NovelToon NovelToon

CupidCore System

Episode 1

Kota Neo-Seraya adalah pusat teknologi terbesar di benua itu. Gedung-gedungnya tinggi, jalanan penuh layar digital, dan sistem otomatis mengatur hampir setiap aspek kehidupan. Salah satu sistem terpenting adalah CupidCore, sebuah algoritma yang menentukan pasangan romantis setiap warga. Pemerintah dan perusahaan besar menyatakan bahwa CupidCore mengurangi perceraian dan konflik keluarga.

Rania Elvara adalah ilmuwan perangkat lunak berusia 27 tahun. Dia tinggal sendirian di apartemen tingkat tinggi di distrik pusat. Hari itu ia duduk di depan meja kerjanya, memeriksa laporan tentang kompatibilitas pasangan yang akan dia presentasikan besok. Di layar komputernya, grafik menunjukkan angka keberhasilan 99,99 persen.

Jam menunjukkan pukul 22.00. Dia menutup laptop, berdiri, dan berjalan ke balkon apartemen. Dari sana, ia bisa melihat jalanan penuh cahaya dari mobil terbang dan papan iklan CupidCore. Setiap papan menampilkan pasangan dengan angka kompatibilitas besar-besar: 98%, 99%, bahkan 100%. Bagi kebanyakan orang, itu adalah tanda kebahagiaan. Bagi Rania, itu adalah pekerjaan.

Gelang komunikator di pergelangan tangannya berbunyi. Suara Eon, asisten AI pribadi, terdengar jelas.

“Rania, saya sudah memperbarui data untuk presentasi besok. Semua parameter stabil. Tidak ada anomali,” kata Eon dengan nada datar.

“Terima kasih, Eon,” jawab Rania singkat.

Dia masuk kembali ke apartemen, menyiapkan pakaian kerja untuk besok, lalu berbaring di tempat tidur. Rania tidak memikirkan hal lain selain presentasi. Baginya, angka dan sistem selalu lebih mudah dipahami dibandingkan perasaan.

Sementara itu, di distrik luar kota, Adrian Kael, 29 tahun, sedang berada di sebuah gang kecil yang dipenuhi dinding grafiti. Dia adalah seniman jalanan. Jaket denimmya sudah lusuh. Dia memegang kaleng cat semprot dan sedang menyelesaikan gambar besar berbentuk hati yang retak di tengahnya. Di atas gambar itu, dia menulis dengan huruf besar:

“Angka Tidak Bisa Menentukan Segalanya.”

Dua anak remaja lewat dan berhenti menonton. Salah satunya bertanya,

“Bang, kalau nggak ada CupidCore, orang-orang nggak bakal tahu jodoh mereka. Bukankah itu bikin kacau?”

Adrian menoleh sebentar, lalu kembali menyemprot cat.

“Mungkin kacau. Tapi cinta bukan soal angka. Sistem itu nggak selalu benar.”

Anak-anak itu saling pandang, lalu pergi. Adrian menyimpan kaleng cat dan menatap hasil karyanya. Ia tahu mural itu bisa menimbulkan masalah, tetapi ia tidak peduli.

Keesokan paginya, Rania tiba di gedung pusat CupidCore. Gedung itu memiliki 120 lantai, dengan kaca reflektif dan pintu masuk otomatis. Di lantai seratus, ruang konferensi dipenuhi eksekutif perusahaan dan anggota dewan. Rania mengenakan jas kerja putih dan berdiri di depan layar besar. Di sampingnya ada Liora Ven, analis senior sekaligus sahabat dekatnya.

Rania memulai presentasi. “Ini adalah pembaruan Intuisi Emosional 3.0. Dengan modul ini, CupidCore akan memprediksi perasaan yang bahkan belum disadari pengguna. Hasil pengujian menunjukkan tingkat keberhasilan naik 0,3 persen dibanding versi sebelumnya.”

Liora menambahkan, “Dalam skala populasi Neo-Seraya, ini berarti ratusan ribu hubungan akan menjadi lebih stabil.”

Seorang anggota dewan bertanya, “Apakah ada kemungkinan kesalahan sistem?”

Rania menjawab, “Kemungkinannya sangat kecil. Semua variabel sudah diuji. CupidCore dirancang untuk meminimalkan kesalahan.”

Presentasi berakhir dengan tepuk tangan sopan. Liora tersenyum padanya, tetapi Rania hanya mengangguk. Dia merasakan sedikit ketidaknyamanan yang sulit dijelaskan, tetapi ia tidak menunjukkannya.

Sore harinya, setelah presentasi, Rania memutuskan berjalan sebentar melewati taman kota di lantai lima puluh gedung yang sama. Taman itu memiliki jalur setapak sederhana dan beberapa bangku. Saat ia duduk, terdengar suara gitar. Seorang pria berjaket denim lusuh sedang duduk di bangku lain, memainkan lagu.

Rania memperhatikannya. Lagu itu tidak dikenalinya. Ia berdiri dan mendekat.

“Itu bukan lagu populer, kan?” tanya Rania.

Pria itu berhenti bermain. “Bukan. Aku yang bikin.”

“Kamu tidak mengunggahnya ke database musik CupidCore?”

“Tidak perlu. Tidak semua hal harus ada di database.”

Rania terdiam sebentar. “Kamu tidak suka CupidCore?”

Pria itu menatapnya sebentar. “Aku tidak percaya semua hal bisa diukur angka. Termasuk perasaan.”

Rania tidak membalas. Ia menatap pria itu sekali lagi sebelum pergi. Percakapan singkat itu membuatnya gelisah, meski ia tidak tahu alasannya.

Rania kembali ke apartemennya setelah berjalan di taman. Ia duduk di sofa dan membuka tablet kerjanya. Data terbaru tentang pasangan kompatibilitas muncul di layar. Semua grafik terlihat sempurna. Tidak ada indikasi kesalahan. Namun percakapan singkat dengan pria di taman terus teringat.

Dia membuka riwayat percocokan untuk melihat contoh pasangan. Pasangan dengan skor 100% tampak harmonis di laporan, tetapi ia teringat laporan lama tentang pasangan sempurna yang tiba-tiba berpisah. Laporan itu tidak pernah dipublikasikan. Ia menutup tablet.

Eon berbicara melalui gelang komunikator. “Rania, kamu terlihat tidak fokus. Apakah ada masalah?”

“Tidak,” jawabnya cepat.

“Sistem mendeteksi peningkatan denyut jantungmu. Itu biasanya tanda kebingungan.”

“Tidak apa-apa, Eon. Matikan monitor kesehatan

malam ini.”

“Baik.”

Rania mematikan lampu dan berbaring. Namun, ia tetap terjaga, berpikir tentang ucapan pria itu: Tidak semua hal harus diukur angka.

Di distrik luar, Adrian kembali ke tempat tinggalnya—sebuah kamar sempit di atas toko tua. Ia menaruh kaleng catnya dan mencuci tangannya. Temannya, seorang teknisi bernama Milo, sedang memperbaiki drone kecil di meja.

“Kamu bikin grafiti lagi?” tanya Milo.

“Iya.”

“Kamu sadar kamera keamanan bisa menangkapmu?”

“Aku tahu,” jawab Adrian sambil membuka jaketnya.

“Tapi seseorang harus bicara. Semua orang terlalu sibuk memuji CupidCore.”

Milo menghela napas. “Kamu cari masalah.”

“Aku hanya cari kebebasan,” kata Adrian, suaranya datar.

Milo tidak membalas. Mereka berdua makan malam sederhana. Adrian menatap keluar jendela kecil yang menghadap jalanan gelap. Ia merasa kota itu terlalu bergantung pada sistem.

Keesokan harinya, Rania menghadiri rapat tim internal. Liora menampilkan data keberhasilan terbaru di layar besar.

“Kita menerima laporan pengguna baru hari ini. Semua pasangan memiliki skor di atas 97%. Tidak ada anomali.”

Rania mendengarkan tetapi tidak berkomentar. Setelah rapat selesai, Liora mendekatinya.

“Kamu terlihat tidak seperti biasanya. Ada masalah?”

“Tidak, hanya lelah.”

“Jangan sampai stres mempengaruhi performamu. Kita berada di bawah sorotan media sekarang.”

Rania mengangguk. Namun, pikirannya melayang ke pria dengan gitar kemarin. Ia bahkan belum tahu namanya.

Di luar gedung, Adrian sedang membuat mural baru di dekat pasar lama. Kali ini, ia menggambar dua tangan yang hampir bersentuhan tetapi terpisah oleh dinding transparan dengan logo CupidCore di tengahnya. Seorang wanita paruh baya menghentikan langkahnya.

“Anak muda, kenapa kamu menentang CupidCore? Bukankah sistem itu membantu banyak orang?”

Adrian menoleh. “Mungkin membantu sebagian. Tapi bukan berarti benar untuk semua.”

Wanita itu pergi tanpa menjawab.

Adrian menyimpan peralatan catnya. Ia menerima pesan di komunikator murahnya: undangan dari kelompok diskusi bawah tanah yang menentang CupidCore. Ia mempertimbangkan untuk hadir.

Episode 2

Sore harinya, Rania menerima pesan pribadi dari Liora.

“Ada laporan kecil tentang pasangan skor 99% yang baru saja berpisah. Jangan beritahu dewan dulu. Kita analisis diam-diam.”

Rania membaca laporan itu. Pasangan itu awalnya dinyatakan cocok sempurna, namun berpisah hanya dua bulan setelah penetapan. Data perilaku mereka terlihat normal, tanpa tanda konflik sebelumnya. Ia menyimpan laporan itu ke drive pribadi.

Rania memutuskan berjalan ke pasar lama untuk mengalihkan pikirannya. Di sana, ia melihat mural baru: dua tangan terpisah oleh logo CupidCore. Ia mengenali gaya seniman itu. Ia melihat ke sekeliling, tetapi tidak ada orang.

Malamnya, Adrian menghadiri pertemuan bawah tanah di gudang tua. Ada sekitar sepuluh orang di sana. Mereka duduk melingkar. Seorang pria berambut pendek memperkenalkan diri sebagai Kai, pemimpin kelompok itu.

“Kita percaya CupidCore terlalu mengontrol kehidupan pribadi,” kata Kai.

“Kita butuh bukti untuk menunjukkan bahwa sistem itu tidak sempurna.”

Adrian bertanya, “Dan jika kita dapat buktinya?”

“Kita sebarkan ke publik. Tapi kita butuh orang dalam,” jawab Kai.

Adrian tidak langsung setuju. Namun, ia merasa kelompok itu memiliki tujuan yang sejalan dengannya. Ia memutuskan untuk datang lagi.

Kembali ke apartemen, Rania duduk di meja kerjanya. Ia membuka file lama tentang bug awal CupidCore. Sebuah catatan menarik perhatiannya:

“Anomali kompatibilitas mungkin terjadi jika emosi manusia berubah terlalu cepat untuk diprediksi.”

Catatan itu ditulis oleh seorang insinyur senior yang sudah pensiun.

Ia menyadari kemungkinan: sistem yang ia anggap sempurna mungkin tidak bisa menangani dinamika emosi nyata. Ia merasa tidak nyaman.

Eon berbicara lagi. “Rania, waktunya istirahat.”

“Aku tahu, Eon.”

Namun, alih-alih tidur, ia membuka peta Neo-Seraya dan mencari lokasi pasar lama. Ada rasa ingin tahu tentang mural dan pria itu.

Keesokan harinya, di jalanan kota, Adrian berjalan melewati kerumunan. Layar-layar besar memutar iklan CupidCore. Salah satu layar menampilkan pengumuman tentang pembaruan Intuisi Emosional 3.0 yang akan diluncurkan penuh minggu depan. Adrian menatap layar itu dan menggeleng.

Di gedung pusat, Rania sedang mempersiapkan sesi tanya jawab media tentang pembaruan. Liora berdiri di sampingnya, tampak tenang.

“Kita harus meyakinkan publik bahwa sistem ini tidak punya celah,” kata Liora.

Rania mengangguk tetapi tidak berbicara.

Ketika acara dimulai, salah satu reporter bertanya,

“Apakah CupidCore bisa menjamin kebahagiaan jangka panjang?”

Rania menjawab, “CupidCore memberikan probabilitas tertinggi. Tetapi kebahagiaan juga bergantung pada individu.”

Jawaban itu membuat beberapa eksekutif mengerutkan kening, tetapi reporter mencatatnya.

Pagi berikutnya, Rania memutuskan untuk datang lebih awal ke pusat riset CupidCore. Gedung itu berdiri tinggi dengan dinding kaca yang memantulkan langit Neo-Seraya. Saat memasuki ruang kerjanya, ia menemukan Liora sedang memeriksa laporan baru.

“Pembaruan Intuisi Emosional 3.0 harus sempurna,” kata Liora tanpa menoleh.

“Dewan tidak akan menerima kesalahan.”

Rania meletakkan tasnya. “Aku tahu.”

Mereka meninjau data pasangan uji coba. Hampir semua pasangan menunjukkan kepuasan tinggi. Hanya satu pasangan yang grafiknya menurun. Liora menandai data itu.

“Kita perlu menghapus anomali ini dari presentasi publik,” katanya.

Rania mengangguk, tetapi ia merasa tidak nyaman menyembunyikan data.

Di sisi lain kota, Adrian bekerja membantu Milo memperbaiki beberapa drone bekas untuk dijual kembali. Milo memperhatikan Adrian yang tampak melamun.

“Kamu kelihatan sibuk mikir,” kata Milo.

“Aku sedang mempertimbangkan untuk bergabung lebih serius dengan kelompok Kai,” jawab Adrian.

“Itu berbahaya. CupidCore punya pengawasan ketat.”

“Aku tidak bisa diam saja. Semua orang terlalu bergantung pada angka.”

Milo menghela napas. “Aku tidak bisa menghentikanmu, tapi berhati-hatilah.”

Sore hari, Rania menerima undangan untuk menghadiri pertemuan informal staf. Beberapa ilmuwan membahas kemungkinan upgrade yang lebih radikal untuk CupidCore.

Seorang insinyur muda berkata, “Bagaimana jika kita mengizinkan sistem memantau emosi real-time 24/7 dan mengoreksi perilaku pasangan secara otomatis?”

Rania mengerutkan kening. “Itu melanggar privasi. Kita tidak bisa mengontrol manusia sejauh itu.”

Insinyur itu tersenyum tipis. “Tapi itu akan mengurangi kegagalan pasangan ke titik nol.”

Liora memperhatikan diskusi itu tetapi tidak ikut campur. Rania menyadari bahwa sebagian tim mulai terlalu percaya pada kekuasaan algoritma.

Malamnya, Adrian menghadiri pertemuan kelompok Kai lagi. Kai memperlihatkan foto layar laporan internal CupidCore mungkin diambil secara ilegal yang menunjukkan beberapa pasangan berpisah meski memiliki skor 99%.

Kai berkata, “Kita butuh lebih banyak bukti seperti ini. Jika kita bisa mendapatkan laporan resmi, publik akan meragukan sistem.”

Adrian bertanya, “Bagaimana kita mendapatkannya?”

Kai menjawab, “Kita butuh seseorang di dalam pusat riset.”

Adrian tidak mengenal siapa pun di dalam. Namun, ia mengingat, ilmuwan yang pernah ia lihat berdiri di dekat gedung pusat beberapa minggu lalu. Ia hanya pernah bertemu dengannya sebentar di taman, tetapi wajahnya terekam jelas di ingatannya.

Keesokan harinya, Rania pergi makan siang sendirian di kafe dekat pasar lama. Tempat itu tenang, dengan beberapa pelanggan. Saat ia menunggu pesanannya, seseorang duduk di meja sebelah. Ia tampak terkejut melihatnya.

“Kita bertemu lagi,” kata Adrian datar.

Rania sedikit kaget. “Ya. Kau seniman mural itu.”

Adrian mengangguk. “Aku Adrian.”

“Rania.”

Mereka tidak berbicara lama. Namun, percakapan singkat itu cukup untuk menyalakan rasa penasaran di antara mereka. Adrian merasakan kesempatan untuk mendekat agar bisa mengetahui lebih banyak tentang CupidCore. di sisi lain, Rania merasa aneh karena ingin tahu tentang orang yang menentang sistem yang ia kembangkan.

Di kantor, Liora memantau interaksi Rania melalui sistem internal. Ia melihat bahwa gelang komunikator Rania menangkap rekaman suara singkat percakapan di kafe. Liora tidak senang. Setelah jam kerja, ia memanggil Rania.

“Kau berbicara dengan pria yang dikenal sebagai pengkritik CupidCore,” kata Liora.

“Itu hanya kebetulan,” jawab Rania.

“Jangan sampai dewan mendengar hal seperti ini. Mereka bisa meragukan loyalitasmu.”

Rania diam. Ia tahu Liora berusaha melindunginya, tetapi juga merasakan tekanan.

Malam itu, Adrian berjalan melewati mural lama yang sebagian sudah dicat ulang oleh pihak kota. Ia merasa frustrasi. Ia ingin menunjukkan kebenaran kepada publik, tetapi bukti yang ia miliki belum cukup. Ia menatap langit kota, penuh cahaya dari drone iklan.

Di apartemennya, Rania kembali meneliti laporan anomali. Ia menemukan pola kecil: pasangan yang gagal memiliki ciri perubahan emosi mendadak yang tidak terprediksi. Ia menandai pola itu.

Eon muncul di layar holografik. “Rania, mengapa kau mencari laporan lama lagi?”

“Aku butuh memverifikasi sesuatu,” jawabnya.

“Apakah kau meragukan sistem?” Rania tidak menjawab.

Hari berikutnya, di pusat kota, layar besar menampilkan pengumuman resmi: peluncuran penuh Intuisi Emosional 3.0 akan dilakukan dua minggu lagi. Kota merayakannya dengan festival neon. Pasangan-pasangan berpegangan tangan sambil tersenyum. Namun, Adrian memandang pemandangan itu dengan skeptis.

Di sisi lain, Rania berdiri di balkon gedung pusat. Ia melihat kerumunan merayakan. Untuk pertama kalinya, ia tidak merasakan kebanggaan penuh pada ciptaan timnya. Ia merasa seperti ada sesuatu yang hilang.

Episode 3

Festival peluncuran Intuisi Emosional 3.0 dimulai. Jalan-jalan Neo-Seraya dipenuhi lampu neon dan layar holografik menampilkan slogan tentang kebahagiaan yang dijamin. Musik elektronik terdengar dari panggung utama. Drone keamanan beterbangan di udara.

Rania berdiri di sudut area VIP bersama Liora. Seorang anggota dewan berbicara kepada kerumunan, memuji pencapaian CupidCore. Liora bertepuk tangan dengan wajah puas. Rania ikut bertepuk tangan, tetapi pikirannya masih memikirkan anomali yang ia temukan.

Di kerumunan bawah, Adrian menyelinap di antara penonton. Ia memotret layar pengumuman dan beberapa sensor keamanan dengan kamera kecil yang ia sembunyikan.

Milo, yang ikut bersamanya, berkata pelan, “Kita harus cepat. Drone itu punya pengenal wajah.”

Adrian mengangguk. Ia tidak ingin tertangkap, tetapi ia merasa perlu mendokumentasikan bagaimana sistem mengontrol perayaan publik.

Ketika pesta kembang api dimulai, Rania memutuskan untuk keluar dari area VIP dan berjalan ke tepi kota. Ia butuh udara segar. Di dekat pasar lama, ia kembali melihat mural Adrian yang mulai tertutup cat sensor keamanan kota. Rania menyentuh bagian cat yang masih terlihat.

Adrian muncul dari bayangan. “Kau suka mural itu?”

Rania sedikit terkejut. “Aku… hanya penasaran.”

“Mereka selalu mencoba menghapusnya,” kata Adrian.

“Mereka tidak suka melihat pertanyaan di dinding.”

Rania menatapnya. “Kenapa kamu begitu menentangnya? CupidCore membantu banyak orang.”

Adrian menjawab datar, “Mereka bilang membantu, tapi sebenarnya mereka mengendalikan. Kau tak pernah bertanya apakah orang ingin dipilihkan pasangan oleh sistem?”

Percakapan mereka berhenti ketika suara drone mendekat. Adrian menarik Rania ke dalam lorong sempit agar tidak terlihat. Mereka berdiri cukup dekat untuk mendengar napas masing-masing. Drone lewat begitu saja.

Di pusat riset, Liora memantau posisi gelang Rania melalui sistem internal. Ia melihat sinyal Rania berada di dekat distrik lama, bukan di area VIP. Liora menyipitkan mata. Ia membuka saluran komunikasi rahasia ke seorang agen keamanan kota, tetapi menutupnya lagi. Ia memutuskan untuk menunggu.

Rania keluar dari lorong. “Aku harus kembali,” katanya. Adrian tidak mencegah.

Sebelum pergi, Rania berkata, “Berhati-hatilah. Mereka tidak suka ada yang menentang.”

Adrian hanya mengangguk.

Keesokan paginya, Rania kembali ke pusat riset. Liora menunggu di ruang kerjanya.

“Aku tahu kau bertemu lagi dengan pria itu,” kata Liora.

“Bagaimana kau tahu?”

“Aku selalu tahu,” jawab Liora dingin.

“Kau harus berhati-hati. Dewan tidak akan mentoleransi ilmuwan yang berhubungan dengan pengkritik sistem.”

Rania menunduk. “Aku hanya… ingin memahami sudut pandangnya.”

“Pahami cepat, lalu jauhi dia,” tegas Liora.

Di gudang pertemuan, Kai menunjukkan rekaman festival kepada kelompok.

“Lihat bagaimana mereka merayakan peluncuran ini. Mereka menyebutnya kebebasan emosional, padahal ini pengawasan penuh.”

Salah satu anggota berkata, “Kita perlu informasi internal. Tanpa itu, publik tidak akan percaya.”

Adrian berpikir tentang Rania. Ia tidak ingin memanfaatkannya, tetapi ia merasa itu satu-satunya jalan.

Malamnya, Rania meneliti pola baru. Ia menemukan lebih banyak kasus pasangan yang gagal meskipun skor tinggi. Ia mencatat semuanya. Eon muncul di layar.

“Rania, data yang kau kumpulkan bisa dianggap pelanggaran protokol.”

“Aku tidak melakukan kesalahan. Aku hanya memverifikasi.”

“Jika Liora mengetahui, dia mungkin

melaporkannya.”

“Aku akan berhati-hati.”

Di jalan kota, Adrian membuat mural baru. Kali ini ia menggambar dua wajah tanpa fitur yang dihubungkan oleh garis data yang terputus-putus. Seorang anak kecil berhenti untuk menatap.

Anak itu bertanya, “Apa maksud gambar ini?”

“Ini tentang pilihan,” jawab Adrian singkat.

Anak itu mengangguk dan pergi.

Tak lama kemudian, drone patroli berhenti di dekatnya. Adrian pura-pura memperbaiki cat di tangannya lalu pergi. Ia tahu waktunya semakin sempit sebelum pihak kota menindak tegas.

Rania menghadiri rapat kecil dengan Liora dan beberapa eksekutif. Mereka membahas langkah-langkah menjaga reputasi sistem.

Salah satu eksekutif berkata, “Jika ada indikasi bug, kita hapus datanya. Publik tidak perlu tahu.”

Rania mengepal tangannya di bawah meja, tetapi tidak berbicara.

Setelah rapat, Rania menerima pesan anonim di komunikator pribadinya: “Kita butuh bicara. Festival hanyalah awal. —A.”

Ia tahu siapa pengirimnya. Ia menatap layar lama sebelum akhirnya membalas: “Kita bicara besok. Lokasi lama.”

Keesokan harinya, cuaca cerah dan jalanan Neo-Seraya lebih ramai dari biasanya. Pasar lama dipenuhi penjual makanan dan barang bekas. Rania mengenakan jaket sederhana dan menyembunyikan identitasnya dengan topi. Ia tiba lebih awal di lokasi yang disepakati.

Adrian muncul beberapa menit kemudian. Ia membawa tas selempang usang. Mereka berdiri di dekat kios yang jarang dikunjungi. Suara pedagang dan pembeli menyamarkan percakapan mereka.

“Aku tidak punya banyak waktu,” kata Rania.

“Aku juga,” jawab Adrian. Ia menatap sekeliling untuk memastikan tidak ada drone yang mendekat.

Rania menatapnya. “Kenapa kamu menghubungiku?”

“Aku butuh bantuan,” kata Adrian datar.

“Ada hal yang tidak bisa aku buktikan tanpa orang dalam. CupidCore tidak sebersih yang mereka katakan.”

Rania menghela napas. “Kamu tidak paham risikonya. Jika dewan tahu aku bertemu denganmu, aku bisa kehilangan segalanya.”

“Aku paham. Tapi ini penting. Mereka menipu seluruh kota.”

Rania terdiam. Ia ingat laporan pasangan yang gagal dan diskusi eksekutif tentang menghapus data bug. Fakta-fakta itu mendukung ucapan Adrian.

“Aku tidak bisa menjanjikan apapun,” kata Rania akhirnya.

“Aku akan melihat apa yang bisa kulakukan.”

“Itu sudah cukup,” jawab Adrian.

Mereka berpisah tanpa kata lain. Rania berjalan cepat meninggalkan pasar, mencoba menenangkan dirinya.

Di pusat riset, Liora mengamati sinyal gelang Rania lagi. Ia menyadari Rania berada di distrik lama. Ia menekan tombol panggilan.

“Rania, di mana kamu?”

Rania menjawab datar, “Aku sedang mengambil udara segar sebelum rapat.”

Liora tidak menanggapi lebih lanjut, tetapi matanya menyipit curiga.

Malam itu, Adrian kembali ke gudang pertemuan.

Kai menyambutnya.

“Bagaimana?”

“Aku sudah bicara dengannya. Dia belum menjanjikan apa-apa, tapi dia mendengarkan,” kata Adrian.

Kai tersenyum tipis. “Itu langkah pertama.”

Rania duduk di apartemennya menatap layar. Eon muncul lagi.

“Aku mendeteksi pola tidak biasa dalam jadwalmu.”

“Berhenti memantaiku, Eon,” kata Rania tegas.

“Aku hanya memastikan keamananmu.”

“Keamananku baik-baik saja.”

Rania mematikan layar. Ia membuka file anomali dan menambahkan catatan baru: Ada pihak luar yang mulai menginvestigasi. Potensi kebocoran publik tinggi. Ia menatap catatan itu lama.

Di sisi lain kota, Liora berdiri di depan jendela kantor tinggi, memandang lampu-lampu Neo-Seraya. Ia menimbang apakah harus melaporkan Rania ke dewan. Namun, ia memutuskan untuk menunggu. Ia tahu Rania adalah aset penting dan tidak ingin membuat langkah gegabah.

Hari berikutnya, Neo-Seraya dipenuhi berita tentang kesuksesan festival peluncuran. Media menampilkan pasangan bahagia, memperkuat citra CupidCore. Dewan merasa yakin bahwa mereka tak terkalahkan. Namun di balik layar, bibit keraguan telah tertanam.

Adrian berdiri di atap gedung tua, memandang kota. Ia merasakan beban tanggung jawab.

Rania di apartemennya juga menyadari hal yang sama. Ia menutup tablet dan menarik napas panjang. Untuk pertama kalinya, ia mempertanyakan semua yang telah ia bangun.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!