Alaric bersama ketiga adiknya sedang berada di sirkuit balapan mobil. Mereka semua memakai masker agar tidak di kenali banyak orang.
Padahal sejak kecil mereka selalu di kenalkan kepada rakyat. Namun setelah mereka besar, mereka seolah menutupi diri dengan menyembunyikan identitasnya sebagai pangeran dan putri kerajaan.
Terutama Alaric yang hanya memakai inisial Mr. A untuk namanya di sirkuit balapan mobil. Tidak ada yang tahu, jika seorang pembalap yang berinisial Mr. A itu seorang pangeran.
"Kak, apa mereka tidak akan mengenali kita?" tanya Alice.
"Nggak akan dik, kita sudah memakai masker dan berpakaian biasa," jawab Alberich.
"Kalian duduk di sini, balapan akan segera di mulai. Aku akan ke sana untuk mempersiapkan diri," kata Alaric.
"Siap Kak, semoga menang lagi," ucap ketiga adiknya bersamaan.
Alaric tersenyum di balik maskernya. Kemudian memeluk ketiga adiknya secara bersamaan.
"Semangat, Kakak ku hebat pasti menang!" Alice mengepalkan tangannya dan mengangkatnya sejajar dengan kepalanya.
Alaric kembali tersenyum di balik maskernya dan mengacungkan jempol. Kemudian berjalan menghampiri peserta yang lain.
"Hei kamu, jangan kira kamu akan menang kali ini," ucap Peter yang juga peserta balapan mobil.
Alaric hanya menoleh sebentar, kemudian ia kembali menghadap ke depan mendengar arahan dari ketua panitia.
"Peraturan kali ini lebih kurang sama dengan peraturan sebelumnya. Namun, di setiap tikungan kalian harus mendapatkan satu bunga yang sudah di simpan di tempat itu. Dan semuanya ada lima tikungan, berarti ada lima bunga. Dan bonus nya minuman di akhir tikungan. Jika kalian mendapatkan semuanya, kemudian tiba lebih dulu ke garis finis, maka dialah pemenangnya. Jika gagal mendapatkan semuanya, namun sampai lebih dulu ke garis finis, maka akan dikira gagal," ucap ketua panitia menjelaskan.
Mereka semua mengangguk mengerti. Setelah ketua panitia penyelenggara menjelaskan, mereka pun masuk ke dalam mobil masing-masing.
Peter tersenyum penuh makna, karena ia yakin akan memenangkan balapan kali ini. Dan suara deru mobil dari setiap peserta pun sudah di mulai.
"Kak semangat!" pekik Alice menyemangati kakaknya. Alaric hanya mengacungkan jempol dari dalam mobil yang jendela kacanya terbuka.
Kemudian Alaric menutup jendela kaca mobilnya. Karena balapan akan segera di mulai.
Angka hitungan mundur pun sudah mulai berjalan. Dari angka sepuluh hingga ke angka nol.
Setiap peserta masing-masing sudah bersiap-siap untuk meluncurkan mobil masing-masing. Ada seratus peserta yang ikut dalam pertandingan ini.
Alaric yang mendapat nomor urut ke 50 jadi dia berada di belakang. Sementara Peter mendapatkan nomor urut ke 3 jadi berada di paling depan.
Saat angka berubah ke nol, mobil pun mulai melaju dengan kecepatan tinggi. Masing-masing para peserta ingin mendahului mobil yang ada di depan.
Sementara mobil yang ada di depan sudah melaju dengan kencang. Alaric masih terlihat santai, walaupun kecepatan mobilnya juga tidak kalah dengan yang lain.
Karena ia berada di urutan belakang, jadi Alaric pun mengatur strategi agar bisa mendahului peserta yang lain.
Benar saja, puluhan mobil sudah bisa di lewati oleh Alaric. Kini Alaric berada di urutan depan, namun masih kalah dari Peter.
Peter yang berada di paling depan pun merasa di atas angin. Namun saat di tikungan pertama, Peter memelankan laju mobilnya.
Dari situlah, Alaric mengambil kesempatan untuk terus melaju. Sambil menyambar setangkai bunga mawar, Alaric menjadi pembalap terdepan saat ini.
"Ah sial! Lagi-lagi aku kalah sama dia!" umpat Peter.
Sudah berkali-kali Peter berambisi untuk mengalahkan Alaric, namun, dia hanya menjadi juara kedua saja.
Alaric terus melaju kencang, tikungan kedua, ketiga dan keempat pun berhasil di lewati. Dan sekarang tinggal tikungan kelima.
Alaric dan peserta lainnya harus mendapatkan minuman dan bunga tanpa menghentikan mobilnya masing-masing.
Alaric memusatkan perhatian nya, kemudian dengan secepat kilat ia menyambar dua barang tersebut secara bersamaan.
Dan akhirnya Alaric berhasil melewati semua ujian. Alaric terus melajukan mobilnya untuk ke garis finis.
Namun, saat sudah dekat dengan garis finis, Alaric panik karena rem nya tidak berfungsi. Sementara mobil terus melaju melewati garis finis.
"Apa yang terjadi?" tanya para penonton.
Karena tidak biasanya mobil Alaric melaju tanpa terkendali. Alberich, Alderich dan Alice saling pandang. Mereka juga merasakan ada tidak beres dengan mobil kakaknya itu.
Sementara Alaric berusaha tenang, ia menurunkan kelajuan mobilnya. Namun karena mobil itu rem nya tidak berfungsi walau di injak sekuat tenaga.
Akhirnya Alaric pasrah dengan menekan rem tangan. Ban mobilnya pun berderit mengenai aspal.
Alaric membanting setir sehingga mobilnya berputar sebelum akhirnya menabrak pembatas.
Alaric terdorong ke depan. Beruntung ia memakai helm dan sabuk pengaman yang kuat.
Jika tidak, mungkin kepalanya sudah terbentur setir mobil. Alaric pun akhirnya bernafas lega karena dia tidak apa-apa.
"Terima kasih Ya Allah, terima kasih bunda, doa bunda menyelamatkan nyawaku," batin Alaric.
Ya, Sofia dan Carlos tidak pernah melarang apa yang anak-anak nya sukai. Tapi mereka harus ingat, mereka keturunan raja dan harus menjaga etiket baik di depan rakyat nya.
Dan juga, setiap kali Alaric dan adik-adiknya ingin keluar, Sofia selalu berdoa untuk keselamatan anak-anaknya.
"Kakak;" teriak ketiga adiknya secara serentak.
Ketua panitia penyelenggara dan para penonton pun memburu ke arah mobil Alaric. Mobil bagian depan rusak, sementara Alaric tidak kenapa-kenapa.
"Apa yang terjadi?" tanya ketua panitia penyelenggara.
"Rem mobilnya tidak berfungsi," jawab Alaric setelah keluar dari mobil.
"Kakak tidak apa-apa?" tanya Alice. Alice yang paling dekat dengan Alaric pun merasa begitu cemas.
Sebenarnya Alberich dan Alderich juga cemas, namun mereka tidak terlalu memperlihatkan kecemasan mereka.
"Maaf, ini keteledoran kami. Kami akan mengganti biaya kerusakan mobil dan kompensasi untuk mu," kata ketua panitia penyelenggara.
"Tidak apa-apa Tuan, Tuan tidak perlu mengganti kerugiannya," ujar Alaric.
"Tidak bisa begitu, sirkuit ini kami bangun dengan hasil kerja keras kami. Aku tidak mau di anggap tidak bertanggung jawab. Aku takut nanti akan terjejas pada reputasi sirkuit kami," ungkap ketua panitia penyelenggara.
Alaric tidak ingin berdebat, ia pun setuju menerima kompensasi. Ditambah dengan hadiah yang akan ia terima nanti.
"Mr. A. Apa perlu di periksa ke rumah sakit? Takutnya nanti Anda kenapa-kenapa," tanya ketua panitia penyelenggara.
"Tidak perlu Tuan, saya baik-baik saja," jawab Alaric.
"Kakak?" Alice langsung memeluk kakaknya dan menangis.
"Huu cengeng," kata Alaric.
"Habisnya Kakak bikin jantungku hampir copot," rengeknya.
Semua para peserta tiba dengan selamat. Walau pun kalah, mereka tetap puas hati. Karena mereka sadar, tidak mungkin bisa mengalahkan si pembalap nomor satu, yaitu Mr. A.
Namun satu orang yang tidak senang. Karena gagal untuk mencelakai Alaric. Namun Peter akan menggunakan segala cara untuk membuat Alaric celaka.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Ini kisah Alaric ya teman-teman. Aku cukup kesulitan dalam mencari ide untuk kisah anak-anak nya Carlos dan Sofia.
Maklum sajalah, masih penulis amatir yang jauh dari kata sempurna. Hanya aku harap, kisah kali ini bisa membuat kalian terhibur.
Seperti biasa, aku update tidak tepat waktu. Jadi agar dapat notifikasi untuk cerita ini di favorit kan ya. Ada tanda hati di dekat tanda jempol.
Selamat membaca, semoga kali ini kalian suka dengan cerita receh ku ini.
"Ah, kenapa aku selalu gagal mencelakai nya?" batin Peter sambil menggertakkan giginya dan mengepalkan tangannya kuat.
Dia akan mencari waktu untuk membuat Alaric lumpuh agar tidak bisa ikut balapan lagi.
Dengan begitu, posisi sebagai pembalap terbaik akan jatuh kepadanya. Karena Alaric sebagai saingan nya sudah celaka.
Akhirnya ketiga pemenang pun membawa pulang hadiah masing-masing. Yaitu, tropi dan piagam penghargaan juga uang tunai yang langsung masuk ke rekening mereka masing-masing.
"Kak, bagaimana dengan mobilnya?" tanya Alberich.
"Aku sudah meminta pengawal untuk membawanya untuk di perbaiki. Sekarang kita pulang, nanti ayah bisa marah," jawab Alaric.
"Kalau bunda tahu kakak hampir celaka, bunda akan menangis sehari semalam. Kak Al, kan kesayangan bunda," ujar Alderich.
"Semua kesayangan bunda, kalian jangan merasa jika bunda itu tidak adil," kata Alaric.
Mereka pulang menggunakan satu mobil. Karena mobil Alaric harus di bawa ke bengkel untuk di perbaiki.
Apalagi itu mobil balap kesayangannya. Mana mungkin ia meninggalnya begitu saja? Walaupun Alaric begitu mudah menggantinya, namun ia tetap tidak mau.
"Dik, lakukan sekarang," kata Alaric.
"Siap Kak." Alice segera menguarkan laptopnya. Kemudian dia menghidupkan nya lalu mulai meretas cctv di area sirkuit itu.
"Rekamannya di hapus Kak," kata Alice. Tapi itu bukan hal besar baginya.
Sebagai seorang anak bungsu kesayangan ayahnya dan sekaligus anak dari hacker misterius. Hanya dalam sekejap Alice sudah bisa memulihkan rekaman cctv itu.
"Pelakunya memakai masker, mungkin dia hanya orang suruhan," kata Alice.
Alaric menebak jika orang itu adalah suruhan Peter. Karena dari sekian peserta yang hadir, hanya dia yang berambisi untuk menjatuhkan Alaric.
"Kita lihat saja, pasti orang itu akan muncul dengan sendirinya," kata Alaric.
"Kak, menurut insting ku, Peter lah pelakunya," kata Alberich.
"Benar Kak, insting ku begitu," sela Alderich.
"Kita tidak bisa hanya dengan mengandalkan insting. Walaupun kenyataannya insting ku juga sama seperti kalian," kata Alaric.
Akhirnya mereka pun tiba di istana. Pintu gerbang terbuka dan mobil mereka pun masuk.
Mereka kalau ke mana-mana tidak pernah membawa pengawal. Karena mereka tidak ingin tampil mencolok dengan adanya pengawal.
Setelah memarkirkan mobilnya mobil, mereka langsung masuk ke dalam istana. Mereka masuk melalui pintu samping, namun ternyata Carlos dan Sofia sudah menunggu mereka.
"Ayah, Bunda." Mereka menyapa secara bersamaan. Melihat putranya membawa piala kemenangan, Sofia pun tersenyum bangga.
"Bagaimana keadaanmu? Ayah lihat mobilmu tidak bisa di kendalikan?" tanya Carlos.
"Ada yang ingin mencelakakan Kakak, Yah," sahut Alice.
"Sudah di selidiki orangnya?" tanya Carlos.
"Sudah Yah, tapi orangnya tidak terlalu jelas," jawab Alaric.
Carlos memarahi anak-anaknya karena hal sekecil itu pun tidak bisa di atasi. Kemudian Carlos meminta mereka untuk menyelidikinya lagi.
Kali ini Alberich yang turun tangan, ia mengedit video orang itu dengan menghilangkan maskernya. Akhirnya wajah pria itu pun terlihat jelas.
"Hmmm aku juga bisa, karena tadi di dalam mobil, jadi aku tidak melakukannya," kata Alice.
Ya, mereka semua anak-anak jenius. Jadi tidak heran kalau mereka bisa meretas. Hanya saja kadang mereka malas kalau tidak terlalu penting.
"Apa yang akan kalian lakukan pada pelakunya?" tanya Carlos.
"Serahkan ke pihak berwajib saja, Yah," jawab Alaric.
Carlos manggut-manggut. Menurutnya itu hanya urusan kecil dan tidak perlu mereka yang turun tangan.
Carlos langsung menghubungi pihak berwajib dan mengirim rekaman cctv sebagai bukti. Mereka segera bertindak melaksanakan tugas.
Apalagi yang melapor adalah raja. Bisa saja mereka kehilangan pekerjaan kalau lalai dalam menjalankan tugas.
Sementara mereka sangat kenal Carlos, seorang raja yang tegas, namun baik hati dan juga adil pada rakyatnya.
"Sekarang kalian mandi, nanti temui ayah di ruang baca," kata Carlos.
"Baik Ayah," jawab mereka serentak.
Mereka kembali ke kamar masing-masing. Sementara Carlos dan Sofia masuk ke dalam kamarnya.
"Mereka sudah dewasa, jangan terlalu keras kepada mereka," kata Sofia dengan nada lembut.
"Aku hanya ingin mereka hidup lebih mandiri, mereka adalah calon penerus raja. Salah satu dari mereka pasti akan menggantikan aku nantinya," ujar Carlos.
Sofia terdiam, apa yang di ucapkan suaminya memang benar adanya. Hidup nya dulu juga keras sebelum bertemu dengan Carlos.
Setelah cukup lama, Carlos dan Sofia pergi ke ruang baca. Di sana keempat anaknya sudah menunggu dan sedang duduk di sofa ruangan itu.
"Alaric, kamu putra tertua, calon raja di masa depan," kata Carlos.
"Ayah, aku tidak ingin menjadi raja, aku ingin kehidupan yang bebas dan tidak terikat dengan peraturan-peraturan di dalam istana," bantah Alaric.
"Lalu, siapa yang akan menggantikan ayah nantinya?" tanya Carlos.
"Alberich dan Alderich juga bisa, mereka juga putra Ayah," jawab Alaric.
"Tidak, aku tidak ingin menjadi raja," bantah Alderich.
Sementara Alberich hanya tertunduk, ia tidak bisa berkata iya ataupun tidak. Karena kedua saudaranya sudah berkata tidak.
"Bagaimana denganmu?" tanya Carlos pada Alberich.
Alberich mendongak sedikit memandang ayahnya. Kemudian ia kembali tertunduk sebelum menjawab.
"Kalau boleh jujur, aku juga tidak ingin menjadi seorang raja," jawabnya dengan wajah tertunduk.
Carlos menghela nafas, ketiga putranya ternyata tidak ada yang ingin menjadi penerus. Namun Carlos tetap akan memilih salah satu dari mereka.
"Ayah, aku ingin keluar dari istana. Aku menetap di Indonesia," kata Alaric.
Sofia dan Carlos saling pandang. Carlos mulai menyadari kalau putra-putra nya tidak betah tinggal di istana.
Padahal Carlos tidak pernah membatasi mereka. Mereka bebas keluar masuk istana kapan saja. Walau malam hari sekalipun.
Namun ternyata anak-anaknya lebih suka hidup bebas di luar sana. Carlos menghela nafas sebelum mengambil keputusan.
"Baik, tapi kamu harus mengandalkan diri mu sendiri. Jangan meminta bantuan orang lain, jika kamu benar-benar ingin hidup mandiri," kata Carlos akhirnya.
Alaric setuju dan sangat senang mendengarnya. Tapi Sofia terlihat sedih karena harus berpisah dengan putranya.
"Terima kasih Ayah," ucap Alaric lalu bangkit dan memeluk ayahnya, kemudian berpindah ke Sofia. "Terima kasih Bunda," ucapnya.
Sofia mengangguk, walaupun hatinya merasa berat untuk berpisah. Namun dia cukup lega karena keluarganya suaminya semuanya di sana.
Carlos pun meminta mereka untuk segera istirahat. Karena apa yang ingin di bicarakan nya sudah di sampaikan nya. Walaupun tidak lengkap, namun cukup membuatnya mengerti tentang anak-anaknya.
"Honey, kenapa di izinkan Alaric tinggal di sana?" tanya Sofia.
"Aku juga tidak bisa mengekang kebebasan mereka sayang, daripada mereka berontak, lebih baik di biarkan saja mereka menjalani kehidupan yang mereka inginkan," jawab Carlos.
Carlos menghubungi keluarganya di Indonesia. Ia meminta mereka untuk tidak membantu Alaric dalam masalah keuangan.
Carlos hanya ingin putranya hidup mandiri tanpa bantuan keluarganya. Tapi kalau masalah lain, tentu mereka akan saling bantu.
Orang yang merusak rem mobil milik Alaric pun sudah tertangkap. Ia di interogasi untuk mencari pelaku sebenarnya.
Benar saja. Akhirnya orang itu pun mengaku kalau dirinya hanya di bayar. Ternyata pria itu bekerja di sebuah bengkel mobil di sirkuit itu.
Polisi segera menghubungi Alaric untuk memberitahu informasi tersebut. Alaric yang sedang berbaring di kamarnya segera menjawab panggilan telepon saat ponselnya berdering.
"Ya halo Pak."
"Halo Pangeran, kami sudah mengintrogasi pria itu. Dia hanya orang bayaran, pelaku sebenarnya bernama Peter."
"Baik, terima kasih Pak. Masalah ini biar aku saja yang urus."
"Baik Pangeran."
Kemudian panggilan telepon pun terputus. Alaric hanya tersenyum tipis, karena dugaannya benar.
'Huft, cari masalah saja nih anak. Mungkin dia tidak tahu berurusan dengan siapa?" gumam Alaric.
Alaric membuka laptopnya untuk mencari informasi tentang Peter. Tidak butuh waktu lama, informasi tentang Peter pun ia dapatkan.
"Ternyata dia bukan berasal dari negara ini. Dan dia baru tinggal di negara ini baru dua tahun," batin Alaric.
Alaric mengutak-atik keyboard laptopnya mencari informasi lain tentang keluarga Peter.
Sangat di luar dugaan, ternyata orang tuanya adalah ketua di dunia bawah. Ketua mafia pengedar obat-obatan terlarang dan organ tubuh manusia.
"Cukup menarik," kata Alaric berbicara sendiri.
Alaric pun mengacak-acak sistem perusahaan milik papa nya Peter. Bahkan, Alaric memblokir keuangan perusahaan papanya itu.
Pintu kamarnya di ketuk, Alaric yang sedang sibuk dengan laptopnya hanya meminta orang itu untuk masuk.
"Mau apa?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangannya pada layar laptopnya.
Alaric bertanya seperti itu, karena ia tahu itu adalah adiknya. Kalau Sofia sudah pasti minta izin dulu sebelum masuk walau sudah mengetuk pintu.
Alderich menghampiri Alaric dan berdiri di belakangnya. Alderich memperhatikan sang kakak yang masih sibuk meretas.
"Apa Kakak benar-benar ingin tinggal di Indonesia?" tanyanya.
"Hmmm, kenapa?"
"Ee, aku boleh ikut? Aku juga ...."
"Tidak boleh, kamu dan Alberich harus jaga bunda. Jika kita tinggal di sana, nanti bunda tambah sedih."
Alderich berpindah tempat, lalu duduk di sofa. Ia menggerutu dalam hati karena kakaknya boleh, sementara dirinya tidak.
Tapi apa yang dikatakan kakak nya ada benarnya. Jika mereka semua meninggalkan istana, maka bunda nya yang paling sedih.
"Kalian bisa kapan saja ke sana, tidak perlu harus tinggal di sana," kata Alaric.
Ia menghentikan kegiatannya karena apa yang diinginkan nya sudah di dapatkan nya. Hanya tinggal mengirim bukti-bukti tersebut ke pihak berwajib di negara itu.
Ya, Alaric mencari informasi tentang papa nya Peter. Kemudian mengirimkan bukti kejahatan nya kepada pihak kepolisian di sana.
Tidak sulit bagi Alaric mengirim bukti-bukti tersebut. Ia seorang peretas, walaupun tidak ada yang mengenalnya selain keluarganya.
Setelah mengirim bukti-bukti kejahatan mafia itu, Alaric memblokir dokumen perjalanan Peter. Agar tidak bisa kembali ke negaranya.
Semua itu sudah ia rencanakan agar polisi bisa menangkapnya. Jika hanya berdasarkan pengakuan dari pria yang memanipulasi mobil Alaric, menurutnya bukti itu tidak kuat.
"Jangan sedih, lagipula kita masih bisa ketemu kok," kata Alaric menepuk pundak adiknya.
"Tidak ada kakak rasanya ada yang kurang," ungkap Alderich.
"Kita sudah sama-sama besar, bebas menentukan hidup masing-masing," kata Alaric.
Alaric keluar dari kamarnya dan di susul oleh adiknya. Mereka menuju belakang istana tempat hewan-hewan yang kini sudah berkembang biak.
Ada juga yang di lepas ke hutan, tapi mereka malah balik lagi dan menyebabkan rakyat ketakutan, karena hewan-hewan itu berliaran di jalan hendak kembali pulang ke istana.
Akhirnya Carlos membawanya kembali ke istana dan membuatkan tempat khusus untuk hewan-hewan itu.
Suara auman hewan buas menyambut Alaric dan Alderich. Saat pintu kandang di buka, hewan-hewan itu langsung berlari dan mengajak Alaric dan Alderich untuk bermain.
"Apa Kakak tega meninggalkan mereka?" tanya Alderich.
"Aku tinggal di Indonesia bukan tidak bisa kembali ke sini," jawab Alaric.
Sebenarnya adik-adiknya juga berat untuk berpisah dengan Alaric. Mereka sejak kecil tumbuh bersama, bermain bersama.
Namun, keputusan Alaric mengejutkan mereka semua. Terlebih lagi Sofia yang sudah pasti tidak bisa berpisah dengan anak-anaknya.
Setelah puas bermain, mereka kembali ke istana. Kebetulan hari pun sudah sore ketika ini.
Sementara di tempat lain ...
Peter yang mendengar kabar bahwa papa nya tertangkap pun terkejut. Ia pun ingin segera kembali ke negaranya.
"Bagaimana bisa papa tertangkap?" gumamnya sambil membereskan barang-barangnya.
Peter tidak tahu kalau pekerjaan papa seperti itu. Yang dia tahu hanyalah, papa nya seorang pengusaha yang memiliki perusahaan besar.
Peter tidak tahu kalau perusahaan papanya sudah di bekukan. Ia berpikir, semuanya aman-aman saja.
Peter segera keluar dari apartemen yang di sewanya. Ia langsung memesan tiket pesawat melalui telepon.
Dengan menggunakan taksi, Peter pun bergegas ke bandara. Ia akan kembali malam ini juga.
"Maaf, dokumen perjalanan Anda tidak sah," kata petugas yang memeriksa dokumen perjalanan Peter.
"Tidak mungkin, saya sering bolak-balik ke sini. Selama ini tidak ada masalah," ujarnya.
"Maaf, kami terpaksa menahan Anda, karena dokumen perjalanan Anda bermasalah," kata petugas.
Peter pun segera di tangkap dan bawa untuk di interogasi di sebuah ruangan. Peter tetap membela diri dan mengatakan jika dirinya tidak bersalah.
"Kami hanya menjalankan tugas. Kami juga mendapatkan laporan kalau Anda terlibat dalam percobaan pembunuhan," ucap petugas.
"Pak, saya tidak bersalah, saya di fitnah Pak." Peter tetap membela diri.
Hingga datang pihak kepolisian membawa bukti-bukti tentang Peter. Peter pun tidak bisa berkata apa-apa.
Ia terduduk lemas di lantai. Peter tidak tahu kalau orang yang di bayarnya sudah tertangkap. Pengakuan orang itu, juga bukti-bukti lain membuat Peter tidak bisa lagi membela diri.
"Kami terpaksa menahan Anda," kata polisi.
Peter pasrah saat di borgol. Sementara polisi yang lain membawakan barang-barang milik Peter.
"Anda cukup berani dan Anda sudah berurusan dengan orang yang salah," kata polisi.
Peter terdiam, dia juga tidak menyangka akan seperti ini jadinya. Percobaan pembunuhan akan mendapatkan hukuman yang berat.
Ambisinya untuk menjadi pembalap nomor satu pun kandas begitu saja. Peter langsung di masukkan ke penjara bersama dengan orang suruhannya.
Peter hanya bisa menyesali dirinya. Tapi semuanya sudah terlambat. Dia sudah mendekam di penjara tanpa tahu kapan akan bisa bebas.
Polisi tadi langsung menghubungi Alaric. Baru saja terhubung, sudah langsung di jawab oleh Alaric.
"Halo Pangeran, orang yang ingin membunuh Anda sudah tertangkap. Anda memang hebat Pangeran," ucap polisi itu.
"Semua itu berkat kerja keras dan usaha pak polisi," kata Alaric.
Alaric pun menutup teleponnya setelah merasa cukup. Alaric hanya tersenyum lalu berbaring di tempat tidurnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!