"Kamu menginginkan ini kan!?" Rakha, pria dengan tubuh atletis yang baru saja membuka pakaiannya langsung mengungkung tubuh Elvira yang dia dorong dengan kasar keatas ranjang.
Dengan kasar, pria itu membuka tangan Elvira yang menyilang menutupi dada, lalu menekannya ke kedua sisi kepala Elvira, kemudian dengan beringas membenamkan kepalanya di ceruk leher wanita yang baru saja dia nikahi beberapa jam lalu karena paksaan dari Neneknya.
Rakha menelusuri leher Elvira dengan sangat brutal, membuat gadis 20th itu merasa tersiksa karena dia sendiripun sebenarnya tidak menginginkan pernikahan itu apalagi sampai terjadi hubungan suami istri.
"Rakha, Egh!" karena tidak mampu mendorong tubuh Rakha, Elvira mencakar punggung Rakha dengan kedua tangannya. Membuat pria itu merasakan perih dan langsung bangkit berdiri dengan marah.
"Brwngsek!" umpat Rakha sembari berusaha melihat ke belakang punggungnya. Dapat Rakha rasakan jika kuku-kuku tajam Elvira menggores cukup dalam di kedua sisi punggungnya meskipun dia tidak bisa melihat luka itu. Karena hal itu juga, Rakha yang semakin marah, pergi ke arah berangkas yang berada di dalam lemarinya lalu mengambil beberapa tumpukan uang pecahan seratus ribu, dan membawanya kedepan Elvira yang kini duduk menatap apa yang tengah Rakha lakukan. Dan byaaarrrr... uang-uang itu Rakha tebarkan diatas kepala Elvira.
Secara alami, Elvira menatap keatas, melihat uang-uang itu mulai berjatuhan kewajah serta tubuhnya yang masih terbalut gaun pengantin putihnya.
"Jadi ini yang kamu inginkan?" tanya Rakha dengan tatapan tajam, serta terus mengatupkan gigi, menggambarkan bagaimana kesalnya dia saat ini.
"Tentu."
Jawaban singkat, dengan tatapan tajam menantang membuat Rakha semakin marah, terlebih saat Elvira mulai mengambil satu persatu lembaran uang itu dengan santainya.
"Tapi ini masih sangat kurang." imbuh Elvira sambil menghitung lembaran-lembaran uang yang sudah dia susun rapi ditangannya.
"Dasar wanita tak tahu malu!" hardik Rakha, mencengkram kedua sisi pipi Elvira hingga bibirnya mengerucut, lalu dengan kasarnya Rakha melepaskan cengkeraman nya, sembari mendorong wajah Elvira dengan kasar hingga menyebabkan Elvira sedikit terlempar ke sisi kiri.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
SEBELUMNYA....
Pramasta Rakha Paundra, pria berusia 27th yang selama hidupnya hanya tinggal bersama dengan Neneknya yang memiliki kekayaan ratusan jutaan dolar, membuat Rakha menjadi laki-laki berkuasa dan bebas melakukan apapun yang dia inginkan termasuk dalam memilih wanita manapun yang dia inginkan.
Tanpa ingin memiliki ikatan maupun status, Rakha bisa berganti wanita berbeda-beda kapanpun yang dia inginkan. Tapi hari ini, dia harus tunduk mengikuti keinginan Neneknya yang menginginkan dia menikahi Elvira, wanita desa yang sama sekali tidak dia kenal, bahkan Neneknya pun baru mengenalnya beberapa kali, tapi entah apa yang membuat Nenek bersikeras memintanya untuk menikah dengan gadis yang memiliki nama lengkap Elvira Kirania itu.
Rakha tidak memiliki pilihan lain selain menerima permintaan Nenek, karena jika dia menolak, Rakha bukan hanya akan kehilangan harta, tapi lebih dari itu, Nenek mengancam memutuskan hubungan mereka, dan bahkan terburuknya, Nenek mengancam akan meminum racun jika keinginannya tidak terpenuhi. Hal itu semakin membuat Rakha membenci Elvira karena menganggap Elvira telah meracuni pikiran Neneknya yang selama ini membebaskan hidupnya tanpa aturan yang berarti.
Hari ini, dimana pernikahan itu akan segera berlangsung, Rakha berdiri di depan cermin, menyesuaikan dasi hitam yang akan dikenakan. Meskipun pernikahan hari ini bukanlah pernikahan yang di inginkan, tapi Rakha tidak punya pilihan lain. Nenek, yang merupakan satu-satunya keluarga yang Rakha miliki, telah mengatur semuanya sehingga Rakha harus menikah dengan wanita yang dipilihnya.
Rakha kembali mengingat saat Nenek memberitahu tentang pernikahan ini. Rakha merasa seperti sedang dihadapkan pada hukuman mati. Selama hidupnya Rakha tidak memiliki keinginan untuk menikah, apalagi dengan wanita yang tidak dia kenal. Tapi Nenek tidak mau mendengar alasan apapun. Nenek hanya mengatakan bahwa pernikahan ini adalah untuk kebaikannya, dan dia harus percaya pada keputusannya.
Rakha menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Rakha akan menjalani pernikahan ini, tapi dalam hatinya berjanji akan membuat Elvira menyesal karena telah membuat pernikahan paksa ini terjadi.
Ketika Rakha berjalan menuju altar, Rakha melihatnya. Elvira, wanita yang akan menjadi istrinya. Untuk sejenak Rakha terpesona melihat kecantikan Elvira yang mengenakan gaun putih dengan ekor sepanjang 10 meter, rambut hitam panjang yang di beri aksen jepitan rambut bride tulle mutiara sepanjang 150cm, serta mata indah membuat Elvira semakin terlihat sempurna, tapi Rakha langsung mengalihkan pandangan itu dan meyakinkan diri jika dia tidak tertarik sama sekali. Rakha yakin bahwa wanita yang akan dia nikahi hanya ingin mengincar hartanya, seperti yang dilakukan banyak wanita lainnya.
Pernikahan itu berlangsung singkat dan tidak berarti apa-apa bagi Rakha. Rakha hanya mengulangi kata-kata yang telah ditentukan, tanpa benar-benar memahami apa yang dia katakan. Ketika akhirnya selesai, Rakha merasa seperti telah menandatangani surat kematian bagi dirinya sendiri.
Setelah pernikahan, mereka berdua berjalan menuju mobil yang telah menunggu. Rakha tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi Rakha tahu bahwa hidupnya tidak akan sama lagi, tidak akan sebebas dulu lagi.
"Berapa banyak yang kamu inginkan!?" didalam mobil yang akan membawa mereka ke rumah baru yang disiapkan Nenek, Rakha bertanya pada Elvira. Dia tidak dapat lagi menyembunyikan kebenciannya pada wanita asing yang kini telah resmi menjadi istrinya.
"Apa maksudmu?" Elvira menjawab dengan tenang.
"Tidak usah berpura-pura, kamu mendekati Nenek dan membuat Nenek memaksa aku menikah denganmu agar kamu mendapatkan hartaku, bukan? Kamu ingin hidup mewah tanpa perlu bekerja keras seumur hidupmu!?"
Elvira tidak menjawab, hanya mengalihkan pandangannya ke luar jendela, menatap keramaian mobil yang berlalu melewati mobilnya dengan lancar tanpa kemacetan.
Rakha yang merasa kesal karena ucapannya diabaikan menarik tangan Elvira dengan kencangnya.
Bersamaan dengan itu, mobil berhenti secara mendadak hingga menyebabkan Rakha tanpa sengaja menc!um Elvira, bahkan c!uman itu hampir mengenai bibirnya.
Kedua netra mereka membulat sempurna sebelum akhirnya mereka saling mendorong dan kembali ke kursi masing-masing dengan perasaan canggung.
"M-maaf Tuan, tiba-tiba ada orang menyebrang," ucap Pak Supir, mencairkan suasana dihati Rakha.
"Jika aku sedang bicara, jangan pernah mengalihkan pandanganmu, apalagi membelakangiku!" tegas Rakha, kembali memberi peringatan pada Elvira.
"Baiklah, Tuan, Rakha."
Jawaban dengan nada terputus-putus, serta tatapan mata tanpa rasa takut, diartikan oleh Rakha sebagai penentangan dari Elvira, Hal itu semakin membuat Rakha kesal, karena menilai wanita miskin, yang menggunakan berbagai macam cara untuk membuat dirinya menikah dengannya bukannya bersikap manis dan patuh tapi justru terlihat begitu berani menentangnya.
Arrrggghhh... Praaaannnnkkkk....
Mengingat itu semua, Rakha menjatuhkan seluruh barang yang ada diatas meja kerjanya. Dia begitu merasa bagaikan di neraka bahkan di malam pertama dia menikah dengan Elvira.
"Tidak-tidak.... aku tidak boleh kalah, ini rumahku, semua yang ada disini milikku, aku yang berkuasa disini, siapa Elvira sampai berrani membuatku kacau seperti ini?" dengan mengepalkan kedua tangannya sebagai tumpuan tubuhnya yang berdiri di depan meja, Rakha berjanji akan membuat Elvira membayar setiap kekesalan dan kebebasan yang di rampas olehnya.
Bersambung....
Kemarahan Rakha teralihkan saat melihat nama Nenek tertera di panggilan masuk ponselnya. Dengan menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan, Rakha mengangkat panggilan itu dan menyapa Neneknya dengan sangat lembut.
"Iya, Hallo, Nek... "
Benar-benar terlihat seperti kedua kepribadian berbeda, dimana dia sangat lembut dan patuh pada neneknya tapi akan berubah menjadi beringas ketika berhadapan dengan orang lain, termasuk Elvira.
"Hallo Rakha, apa Nenek menganggu malam pertama mu?" goda Nenek, yang senyumannya terasa menembus ponsel.
Mendengar pertanyaan itu Rakha kembali kesal, tapi dia harus menahannya dan menjawab pertanyaan Nenek dengan lembutnya.
"Tidak Nenek, kami sudah lelah, jadi..."
"Jadi kalian belum melakukannya?" tanya Nenek memotong jawaban Rakha.
"E-bukan begitu Nenek, tapi..."
"Malam pertama adalah malam yang paling dinantikan seluruh pengantin baru, kenapa kamu menundanya, cepat pergi ke istrimu, dan berikan Nenek cicit yang lucu dan menggemaskan."
Mendengar itu, Rakha hanya tersenyum getir, lalu menutup panggilan telepon sambil mengiyakan apa yang Nenek katakan.
...----------------...
Keesokan paginya, Rakha yang tidur diruang kerjanya, kembali ke kamar. Langkahnya terhenti saat melihat ranjang besarnya sudah kosong dan rapi. Bukan hanya ranjangnya saja yang rapi, tapi seluruh sudut kamar yang biasanya berantakan, kini juga sudah terlihat rapi dan bersih.
"Ada gunanya juga tu cewek." batin Rakha, yang kembali melangkah menuju kamar mandi.
Begitu pintu kamar mandi dibuka, tiba-tiba jeritan Elvira yang tengah mandi, membuat Rakha ikut menjerit dan langsung menutup pintunya kembali.
"Kenapa tidak mengetuk pintu!?" pekik Elvira, mendekatkan telinganya ke pintu.
"Kamu sendiri kenapa tidak mengunci pintu, apa kamu sengaja ingin menggodaku?" Rakha balik bertanya dengan teriakannya.
Mendengar itu, Elvira terdiam, mengingat dia kesulitan mengunci pintu, hingga akhirnya membiarkan pintunya tidak terkunci.
Tidak mendengar jawaban dari Elvira, Rakha mendekatkan telinganya ke pintu, tapi disaat bersamaan, pintu kamar mandi terbuka, sehingga Rakha terhuyung menabrak Elvira yang langsung sigap menahan kedua lengannya.
Rakha termangu sesaat, melihat Elvira yang hanya mengenakan bathrobe sepanjang lutut dengan rambut basah yang masih menetes. Namun pandangannya terhenti saat Elvira menurunkan tangan darinya dan berjalan meninggalkannya.
"Aku lupa," ucap Elvira dengan santainya berlenggang pergi, mengambil baju yang masih berada di dalam koper.
Melihat itu, Rakha menyusul Elvira dan berdiri dihadapan Elvira yang tengah berjongkok memilih baju mana yang akan dia kenakan.
"Heh! lagian siapa yang mengizinkan mu memakai kamar mandiku, semalam aku mengizinkan mu tidur dikamar ku, tapi bukan berarti kamu akan terus tinggal dikamar ini dan memakai seluruh barang yang ada disini sesukamu!"
Elvira hanya diam, tak mempedulikan ocehan Rakha, sehingga Rakha semakin marah dan menarik tangan Elvira yang masih fokus memilih pakaian.
"Heh! apa selain tak tahu malu, kamu juga tuli!?" belum sempat menjawab, pandangan mata Rakha teralihkan ke tangan Elvira yang memegang pakaian dalam. Seketika itu juga, nalurinya sebagai seorang pria berpikir jika kini Elvira hanya mengenakan handuk, tanpa mengenakan pakaian da-lam. Tapi Rakha segera menepis pikirannya yang mulai travelling kemana-mana, karena dari lubuk hatinya, dia tidak akan membiarkan Elvira dengan mudah menjalani rumah tangga dengannya.
"Dasar murahan!" umpat Rakha yang kemudian masuk kedalam kamar mandi.
Sementara Elvira hanya mencebikan bibirnya lalu memakai pakaiannya, tanpa khawatir Rakha akan mengintipnya.
Setelah beberapa saat, Rakha keluar dari kamar dan menuju ke ruang makan. Elvira sudah ada di sana, duduk di meja makan dengan sarapan yang sudah disiapkan.
"Selamat pagi," Elvira berkata dengan suara yang lembut serta sedikit senyum dibibirnya, seolah tidak ada keributan yang telah terjadi. Hal itu membuat Rakha kesal, karena niatnya untuk membuat Elvira tidak betah, justru dirinya lah yang merasa tidak betah dan ingin segera pergi ke kantor agar terhindar dari Elvira untuk sementara waktu.
"Makanlah sarapan mu," ucap Elvira lagi, menunjuk hidangan yang sudah dia sajikan, tapi Rakha dengan sinis menolak dan langsung berlalu pergi meninggalkan meja makan. Tapi baru beberapa langkah Rakha berjalan, Rakha kembali menoleh saat mendengar Elvira menerima panggilan telepon.
"Apa! lalu bagaimana keadannya sekarang?"
Kata-kata penuh kekhawatiran membuat Rakha semakin penasaran siapa yang tengah menelpon Elvira.
"Baiklah aku akan kesana sekarang." setelah mengatakan itu, Elvira menutup panggilan telponnya. Lalu mendekati Rakha yang masih berdiri menatap dengan rasa ingin taunya.
"Rakha, aku harus pergi sekarang." tanpa menunggu persetujuan apalagi mengatakan alasan mengapa dia harus pergi, Elvira langsung berlari keluar. Dia memanggil salah satu supir dan meminta untuk mengantar ke tempat yang ingin dia tuju.
Sementara Rakha yang sejak tadi menaruh curiga pada Elvira, menjaga jarak aman mengikuti kemana Elvira akan pergi.
"Kita lihat, kemana wanita manipulatif ini akan pergi." gumam Rakha, membelokkan mobilnya, mengikuti mobil yang Elvira naiki.
Setelah melewati jalanan yang cukup macet selama kurang dari dua jam, akhirnya mobil Elvira berhenti di sebuah gang sempit yang tidak bisa dilalui oleh mobil. Karena hal itu, Rakha terpaksa turun untuk mengikuti Elvira yang berjalan kaki memasuki gang sempit yang dipadati oleh rumah-rumah warga.
Sesekali Elvira menyapa dan menjawab pertanyaan warga sekitar yang tengah melakukan aktivitas di teras rumah. Karena itu juga, Rakha juga harus bersembunyi supaya keberadaannya tidak diketahui oleh Elvira.
Seperti saat ini, Rakha harus kembali bersembunyi dibalik pot bunga salah satu rumah warga ketika Elvira kembali disapa oleh warga. Terlihat sekali jika Elvira menjawab pertanyaan warga dengan resah, seakan ingin cepat-cepat pergi dari sana, terbukti Elvira langsung memohon maaf dan berlari meninggalkan ibu-ibu tersebut sebelum ibu-ibu tersebut mendapatkan jawaban dari pertanyaannya.
"Elviraaaa..." pekik ibu itu yang masih tak puas hati karena rasa ingin tahunnya tentang dimana Elvira beberapa hari ini. Terlebih melihat penampilan Elvira yang kini terlihat begitu berbeda seperti orang kaya.
"Sombong sekali."
Rakha dapat mendengar ucapan ibu itu yang terlihat kesal pada Elvira, tapi Rakha yang tidak ingin kehilangan jejak Elvira, mengabaikan itu dan kembali mengikuti Elvira yang semakin jauh meninggalkannya.
Langkah kakinya terhenti saat tiba-tiba seorang anak laki-laki berusia sekitar dua tahun berlari ke arah Elvira.
"Mamaaaa...." ucap anak kecil itu.
"Mama?" lirih Rakha yang begitu terkejut mendengar, sekaligus melihat seorang anak kecil memanggil wanita yang baru dia nikahi memanggilnya Mama.
Masih merasa tak percaya, Rakha menepis sejenak prasangka buruknya, dan kembali melihat kearah mereka. Dimana kali ini Elvira terlihat berjongkok mengulurkan kedua tangannya menyambut anak kecil itu.
"Mama..." anak kecil itu kembali memanggil Elvira Mama dan langsung memeluk Elvira yang membalas pelukannya dengan hangat.
"Sayangnya Mama..." ucap Elvira, menci-umi anak kecil itu berkali-kali.
"Jadi benar, anak laki-laki itu anaknya?" batin Rakha yang kini semakin yakin dengan apa yang dia dengar dan lihat sendiri dengan kedua matanya.
"Jika dia sudah punya anak, lalu apa tujuannya menikahiku, apa jangan-jangan dugaanku selama ini benar?"
Bersambung...
Rakha menjadi sangat terkejut ketika anak laki-laki itu mengangkat kepalanya dari bahu Elvira dengan mata yang tertuju kepadanya. Terlebih saat mendengar pertanyaan anak kecil itu pada Elvira.
"Siapa Om itu?"
Dengan panik, Rakha langsung berlari dari sana, bersembunyi dibaling tong sampah yang terletak di depan rumah warga. Sementara Elvira yang menoleh ke belakang, ke arah dimana anak itu menunjuk tak melihat ada siapapun disana.
"Tidak ada siapa-siapa." ujar Elvira yang kemudian kembali berjongkok, memeriksa suhu dan seluruh tubuh anak kecil itu.
"Oh ya, bagaimana keadaan mu, Nenek bilang kamu sakit dan tidak mau makan beberapa hari?" tanya Elvira, khawatir.
"Elvira...."
Suara lembut dari wanita yang keluar dari dalam rumah, membuat Elvira kembali berdiri dan menuntun anak kecil itu menuju wanita paruh baya itu.
"Ibuuu..." Elvira menc!um tangan wanita yang merupakan ibu kandung Elvira, lalu memeluknya dengan erat.
"Ibu, aku sangat merindukanmu." ungkapnya.
"Ibu juga Nak." saut Ibu mengusap kepala anak perempuannya.
"Tapi ngomong-ngomong, tadi ditelpon ibu bilang Rasya sakit, tapi..." dengan mengurai pelukannya dan melihat kearah anak kecil yang bernama Rasya, Elvira meminta penjelasan sang ibu.
"Maafkan ibu sudah berbohong, karena jika tidak, kamu pasti tidak akan langsung pulang."
"Kenapa ibu mengatakan itu, aku pasti akan pulang jika ada hal yang berkaitan dengan Rasya. Beberapa hari ini aku hanya sedang sibuk mengurus sesuatu, supaya masa depan Rasya lebih baik dari sekarang, Ibu tidak ingin kan kita, terutama Rasya hidup dalam kekurangan seperti sekarang?"
"Ya ibu paham, tapi ibu tidak tahu lagi bagaimana membujuk Rasya yang beberapa hari ini tidak mau makan. Dia terus saja rewel, ibu takut dia jatuh sakit, nanti kamu juga kan yang repot."
Mendengar itu, Elvira menghela nafas kasar, lalu melihat kearah Rasya yang tengah asyik bermain dengan mobil-mobilannya. Setelah itu, Elvira pergi kedapur untuk mengambil makan dan kembali duduk di depan Rasya.
"Rasya, apa Rasya ingin bertemu dengan Ayah?"
Mendengar pertanyaan Elvira, Rasya dengan cepat menganggukkan kepala. Wajahnya penuh semangat seakan tak sabar untuk bertemu dengan sosok Ayah yang selama ini dia rindukan kehadirannya.
"Jika Rasya ingin bertemu Ayah, maka makanlah yang banyak, karena jika Rasya tidak mau makan, maka Ayah tidak mau bertemu dengan Rasya."
"Rasya dari kemarin juga makan, tapi Ayah tidak pulang-pulang."
Mendengar itu, Elvira terhenyak, seketika hatinya terasa teriris mengingat sejak Rasya lahir, hingga kini usianya lebih dari 3th, tak sekalipun Rasya bertemu dengan Ayahnya.
"Mama, Ayah kerjanya lama banget..."
Elvira hanya tersenyum getir, dia mengusap wajah Rasya, yang dilihatnya sudah semakin besar dan pintar. Namun Elvira masih belum bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, karena sepintar apapun anak berusia 3th, belum bisa memahami permasalahan yang dialami oleh kedua orang tuanya.
"Mama janji akan membawa Ayah pulang, tapi Rasya juga harus berjanji untuk selalu makan dengan teratur, meminum su$u, vitamin, istirahat dan tidur yang cukup."
Setelah berhasil membujuk Rasya, dan Rasya sudah makan dan sekarang sudah tidur siang dengan pulas, Elvira dengan berat hati harus kembali meninggalkan Rasya dan ibunya.
Elvira harus kembali menjalani rumah tangga yang baru dia bina bersama Rakha demi mencapai tujuannya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Bagaimana keadaan anakmu?"
Pertanyaan tiba-tiba dari Rakha, begitu Elvira masuk rumah, membuat Elvira kaget. Dia menoleh ke belakang dan melihat Rakha tengah meng1sap rok0k disela jemarinya sambil menaikan kedua kakinya ke atas meja. Netranya tak sedikitpun memandang Elvira, tapi dari pertanyaan yang Rakha lontarkan, Rakha telah mengetahui jika Elvira pulang menemui anaknya. Karena itu, Elvira melangkah dengan santai kehadapan Rakha dan menjawab pertanyaan Rakha tanpa menyangkalnya.
"Anakku baik, terimakasih atas perhatiannya." saut Elvira, yang kemudian melangkah pergi. Namun baru saja Elvira berbalik badan, dengan marah Rakha menghentikannya.
"Berrrani sekali kau!" dengan menendang meja didepannya, sampai hampir mengenai Elvira, Rakha berdiri didepan Elvira.
"Apa kamu menipu Nenek demi untuk menjamin masa depan anakmu yang tak jelas siapa Ayahnya!?"
Mendengar itu hati Elvira begitu sakit, hatinya merasa tidak terima, karena mau sebejat apapun orang tua, anak tetaplah suci yang tak memiliki dosa.
"Tau apa kamu tentang ayah anakku?" tanya Elvira, dingin.
"Hegh! jangan kamu pikir aku tidak tahu, kamu belum pernah menikah, tapi sudah memiliki anak, lalu siapa yang tahu siapa Ayah dari anak yang kamu lahirkan."
Sebelum meninggalkan pemukiman Elvira tinggal, Rakha yang keluar dari persembunyiannya berlari meninggalkan lokasi, tanpa sengaja dia menabrak wanita paruh baya yang berjalan berlawanan arah.
"M-maaf..." ucap Rakha meminta maaf.
Wanita itu hanya melempar senyum dan kembali melangkah, namun Rakha yang penasaran kembali menghentikannya.
"E-ibu... ibu tahu wanita itu?" tanya Rakha menunjuk Elvira.
"Elvira?" tanya ibu itu.
"Ya, e-apa sebelumnya dia sudah pernah menikah?"
"Setahu saya, Elvira belum pernah menikah..."
"Menikah atau tidak itu bukan urusanmu!" Mendapat jawaban ketus dari Elvira, Rakha tersentak dari lamunannya yang tengah mengingat percakapannya dengan ibu itu.
"Dan satu lagi, kamu boleh menilai aku sesuka hatimu, tapi jangan pernah bicara hal buruk tentang anakku!"
"Jelas ini sudah menjadi urusanku!" tegas Rakha. kembali menghentikan Elvira yang kembali melangkah meninggalkannya.
"Kamu menipu Nenek agar bisa menikah dengan ku, dan sekarang kamu menipu ku!" dengan kasar Rakha menarik lengan Elvira hingga tubuhnya memutar menabraknya.
Namun dengan cepat, Elvira melepaskan diri dengan mendorong Rakha menjauh darinya.
"Kenapa kamu begitu marah, bukankah kamu tidak menginginkan pernikahan ini, kenapa kamu bersikap seolah kita akan menjalani pernikahan seumur hidup dengan ku?"
"Ya, kamu benar, seharusnya aku tidak peduli dengan apa yang kamu lakukan, apalagi dengan masa lalumu itu, tapi yang jadi pertanyaan kenapa kamu ingin menikah dengan ku, kenapa kamu membuat hidupku terikat dalam sebuah ikatan pernikahan yang sama sekali tidak pernah ku inginkan dalam hidupku!"
Elvira terdiam, menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan perlahan. "Aku lelah, aku ingin istirahat," Tanpa memberi alasan pada Rakha, Elvira melangkah menaiki tangga menuju kamar.
"Kamu tidak mau menjawab, baiklah lakukan apa yang ingin ku lakukan, aku juga akan melakukan apa yang ingin ku lakukan!" pekik Rakha, melihat punggung Elvira yang semakin menjauh dari pandangannya.
"Dan satu lagi, pergi dari kamarku, aku tidak ingin tidur satu kamar dengan mu," pekik Rakha lagi. Karena khawatir suaranya tidak di dengar oleh Elvira, Rakha bergegas naik menyusulnya.
Begitu Rakha masuk kamar, Rakha melihat Elvira sudah merapikan bajunya kedalam koper, bersiap untuk keluar dari kamar.
Dengan perasaan pu4s, Rakha yang berdiri di pintu, tersenyum mempersilahkan Elvira keluar dari kamarnya. Namun baru saja Elvira meninggalkan kamar, panggilan telepon dari Nenek membuat Rakha panik.
"E-Elvira..." lirih Rakha seakan ingin menghentikannya.
"Rakha, buka pintunya, Nenek sudah di depan."
Suara Nenek dari ujung telpon, yang mengatakan sudah berada di depan rumah, membuat Rakha semakin panik, tak tahu apa yang harus dilakukan.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!