NovelToon NovelToon

Sang Legenda: Naga Langit

PENAMPILAN WAJAH-WAJAH PEMERAN

WAJAH-WAJAH KARAKTER PEMERAN NOVEL SANG LEGENDA: NAGA LANGIT.

Sebelumnya terimakasih telah mampir membaca novel saya. saya akan semaksimal mungkin untuk membuat cerita yang bagus dan memuaskan para pembaca, dan jika ada salah kata di setiap bab, sudikiranya para pembaca meng koreksi nya, saya akan senang hati untuk memperbaiki dan menambah saran dari para pembaca.

Terimakasih 🙏

Bab 1: Hari Penghinaan

Matahari musim panas menggantung terik di atas alun-alun utama Klan Xiao, memanaskan lempengan batu biru hingga terasa menyengat di bawah kaki. Ribuan murid, baik dari cabang dalam maupun luar, berkumpul hari ini. Udara dipenuhi dengan gumaman penuh harap, kegelisahan, dan kesombongan yang tak terhindarkan. Ini adalah hari Ujian Tahunan, sebuah ritual sakral yang akan menentukan status dan alokasi sumber daya bagi para generasi muda untuk satu tahun ke depan.

Di tengah alun-alun, berdiri sebuah monolit hitam setinggi tiga meter yang memancarkan aura kuno. Di permukaannya terukir rune-rune rumit yang akan bersinar untuk mengukur tingkat kekuatan seorang kultivator.

"Selanjutnya, Xiao Chen!"

Suara dingin sang tetua penguji terdengar tanpa emosi, namun cukup keras untuk membelah kerumunan yang ramai. Seketika, ribuan pasang mata menoleh ke satu arah. Bisikan-bisikan yang tadinya samar kini berubah menjadi cemoohan yang lebih jelas.

"Lihat, si jenius yang jatuh itu."

"Sudah empat tahun, aku bertaruh dia masih di tingkat ketiga."

"Sungguh memalukan. Dulu dia adalah harapan terbesar klan kita."

Dari barisan para murid, seorang pemuda kurus dengan jubah biru pudar melangkah maju. Wajahnya sedikit pucat, tetapi matanya yang gelap memancarkan keteguhan hati yang keras kepala, menolak untuk tunduk pada tatapan merendahkan di sekelilingnya. Itulah Xiao Chen.

Setiap langkah menuju monolit terasa seberat menapaki gunung. Empat tahun lalu, dia adalah bintang paling terang di Klan Xiao, mencapai Pengumpulan Qi tingkat ketiga pada usia dua belas tahun, sebuah rekor. Namun, sejak malam itu, mimpi buruknya dimulai. Dantian-nya, pusat spiritual tempat Qi disimpan, terasa seperti saringan berlubang. Tidak peduli seberapa keras dia berlatih, energi spiritual yang ia serap akan lenyap tanpa jejak dalam beberapa jam.

Dia menarik napas dalam-dalam, mengabaikan tatapan tajam di sekelilingnya, dan meletakkan telapak tangannya di permukaan monolit yang dingin. Dia menyalurkan seutas Qi terakhir yang tersisa di tubuhnya ke dalam batu.

Monolit hitam itu bergeming sesaat sebelum tiga rune terbawah bersinar dengan cahaya putih redup, lalu padam. Tidak ada lagi.

Sang tetua penguji meliriknya dengan tatapan kecewa sebelum mengumumkan dengan suara yang menggema, "Xiao Chen, hasil tes: Alam Pengumpulan Qi, tingkat ketiga. Gagal!"

Gagal. Satu kata itu menghantamnya seperti palu godam. Gagal memenuhi syarat untuk sumber daya tambahan. Gagal mempertahankan sedikit pun harga dirinya yang tersisa.

Gelombang tawa yang sebelumnya tertahan kini meledak tanpa ampun. Tawa itu datang dari segala arah, menusuknya seperti ribuan pedang tak terlihat. Dia menundukkan kepalanya, tinjunya terkepal erat di sisinya hingga buku-buku jarinya memutih, urat-urat di lengannya menonjol.

"Hmph, benar-benar sampah. Dia adalah aib terbesar Klan Xiao kita!"

Sebuah suara yang angkuh memotong keributan. Dari kelompok murid inti yang berdiri di dekat panggung utama, seorang pemuda tampan berjubah sutra melangkah maju. Dia adalah Xiao Long, sepupu Xiao Chen, dan jenius nomor satu klan saat ini, sudah berada di puncak Pengumpulan Qi tingkat sembilan.

Xiao Long menatap Xiao Chen dengan senyum mengejek. "Xiao Chen, dengan bakat seperti itu, lebih baik kau menyerah saja pada jalan kultivasi. Pergi urus bisnis keluarga di kota, itu lebih cocok untuk orang cacat sepertimu. Klan Xiao tidak punya sumber daya untuk disia-siakan padamu."

Xiao Chen tetap diam, tetapi napasnya menjadi berat. Dia tahu membantah tidak ada gunanya. Di dunia ini, kekuatan adalah satu-satunya kebenaran. Tanpa kekuatan, kata-katanya tidak lebih berharga dari angin lalu.

Tepat saat dia hendak berbalik dan pergi, sebuah keributan terjadi di gerbang utama alun-alun. Kerumunan murid secara otomatis memberi jalan. Serombongan tamu terhormat telah tiba, aura mereka begitu kuat hingga membuat para murid muda sulit bernapas.

Mereka berasal dari Sekte Pedang Giok, salah satu sekte terkuat di wilayah ini. Di depan rombongan berjalan seorang pria paruh baya berjubah hijau giok, Tetua Su. Auranya setajam pedang yang terhunus. Namun, semua mata tertuju pada gadis muda di sampingnya.

Gadis itu, Su Qingyue, tampak seperti peri yang turun dari lukisan. Wajahnya sempurna tanpa cela, kulitnya seputih giok, dan matanya yang indah memancarkan kedinginan yang membuat orang lain menjaga jarak. Gaun putihnya yang mengalir membuatnya tampak seolah-olah dia bisa terbang terbawa angin kapan saja. Dia adalah tunangan Xiao Chen, sebuah ikatan yang dibuat oleh generasi sebelumnya.

Hati Xiao Chen mencelos. Dia punya firasat buruk. Kedatangan mereka saat ini, di tengah ujian tahunannya yang memalukan, hanya bisa berarti satu hal.

Ayah Xiao Chen, Xiao Zhan, sang kepala klan, segera maju untuk menyambut mereka. "Tetua Su, selamat datang di Klan Xiao. Kehadiran Anda dan Nona Muda Su benar-benar suatu kehormatan."

Tetua Su hanya mengangguk singkat, matanya bahkan tidak memandang Xiao Zhan. Pandangannya menyapu kerumunan sebelum mendarat pada Xiao Chen dengan tatapan dingin dan jijik.

"Kepala Klan Xiao, mari kita tidak berbasa-basi. Saya rasa Anda sudah tahu tujuan kedatangan kami," ucap Tetua Su, suaranya bergema di alun-alun yang kini sunyi senyap.

Su Qingyue melangkah maju selangkah. Dia menatap Xiao Chen, tatapannya tenang namun menusuk. "Xiao Chen," suaranya merdu, tetapi setiap kata terasa seperti es. "Kita berasal dari dua dunia yang berbeda. Jalan kultivasiku ditakdirkan untuk mencapai langit. Aku akan menjadi burung phoenix yang terbang di antara sembilan surga, sementara kau... hanyalah seekor semut yang merayap di tanah."

Dia berhenti sejenak, membiarkan kata-katanya meresap. "Perjanjian pernikahan antara kita... mari kita batalkan."

Dunia Xiao Chen seakan runtuh. Meskipun dia sudah menduganya, mendengar kata-kata itu diucapkan secara langsung di depan seluruh klannya terasa seperti jantungnya direnggut keluar.

"Kau... datang jauh-jauh ke sini... hanya untuk mempermalukanku?" Suara Xiao Chen serak, bergetar karena amarah yang ditahan.

"Aku tidak mempermalukanmu. Aku hanya menyatakan fakta," jawab Su Qingyue tanpa emosi. "Jalan kita sudah berbeda. Memaksakan ikatan ini hanya akan menjadi beban bagiku dan penderitaan bagimu."

Dia mengangkat tangannya yang ramping. Sebuah botol giok kecil muncul di telapak tangannya, memancarkan aroma obat yang pekat. "Ini adalah Pil Pembangunan Fondasi. Anggap saja sebagai kompensasi dariku. Mungkin ini bisa memberimu sedikit harapan untuk menembus alam berikutnya, meskipun kemungkinannya kecil."

Clink.

Botol giok itu dilemparkan dan mendarat di kaki Xiao Chen, mengeluarkan suara yang tajam di atas lantai batu.

Penghinaan! Ini adalah penghinaan paling brutal yang bisa dibayangkan! Bukan hanya membatalkan pertunangan, tetapi juga memberinya sedekah seolah-olah dia adalah seorang pengemis!

"HAHA... HAHAHAHA!"

Tawa tiba-tiba pecah dari bibir Xiao Chen. Tawa itu serak, penuh dengan kepahitan, kemarahan, dan keengganan untuk menyerah yang tak terbatas. Dia menatap Su Qingyue, matanya yang biasanya redup kini terbakar dengan api hitam yang ganas.

KRAKK!

Dengan satu tendangan, dia menghancurkan botol giok itu menjadi serpihan. Bubuk pil yang berharga tumpah ke tanah, bercampur dengan debu.

Semua orang terkesiap. Pil Pembangunan Fondasi adalah harta yang bahkan para tetua pun dambakan!

"Kompensasi?" Xiao Chen meludah. "Klan Xiao-ku mungkin tidak sekuat Sekte Pedang Giok-mu, tapi kami masih punya harga diri!"

Dia mengangkat kepalanya tinggi-tinggi, menatap lurus ke dalam mata Su Qingyue yang kini menunjukkan sedikit keterkejutan. "Baik! Pertunangan ini batal! Tapi ukir kata-kataku hari ini di dalam hatimu, Su Qingyue! Tiga tahun dari sekarang, aku, Xiao Chen, akan datang ke gerbang Sekte Pedang Giok! Aku akan membuatmu mengerti, siapa sebenarnya burung phoenix, dan siapa semut yang kau remehkan!"

Sumpah yang berani itu menggema di alun-alun, membuat semua orang tercengang, sebelum akhirnya disambut oleh tawa mengejek Xiao Long. "Hanya denganmu? Jangan bermimpi!"

Su Qingyue menatap Xiao Chen untuk terakhir kalinya, sedikit rasa kesal muncul di wajahnya yang sempurna, sebelum dia berbalik dengan dingin. "Kalau begitu, aku akan menunggu."

Rombongan Sekte Pedang Giok pergi tanpa menoleh ke belakang, meninggalkan Klan Xiao dalam kekacauan dan Xiao Chen dalam kehancuran.

Xiao Chen tidak mengatakan apa-apa lagi. Dengan punggung lurus yang menyembunyikan dunia penderitaan, ia berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan alun-alun yang penuh dengan tatapan rumit—cemoohan, kasihan, dan kekaguman sesaat atas keberaniannya.

Saat ia berjalan, tidak ada yang menyadari bahwa telapak tangannya yang terkepal erat telah terluka oleh kukunya sendiri. Setetes darah segar jatuh dari lukanya, menetes tanpa suara ke sebuah manik-manik hitam kusam yang tergantung di lehernya, tersembunyi di balik jubahnya.

Manik-manik itu menyerap tetesan darah itu dalam sekejap, dan sebuah kilatan cahaya yang sangat redup, segelap jurang tak berdasar, berkedip sesaat sebelum lenyap.

Bab 2: Kaisar dalam Manik-Manik

Malam menyelimuti kompleks Klan Xiao dengan selubung kegelapan yang pekat. Bulan sabit yang pucat bersembunyi di balik awan tebal, seolah enggan menampakkan sinarnya pada dunia. Di halaman kecil yang paling terpencil dan terlupakan, suasananya terasa lebih menekan. Rumput liar tumbuh tak terurus di sela-sela bebatuan, dan sebuah meja kayu yang lapuk tergeletak miring di sudut.

Di tengah halaman itu, Xiao Chen duduk bersila di atas sebuah batu besar yang dingin. Wajahnya pucat, matanya yang biasanya memancarkan keteguhan kini kosong, menatap kegelapan tanpa fokus. Penghinaan yang terjadi di siang hari terus berputar di benaknya seperti mimpi buruk yang tak berkesudahan.

Wajah dingin Su Qingyue. Senyum mengejek Xiao Long. Tatapan kasihan dan cemoohan dari klannya sendiri. Semuanya terukir jelas, membakar jiwanya. Sumpah tiga tahun yang ia ucapkan dalam amarah kini terasa seperti lelucon pahit. Dengan dantian-nya yang bocor, apa yang bisa ia capai dalam tiga tahun? Apa yang bisa ia lakukan untuk mengubah takdirnya?

"Apakah langit benar-benar ingin aku menjadi sampah seumur hidup?" bisiknya pada angin malam, suaranya serak menahan kepedihan. Rasa putus asa yang dingin dan berat menyelimuti hatinya, lebih dingin dari batu yang ia duduki. Ini adalah titik terendahnya.

BUKK!

Dia meninju batu di bawahnya dengan sisa tenaga yang ia miliki. Rasa sakit yang tajam menjalar di lengannya saat kulit di buku-buku jarinya robek dan darah segar kembali mengalir. Darah itu menetes ke bawah, jatuh tepat di atas manik-manik hitam di dadanya.

Pada saat itu, sesuatu yang tak terbayangkan terjadi.

WENGGGGG!

Manik-manik hitam yang selama ini diam seperti batu mati tiba-tiba bergetar hebat. Ia melepaskan cahaya hitam pekat yang bukan menyinari, melainkan menelan semua cahaya di sekitarnya. Sebuah kekuatan isap yang dahsyat dan tak tertahankan muncul dari manik-manik itu, menarik kesadaran Xiao Chen ke dalam pusaran kegelapan.

"Apa yang terjadi?!"

Xiao Chen bahkan tidak sempat berteriak. Pandangannya menjadi hitam, dan ia merasa seolah-olah jiwanya ditarik keluar dari tubuhnya.

Ketika ia bisa merasakan dirinya kembali, ia tidak lagi berada di halamannya yang kumuh. Ia melayang di tengah ruang hampa yang tak berujung. Di sekelilingnya ada kegelapan total, tetapi di kejauhan tampak titik-titik cahaya redup seperti bintang-bintang di galaksi yang jauh. Tempat ini terasa kuno, luas, dan sunyi.

Di hadapannya, partikel-partikel cahaya mulai berkumpul, perlahan membentuk sosok transparan seorang pria tua yang mengenakan jubah alkemis kuno. Wajahnya penuh keriput, tetapi matanya bersinar dengan kebijaksanaan yang seolah telah menyaksikan pasang surut zaman. Aura yang dipancarkannya begitu agung dan tak terbatas, membuat jiwa Xiao Chen gemetar. Di hadapannya, ia merasa sekecil sebutir debu di alam semesta.

"Si-siapa Anda? Di mana ini?" tanya Xiao Chen, berusaha menekan rasa takutnya dan tetap waspada.

Pria tua itu tersenyum tipis, sebuah senyuman yang sepertinya mengandung ribuan tahun kesepian. "Sudah tiga ribu tahun... akhirnya ada setetes darah dengan keengganan yang begitu murni untuk membangunkanku dari tidur panjangku. Bocah, kau bisa memanggilku Yao Huang."

Xiao Chen terkesiap, matanya melebar tak percaya. "Yao Huang... Maksud Anda... Yao Huang sang Kaisar Alkemis dari Era Kuno?" Nama itu adalah legenda, sebuah mitos dari teks-teks sejarah paling kuno, seorang ahli yang konon bisa menciptakan pil yang membangkitkan orang mati dan menantang para dewa.

"Sepertinya namaku belum sepenuhnya terkikis oleh waktu," kata Yao Huang dengan nada nostalgia. "Dan tempat ini adalah dunia spiritual di dalam artefak dewa yang kau kenakan, Cincin Kekacauan."

Xiao Chen menunduk, tetapi yang ia lihat hanyalah tubuh spiritualnya sendiri. Manik-manik itu... adalah sebuah artefak dewa?

Yao Huang menatap Xiao Chen dengan tatapan tajam yang seolah menembus semua rahasianya. "Aku merasakan keputusasaan dan amarah yang luar biasa darimu. Kau berpikir jalan kultivasimu telah berakhir karena dantian-mu yang bocor, bukan?"

Xiao Chen mengepalkan tinjunya. "Benar. Aku ditakdirkan menjadi sampah."

"Sampah?" Yao Huang tertawa pelan, tawanya menggema di ruang hampa itu. "Bocah, orang-orang bodoh di duniamu sama sekali tidak mengerti. Dantian-mu tidak bocor. Ia tidak cacat. Justru sebaliknya, kau memiliki salah satu dari sepuluh Fisik Ilahi paling legendaris yang pernah ada: Tubuh Kekacauan Primordial!"

Dunia Xiao Chen seakan dijungkirbalikkan. "Tubuh... Kekacauan... Primordial?"

"Benar," Yao Huang menjelaskan dengan sabar. "Fisik ini mampu menyerap, memurnikan, dan mengasimilasi semua jenis energi di alam semesta. Alasan mengapa kau tidak bisa menyimpan Qi biasa adalah karena fisikmu secara naluriah menolaknya! Baginya, Qi di duniamu terlalu kotor dan tidak murni. Dantian-mu tidak bocor, ia hanya menolak untuk diisi dengan sampah."

Harapan! Untuk pertama kalinya dalam empat tahun yang panjang dan menyakitkan, secercah harapan yang begitu menyilaukan muncul di jurang keputusasaan hati Xiao Chen. Matanya mulai berkaca-kaca.

"Fisikmu selama ini dalam keadaan dorman, menunggu energi yang cukup murni atau metode kultivasi yang tepat untuk membangkitkannya," lanjut Yao Huang. "Darahmu, yang bercampur dengan tekad pantang menyerah saat kau mengucapkan sumpah itu, telah menjadi kunci terakhir. Ia membangunkanku, dan aku akan membantumu membangkitkan potensimu."

"Senior..." suara Xiao Chen bergetar, "bisakah... bisakah Anda benar-benar menolongku?"

Yao Huang mengangguk. "Tentu saja. Aku adalah seutas roh yang tersisa. Musuh bebuyutanku menghancurkan tubuhku ribuan tahun lalu, dan aku menyegel diriku di dalam Cincin Kekacauan ini, menunggu seorang pewaris. Dan pewaris itu adalah kau. Aku akan mewariskanmu teknik kultivasi yang kuciptakan sepanjang hidupku, sebuah metode tingkat dewa yang dirancang khusus untuk fisik sepertimu. Namanya adalah Sutra Hati Naga Langit."

Sebelum Xiao Chen bisa menjawab, Yao Huang mengangkat jarinya. Seberkas cahaya keemasan melesat dari ujung jarinya dan menyentuh dahi Xiao Chen.

BOOM!

Sebuah gelombang informasi yang tak terbayangkan membanjiri pikiran Xiao Chen. Teks-teks kuno, diagram meridian yang rumit, dan pemahaman mendalam tentang Dao Agung mengukir diri mereka langsung ke dalam jiwanya. Metode kultivasi ini seribu kali lebih mendalam dan misterius dibandingkan teknik paling berharga di Klan Xiao.

Ketika gelombang informasi itu mereda, kesadaran Xiao Chen ditarik kembali keluar dari Cincin Kekacauan.

Dia membuka matanya. Dia masih duduk di atas batu yang sama, di halamannya yang sama, di bawah langit malam yang sama. Tapi dunia terasa berbeda. Udara yang ia hirup seolah mengandung energi yang bisa ia sentuh. Daun yang jatuh dari pohon seolah bergerak dalam gerakan lambat. Indranya menjadi ribuan kali lebih tajam.

Keputusasaan di matanya telah lenyap, digantikan oleh kobaran api yang membara sepanas matahari.

Dia tidak membuang waktu. Dia langsung duduk bersila, menutup matanya, dan mulai mengikuti instruksi pertama dari Sutra Hati Naga Langit. Dia tidak mencoba menyerap Qi secara membabi buta. Sebaliknya, ia membentuk segel tangan yang aneh dan mulai mengedarkan napasnya sesuai dengan ritme yang diajarkan sutra itu.

Qi dari langit dan bumi di sekitarnya perlahan tertarik ke arahnya. Kali ini, Qi itu tidak langsung menuju dantian-nya. Ia ditarik ke dalam jalur meridian unik yang baru ia sadari keberadaannya, berputar sembilan kali, dan setiap putaran memurnikannya, membuang kotorannya, dan memadatkannya.

Ketika seutas Qi yang telah dimurnikan dengan sempurna, bersinar seperti kristal cair, akhirnya tiba di dantian-nya, sesuatu yang ajaib terjadi.

Qi itu tidak bocor.

Ia menetap dengan tenang, berputar perlahan di pusat dantian-nya, seolah seekor naga yang baru lahir telah menemukan sarangnya.

Meskipun hanya seutas kecil, Xiao Chen bisa merasakan kekuatan yang terkandung di dalamnya jauh melampaui semua Qi yang pernah ia kumpulkan selama empat tahun terakhir.

Xiao Chen membuka matanya. Sebuah kilatan tajam melintas di dalamnya.

"Su Qingyue, Sekte Pedang Giok... Xiao Long..." bisiknya pada malam yang sunyi.

"Tunggu aku. Tiga tahun... tidak, aku tidak butuh tiga tahun. Permainan ini baru saja dimulai, dan kali ini, aku yang akan menulis aturannya."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!