POV1
Malam itu rembulan bersinar terang dikelambu gelapnya dunia. Mataku tak bisa teralihkan oleh apa pun. Cahaya bulan itu membuatku melupakan segala hal yang telah aku lalui, hari yang sulit, hari yang menyakitkan dan hari-hari yang selalu membuatku ingin menyerah, semuanya terobati begitu saja ketika Rembulan datang dan menenangkan hati dan pikiranku.
Terkadang air mataku keluar begitu saja ketika aku melihat indahnya sinar bulan disetiap malam, yang membuatku ingin menggapainya dan melarikan diri dari kenyataan pahitnya kehidupan ini.
Diatas Loteng rumahku adalah tempat dimana aku bisa mengobati semua keluh kesahku setiap harinya. Aku selalu merebahkan tubuhku diatas dipan kayu, jika aku berbaring disana tepat diatas ku hanyalah ada langit yang luas yang bertabur bintang dan Bulan yang selalu setia menghiasi langit gelap disetiap malamnya.
Aku hirup Udara dingin malam yang menusuk sampai keparu-paruku, sensasi yang luar biasa sangat terasa ketika aku kembali menghembuskan nafas dan membuka mataku.
“Benar-benar sangat indah." Gumamku sambil menatap bulan yang bersinar penuh. “Bagaimana kau bisa mengobatiku secepat ini?” lanjutku.
Sambil berbaring aku tempelkan tangan kananku didada kiriku yang terasa sesak.
“Kau Manusia rapuh yang kuat, yang bisa bertahan sampai detik ini. Tidak apa-apa kita lalui dengan perlahan “ Ujarku pada diriku sendiri.
Dadaku yang terasa sesak mulai mereda ketika airmata dipelupuk mataku mulai jatuh.
“Karin.” Panggil ibuku dari ambang pintu.
“Ibu?” Ujar ku segera menghapus air mataku dengan kasar
“Apa yang sedang kau lakukan? Kau bisa masuk angin." kata ibuku mengomel khawatir.
“Tidak akan." sahutku lalu menghampirinya.
“Cepat tidur, besok kita ada orderan banyak."
“Baiklah."
Setelah ibu mengantarku kekamar dia langsung berbalik dan menutup pintu kamarku.
Aku harap Ibuku tak pernah mengetahui apa yang selalu aku rasakan.
...○...
Ayah, ibu dan juga aku, sibuk mempersiapkan orderan sebuah kotak sarapan untuk dikirim kesebuah Acara pagi itu.
Setelah semuanya sudah siap, aku mulai memanaskan motorku, dan beberapa menit kemudian aku pun mulai melajukan motorku dan mengirim pesanan ke alamat yang dituju.
Mungkin karena saat itu masih pagi laju lalu lintas belum terlalu ramai. Saat bosan menunggu lampu merah berubah, aku mencoba bersenandung untuk menghilangkan kebosananku, perasanku saat itu tiba-tiba berubah, entah apa yang membut perasaanku tidak enak, namun saat itu hatiku berbicara untuk menengok kebelakang.
Saat aku menolehkan kepalaku kebelakang, tiba-tiba saja sebuah motor melaju begitu cepat dan menghantam motorku dengan sangat keras sampai tubuhku terpental beberapa meter dari motor.
Tubuhku terasa lemas namun aku masih sempat tersadar, melihat orang yang menabrakku itu sudah tak sadarkan diri ditengah jalan, dan saat aku melihat dari arah depan, aku melihat sebuah truk yang melaju sangat kencang yang siap untuk melindas lelaki itu, aku kerahkan sisa tenaga dan kesadaranku, dengan cepat aku beranjak dan menyeret lelaki itu kesisi lain. dan alhasil Truk itu hanya melaju melewati kami. Setelah itu pandanganku mulai gelap dan aku tak mengingat apa pun lagi.
...○...
POV3
#Rumah sakit
Karina mulai membuka matanya setelah beberapa jam tak sadarkan diri. Ia terlihat kebingungan, pandangannya meradar kesetiap arah.
"D-dimana aku? A...kaki ku..."
Ibu dan ayahnya masuk dan sangat terkejut ketika Karina sudah tersadar.
"Karin, Kau sudah bangun,"
"Syukurlah" gumam ayahnya
"Apa lelaki yang menabrakku, baik-baik saja?" Tanya Karin.
"Dia sudah sadar. Dia sudah mengganti semua kerugian,"ujar ayahnya.
"Aku ingin bertemu dengannya." Ujar Arin.
"Dia ada dikamar VVIP " kata ibunya.
mendengar itu Karin terdiam beberapa saat lalu mengangguk dan membatalkan niatnya.
"aku ingin pulang." Lirih Karina.
"Baiklah " ujar ayahnya, sambil mengelus kepala anaknya itu dengan lembut.
...○...
#Bangsal VVIP
Seorang lelaki tengah duduk ditempat tidurnya dengan penyangga leher dan juga penyangga tangan karena tangannya patah.
disisi lain Seorang lelaki dengan pakaian dokternya berdiri disampingnya dengan tatapan sinis.
"Kenapa kau melihatku seperti itu?" Tanya lelaki dengan baju pasien itu.
"Ayah benar-benar akan marah padamu jika dia mengetahui hal ini." Ujar Dokter itu.
"Kak, jangan beritahu ayah tentang hal ini, Jika dia tau, dia akan melarangku untuk balapan lagi, dia akan mengambil semua motorku." Ujar lelaki itu dengan wajah yang memelas pada sang kakak yang berprofesi sebagai dokter itu.
"Berhentilah menjadi pembalap, dan mulailah kelola perusahaan," ujar sang kakak.
"Aku tidak mau, kakak saja!"
"Kau tau aku mengelola rumah sakit ini sendirian, aku tidak bisa mengelola perusahaan."
"Aku akan memikirkannya." ujar sang adik.
" Theo, Kau hampir kehilangan nyawamu, ditambah lagi kau menabrak satu sepeda motor." ujar kakaknya itu.
"Bagaimana keadaan orang itu? apa dia baik-baik saja?" Tanya Theo khawatir.
"Dia mengalami patah tulang kaki, Kau tau dia menyelamatkanmu dari kematian, Lihat ini!" Ujar kakaknya lalu memberikan Ipad.
Dalam Ipad itu menunjukan sebuah rekaman cctv saat ia kecelakaan. setelah menyaksikan rekaman itu wajahnya memucat dan ia termenung beberapa saat.
"Istirahatlah!" Ujar kakanya lalu pergi.
"Kak kian!" panggil Theo.
"Apa dia masih berada dirumah sakit?" Tanya Theo.
"Ada, dilantai 3 bangsal 105." ujar Kian lalu membuka pintu dan pergi.
...○...
Theo berjalan tertatih-tatih dan menuju lantai 3 bangsal 105. Tapi saat ia sampai, bangsal itu sudah kosong.
"Apa dia sudah pergi?" Gumamnya.
tiba-tiba seorang suster datang.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya suster itu.
"Ehhh pasien yang dirawat disini kemana?"
"Baru saja dia pergi." ujar suster itu.
"Kalau boleh tau, siapa nama orang yang dirawat disini?"Tanya Theo.
"Karina Choi" Ujar suster itu.
"Karina Choi ya. Terima kasih" ujar Theo Lalu pergi
...○...
#Rumah Karin
Karina hanya berdiam diri dikamarnya setelah pulang dari Rumah sakit, ia terlihat sangat pucat. Pandangannya menerawang jauh menatap jendela seraya mengingat kecelakaan yang menimpanya kala itu, lalu ia membuka kepalan tangan kanannya yang terdapat sebuah kancing.
"Itu benar-benar sangat mengerikan." Ujar Karina seraya menatap kancing yang ada ditangannya itu.
.......
.......
.......
2 Minggu Kemudian
#Rumah Theo
Pagi yang cerah itu Theo terlihat sedang berolah raga dihalaman rumahnya yang sangat Luas, namun disela itu seorang Lelaki dengan jas Hitam menghampirinya dan memberikan sebuah berkas.
"Ini Tuan."
"Mn, terima kasih." Ujar Theo sambil mengambil berkas itu.
Theo mulai membuka berkas itu, dan ia terlihat tersenyum cerah ketika melihat isi berkas itu.
"Kak Kian pasti senang mendengar kabar ini" Ujarnya kegirangan.
...○...
#Rumah Sakit
Pagi itu kian Yang sedang beristirahat dikantornya dikejutkan dengan Suara ketukan pintu.
Tokk...Tokk..Tokk
"Iya, masuk" Jawab Kian
"permisi" Ujar seorang gadis yang tak lain adalah Karina.
"Ya silahkan masuk." ujar Kian sambil tersenyum ramah menyambutnya.
"Apa anda sedang sibuk?" Tanya Karina.
"Tidak, duduklah." Ujar Kian.
Karin pun duduk, dan begitu juga dengan Kian.
"Bagaimana dengan kakimu? apa masih terasa sakit?" Tanya Kian.
"Tidak, hanya sedikit." Ujar Karina seraya tersenyum.
"Apa kau benar-benar tidak akan menjalani oprasinya?" Tanya Kian.
"Tidak, aku baik-baik saja" Ujar Karina.
"Jika kakimu kenapa-kenapa hubungi aku" ujar Kian seraya memberikan kartu namanya.
"Baik, terima kasih. Ahh..iya Ini, Saya harap anda suka." Ujar Arin seraya memberikan sebuah kotak makan
"Apa ini?" Tanya kian
"Kebetulan aku mengantarkan beberapa makan untuk sarapan dirumah sakit ini, dan saya membuat ini sebagai ucapan terima kasih saya." Ujar Karin
"Benarkah? Seharusnya aku meminta maaf karena adikku yang sudah mem--"
"Tidak tidak, Itu hanya kecelakaan yang tidak disengaja, Bagaimana keadaan adik anda?" Tanyanya.
"Dia sudah baik-baik saja, dia sudah memulai aktifitasnya seperti biasa, yah... dia sedikit kekanak-kanakan jadi aku sedikit kewalahan." Ujar Kian.
"Ahh begitu, Syukurlah. Ahh kalau begitu saya permisi" Ujar Karina
"Baiklah Akan aku antar---"
"Tidak Terima kasih" ujar Karina yang mulai beranjak.
"Lusa Kau harus datang untuk pemeriksaan." Ujar Kian.
"Baik." Ujar Karina lalu pergi dengan kaki yang masih sakit.
Kian hanya mengantar Karina sampai ambang pintu, Kian pun terlihat tersenyum manis.
Karina berdiri didepan Lift, menunggu Lift itu terbuka. Saat pintu Lift itu terbuka Tiba-tiba saja Seorang Lelaki keluar dengan terburu-buru sampai ia menubruk Karina. Karina terlihat sangat terkejut, pandangannya nampak sinis pada lelaki yang menabraknya itu.
"Ada apa dengannya? Hampir saja aku terjatuh, Aaww kaki ku.." Gumam Karina.
Karina pun kembali berjalan memasuki Elevator.
...○...
To be countinue..
#Ruangan Dr. Hwang Kian
Kian yang sedang menikmati Sarapan dari Karina tiba-tiba terkejut dengan kedatangan adiknya yang masuk begitu saja.
"KAK..." teriak adiknya
"UHHHUUKK UHHHUUKK "
Kian langsung mengambil minumnya, dan menatap Theo dengan sinis.
"Maafkan aku" ujar adiknya itu sambil tersenyum.
"Lihat Ayah mengirim ini." Ujar Theo lalu memberikan sebuah berkas.
"Apa ini?" Tanya Kian.
"Ayah akan memasukanku Ke Universitas, Jadi aku tidak perlu mengurus perusahaan" Ujar Theo yang terlihat bahagia.
"Terserah saja padamu, Yang jelas jangan berbuat hal yang bisa melukaimu dan merugikan orang lain." Ujar Kian Sambil membaca berkas itu.
"Siap!" tegas Theo.
"Woahh Kak, Siapa yang membuatkanmu sarapan? Lihat kotak makan ini, Apa kak Suran yang membuatkannya?" Tanya Theo.
"Tidak, Karina yang membuatkan ini untukku." Ujar Kian.
"Karina? Karina siapa?"Tanya Theo.
"Karina, dia gadis yang kau tabrak itu." Ujar kian
"Dimana dia?" Tanya Theo antusias.
"Dia sudah pergi" Ujar Kian
"Ck, Kapan dia akan kesini lagi?" Tanya Theo
"Lusa dia ada jadwal pemeriksaan, Kakinya masih harus menjalani pengobatan karena dia tidak ingin menjalani operasi" Ujar Kian
Mendengar itu Theo hanya terdiam.
"Aku ingin meminta maaf padanya, Gara-gara aku dia menjadi seperti itu" Ujar Theo
"Baguslah" Ujar Kian
"Kak, Aku juga mau. AAAA.." ujar Theo lalu membuka mulutnya lebar-lebar.
Satu suapan besar pun masuk kedalam mulut Theo, Saat ia mulai mengunyahnya ia terlihat membelalakan matanya.
"Wahhh, dia Cocok dijadikan Seorang istri sepertinya." Ujar Theo sambil mengunyah makanannya.
"Kau ini" Ujar Kian seraya tertawa kecil
"Ini benar-benar sangat Enak" ujar Theo
...○...
#Rumah Karina
Sesampainya dirumah senyuman Karina tiba-tiba memudar setelah melihat sepupunya bernama Miya yang sedang duduk diruang tamu.
"Karina," Ujar Miya sambil beranjak
"Emmhh" gumam Karina seraya tersenyum pahit.
"Ada apa?" Tanya Karina lalu duduk.
"Ini, Paman ingin kau bergabung dengan perusahaannya. Aku harap Lusa kau bisa datang" Ujar Miya.
"Aku akan memikirkannya." Ujar Karina seraya tersenyum Lalu pergi.
Karina menutup pintu kamarnya rapat-rapat lalu merebahkan tubuhnya ditempat tidurnya.
"benar-benar tidak tau malu! Sampai kapan aku harus seperti ini? Ini sangat melelahkan" Gumam Karina.
...○...
Makan malam pun tiba, Ibu Karina terlihat menyajikan beberapa makanan. Di meja makan keluarga Karina berkumpul Ada ibu,Ayah, adik laki-laki nya dan Juga Karina sendiri.
Mereka terlihat menikmati makan malam yang hangat itu, Karina terlihat bahagia mendengar celotehan Keluarganya itu.
"Karin... " Ujar ayahnya
"Iya?"
"Miya---"
"Emmhhh, dia bilang paman ingin aku bergabung dengannya" Ujar Karina seraya tersenyum.
"Kau akan bergabung?" Tanya Ibunya
"Untuk apa Kakak bergabung dengan penghianat seperti mereka? Mereka benar-benar tidak Tau malu" Ketus sang adik
"Jun, Kau tidak boleh berbicara seperti itu" ujar ibunya
"Untuk apa aku bergabung dengan mereka? Lebih baik aku mengurus kedai" Ujar Karina
"Ayah akan serahkan semua keputusan padamu" Ujar ayahnya seraya mengelus kepala anaknya itu pelan.
"Mn," balas Karina seraya tersenyum manis
...○...
Setelah makan malam selesai Karina mulai menuju Loteng rumahnya dan mengunci pintunya dari luar agar tidak ada yang masuk.
Karina kembali duduk diatas dipan kayu itu sambil menikmati pemandangan langit yang kala itu sedang cerah. Tapi tiba-tiba Karina mengeluarkan 1 bungkus Rokok dan ia pun menyalakan Rokok itu, Lalu ia tancapkan disebuah pot bunga yang kosong.
"Kakek Aku benar-benar kesepian" Gumam Karina.
"Seandainya Kakek masih ada, aku yakin semuanya tidak akan berantakan seperti ini, Apa yang harus aku lakukan? Aku adalah Cucu pertama dan anak pertama dari keluarga Ini, Tapi aku tidak bisa melakukan apa pun. Aku tidak bisa menjaga keluarga ini Kek, Maafkan aku" Ujar Karina sambul menghapus Air matanya dengan Kasar.
"Sekarang Hanya ada kebencian dan luka dihatiku, Bahkan semua senyumanku hanyalah sebuah Topeng, Agar ayah dan ibu tidak khawatir denganku." Ujar Karina Lalu melihat pergelangan tangannya yang memiliki beberapa bekas Luka sayatan.
"Aku ini hanya seorang pengecut, yang ingin melarikan diri. Aku wanita Bodoh yang tak berguna, Yang Tak memiliki masa depan." Ujar Karina Lalu merebahkan tubuhnya dan melihat Bulan yang Terang.
"Hahahahh, Kau begitu sangat indah. Aku melihatmu tersenyum padaku" Gumam Karina seraya tertawa kecil melihat bulan yang ada diatas langit itu.
...○...
#Rumah Theo
Setelah makan malam Kian terlihat sedang mencuci piring, Tapi ia tiba-tiba saja terhenti dan mengingat sesuatu. Dengan cepat Kian pun pergi dan mengambil Kotak makan yang diberikan oleh Karina.
"Aku hampir lupa untuk mencucinya " Ujar Kian seraya tersenyum manis.
Dan ia pun mencuci kotak makan itu, Wajah Kian terlihat bahagia, Entah apa yang ada dalam pikirannya, Ujung bibirnya terus naik Seolah-olah ada sesuatu yang membuat hatinya berbunga-bunga.
"Kak," Panggil Theo seraya menuruni tangga.
"Eo?"
"Aku keluar sebentar, ya" Ujar Theo.
"Eo, Hati-hati " Ujar Kian
"Oke" Balas adiknya itu.
...○...
Karina terlihat membeli beberapa minuman disebuah Mini market, setelah itu ia menuju sebuah Bukit kecil dan dihadapan bukit kecil itu ada sebuah Lapangan basket.
Karina duduk seorang diri, dan menikmati minumannya seorang diri seraya menikmati beberapa orang lelaki yang sedang bermain basket.
#Lapangan Basket
Theo yang baru datang langsung memarkirkan motornya dan bergabung dengan teman-temannya.
"Kenapa kau lama sekali?" Tanya salah satu temannya
"Sorry" Ujar Theo seraya tersenyum
"Ayo kita mulai" Ujar salah satu temannya itu.
Theo pun mulai bermain.
Setelah beberapa lama bermain. Theo yang saat itu melihat Bola yang akan masuk kedalam Ring, ia dengan Cepat menghadang bola itu. Bukannya ditangkap oleh temannya, Bola itu malah melayang Jauh Sampai Mengenai seseorang.
"Theo..." Ujar salah satu temannya terkejut.
Dengan Cepat Theo pun menghampiri orang itu, yang tak lain adalah Karina.
"N-nona? apa kau baik-baik saja?" Tanya Theo.
Karina terlihat berbaring tak sadarkan diri.
"Bagaimana ini?" Tanya Temannya
Theo hanya menatap Karina, dengan Wajah yang kebingungan .
...○...
To Be Countinue.
Theo membawa Karina ke sebuah Hotel, ia Mondar mandir gelisah, karena Karina Yang belum juga Sadarkan diri. Tiba-tiba ia di kejutkan dengan suara ponselnya, tertulis nama kakaknya, Kian. "Kak Kian?"
"Kenapa kau belum pulang? ini sudah terlalu malam?" Tanya Kian dalam telpon
"S-sepertinya aku tidak akan pulang, Aku akan menginap di hotel bersama teman-temanku." Dusta Theo gelagapan.
"Baiklah." Kian terdiam beberapa saat mendengar Theo yang gelagapan. “Theo, apa semuanya baik-baik saja?”
“I-iya semuanya baik-baik saja.”
“Oke.” Kata Kian lalu menutup telponnya.
Setelah Kian menutup telponnya Theo menghela Nafas. Ia menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan nafas perlahan-lahan mencoba untuk tenang, ia mendekati Karina yang masih tak sadarkan diri, Ia duduk disamping tempat tidur.
"Kau tidak matikan." Bisik Theo khawatir.
Perlahan Theo mendekatkan Telinganya ke dada Karina untuk mengecek detak Jantungnya, Tapi tiba-tiba saja Karina mulai membuka matanya dan seketika ia terperanjat ketika mendapati sebuah kepala berada tepat didadanya.
“AAA!...” Jeritnya, Seketika Karina langsung memukul kepala theo sampai Theo terjatuh.
"N-nona..." Ujar Theo seraya memegang kepalanya.
"Dasar lelaki hidung belang!" Kata Karina murka sambil memukuli Theo dengan bantal bertubi-tubi dan sesekali ia meninju wajah Theo.
"TUNGGU!...TUNGGU!" Teriak Theo kewalahan.
Karina berhenti, Nafasnya memburu karena emosi. Theo pun berdiri ia menjaga jarak dengan Karina.
"Ini tidak seperti yang kau pikirkan oke! Aku hanya menolongmu. Tenang Oke...”
“Apa yang kau lakukan padaku?”
“Oke aku akan menjelaskannya, Jadi—“ Saat ia akan menghampiri Karina, Tiba-tiba saja Kaki Theo tersandung oleh ujung karpet, dan Theo langsung terjatuh tepat diatas tubuh Arin dan tak sengaja Bibir Theo pun ikut mendarat tepat dibibir Karina. Mereka Sempat terdiam beberapa detik, dan Theo mengangkat tubuhnya dan melepaskan bibirnya lalu menatap mata Karina yang Juga menatapnya.
"AAAA!" Teriak keduannya, Karina langsung mendorong Theo lalu memukuli Theo kembali.
Beberapa menit kemudian.
Theo terlihat duduk bersimpuh dihadapan Karina dengan wajah yang babak belur, begitu juga dengan Karina yang terlihat masih kesal dengan Rambut yang berantakan.
"Apa yang sudah kau lakukan padaku?" Tanya Karina.
"Bukankah harusnya aku yang bertanya seperti itu?” gumam Theo “Aku tidak melakukan apa pun, Aku hanya menolongmu" Ujar Theo yang menundukan kepalanya seraya terisak.
"K-kau menangis?" Tanya Karina terkejut.
"T-tidak." Balas Theo seraya menghapus air matanya dengan kasar
"Kau menolongku dari apa?" Tanya Karina.
"Saat aku dan teman-temanku bermain basket, Kau terkena lemparan Bola dan kau pingsan, Saat itu kau terlihat sangat mabuk karena kau sedang minum. Aku tidak tau harus membawamu kemana, Jadi aku membawamu ke hotel. Dan aku tidak melakukan apa pun padamu" Jelas Theo.
Karina hanya terdiam sambil menatap Theo sinis, ia bahkan bingung harus mengatakan.
"kau benar-benar tidak berbohong kan?"Tanya Karina.
"Tidak." Ujar Theo
"A-a aku hanya takut." Gumam Karina.
"Tidak apa-apa." Ujar Theo lalu beranjak.
"Aku harus pergi." Kata Karina.
Ketika Karina akan melangkah Tiba-tiba ia terjatuh, Kaki Kanannya terasa sangat sakit.
"Aw..." Rintih Karina sambil memegang kaki kanannya.
"Kau baik-baik saja? " Tanya Theo.
"I-iya."
"Biar aku bantu." Ujar Theo lalu membopong Karina sampai depan jalan, dan Theo memberhentikan sebuah taksi. "Aku akan naik bus saja." Ujar Karina.
"Tidak, Jangan khawatir, aku yang akan membayarnya." Ujar Theo dan Theo pun membantu Karina masuk kedalam taksi.
"Maaf untuk hari ini, Hati-hati dijalan." Ujar Theo seraya membungkukan badannya, Karina hanya membalasnya dengan Anggukan kepala. Dan taksi pun pergi.
...○...
#Lapang Basket
Theo Hanya duduk disamping lapang basket sambil menatap motornya. "Bagaimana aku bisa pulang dengan wajah seperti ini?" Gumamnya. "Aaahhh, Aku lupa untuk menanyakan Namanya. Dia benar-benar sangat kuat—“ Tiba-tiba kata-katanya terhenti, dan Perlahan Theo menyentuh bibirnya.
"Benar-benar terasa hangat" Gumamnya sambil melamun. Dan Theo langsung menampar pipinya sendiri. "Hwang Theo, sadarlah. Tidak Tidak aku tidak boleh seperti ini." Ujar Theo lalu beranjak lalu menaiki motornya dan pergi.
#Rumah Karina
Setelah Sampai dirumah, Karina langsung merebahkan tubuhnya ditempat tidur, ia menatap langit-langit sambil mengingat-ingat kejadian tadi.
"Bagaimana bisa aku mengalami kejadian seperti ini? Astaga." gumam Karina Lalu menutup matanya rapat-rapat.
Ke esokan harinya
Pagi itu Karina bersiap untuk pergi ke Rumah sakit, dan seperti biasa ia membuat Sarapan untuk Dokter Kian. "Aku harap dia menyukainya" Gumam Karina sambil tersenyum manis.
"Karin, Kau sudah siap?" Tanya ayahnya.
"Iya ayah tunggu sebentar."
#Rumah Sakit
Setelah Sampai dirumah Sakit Karina langsung menuju Ruangan Dokter Kian. Saat ia sudah berada didepan pintu yang bertuliskan ' Ruangan Dok. Hwang', ia mencoba mengintip dari Jendela Tapi Ruangan itu nampak kosong.
"Kemana dia? kenapa tidak ada dikantornya" Batinnya
"Permisi?" Ujar seseorang dari belakang.
Karina yang seketika tersentak, langsung membalikan badannya, dan Kaki Karina yang sakit tak sengaja terkilir, dan dengan cepat Seseorang itu menangkap Karina. Seseorang itu tak lain adalah kian.
Kian memegang pinggang Karina dengan erat, dan Karina yang saat itu menatapnya hanya bisa diam membeku.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Kian
"Mn? Ahh I-iya" Ujar Karina sambil melepaskan tangan Kian dari pinggangnya
"Silahkan masuk." Ujar Kian, Tapi Saat akan melangkah, lagi-lagi kaki Karina terasa sangat sakit.
"Aaa..."
"Kau baik-baik saja?"Tanya kian
Karina Hanya tersenyum pahit seraya memegang lututnya, Dan akhirnya Kian pun membantu Karina untuk masuk.
Setelah pemeriksaan, Kian terlihat memeriksa hasil X ray kaki Karina, Karina yang melihat itu hanya terdiam menunggu Kian bicara.
"Nona Karina,"
"Iya?" balas Karina sambil menatap Kian.
"Sepertinya Jalan satu-satunya adalah melakukan prosedur Operasi, karena memasang penyangga saja tidak bisa membuat kakimu sembuh total." Jelas Kian.
"O-operasi?"
"Iya, Bagaimana?" Tanya Kian.
"Apa tidak ada Jalan lain lagi, selain operasi?" Tanya Karina. Kian hanya menggelengkan kepalanya.
"Kautakut?" Tanya Kian. Karina hanya terdiam.
"Apa ada sesuatu yang membuatmu takut akan Operasi?" Tanya Kian menatap Karina dengan serius.
Mendengar itu Karina langsung menatap Kian lalu menggelengkan kepalanya pelan. "T-tidak, Aku akan mencoba memikirkannya." Ujar Karina sambil tersenyum pahit.
"Baiklah." Ujar Kian seraya tersenyum manis
"aku lupa, Ini.." Ujar Karina sambil memberikan sebuah kotak makan
"Apa ini?" Tanya Kian.
"Makan siang." Ujar Karina.
"Terima kasih, Oh ya ini kotak makan mu yang kemarin." Ujar Kian lalu memberikan kotak makan yang sudah bersih,
"Apa kau menyukai makanannya?" Tanya Karina.
"Makanannya benar-benar sangat Enak, aku benar-benar menyukainya." Puji Kian, Tiba-tiba saja Karina mengeluarkan sebuah kartu alamat restorannya.
"Kau bisa datang kapan saja, Aku akan memberikan harga khusus." Ujar Karina.
"Benarkah? Terima kasih, aku akan mampir kerestoranmu nanti." Ujar Kian
"Kalau begitu aku harus segera pergi." Ujar Karina.
"Apa ada yang mengantarmu?" Tanya Kian
"Iya? Tadi ayahku yang mengantarku kesini tapi ia harus pergi karena ada pekerjaan," Ujar Karina.
"Kalau begitu aku akan mengantarmu, Kebetulan aku ada urusan di luar." Ujar Kian
"B-benarkah?"
"Emmhh"
#Basman
Karina pun masuk kedalam mobil dengan dibantu oleh Kian. "Kau sudah memasang sabuk pengamannya?" Tanya Kian.
"Ah... iya." Ujar Karina, Saat akan memasang sabuk pengaman, Karina terlihat kesulitan untuk menarik sabuk pengamannya, dan Akhirnya Kian pun turun tangan. Kian mencoba untuk membetulkan Sabuk pengaman yang macet itu, Wajah mereka kini hanya beberapa Cm saja. Karina diam membeku, dan Akhirnya Kian pun berhasil membetulkannya dan memasangkannya pada karina.
"Kau tinggal beritahu arahnya." Ujar Kian
"Iya." Balas Karina singkat.
...○...
#Ruma Karina
Kian turun terlebih dahulu lalu membukakan pintu untuk Karina.
"Maaf merepotkan." Ujar Arin
"Tidak." Ujar Kian seraya membantu Karina turun.
"Karin?" panggil ibunya sambil menghampiri Karina.
"Eh... dokter..." Ujar ibunya sambil melihat Karina.
"Dia hanya mengantarku," Ujar Karina.
"Ahh begitu, terima kasih Dokter mau mengantarnya." Ujar Ibu Karina.
"Tidak tidak, panggil saja Saya Kian bu." Ujar Kian sambil tersenyum.
"Kalau begitu ayo masuk dulu." Ajak ibu Karina.
"Tidak terima kasih, Lain kali saja. Saya harus segera pergi." Ujar Kian
"Terima kasih ." Ujar Karina seraya membungkukan badannya.
"Emmhh, Permisi" Ujar Kian lalu pergi.
Setelah itu Karina dan Ibunya pun masuk. "Kenapa dia bisa mengantarmu pulang?" Tanya ibunya sambil membantu Karina duduk.
"Dia juga kebetulan ada urusan di luar, dan arahnya sama denganku." Jelas Karina.
"Dia sangat tampan bukan." bisik Ibunya.
“Emm... yaa begitulah." Gumam Karina.
"Kau menyukainya?" Goda ibunya
"Ibu~" ujar Karina.
"Baiklah baiklah. lalu bagaimana hasil pemeriksaanmu tadi?" Tanya ibunya
"Aku harus menjalani Operasi." Ujar Karina.
Mendengar hal itu Ibunya langsung menatap Karina.
"Apa tidak ada Cara lain?" Tanya Ibunya seraya memegang tangan Karina.
"Tidak ada." Ujar Karina sambil melihat kakinya.
"Tidak apa-apa. Ibu, Ayah dan Jun akan menemanimu." Ujar ibunya.
Karina pun menatap ibunya lalu tersenyum manis dengan mata yang berkaca-kaca.
"Putriku..." Ujar ibunya seraya memeluk Karina.
...○...
To Be Countinue...
...👇...
* KARINA CHOI
*Dr. Kian Hwang
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!