuat keributan di sekolah pak. "

Selesai pertemuan di ruang BP, kini pak walikota beserta istrinya dan juga pak Aris melakukan pertemuan secara privat di sebuah restoran yang sudah di reservasi oleh sekretaris pak Aris.

"Jadi, saya mohon maaf karena sikap bar bar Rona sudah melukai putra anda pak walikota. Namun saya juga kecewa karena sikap tidak sopan Steve. Maaf, putri saya itu bukan perempuan murahan!"

"Sa-saya juga minta maaf dengan sangat pak Aris. Mungkin karena ibunya terlalu memanjakan dia jadi bisa berbuat seenaknya.

Tapi, memang putra saya itu ngefans sama putri bapak. Karena nak Rona memang cantik dan pintar. Wajar saja kalau banyak siswa lelaki yang suka."

"Tapi, putri saya juga bukan barang pak. Dia sangat berharga buat saya. Maaf, dan atas apa yang dialami nak Steve, saya akan ganti rugi biaya rumah sakitnya.

Dan tolong, jangan berani sentuh putri saya lagi jika bapak masih ingin menjabat sebagai walikota disini..!"

" Ba-baik pak Aris. Akan saya ingat ucapan bapak. "

Pak Aris pun meninggalkan tempat itu dengan perasaan yang tak bisa di ungkapkan.

" Lain kali, ajari putramu sopan santun dan adab!

Bagaimana bisa dia bertindak tidak senonoh pada putri bangsawan!!" bentak pak walikota pada istrinya.

" Aku kan sibuk mas.."

" Sibuk apa? Sibuk kumpul kumpul gak jelas sama teman sosialita mu itu!!

Mulai besok, uang sakumu akan aku potong..! "

"Kok gitu mas, aku pengin beli tas minggu minggu ini. Ada tas yang udah pre order loh mas..?" rengek si istri walikota.

"Aku gak perduli, ini hukuman juga buat mu sebagai ibu yang gak becus urus anak!!"

Walikota itu pun pergi mendahului sang istri masuk ke dalam mobilnya. Selama perjalanan, sang istri walikota hanya bisa merengek karena gagal untuk membeli tas yang sudah ia dambakan.

kabur ke tempat hiburan malam

Rona merebahkan tubuhnya di atas dahan pohon mangga tua di halaman belakang, sebuah buku terbuka di pangkuannya, meski matanya hanya sesekali menelusuri baris-baris kata. Hukuman skorsing dari sekolah membuat hari-harinya terasa semakin panjang dan membosankan. Di kejauhan, suara koper berderak di atas paving menandai kedatangan Raymond, kakak laki-lakinya yang baru saja pulang dari Singapura. Ia tak tahu apa-apa tentang kondisi Rona saat ini, apalagi kebiasaan adiknya yang sering mencari pelarian. Sementara itu, di balik rasa jenuh yang menekan, Rona menyusun niat nekat: kabur ke tempat hiburan malam bersama Samudra, sahabat setianya—tanpa sepengetahuan ayah maupun kakaknya.

"Haii kelinci kecil ku?" terdengar suara yang lama ia rindukan. Rona menoleh, betapa terkejut nya ia melihat sosok gagah yang ada di depan sana.

"Kakak..!" triaknya kegirangan, ia pun melompat dari dahan pohon yang di jadikan tempat favorit nya itu.

"Kok kamu di rumah, heum?" tanya pria tampan itu saat Rona sibuk memeluk tubuh tegapnya.

"Gak usah sok gak tahu deh."

"Aah, apa kamu bikin ulah lagi?"

" Tau ah, kesel." jawabannya cemberut.

"Coba ceritakan sama kakak." ajak Raymond, kakak Rona. Ia menggenggam tangan adik kecilnya menuju sofa panjang di ruang keluarga.

"Kakak tau Steve, anaknya si walikota..?"

" Iya, kenapa dengan dia?"

"Aku kan di skorsing gegara dia tuh!"

"Kok bisa, apa yang dia lakuin sampai kamu hajar?"

"Kok kakak tahu?"

"Dek, kakak tuh udah paham banget kamu. Gak mungkin kamu nyakitin orang kalo orang itu gak duluan."

"Steve mau paksa nyium aku......"

"Apaaa! Berani sekali buaya itu!!"

" Ssstt kakak, ayah udah kasih peringatan juga sama walikota. Dia juga di skorsing karena melakukan tindakan itu."

"Kenapa gak di laporin ke polisi aja sih!! "

"Kak, si Steve udah babak belur sama aku, kalo di laporin polisi aku juga bakal ke seret."

"Emang kamu apain si buaya itu."

"Aku pukul, aku jedotin kepalanya ke tembok ampe berdarah darah itu hidungnya."

"Astaga...emang sia sia sih kalo kakak khawatir, justru malah harusnya khawatir ama tersangkanya yang ujungnya jadi korban."

"Dih kakak apaan sih, malah muter muter ngomong nya.

Tega iih, masa gak belain aku??"

"Ya jelas belain dong, kan kamu adek kesayangan kakak."

"Eh btw, kok kakak udah pulang aja. Gak kabarin dulu."

"Kan buat surprise..."

"Ck..ngeles.."

"Ya deh, kakak kan kemaren abis sidang, terus sidang kakak lolos.

Jadi, kakak mau ajak kamu sama ayah buat wisuda kakak."

"Waah senang nya, akhirnya kakak bisa menetap di sini."

"Iyaaa kan kakak cepetin belajar nya, biar adek kakak ini gak kesepian."

Malamnya, Rona merasa sangat bosan, ia tahu kakaknya baru saja tiba pagi tadi. Namun sang ayah malah membawa nya pergi untuk menemani nya bertemu dengan kolega dari LN.

"Sama juga bohong ini mah, aah ayah ngeselin banget dah. Kan aku pengin mabar game sama kakak.

Dah lah, aku pergi aja, ajak si Sam." ia pun mengambil benda pipih di atas bantal, dan memencet tombol hijau disana.

[hallo, iya kenapa Na?]

[sam, temenin gue yuk, bosen banget gue..!]

[oke, gue jemput lo sekarang.]

Rona mematikan ponselnya. Ia bergegas turun dari tangga dan menyambar jaket kulitnya bersiap pergi. "Bibi, nanti kalo ayah sama kakak pulang, aku di kabarin yah?"

"Nona mau kemana?"

"Ada urusan. Pokoknya kalo ayah pulang atau enggaknya bibi telfon aku."

"Si-siap non." jawabannya tergagap, ia merasa takut, takut ketahuan oleh tuan besarnya. "Aduuh, si enon kenapa seneng banget pergi malam malam si, takutnya balapan lagi gimana ya, tapi kalo di larang bibi juga gak kuasa. Duh, semoga Tuhan selalu lindungi enon." lirih wanita paruh baya itu menatap punggung nona mudanya.

Rona berani pergi dari rumah malam itu, karena saat itu nenek Sindy pun tengah berlibur di puncak bersama teman temannya. Yah, nenek Sindy mempunyai circle pertemanan bersama ibu ibu seusianya.

karena itulah, malam ini kesempatan baginya untuk kabur mencari kesenangan.

"Na...!" panggil Sam dari depan gerbang.

Sang satpam penjaga pun dengan terpaksa membukakan pintu gerbang karena di ancam oleh Rona. Dengan hati gembira Rona memasang helm yang di berikan oleh Sam.

"Mau kemana kita?"

"Gue lagi kesel, pen clubbing!!"

"Bahaya banget lo kalo di biarin. Bisa bisa ilang di gondol bule lo."

"Ck.. gue doyan nya oppa Korea, bukan bule barat!"

"Serah lu dah..yang penting jan ampe mabok lo, bisa berabe kalo ketahuan bokap lo.

Btw, bokap lagi kemana?"

"Biasa, lagi pergi ketemuan ama kolega, sampe kak Raymond aja di seret pergi."

"Kak Raymond udah balik?"

"Yoi, tapi gitu deh. Sekalinya pulang, langsung dikuasai sama ayah. Kesel kan gue."

"Maklum lah, kak Raymond kan bakal calon CEO, jadi harus bisa beradaptasi sama lingkungan bisnis."

"Tapi gue gak mau, gak suka sama bisnis bisnis gitu."

"Emang, lu kan sukanya bikin onar."

"Bac*t lu, gue gebok tau rasa!

Gue kan sukanya bikin komik sama bikin cerita!"

"Ya udah, lu diriin perusahaan sendiri aja, buat produksi manhwa."

"Ck ck itu produk c*na beb!"

"Haha iya beb, maksudnya lu bikin versi indonya gitu. Tapi pyur ciptaan lo bukan jiplakan atau plagiarisme."

"Ya iya lah, otak gue pinter kali.!

Udah buruan jalannya, bawel banget dari tadi!"

"Sabar buuu.."

Sampailah dua anak remaja itu memasuki club malam. Sam memesan sampanye, namun Rona justru memilih wine. "Lu gila apa, janjinya gak mabok!"

"Gue lagi pengin minum ini Sam, bawel deh."

Sam hanya bisa mengusap wajahnya kasar. Karena kelakuan teman gadisnya ini yang suka di luar kontrol. 'astaga Na, gimana kalo lo ngelakuin ini sama orang lain. Gue gak akan terima. Lo tuh gak bisa minum dua gelas aja udah mabok Na. Gimana kalo lo sendirian, apa gak jadi mangsa para bajing*n disini?' gerutu Sam dalam hati.

"Sam, lu kok bengong mulu. Ada cewek cakep ya? hehe." ucapnya mulai ngelantur.

"Hem mulai deh, udah mabok kan lu. Iye ada cewek cakep, cakep banget ngalahin bidadari. Nih di depan gue yang lagi mabok gak jelas. Nih ceweknya!" ucapnya kesal menunjuk pada Rona, namun gadis itu hanya tertawa dan pingsan karena sudah tak kuasa menahan mabok.

"Belaga lu kaya udah pro aja, masih ingusan gitu pake acara minum wine segala.

Duhh repot nih kalo di bawa pulang." Tiba tiba ponsel Rona berdering. "Dari bibi, ada apa ya..?"

[hallo non, anu tuan besar sama tuan muda tidak pulang malam ini, katanya akan menginap di luar kota buat meeting pagi besok.]

[iya bi, ini saya Samudra. Rona sama saya sekarang. Katanya minta di antar ke penthouse nya.]

[pasti nona kesepian, tolong jaga nona nggih mas Samudra.]

[inggih bi.] ponsel dimatikan.

"Huhh ada ada aja lu Na, ini musti kemana ya. Kalo ke penthouse lu kejauhan dari sini. Paling deket apartemen gue, duh..

ya udah deh, dari pada nginep disini." lelaki itu pun memapah Rona yang sudah tak sadar kan diri, ia menitipkan motornya disana, dan pulang menaiki taxi.

[]

Tidur seranjang?

Rona terbangun dengan kepala berdenyut, sisa mabuk semalam masih menekan pelipisnya. Pandangannya kabur sesaat sebelum akhirnya fokus pada langit-langit putih apartemen mewah yang asing baginya. Saat tubuhnya bergerak resah, matanya sontak membelalak—di sisi ranjang, Samudra, sahabat lelakinya, tertidur pulas dengan wajah tenang. Lebih mengejutkan lagi, ia mendapati pakaiannya telah berganti menjadi piyama, seakan ada yang merawatnya ketika ia tak sadarkan diri. Seketika darahnya berdesir, tubuhnya kaku, lalu teriakan panik meluncur dari bibirnya, memecah keheningan pagi itu.

"Aaarghhh....!"

suara triakan Rona seperti gema yang membangun kan Sam dari mimpinya, ia mengerjapkan kedua matanya saat menatap gadis yang ada di sampingnya itu. "Ada apa Na?" tanya Sam dengan suara serak khas bangun tidur.

Bukkk...! Rona menimpuk kepala Sam saat ia beranjak duduk dari tidurnya. "Astaga..! gue baru melek, udah main timpuk aja lu. Nyawa gue belum kumpul ini."

"Brengs*k!! lo apain gue semalam hah!!" bentak gadis itu merasa tak terima, namun tatapan matanya justru terfokus pada sesuatu yang menonjol dari bawah, milik Sam. "Aaarghh anj*rr lo..!" Dugg, brukk..! spontan Rona menendang Sam hingga terjungkal di atas lantai.

"Aduuhhh, mimpi apa si gue semalem yak. Bangun bangun udah di kdrt gini." rengeknya saat mengelus pantatnya yang terbentur lantai, juga miliknya yang linu. "Tega bener lu Na, masa depan gue ini. Kasian kan si junior."

"Lagian, gue lagi kesel ya, tiba tiba bangun malah satu ranjang sama elu. Bisa bisa nya itu punya lu bangun!"

"Ini udah naluriah lelaki Na, kalo bangun tidur pasti junior juga bangun.

Lagian semalem siapa suruh teler, baju lo kena muntahan tuh, di ganti sama ibu art yang biasa beberes di apartemen gue. Jan fitnah dulu ngapa."

"Alaah akal akalan lu aja kan, pasti mikir ngeres kan otak lu, dasarnya mesum!

Terus kenapa jadi tidur seranjang!"

"Elu yang narik tangan gue ke ranjang, gue udah capek banget, ya udah lah gue ikut tidur. Sumpah gue gak macem macem, rasain aja sendiri perih gak, pada pegel pegel gak, ada merah merah gak di leher ama badan lu."

Bukk...! lagi lagi Rona melemparkan bantal ke wajah tampan Samudra yang masih setengah sadar. "Apal bener lu, udah sering ya!!"

"Duhh ssshh bener bener gue di kdrt. Serah lu dah mau ngomong apa, yang jelas gue gak sentuh elo yah, takut di hajar gue sama kak Raymond."

"Ya udah, buruan bikin makanan,gue laper!"

"Ya Tuhan, dosa apa hamba, udah sakit gini malah disuruh masak. Gue cip*k juga lu.." gerutunya.

"Ngomong apa barusan!"

"Enggak, tajem bener itu kuping. Iya gue masakin, yang simpel aja ya."

"Serah, yang penting bisa dimakan."

Selesai berjibaku dengan wajan dan kompor di dapur, kini Samudra menyiapkan sarapannya di atas meja. Suara pintu terbuka, Rona keluar dari kamar dengan memakai kemeja milik Sam. "Baju lu gue pinjem ya."

"Buat lo aja dah, masih baru kan yang itu. Gak usah dibalikin."

"Wihh, makasih besti. Padahal kemeja mahal loh ini."

"Gak usah sok kismin, lu juga bisa kali beli selusin kemeja model gitu mah."

"Iya deh iya, eh waaah enak nih kayaknya. Gue makan ya."

"Gak usah, dilihat aja."

"iih ambekan.

Duh ehak bahet ihi." pujinya dengan mulut penuh makanan.

"Telen dulu kali, baru ngomong."

"Eh btw, gimana burung lu. Masih ngilu."

"Astaga, lu kalo ngomong di filter dulu ngapa Na, merinding gue denger nya." delik Sam ke arah Rona yang sedang cekikikan, justru membuat bulu kuduknya merinding.

"Eh, kalo gue hamil tanggung jawab ya lo..!"

"Ya Tuhan, iya deh nikah sekarang aja hayuk lah, daripada lu kagak percaya..!"

"Ogah lah, mau makan apa gue nikah ama lu sekarang, gue hobby jajan loh."

"Ngejek ya, lu habisin aja tuh uang di saldo gue. Gak bakal abis lu pake buat jajan ampe nenek nenek juga."

"Wizz sultan muda rupanya, lagi menyamar."

"Ck..korban sinetron, udah buruan makannya, gue takut bokap lo keburu pulang. Motor gue udah di ambil tadi, udah nangkring di parkiran."

"Iya iya ah lagi nikmatin makanan juga."

"Heran gue, banyak makan tapi body lu kurus aja."

"Ini langsing bukan kurus anjay..! Eh gini gini jadi body idaman tau, makanya banyak yang iri sama gue."

Belum selesai Rona bicara, namun Sam sudah menyeretnya ke depan pintu, dan menariknya memasuki lift. "Uhuk uhukk..tega lu, gue keselek beg*..!"

"Nih, minum yang banyak." seloroh nya sambil menyodorkan botol air mineral.

Di kota lain, pak Aris dan Raymond baru saja selesai melakukan kunjungan resmi di salah satu cabang perusahaan baru yang telah di bangun satu tahun lalu. Rencana nya, mereka menginginkan pimpinan baru, karena yang lama terkena scandal politik. Manager menginginkan Raymond untuk menjadi pimpinan disana sebagai pengganti yang lama, namun pak Aris menolak karena beliau menginginkan Raymond untuk bekerja di perusahaan pusat.

Mereka pulang dan sampai rumah tepat menjelang senja, dimana Rona masih seperti kebiasaan nya bermain game dengan kaki di atas, dan kepalanya berada di bawah bantal sofa.

Para pelayan menyambut kedatangan tuan besar dan tuan muda, hanya Rona yang masih berada di posisi itu. "Betah banget main hape." sindir Raymond saat ia duduk di samping kepala Rona.

"Rona, duduk yang benar! Bagaimana bisa seorang gadis duduk posisi terbalik? Duduk yang benar!"

"Iya ayah.." jawabnya lesu, lalu ia mendudukkan dirinya dengan posisi yang benar.

"Katanya semalam kamu pergi, kemana?" tanya pak Aris penuh selidik.

'mampus gueeee.. ' pekiknya di dalam hati.

"Main ke penthouse kok yah."

"Jangan bohong! Kamu pikir ayah percaya, ayah menaruh orang di berbagai penjuru buat awasin kamu Rona!"

"Ayah lebay banget si!"

"Kamu menginap di apartemen Samudra kan? Kamu mabok semalam!!"

"Eng-enggak kok yah.."

"Dek, jawab jujur. Kakak gak suka kalo kamu berbohong."

"Habis Rona kan jenuh, bosan, kesepian! Masa iya harus mengulang waktu kaya masih bocah, nyuruh para pelayan buat jadi mainannya Rona!"

"Tapi kan pelarian kamu gak harus clubbing juga dek, kamu mabok bikin repot Samudra kan jadinya."

"Kok kakak belain Samudra sih, kakak gak tahu kan kejadian sebernarnya gimana di apartemen."

"Memang terjadi apa? Coba katakan!" cecar pak Aris.

"Mmm baju aku kan kotor kena muntahan, jadi baju ku di ganti. Dan kami tidur seranjang."

"Lalu, kamu menyalahkan Samudra? Yang mengganti pakaian mu kan art yang biasanya beberes di apartemen nya dia, kamu tidur seranjang, emang gak inget yang narik Samudra satu selimut siapa..?" cecar pak Aris lagi.

"Haahhh...." gadis itu hanya membeo tak percaya.

"Hah hoh hah hoh..kamu loh narik dan maksa Samudra buat tidur satu ranjang, padahal dia mau tidur di sofa. Dia menjaga diri kamu banget, malah kamu tuduh yang tidak tidak."

"A-ayah tau darimana?"

"Dek, ayah kan mata matanya ada di setiap sudut. Setelah kejadian Steve, ayah jadi protektif sama kamu." ucapnya lembut menenangkan.

"Minta maaf sana, sekalian berterima kasih..!"

"What the f*ck.. Oh my..gsss..

Aaaargghhsss...!" gadis itu merasa kesal, ia berlari menuju kamarnya.

"Apa gak terlalu galak ayah, Rona pasti sedih."

"Biarin, anak itu emang harus di tegasin biar gak manja dan sewenang-wenang terus."

Haii guys, mampir juga yuk ke karya teman ku 🥰 👇

Judul : Jadi Kesayangan Suami Konglomerat

Author : Silvia Rosyta

Menceritakan tentang kisah gadis sederhana yang berasal dari desa pergi ke kota untuk bekerja, namun tanpa sengaja bertemu dengan CEO kaya raya yang sedang dalam pengaruhi oleh obat.

Mau tahu kelanjutan kisahnya, segera mampir🤗

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!