NovelToon NovelToon

Petaka Rumah Kosong

Bab 1

Sebuah rumah bergaya sederhana berada di sebuah pinggiran kota. Dalam rumah itu terdapat tiga kamar dan satu kamar mandi, ruang tamu dan dapur yang ada di belakang.

Sepintas jika orang melihat keadaan rumah ini memang tampak biasa-biasa saja dan tidak mencurigakan.

Saat itu, ada sebuah keluarga datang dari kota Jakarta menetap di rumah kosong yang sederhana itu.

Namanya adalah Sri dan Sugiono dan mereka mempunyai tiga orang anak yakni anak pertama seorang laki-laki bernama Riko, lalu anak kedua bernama Nana dan anak terakhir bernama Sari seorang perempuan.

Riko kebetulan masih SMA, dan Nana masih bersekolah di bangku SMP kemudian Sari anak terakhir masih duduk di bangku SD.

Setibanya di rumah baru, mereka pun langsung masuk ke dalam rumah dan mulai membereskannya apalagi cukup lama terbengkalai.

Kondisi depan rumah pun tampak tidak terawat karena ada banyak pohon pisang sehingga menutupi sebagian rumah. Alhasil sang Ayah pun langsung mengambil parang di dapur untuk menebangnya.

"Kenapa pohon pisang di tanam di depan rumah ya? Padahal menurut mitos bisa dihuni oleh makhluk halus seperti pocong," gumamnya dalam hati.

Dengan cekatan Sugiono menebas pohon pisang di depan rumah dengan sebilah parang yang tajam. Namun, saat beliau telah selesai menebasnya, tiba-tiba bulu kuduknya berdiri seperti ada yang meniup dari belakang.

"Perasaan tidak ada angin, tetapi kenapa punggungku merasa semilir begini ya. Apa mungkin aku masuk angin?"

Mendapati kejadian aneh untuk pertama kalinya, Sugiono seolah menghiraukannya dan menganggap mungkin dia hanya masuk angin karena baru saja tiba dari Jakarta.

Sementara Sri dan ketiga anaknya langsung menengok kamar masing-masing karena merasa lelah dan ingin istirahat sejenak.

"Bu, kamarnya kok sempit sekali ya. Beda dengan di rumah kita yang dahulu. Aku heran kenapa Bapak ngotot ingin tinggal di rumah ini," gerutu Nana.

"Iya bener Kak, kayanya aku nggak bakalan betah tinggal di rumah sempit kaya gini," Sari pun juga ikut menggerutu.

"Sudah-sudah, kalian jangan begitu lagian kita tinggal di rumah ini nggak akan lama kok sampai Bapak dapat kerjaan lagi di kota," kata Sri seolah menenangkan kedua putrinya.

Kebetulan, Sugiono di PHK di tempat kerjanya di sebuah perusahaan cukup elite di Jakarta, namun untungnya dia mendapat pesangon yang cukup banyak karena beliau adalah supervisor senior.

Saat mereka tengah asyik mengobrol, tetiba Riko menjerit keras sekali dari arah dapur.

"Haaa. Apa itu?!" Teriak Riko.

Ibu Sri, Nana, Sari, dan Bapak Sugiono pun langsung berlari menuju ke arah dapur setelah mendengar teriakan putra sulungnya.

"Kenapa kamu teriak, Nak?" Tanya Pak Sugiono.

"Itu Pak aku melihat ada gundukan kain di bawah meja dapur. Saat kucoba pegang ternyata itu kaya kain kafan," jawab Riko terbata-bata.

"Apa kamu yakin itu kain kafan?" Sri mencoba mengamati kain yang dimaksud oleh Riko.

"Aku yakin 1000 persen bu ini kain kafan," kata Riko dengan muka pucat.

Dengan penuh keberanian, Sugiono pun langsung mengambil gundukan kain itu dan mulai memegangnya. Saat memegang dengan seksama, raut wajah Pak Sugiono pun langsung berubah pucat.

"Benar bu ini kain kafan. Biar nanti bapak buang ke tempat sampah yang ada di belakang rumah itu,"

"Ya Pak atau kalau tidak lebih baik kita kubur saja kain kafan ini," ide Bu Sri.

Tiba-tiba Riko pun nyeletuk. "Aku setuju dengan Ibu lebih baik dikubur saja, aku takut si pemiliknya nanti gentayangan di rumah ini,"

Atas permintaan Riko dan ibu Sri akhirnya Pak Sugiono mengubur kain kafan yang ia temukan di bawah meja dapur.

Sari dan Nana yang menyaksikan hal aneh itu pun seolah tak bisa berkata apa-apa dan rasa takut yang kentara kini berselimut dalam diri mereka.

Usai membereskan rumah hingga bersih dan rapi, kemudian mereka sudah mandi dan berganti pakaian. Kini keluarga itu pun duduk di ruang tamu bersama sambil menonton televisi.

Suasana di rumah itu memang terasa sunyi senyap padahal di depan dan di samping rumah mereka ada banyak rumah yang lain meskipun terhalang oleh pagar tembok pembatas milik sekolah Taman Kanak-Kanak itu.

Ya, area rumah mereka memang berada di sekolah Taman Kanak-Kanak Pertiwi Ceria dan masih beroperasi.

Oleh karena itu, saat pagi hingga siang hari pukul 10.00 WIB ada aktivitas belajar mengajar di situ. Riuh suara anak-anak yang bermain saat sedang istirahat pun terdengar jelas sampai di rumah mereka.

Namun hal ini tentu tak serta merta membuat mereka tidak nyaman, namun justru merasa bahagia karena susana menjadi lebih ramai dan tidak sunyi seperti saat malam hari tiba.

"Hahaha," Tawa Pak Sugiono saat sedang menonton acara komedi di sebuah stasiun televisi.

"Duh, bapak girang sekali kalau sudah menonton acara favorit," ledek bu Sri yang baru saja dari dapur dan membawa nampan berisi minuman dan pisang goreng.

"Iya tuh, bapak dari tadi ketawa terus," ucap Sari dengan raut muka cemberut karena tidak bisa menonton film kartun kesukaannya. Sehingga ia pun memilih untuk bermain game di handphone.

Berbeda dengan Nana dan Riko sibuk mempersiapkan buku yang akan dibawa mereka esok hari di sekolah barunya di kota ini.

Saking asyiknya dengan kegiatan masing-masing mereka tak sadar, kalau sebenarnya sedari tadi ada yang mengawasi mereka tidak lain sosok tak kasat mata yang ingin berkenalan dengan sang penghuni rumah.

Walaupun mahkluk tak kasat mata itu, masih belum mau untuk menampakan wujud aslinya ke hadapan mereka dan hanya baru memberikan kode akan keberadaannya.

Riko tampak menguap dan memutuskan untuk masuk ke kamarnya yang berada dekat dengan ruang tamu.

Menyusul Nana dan Sari yang juga sudah merasa mengantuk, apalagi besok kedua kakak beradik ini harus pergi ke sekolah.

Sekarang ini, yang tertinggal hanyalah Bu Sri dan Pak Sugiono pasangan suami istri yang sudah cukup berumur usia mereka sudah kepala 4 dan hampir 50 tahun.

"Pak, kenapa bapak ngotot tinggal di rumah sempit dan cukup menyeramkan ini. Bukankah kita bisa menyewa rumah kontrakan yang lebih besar dengan uang pesangonmu?" Tanya bu Sri.

"Bukannya ngotot bu, tapi sebenarnya rumah ini dulu pernah dibeli oleh almarhum orangtua bapak, jadi bisa dibilang ini amanah," kata Pak Sugiono mencoba memberi penjelasan kepada istrinya.

"Lho, kenapa bapak nggak pernah cerita sebelumnya ke ibu," kata Bu Sri

"Maaf bu, bapak baru bisa cerita sekarang saat kita sudah ada di sini. Soalnya bapak takut kamu dan anak-anak tidak mau tinggal di sini," kata Pak Sugiono lagi.

"Ya mau gimana lagi, nasi sudah menjadi bubur. Tapi bapak harus janji ke ibu kalau kita jangan tinggal lama-lama di sini. Entah kenapa perasaan ibu nggak enak dan belum apa-apa ada kejadian aneh di rumah ini," ucapnya panjang lebar.

"Iya bu, bapak janji secepatnya bapak mau menghubungi teman bapak di Surabaya dan minta dicarikan pekerjaan di sana terus kita semua bisa pindah," kata Pak Sugiono sambil menggenggam tangan istrinya.

Bu Sri hanya mengangguk pelan dan pertanda bahwa ia menyetujui perkataan suaminya. Bagaimanapun juga, sebagai seorang istri ia harus patuh kepada suami terlebih lagi usia mereka yang sudah tidak muda lagi dan ketiga anak mereka sudah cukup besar.

Bu Sri menyandarkan kepalanya di bahu Pak Sugiono dan keduanya tampak bahagia sambil menonton acara komedi kesukaan sang suami.

"Pak itu kopinya dihabiskan, kalau udah dingin nanti rasanya tidak enak,"

"Iya bu," kata Pak Sugiono.

Namun siapa sangka saat Pak Sugiono hendak mengambil gelas yang ditaruh di atas meja, tetiba tangannya seperti disentuh. Ia pun kaget dan seketika kopinya tumpah di atas meja.

Bu Sri yang melihatnya pun beranjak bangun dan memarahi bapak.

"Duh, bapak kenapa ceroboh sekali, itu kan kopinya jadi tumpah dan ibu harus membersihkan mejanya,"

"Maafkan bapak bu, tadi bapak kok merasa ada yang menyentuh tangan bapak ya," jawab Pak Sugiono.

"Ah, masa Pak. Mungkin bapak sedang halusinasi. Lagian nggak ada orang lain lagi selain kita berdua," balas Bu Sri.

"Benar sih apa kata ibu. Mungkin itu cuma perasaan bapak saja dan karena sudah larut malam jadi mengantuk," tambahnya.

"Ya sudah pak, sana ambil lap di dapur nanti biar ibu saja yang bersihkan bekas kopi yang tumpah di meja itu," kata Bu Sri.

Pak Sugiono pun lantas menuju ke dapur untuk mengambil lap, tetapi apa yang terjadi di dapur ia justru melihat kain kafan yang dikubur olehnya tadi siang ada di atas meja.

"Kenapa kain kafan ini ada di atas meja? Bukankah kemarin siang sudah saya kubur di belakang rumah. Apa yang sebenarnya yang sedang terjadi di rumah ini?" Gumamnya dalam hati sambil mengelus dada.

Bu Sri yang tak sabar menunggu suaminya yang tak urung jua terlihat batang hidungnya pun lantas menyusul Pak Sugiono di dapur.

Sesampainya di dapur, Bu Sri pun juga ikut kaget saat ia melihat kain kafan itu ada di atas meja. Dia pun langsung menepuk bahu suaminya yang justru melamun sambil melihat kain kafan itu.

"Pak..sadar Pak,"

Pak Sugiono yang tadinya melamun pun lantas langsung sadar dan berbicara kepada istrinya.

"Bu, kamu tahu kan kalau tadi siang bapak mengubur kain kafan ini dengan tangan bapak. Bagaimana bisa kain ini ada di atas meja? Apa kain ini punya kaki dan berjalan sendiri?" Cecar Pak Sugiono seolah tak percaya dengan apa yang ia lihat.

"Iya pak, Ibu juga tidak percaya dengan hal ini dan sungguh mustahil. Entah ulah siapapun manusia atau bukan hanya Allah yang tahu," katanya.

Bab 2

Pak Sugiono pun mengambil kain kafan yang tiba-tiba muncul kembali, padahal dia sudah menguburnya.

Baru satu hari keluarga mereka tinggal di rumah itu kejadian aneh langsung muncul berdatangan seolah tiada henti.

Dengan wajah tertunduk lesu dan sedikit pucat, Pak Sugiono terpaksa harus membuang kain kafan yang ia temukan di tempat pembuangan sampah.

Dirinya berharap agar esok hari petugas sampah mengangkut kain kafan itu dan dibuang ke tempat yang jauh dari rumahnya.

"Maaf, aku harus membuang kamu di sini," ucap Pak Sugiono dalam hati.

Setelah membuang kain kafan itu, Pak Sugiono kembali masuk ke dalam rumah dan lantas mematikan televisi yang masih menyala.

Sementara Bu Sri memilih untuk masuk ke dalam kamar dan istirahat sebab hari semakin larut.

Esok pagi, dia harus bersiap untuk bangun pagi dan menyiapkan sarapan pagi untuk ketiga anaknya yang harus berangkat ke sekolah. Tak selang berapa lama, Pak Sugiono pun masuk ke dalam kamar untuk menemui istrinya.

"Bagaimana Pak, kain kafannya sudah dibuang ke tong sampah?" Tanya Sri.

"Sudah bu, besok kan petugas sampah akan mengambilnya, jadi kain kafan itu pasti dibuang jauh ke tempat pembuangan sampah yang lebih besar," jawab Sugiono.

"Benar pak. Semoga dia tak akan kembali lagi ke rumah ini, tapi kalau sampai kain itu ada di sini lagi sepertinya itu bukan ulah manusia," tutur Sri.

"Ya sudah bu, lebih baik kita berdoa saja dan sekarang istirahat karena besok anak-anak berangkat di sekolah yang baru," kata Sugiono menambahkan.

Sri dan Sugiono lantas tertidur lelap di kamar tidur dan jam dinding sudah menunjukkan pukul 24.00 WIB.

Suasana malam hari di rumah itu memang sangat sunyi senyap, apalagi sudah larut malam seperti itu dan sudah jarang orang yang berlalu-lalang.

Palingan yang terdengar hanyalah suara jangkrik atau katak di pekarangan rumah.

Sekitar 2 jam dalam tidur lelapnya, Pak Sugiono bermimpi. Dalam mimpinya dia melihat kejadian yang cukup menyeramkan terjadi dalam rumah yang sekarang ini mereka tinggali.

Dia menyaksikan ada sepasang suami istri yang meninggal dengan tragis alias bunuh diri di dapur dengan kepala terikat oleh tali.

Sebelum suami istri itu meninggal ternyata rumah mereka sempat didatangi oleh dua laki-laki yang bertubuh kekar. Jika dilihat mereka seperti seorang debt collector atau penagih hutang.

Tampak dua laki-laki itu mengobrak-abrik beberapa barang seperti kursi hingga jatuh berserakan. Sang wanita tampak menangis dan memohon agar mereka tidak melakukan hal itu.

"Tolong jangan lakukan ini Pak, saya dan suami saya berjanji akan melunasi hutang kepada bos Anda, mohon beri kamu waktu 1 bulan lagi," ucapnya memelas.

"Tidak bisa! Sudah berapa kali kalian berjanji untuk melunasi namun tetap saja ingkar. Apa kalian tahu kalau bos kami ini sudah marah besar!" Teriak laki-laki yang memakai jaket berwarna hitam.

Sementara itu, suaminya justru hanya bisa pasrah dan menyaksikan barang-barang di rumah mereka hancur lebur.

Setelah puas melakukan hal itu, mereka pun lantas pergi meninggalkan rumah mereka seolah tanpa bersalah.

Kini tinggallah suami istri itu dengan kondisi rumah yang berantakan. Tak hentinya air mata sang istri menetes karena rumah yang mereka huni dan perabotan yang dibeli dengan susah payah harus rusak akibat perbuatan tangan dua laki-laki itu.

"Gimana ini Pak?" Tanya wanita itu sambil menangis dan bersimpuh di lantai.

"Bapak nggak tahu bu. Kita nggak mungkin bisa melunasi hutang sebanyak itu esok hari. Mau cari uang dari mana?"

"Jangankan bapak, ibu saja bingung mau mencari uang dari mana lagi," ucapnya risau.

Keduanya pun saling diam dan memandang satu sama lain.

"Bu, bapak merasa sudah pasrah dan ingin menyerah saja. Bapak ada ide bagaimana kalau kita mengakhiri hidup saja?" Ucapnya.

"Sadarlah Pak. Jangan mengambil jalan pintas seperti itu. Kita bisa cari solusi lain," katanya mencoba menenangkan suaminya.

"Nggak ada jalan lain bu selain ini. Pokoknya kita harus mati saja. Ibu harus menurut dengan bapak!" Perintahnya.

Suami itu lantas memaksa istrinya untuk mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri.

Adegan mengerikan yang disaksikan oleh Pak Sugiono dalam mimpi seketika membangunkan dirinya dari tidur lelapnya.

"Astaghfirullah, mimpi apa aku?" Gumamnya dalam hati.

Sambil mengusap wajahnya, Pak Sugiono kemudian terbangun dan melongok jam dinding di atas kamar tidurnya.

"Oh masih jam 2.00 WIB malam,"

Gara-gara mimpi yang mengerikan, Pak Sugiono jadi tidak bisa tidur dan ia takut jika matanya kembali terpejam mimpi buruk itu akan terulang kembali. Ia pun lantas beranjak bangun dari tempat tidurnya dan pergi keluar dari kamar diam-diam tanpa bersuara agar istrinya tidak bangun.

Pak Sugiono kemudian pergi ke ruang tamu dan menyulut sebatang rokok untuk menemaninya di malam yang sepi itu. Sepintas, Pak Sugiono berbicara pada dirinya sendiri dan mencoba mengaitkan mimpi buruk yang dia alami dengan kejadian kain kafan yang ada di dapur itu.

"Mungkinkah kain kafan itu adalah kain yang dipakai oleh suami istri untuk menjerat leher mereka?" Pikirnya dalam hati.

Meski masih dibalut rasa takut, namun hatinya cukup merasa tenang karena lewat mimpi seolah ia mendapatkan jawaban dari teror yang dialaminya saat tinggal di rumah ini.

"Apakah mungkin arwah mereka masih gentayangan di rumah ini? Apalagi cara mereka meninggal itu tergolong tidak wajar" pikir Pak Sugiono lagi.

Ia pun kembali menghisap rokoknya sambil memikirkan mimpi yang sungguh di luar nalar. Pak Sugiono tampak melamun dan di saat yang bersamaan tiba-tiba ia mendengar suara minta tolong.

"Tolong saya Pak, saya nggak mau mati. Suami saya yang memaksa saya untuk ikut mati dengannya," rintihan suara itu terdengar samar-samar di telinga.

Pak Sugiono yang mendengar suara minta tolong itupun langsung terperanjat dan mencoba mencari dimana sumber suara itu berasal.

Dengan penuh keberanian, Pak Sugiono keluar dari rumahnya dan mencari dari mana arah sumber suara itu yang semakin lama terdengar jelas.

Kemudian, dia mencoba berjalan hingga menuju ke arah pekarangan belakang rumah dan di sana ia melihat ada sebuah pohon jati yang cukup besar. Benar juga, suara minta tolong itu berasal dari pohon jati yang tumbuh di belakang rumah itu.

Perlahan, Pak Sugiono mendekati pohon jati namun tiba-tiba suara minta tolong itu langsung menghilang bak ditelan bumi.

Bulu tengkuk Pak Sugiono pun langsung berdiri setelah ia mendekati pohon jati yang berukuran cukup besar dengan daun yang cukup banyak.

"Apa jangan-jangan arwah mereka bersemayam di pohon jati ini?" Gumam Pak Sugiono.

Bab 3

Pak Sugiono tiba-tiba teringat dengan apa kata orang yang mengatakan bahwa pohon jati biasanya suka dihuni oleh makhluk halus.

Alhasil dia pun berpikir mungkin saja orang yang meninggal di rumah ini arwahnya berkeliaran di pohon jati itu.

Terlebih lagi mereka meninggal secara tidak wajar, mungkin saja arwah mereka belum tenang. Jika mengingat mimpi buruk yang dialami olehnya barusan, mereka juga masih punya beban hutang piutang dengan orang lain.

Pak Sugiono lantas menghela napas panjang dan perlahan pergi meninggalkan pohon jati itu. Namun, saat ia hendak berbalik suara minta tolong itu terdengar lagi dan ia seolah ingin mengatakan sesuatu kepada Pak Sugiono.

Pak Sugiono yang mendengar suara itu jelas di telinganya pun langsung lari terbirit-birit masuk ke dalam rumah dan mengunci pintunya rapat-rapatnya.

Sambil menghela napas panjang, Pak Sugiono pun memutuskan untuk kembali ke kamar tidurnya, menarik sarung dan mencoba untuk memejamkan matanya.

Ia tetap berusaha untuk menutup matanya agar bisa tidur nyenyak dan melupakan semua yang terjadi. Sementara istrinya Bu Sri masih tertidur pulas dan tak tahu-menahu kalau suaminya mengalami mimpi buruk hingga mendapat teror suara minta tolong dari pohon jati yang ada di pekarangan rumah.

Sungguh malang nasib keluarga Pak Sugiono dan Bu Sri harus tinggal di sebuah rumah yang ternyata tidak kosong alias ada penghuni di dalamnya. Apalagi penghuninya terdahulu mengalami kejadian tragis dan meninggal dunia dengan cara yang menyedihkan.

***

Keesokan harinya ayam jantan berkokok sangat keras pagi buta dan membangunkan Bu Sri yang harus bersiap-siap membuat sarapan pagi untuk ketiga anaknya tercinta.

Sementara Pak Sugiono masih meringkuk di tempat tidur akibat dirinya semalaman tidak bisa tidur nyenyak. Bu Sri sibuk di dapur memasak nasi goreng dan membuat telor ceplok untuk menu sarapan pagi hari ini.

Memang, Bu Sri adalah sosok istri yang pandai memasak dan bisa menyenangkan hati suami dan mampu merawat semua anak-anaknya dengan baik.

Maka tak heran, jika Pak Sugiono meminang Bu Sri sebagai istrinya dan ia rupanya sudah jatuh hati kepada Bu Sri sejak masih duduk di bangku SMA. Bisa dikatakan kalau Bu Sri adalah cinta pertama yang mampu membuat hatinya jatuh cinta pada pandangan pertama.

Ketiga anaknya pun tampak sudah bangun dari tidurnya dan langsung melakukan aktivitas di kamar mandi serta berganti pakaian dengan seragam sekolahnya masing-masing.

Riko yang duduk di bangku SMA mengenakan seragam putih abu-abu, sedangkan Nana yang masih duduk di bangku SMP berseragam biru putih dan Sari anak bontot yang masih duduk di bangku SD memakai baju warna merah putih.

Setelah ketiga anaknya selesai melakukan aktivitas dan sudah berganti pakaian. Kini mereka berkumpul di meja makan dan bersiap untuk sarapan pagi karena Bu Sri sudah menyiapkan menu nasi goreng dan telor ceplok yang lezat di meja makan.

"Makan dulu ya anak-anak. Setelah itu kalian baru berangkat ke sekolah?!" Perintah Bu Sri kepada ketiga anak mereka.

"Iya bu," jawab mereka kompak.

Ketiga anak mereka pun langsung menyantap habis menu nasi goreng yang telah disiapkan oleh ibunya hingga habis tak bersisa di piring.

Setelah selesai sarapan pagi, mereka pun bergegas berpamitan kepada kedua orangtuanya.

"Kami berangkat dulu ke sekolah ya Pak Bu," kata Sari, Nana, dan Riko secara bergantian.

"Iya Nak, hati-hati di jalan kalian bertiga. Semoga di sekolah yang baru ini kalian bisa belajar dengan semangat dan betah ya," pesan Bu Sri.

Usai berpamitan dengan kedua orangtuanya. Ketiganya pun langsung menuju ke sekolah mereka masing-masing yang jaraknya tidak jauh berbeda. Riko dan Nana kebetulan berada di satu sekolah yang sama hanya mereka berbeda tingkatan, sedangkan Nana bersekolah di sebuah Sekolah Dasar yang jaraknya lebih dekat dengan rumah mereka.

Maklum, Nana yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar kelas 5 tentu belum berani untuk pergi ke sekolah yang jaraknya lebih jauh dari rumah mereka.

Sementara itu, Bu Sri dan Pak Sugiono sekarang tinggal berdua saja di rumah mereka. Hari ini Bu Sri kebetulan berniatan ingin pergi ke pasar yang ada di kota itu. Kebetulan jarak pasar dari rumah pun bisa dijangkau dengan hanya berjalan kaki saja.

"Pak, ibu pergi ke pasar dulu ya?" Kata Bu Sri berpamitan kepada suaminya.

"Mau Bapak anter atau tidak Bu?" Tawaran dari Pak Sugiono.

"Tidak perlu Pak, ibu jalan kaki saja. Hitung-hitung sekalian olahraga biar sehat," jawab Bu Sri.

"Baiklah bu, tapi pulangnya jangan lama-lama ya?" Pesan Pak Sugiono.

"Memangnya kenapa Pak? Bapak takut ya di rumah sendirian?" Ucap Bu Sri sambil tersenyum.

"Enggak sih bu. Soalnya ada yang mau bapak ceritakan, mumpung masih siang bolong," kata Pak Sugiono seolah menjelaskan.

"Cerita apa sih Pak. Kok aku penasaran?" Wajah Bu Sri berubah sedikit pucat.

"Ah, nanti saja bu, kalau sudah pulang dari pasar," kata Pak Sugiono.

"Baiklah Pak. Ibu berangkat ke pasar dulu ya," Bu Sri pun langsung melenggang pergi.

Saat perjalanan di pasar, bu Sri pun teringat dengan omongan suaminya. Dia pun merasa penasaran kiranya hal apa yang ingin ia bicarakan. Mungkinkah ini ada hubungannya dengan kejadian aneh yang menimpa mereka saat baru pertama kali menempati rumah sederhana itu.

Berjalan kaki kurang lebih memakan waktu 20 menit, Bu Sri sampai di pasar tradisional. Kondisi pasar saat itu tidak begitu ramai, mungkin karena masih agak pagi.

Pertama kali, ia pergi ke penjual ayam karena ingin memasak ayam goreng kesukaan anak-anak. Setelah itu, dia lalu pergi menuju ke penjual sayur untuk membeli sayur asem dan cocok dimakan dengan ayam goreng. Tidak lupa Bu Sri pun membeli buah-buahan seperti apel dan jeruk.

Kantung belanjaan Bu Sri yang tadinya kosong kini sudah terisi penuh dengan barang belanjaan dan ia pun memutuskan untuk segera pulang ke rumah sekaligus harus memasak menu makan siang.

Sesampainya di rumah, Bu Sri langsung disambut oleh Pak Sugiono dan ia pun lantas meletakkan semua barang belanjaannya di dapur.

Sebelum memulai untuk memasak, Bu Sri lantas menemui suaminya menanyakan perihal hal penting yang ingin ia bicarakan sebelum tadi dirinya berangkat ke pasar.

"Pak tadi sampeyan mau ngomong apa sebelum aku pergi ke pasar?" Tanyanya.

"Nanti aja deh bu, kalau ibu sudah selesai masak. Bapak takut nanti ibu nggak berani masak setelah mendengar cerita dari bapak," jawabnya.

"Baiklah kalau begitu Pak. Ibu mau memasak dulu sebelum nanti anak-anak pulang dari sekolah," Sri lantas meninggalkan suaminya yang sedang duduk di teras depan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!