Di ruangan megah itu keadaan nya tampak kacau, orang-orang saling berdebat dan satupun tak ada yang mau mengalah, mereka saling mendesak, mereka saling beradu mulut, mereka sama-sama tak mau mengalah, mereka juga hanya menekan satu orang saja.
Wajah-wajah itu terlihat manis, namun kenyataan tak semanis apa yang terlihat, yang manis itu hanya mimpi, yang manis itu hanya bujukan nya, yang manis itu hanya kata rayuan, yang manis itu.. ternyata pahit bagai empedu.
"Ciara sayang, Bibi mohon.. menikah lah dengan Pangeran Jordan, karna kalau tidak kita semua akan celaka, " ujar Mariana membujuk Ciara.
"Bibi, bukankah Sania yang di tunjuk untuk menjadi istri nya Pengeran Jordan, " ujar Ciara setengah berbisik.
"Kakak.. apa kamu tega membiarkan adik mu yang lemah ini menikah dengan Pangeran Jordan yang kejam itu, " ujar Sania memasang wajah sedih nya.
"Lalu bagaimana dengan Kakak, " ujar Ciara.
"Kakak adalah wanita cerdas, wanita hebat, jadi aku yakin Kakak akan bisa mengatasi Pangeran Jordan, sementara aku.. lihatlah Kakak tubuh ku lemah dan aku juga sakit-sakitan seperti ini, " ujar Sania berpura-pura lemah.
"Adik, bukankah Pangeran Jordan telah membantu mu, dia yang telah memberikan penawar penyakit mu, maka itu kau harus menikah dengan nya, karna itu sarat yang dia pinta, " ujar Ciara.
"Kakak apa kau sudah tak menyayangi ku, " ujar Sania lalu menangis terisak-isak.
"Bukan begitu Adik, kamu tau sendiri Kakak sangat menyayangi mu, " ujar Ciara lalu memeluk Sania.
"Ciara sayang Paman mohon, tolong.. tolong gantikan Adik mu untuk menikah dengan Pangeran Jordan, " ujar Paman Abra memelas.
Ciara merasa bingung, di satu sisi dia tak ingin menikah dengan Pangeran Jordan, di satu sisi lain Ciara juga menyayangi Adik nya itu, Ciara juga sudah menganggap Paman Abra dan Bibi Mariana sebagai orang tua nya sendiri.
Sejak kedua orang tuanya meninggal, serta nenek kakek nya meninggal, Ciara tak punya siapa-siapa selain keluarga Paman nya itu.
Ciara berpikir keras, Ciara takut, karna menurut rumor yang beredar, Pangeran Jordan terkenal sangat sadis, dia dulunya adalah Pangeran perang, dia selalu menjaga garis depan, dia pun tak pernah terkalahkan.
Namun suatu ketika dia kembali ke medan perang, dia telah di jebak, dia telah di serang oleh musuhnya, dengan menggunakan racun panas dingin, racun itu penangkal nya sangat sulit hingga saat ini Pangeran Jordan tak dapat di sembuh kan.
"Keadaan Pangeran Jordan sekarang sangat jauh berbeda dengan dulu, dulu.. badan nya tinggi tegap, tapi sekarang, badan itu hanya terduduk di kursi roda, dulu.. dia adalah Pangeran perang yang sangat di takuti, tapi sekarang dia adalah orang yang di hindari.
Para pejabat istana, juga para jajarannya sangat menghindari nya, jangankan mengirimkan lamaran kepada Pangeran Jordan, mendengar namanya saja, mereka sudah bergetar ketakutan, meski tubuhnya terduduk diam di kursi roda, tapi tetap semua orang merasa takut padanya.
Bukan tanpa alasan Pangeran Jordan di takuti, kebengisan nya, kekejaman nya, benar-benar membuat orang merasa takut.
Pengeran Jordan banyak yang mengagumi, namun tak ada satu pun orang yang berani mendekat kan diri.
Pernah, beberapa kali pengantin wanita di kirimkan padanya, namun mereka hanya akan kembali esok pagi ke kediaman setelah menjadi mayat.
Sejak itu lah, tak ada orang tua yang mau anak nya di nikah kan dengan pangeran Jordan.
"Baik lah Paman, aku.. aku setuju untuk menggantikan Sania, " ujar Ciara yang akhirnya mengambil keputusan.
"Kakak, kau yang terbaik, " seru Sania langsung memeluk Ciara.
"Kau memang anak yang berbakti sayang, " ujar Mariana mengusap lembut rambut Ciara.
"Paman bangga memiliki mu, " ujar Paman Abra tersenyum bahagia.
…………………………
"Pangeran, keluarga Hong setuju mengirim anak nya, untuk menjadi pengantin mu, namun mereka menukar pengantin itu, " ujar Dru pengawal setia Pangeran Jordan.
"Ternyata mereka sangat berani, kita lihat saja, sejauh mena mereka akan mempermainkan kita, " ujar Pangeran Jordan.
"Lalu, apa yang harus saya lakukan Pangeran, ?" tanya Dru.
"Terus awasi setiap pergerakan keluarga Hong, begitu pun calon istri pengganti ku, " jawab Pangeran Jordan.
"Baik Pangeran, " ujar Dru lalu menghilang meninggalkan Pangeran Jordan seorang diri.
"Aku ingin tau, seberapa jauh mereka melangkah, aku pun ingin tau seberapa beraninya dia nanti di hadapan ku, " gumam Pangeran Jordan.
…………………………………
"Hahahahaha... memang pada dasar nya orang tuanya bodoh, pasti anak nya pun bodoh, hanya dengan cukup bujukan serta air mata palsu saja, dia langsung mau menuruti semua ke inginan kita, " ujar Paman Abra tertawa bahagia.
"Kau benar Suami ku, tak anak, tak Ayah maupun Ibu mereka sama bodoh nya, " ujar Mariana.
"Aku senang, akhirnya aku tak akan mati sia-sia, percuma saja aku sembuh kalau akhirnya berus mati, benar kan Ayah, Ibu, " ujar Sania.
Keluarga beranggotakan tiga orang itu sedang tertawa bahagia, mereka merayakan kebebasan putri mereka dari kematian, karna Ciara dengan mudah nya mau di bodohi, hingga mau menggantikan Sania.
"Sekarang kita tak perlu banyak bersandiwara lagi, karna sebentar lagi anak itu akan mati, " ujar Mariana menyeringai.
…………………………
"Ayah, Ibu, Nenek, Kakek, waktu begitu cepat berlalu, hari ini.. adalah hari pernikahan ku, aku mohon lindungilah aku, restui lah pernikahan ini, tetaplah iringi langkah ku dengan doa suci kalian, " ujar Ciara.
Kini dia sudah menggunakan gaun merah pernikahan nya, dia tampak cantik, dia tampak menawan, dia tampak lembut, dia tampak sempurna dengan balutan gaun itu.
"Ciara sayang, ayo segera bersiap, iring-iringan pengantin pria telah menjemput mu, " ujar Mariana penuh kelembutan.
"Selamat menempuh hidup baru Kakak ku tersayang, semoga Kakak selalu bahagia, " ujar Sania.
"Selamat menjadi istri sayang, semoga keberkahan selalu menyertai mu, " ujar Paman Abra.
Keluarga itu begitu kompak memainkan peran nya, mereka begitu mendalami sandiwara mereka dengan sepenuh hati.
"Bibi, Paman, Adik, aku pergi dulu, jika suatu saat aku berkunjung tolong bukakan pintu untuk ku, " ujar Ciara.
"Tentu sayang, sampai kapan pun kau adalah putri kami, " ujar Mariana.
Iring-iringan membawa Ciara pergi, kereta kereta mewah, prajurit berjajar rapih, lampu-lampu hias bergelantungan sepanjang perjalanan, kota Berlian tampak ramai dengan adanya pernikahan itu.
Namun suasana itu tak menjamin kebahagiaan Ciara, kini hatinya di landa ketakutan, Ciara tak tau apa yang akan dia alami selanjutnya.
"Tuan Putri, mari saya antar ke kamar pengantin, " ujar seorang pelayan kecil, setelah Ciara selesai menjalani prosesi pernikahan.
Tanpa bicara, tanpa melawan Ciara pergi mengikuti langkah pelayanan kecil itu.
"Silahkan Tuan Putri, Pangeran akan segera datang, " ujar pelayan kecil lalu dia meninggalkan Ciara seorang diri.
"Kenapa dengan badan ku, kenapa rasanya lemas sekali, dan kepala ini, kenapa berat sekali, ?" ujar Ciara lirih.
Bruuukkk...
Praaankkk..
Kreeeetttt...
Di sisa-sisa kesadaran nya, Ciara melihat bayangan seseorang, perlahan bayangan itu mendekat, berjongkok dan menjambak rambut panjang Ciara.
"Kau tak pantas bahagia...
"Yaaahhhh bersambung, kita lanjut besok ya🤗
"Kau dan dia tak pantas bahagia, terutama dia, maka dari itu kau harus mati, " ujar seseorang yang tak di ketahui siapa orang nya.
"Si.. siapa.. ka.. kam..
Plak
Plak
Buugg
"Cepat lah mati, lebih cepat lebih baik, kau tak harus tau siapa diriku, " ujar orang itu, dia dengan kejam nya beberapa kali menampar pipi mulus Ciara, bahkan tampa belas kasihan dia juga menendang Ciara yang sudah tak berdaya.
Jlebb
"Mati lah kau, pergilah ke neraka, dan sebentar lagi dia juga akan menyusul mu" ujar orang itu, menghujam kan belati tajam ke kepala Ciara.
…………………………………
Buuggg..
Bruukkk..
Jasad Ciara di lempar bagai karung beras, mereka melemparkan nya tepat di depan gerbang kediaman keluarga Hong.
"Tubuh ini terasa ringan, tapi kenapa semuanya terlihat transparan, aku pun tak bisa menyentuh benda itu, kenapa ini? ada apa dengan diriku? tidak, itu tidak mungkin, " gumam Ciara mengibas-ngibas kan tangan nya berusaha menyentuh sesuatu.
"Apa itu? bukan kah itu diriku?apa yang terjadi? kenapa aku tergeletak di atas salju yang dingin? mana Bibi? mana Adik? mana paman? mengapa membiarkan ku terbujur kedinginan di luar sana, ?"
"Ini pasti hanya mimpi, karna kalau ini nyata, mereka tak akan membiarkan aku terluka, jangankan terluka, aku memar sedikit saja mereka sudah khawatir, " ujar Ciara yang terus bergumam sendiri dengan terus melayang-layang di atas jasad nya sendiri.
"Kenapa mereka membawa jasad wanita bodoh itu di depan kediaman kita, ?" ujar Mariana.
"Sudahlah Ibu biarkan saja, nanti juga akan ada yang membuang mayatnya, mereka tak akan mau mencium aroma busuk dari jasad wanita bodoh itu, " ujar Sania.
"Putri kita benar Istri ku, jadi lebih baik kita masuk, di luar bersalju, jangan sampai kau kedinginan, " ujar Paman Abra.
Dengan kejam tak berperasaan, keluarga kecil itu membiarkan jasad Ciara tergeletak begitu saja, perlahan hujan salju membesar, hingga jasad Ciara membeku tertimbun salju itu.
"Tidak.. ini.. pasti hanya mimpi, Bibi, Paman, Adik.. kalian dengar aku, aku disini, aku disini, " ujar Ciara terus memanggil keluarga yang meninggalkan jasad nya.
"Ternyata, orang yang aku kira menyayangi ku, adalah orang yang mengharapkan kematian ku, " ujar jiwa Ciara luruh di atas salju yang dingin.
"Tuhan.. jika aku di beri kesempatan untuk hidup kembali, aku mohon Tuhan, ijinkan aku untuk membalas semua rasa sakit ini, "ujar Ciara kembali.
Cetasss..
Jleedeerrr..
Jleedeerrr..
"Aku tau Tuhan, kau mendengar semua ucapan ku, " ujar Ciara.
Jiwa itu terus melayang-layang, jiwa itu terus memperhatikan semua yang terjadi, jiwa itu mendengar semua yang di ucapkan orang-orang yang tak melihat nya, jiwa itu menyaksikan jasad nya terbujur kaku, di bawah guyuran salju dan juga hujan.
"Mars, bagaimana kita bisa ter kelabui kembali? ini bukan sekali Mars, ini sudah kesekian kali, tapi kita tetap tak mengetahui, siapa orang yang melakukan ini, " ujar Pangeran Jordan.
"Maafkan saya Pangeran, disini hanya ada pelayan kecil, dan dia pun telah tiada, " ujar Mars merasa bersalah.
"Ini bukan salah mu, kita disini terlalu lemah, pergerakan kita ada yang membatasi, " ujar Pangeran Jordan.
"Saya merasa tak berguna Pangeran, " ujar Mars.
"Tenanglah seperti biasanya, kita tetap ikuti permainan nya, " ujar Pangeran Jordan.
"Tapi mereka tak bersalah, " ujar Mars.
"Aku tau, lalu.. apakah jasad Istri ku, " ujar Pangeran Jordan tak meneruskan kata-katanya.
"Jasad beliau di lempar di depan kediaman Hong, dan hingga saat ini tak ada yang mengurus jasad itu, " ujar Mars.
"Kenapa seperti itu, ?" tanya Pangeran Jordan heran.
"Tuan Abra hanya Paman angkat Putri Ciara, ada kemungkinan pembunuhan ini sudah di rencanakan, " jawab Mars.
"Jadi.. ini juga termasuk permainan mereka, " tanya Pangeran Jordan.
"Betul Pangeran, " jawab Mars.
"Hmm.. ternyata mereka sekejam itu, bahkan mereka melupakan jasa orang yang telah memberikan mereka hidup, ayo Mars, kita ambil jasad Istri ku, dan kuburkan dia secara layak, " ujar Pangeran Jordan.
"Baik Pangeran, " ujar Mars.
Salju itu terus turun, di iringi gerimis tipis, seakan menandakan langit ikut menangis.
"Apa itu? kenapa dia datang kesini? apa yang akan dia lakukan, ?" ujar Ciara ketika melihat rombongan kereta Pangeran Jordan.
"Kau tak pantas di perlakukan seperti ini Istri ku, mereka pasti akan mendapatkan balasan nya, " ujar Pangeran Jordan mengusap lembut jasad Ciara yang membeku.
"Kenapa.. kenapa.. kenapa malah dia yang perduli padaku? bukan kah dia hanya pria perang yang sangat kejam? tapi ini.. ini.. dia.. hanya dia yang perduli padaku, " ujar Ciara terus memperhatikan setiap tindakan Pangeran Jordan.
"Mars ayo kita kembali, bawa Istri ku, kita kuburkan dengan layak, jangan biarkan dia kedinginan disini, " ujar Pangeran Jordan.
"Baik Pangeran, " ujar Mars.
Salju itu terus turun, mengiringi Ciara ke tempat istirahat terakhir nya, dan Pangeran Jordan.. dengan setia dia melakukan semua proses pemakaman hingga selesai.
Di tatap nya batu nisan yang bernamakan Ciara, Pangeran Jordan mengelus lembut nisan itu, di letakan nya seikat mawar hitam, kemudian dia mencium nisan itu penuh perasaan.
"Aku pergi Istri ku, jika kelak kita di takdir kan bersama kembali, aku ingin hidup bahagia bersama mu, tau kah kau Istri ku?selama satu minggu ini aku terus mengawasi mu, aku tau rasa sedih mu, aku tau rasa kesepian mu, aku tau rasa takut mu ketika akan menikah dengan ku, dan akan aku cari tau seberapa besar mereka telah menorehkan luka padamu, kan ku pastikan juga, mereka akan mendapatkan balasan nya, aku mencintai mu Istri ku, " ujar Pangeran Jordan lirih, dan berlalu pergi meninggalkan pemakaman Ciara beserta jiwa Ciara yang mendengar semua ucapan nya.
"Tuhan.. jika aku telah tiada, mengapa engkau berikan rasa sakit di hati ku, aku sakit mendengar pengakuan nya, aku sakit melihat air mata nya terjatuh untuk ku, aku juga sakit melihatnya melangkah meninggalkan kuburan ku, Tuhan... aku mohon... aku ingin hidup, " ujar Ciara jatuh bersimpuh di atas kuburan nya sendiri.
Ciara akui, selama beberapa hari terakhir, Ciara begitu merasakan takut yang yang amat dalam, Ciara takut mati, Ciara takut tak di Cintai, dan Ciara takut tak di akui, tapi kini.. Ciara mendengar nya sendiri.
Orang yang dia pikir kejam, ternyata adalah orang terbaik, orang yang dia pikir baik, ternyata adalah orang terkejam.
"Tuhan.. aku salah.. aku salah, karna terlalu takut padanya, aku salah karna mendengar rumor yang belum pasti, aku salah karna mengira dia orang kejam, aku salah Tuhan aku salah, " ujar Ciara meratapi semua yang telah terjadi.
"Tuhan, aku ingin hidup kembali.. Tuhan.. aku mohon hidupkan aku kembali, " ujar Ciara terus memohon dalam tangis sesal nya.
Siiuuuttt..
Jleedeerrr..
Jleedeerrr..
Ya.. bersambung.
Suara angin terus bergemuruh, di selingi suara petir saling bertabrakan, entah apa yang terjadi di atas sana, hingga langit itu terus membuat kegaduhan.
"Ternyata.. hidup ku memang berakhir, " ujar jiwa Ciara terkekeh menertawakan semua yang terjadi padanya.
"Permainan mu begitu indah Tuhan, hingga aku terbuai dengan semua kasih sayang palsu itu, tapi tak apa.. setidaknya, aku merasakan kasih sayang, meski semua palsu," gumam Ciara di akhir-akhir menutup matanya.
Kelopak mata itu mulai sayu, kelopak mata itu mulai ingin menutup, gelap... itulah yang saat ini Ciara lihat, kini matanya benar-benar tertutup untuk selamanya.
……………………………
"Kakak bangun, hiks..kakak jangan begini, hiks.. hiks.. aku.. aku tidak sengaja, " ujar Sania mengguncang tubuh Ciara dengan kuat.
"Ibu... Ayah.. tolong.. tolong Kakak, " teriakan Sania menggema memanggil kedua orang tua nya.
"Ada apa sayang? apa yang terjadi, ?" ujar Mariana datang tergesa-gesa menghampiri Sania di tepi kolam.
"Ibu... Kakak, tadi aku, aku tak sengaja mendorong nya, " ujar Sania karna melihat beberapa orang yang menyaksikan aksi nya mendorong Ciara secara sengaja.
"Pelayan.. apa yang kalian lakukan? mengapa kalian hanya berdiam diri saja? cepat bawa Ciara ke dalam, " teriak Mariana pada beberapa pelayan yang berlalu lalang disana, Mariana tau apa yang di lakukan Sania, Sania melakukan nya dengan sengaja.
Dengan terpogoh-pogoh para pelayan itu menghampiri, lalu menggotong tubuh Ciara yang basah kuyup, mereka ingin mengatakan apa yang mereka lihat, namun mereka yakin itu akan sia-sia.
"Cepat ganti pakaian nya, jangan biarkan dia kedinginan, " perintah Mariana pada pelayan itu.
Secara cepat, tanpa mengeluarkan suara, pelayan itu mengerjakan tugas nya dengan rapih.
"Kalian boleh pergi, " ujar Mariana pada para pelayan setelah pakaian Ciara di ganti.
"Ibu.. apakah dia akan mati, ?" bisik Sania setelah tak ada orang lain di ruangan itu.
"Sania sejak kapan kau jadi bodoh? apa kau tak dapat melihat, di taman itu begitu banyak orang? apa kau mau beredar rumor tentang kelakuan mu itu? ibu tak habis pikir, hingga kau bisa se ceroboh itu, " ujar Mariana marah tak menjawab pertanyaan Sania.
"Maafkan aku Ibu, aku hanya tak suka melihat nya tampil sempurna, " ujar Sania.
"Tapi tak begitu juga Sania, Ibu tak masalah dia mati, tapi ibu tak mau ada rumor tentang mu, " ujar Mariana masih kesal atas kecerobohan Sania.
"Lain kali aku akan tebih hati-hati, " ujar Sania.
Di saat Ibu dan anak itu saling berbicara, terlihat jari-jari Ciara bergerak, melihat itu.. sepasang Ibu dan anak itu mendekat.
"Ciara sayang, kau tak apa-apa kan, ?" ujar Mariana.
"Kakak.. maafkan aku, sungguh aku tak sengaja mendorong Kakak, " ujar Sania.
Sementara Ciara dia masih berdiam diri, dan mencerna semua yang terjadi saat ini.
"Ini... bukankah, sebentar.. kejadian ini.. ini.. bukankah saat aku jatuh ke kolam, ya Tuhan... aku hidup kembali, aku hidup kembali ke masa lalu, di mana aku baru saja kehilangan orang tua ku, dan kejadian ini.. yah aku tau sekarang, waktu itu aku di dorong ke kolam oleh Sania, " monolog Ciara dalam hati.
"Terimakasih Tuhan, kau telah mengabulkan keinginan ku, aku janji, aku akan membalas satu persatu perbuatan mereka padaku, dan mulai sekarang aku akn mengabdikan hidup ku pada Pangeran Jordan, karna hanya dia yang perduli padaku, " monolog Ciara lagi.
"Ciara.. Ciara sayang.. kenapa Nak apa ada yang sakit, ?" tanya Mariana.
"Oke mari kita mulai permainan nya, " ujar Ciara.
Dan tanpa di sadari oleh sepasang anak dan Ibu itu, Ciara menyeringai, matanya berkilat penuh kebencian.
"Kakak, Kakak.. apa kau mendengar kami, ?" tanya Sania berpura-pura tampak khawatir.
"Air.. Bibi aku ingin air, " ujar Ciara tak menggubris pertanyaan Sania.
"Ini minum sayang, pelan-pelan, " ujar Mariana tanpa curiga.
"Kakak.. maafkan aku, " ujar Sania dapat merasakan perubahan Ciara padanya.
"Iya sayang, tolong maafkan Adik mu, dia tak sengaja melakukannya, kau tau sendiri kan, terkadang adik mu itu ceroboh, " ujar Mariana.
"Ibu benar Kakak, aku benar-benar tak sengaja, Kakak tau sendiri betapa aku menyayangi Kakak, jadi mana mungkin aku mencelakai Kakak, " ujar Sania.
"Aku ingin istirahat, " ujar Ciara dingin tak menghiraukan ocehan Sania.
"Baiklah, Bibi pergi dulu, kamu istirahat lah, kalau butuh sesuatu panggil saja Bibi, " ujar Mariana.
"Kakak..
"Ayo Sania kita pergi, Kakak mu ingin istirahat, nanti kita bahas lagi masalah ini, " ujar Mariana memotong ucapan Sania.
Ibu dan anak itu pergi, meninggalkan Ciara seorang diri di kamar nya.
"Ibu.. aku merasa ada yang aneh dengan wanita bodoh itu, kenapa dia sekarang berani mengacuhkan ku? biasanya juga dia tak begitu, " ujar Sania, kini mereka ada di halaman kediaman Mariana.
"Jangan menduga-duga yang tak pasti, kau tau sendiri bagaimana tadi dia tenggelam, dia memang butuh istirahat, " ujar Mariana.
"Apa Ibu yakin,? " ujar Sania.
"Apa selama ini Ibu pernah salah, ?" ujar Mariana.
"Bukan itu maksud ku Ibu, tapi.. nada bicaranya, tak seperti biasanya, " ujar Sania.
"Itu hanya perasaan mu saja, " ujar Mariana.
"Semoga ucapan Ibu tak salah, " ujar Sania merasa yakin akan perasaan nya sendiri.
…………………………
"Aku ingat, setelah kejadian aku jatuh ke kolam, keluarga keji itu akan mengajak ku pergi keluar, mereka bilang itu sebagai permintaan maaf Sania, kita tunggu, apa kejadian itu akan terulang kembali, " gumam Ciara mengingat semua yang pernah terjadi.
Tok
tok
tok
Di saat Ciara mengingat-ingat apa saja yang terjadi dulu, tiba-tiba dia mendengar ketukan di pintu kamar nya, Ciara yakin, yang mengutuk pintu kamar nya itu adalah pelayan suruhan Bibi tercinta nya.
"Dugaan ku benar, dia adalah pelayan yang sama, " gumam Ciara setelah membuka pintu kamarnya dan melihat orang yang mengetuk pintu.
"Nona pertama, Nyonya meminta anda bersiap-siap, kana Nyonya dia akan mengajak anda pergi keluar, " ujar pelayan itu.
"Katakan pada Bibi, aku akan segera datang, " ujar Ciara.
"Baik Nona pertama, " jawab pelayan kecil.
"Hah.. hari itu akan terulang kembali, dimana dengan sengaja, Sania menyuruh seseorang untuk melecehkan ku, aku ingat waktu itu, ada seseorang yang menolong ku, maka... bersiap-siap lah, aku akan merubah cerita itu, dan pelecehan itu.. dengan senang hati, aku akan membiarkan kamu merasakan apa yang ku rasa, untuk penolong itu.. aku akan mencegah nya, " gumam Ciara menyeringai penuh perencanaan.
"Aku ingin melihat, seberapa besar kebaikan mu Tuhan padaku, maka restui lah semua rencana ku ini, " gumam Ciara lagi.
"Ahh akhirnya Kakak datang juga, aku pegal menunggu Kakak, " ujar Sania.
"Apa aku terlalu lama, ?" ujar Ciara memasang wajah bersalah, dulu saat Sania mengeluh, maka dengan cepat Ciara akan meminta maaf.
"Tidak sayang, Adik mu hanya tak sabar saja, " ujar Mariana.
"Iya..
Yah.. bersambung.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!