NovelToon NovelToon

Love In London

1. Undangan Pertunangan

Jakarta, Indonesia.

Amanda Zwetta adalah seorang anak yatim piatu. Kedua orang tuanya sudah tiada sejak Amanda berusia 17 tahun. Tidak ada sanak saudara yang membantunya karena kedua orang tua Amanda adalah anak tunggal. Dan di usianya yang masih terbilang muda, Amanda harus bersusah payah mencari uang untuk biaya hidupnya sehari-hari.

Seperti sekarang, Amanda sedang berjalan menuju Restoran tempat ia bekerja. Walaupun jarak antara tempat tinggalnya dengan Restoran tempatnya bekerja cukup jauh, Amanda lebih memilih berjalan kaki sambil ditemani oleh suara kicauan burung dan juga terik matahari. Sebenarnya dia bisa pergi menggunakan angkutan umum, tetapi demi menghemat, Amanda memilih berjalan kaki saja.

Akhirnya setelah 1 jam ia berjalan kaki, Amanda sudah tiba di restoran tempatnya bekerja. Hal pertama yang menyambut kedatangannya adalah sang manager Luna-sahabat sekaligus kekasih dari mantan kekasihnya-Malvin.

Malvin adalah mantan kekasihnya yang sekarang sudah menjadi kekasih dari sahabatnya sendiri yaitu-Luna. Bahkan sebentar lagi mereka akan segera melangsungkan acara pertunangan. Sebelumnya, Amanda dan Malvin sudah menjalin hubungan selama 5 tahun tetapi karena perjodohan yang dilakukan oleh kedua orang tua Malvin dan Luna, membuat hubungan Amanda dan Malvin harus berakhir. Lebih tepatnya 1 tahun yang lalu hubungannya dengan Malvin harus berakhir. Dan satu hal yang membuat Amanda terkejut adalah sosok wanita yang akan dijodohkan dengan mantan kekasihnya itu. Dia adalah-Luna, sahabat baiknya.

Awalnya Amanda sulit menerima itu semua. Tetapi lambat laun, hatinya mulai bisa menerima apa yang sudah terjadi. Amanda berusaha merelakan Malvin untuk Luna. Karena dia yakin, Luna bisa membuat Malvin bahagia. Begitu pun sebaliknya.

"Hei, Amanda."

Panggilan Luna membuat Amanda tersadar dari lamunannya. Wanita itu langsung menatap sahabatnya yang saat ini sedang berada di hadapannya.

"Ada apa, Lun?" Tanya Amanda.

"Aku ingin memberikan undangan ini untukmu. Kau harus datang ya." Jawab Luna dengan senyumannya.

Amanda langsung menatap apa yang diberikan oleh Luna kepadanya. Saat melihatnya, hati Amanda merasa sakit. Luna memberikan sebuah undangan yang sudah dipastikan undangan tersebut adalah undangan acara pertunangan Luna dan Malvin. Dan acara itu akan diselenggarakan lima hari lagi.

Walaupun hubungannya dengan Malvin sudah berakhir sejak 1 tahun yang lalu, Amanda tidak bisa membohongi hatinya sendiri bahwa sebagian hatinya masih memendam rasa untuk sang mantan kekasih. Tidak mudah bagi Amanda melupakan perasaan itu karena bagaimana pun, hubungan Amanda dan Malvin sudah terjalin cukup lama.

Saat ini, sambil memegang undangan yang diberikan Luna kepadanya, Amanda berusaha memberikan senyuman bahagianya.

"Terima kasih sudah mengundangku. Aku pasti datang." Ucap Amanda.

Setelah mengucapkan itu, Amanda memilih untuk pergi untuk bersiap-siap bekerja. Amanda adalah seorang pelayan di restoran tersebut. Sudah 3 tahun Amanda bekerja di restoran tersebut. Walaupun gajinya tidak seberapa, tetapi Amanda tetap mensyukurinya. Dia tidak pernah mengeluh dengan kehidupan yang ia jalani saat ini.

"Amanda, tolong layani pria yang baru saja datang itu." Ucap Luna yang tiba-tiba saja datang menghampirinya.

"Baiklah, sebentar lagi aku akan kesana." Balas Amanda.

Tak lama, Amanda pun segera bergegas sambil membawa daftar menu untuk ia berikan kepada pria itu.

"Selamat siang, Tuan. Selamat datang di restoran kami." Ucap Amanda sopan. Tak lupa Amanda memberikan senyuman terbaiknya.

Amanda berusaha agar tetap bersikap profesional dalam hal bekerja. Walaupun saat ini hatinya benar-benar kacau setelah mendapatkan undangan itu, ia tidak boleh menunjukkan rasa sedihnya itu.

"Bisakah aku meminjam daftar menu nya?" Tanya pria tersebut.

"Tentu saja, Tuan. Silahkan." Ucap Amanda sambil memberikan daftar menu tersebut.

"Aku pesan Grilled Chicken dan jus strawberry saja." Ucap pria itu setelah beberapa menit memilih menu.

"Baik, Grilled Chicken dan jus strawberry. Apakah ada yang lain, Tuan?" Tanya Amanda.

"Tidak ada."

"Baik, sebentar lagi pesanan Tuan akan segera di siapkan. Mohon ditunggu." Ucap Amanda.

Setelah itu, Amanda langsung memberikan list pesanan kepada bagian dapur. Sambil menunggu, Amanda menghampiri Melani yang baru saja tiba di meja kasir nya.

"Kenapa kau baru datang jam segini, Mel?" Tanya Amanda.

Selain Luna, Melani adalah sahabat Amanda juga. Walaupun pertemanan mereka baru terjalin saat Amanda bekerja disini, Amanda merasa seperti sudah berteman dengan Melani sangat lama.

"Aku harus mengantar ibuku ke rumah sakit. Penyakit jantung ibuku kambuh." Jawab Melani dengan raut wajah sedihnya.

"Astaga ... Lalu bagaimana kondisi ibumu saat ini?" Tanya Amanda khawatir.

"Ibuku masih belum sadar. Aku terpaksa bekerja hari ini karena aku sangat membutuhkan uang untuk biaya pengobatan ibuku. Aku akan mencoba meminjam uang kepada bos." Jawab Melani.

Mendengar ucapan Melani barusan membuat Amanda merasa kasihan. Tiba-tiba saja ia teringat tabungannya yang mungkin saja bisa membantu meringankan Melani.

"Mel, aku mempunyai sedikit tabungan. Tidak besar tetapi semoga bisa sedikit meringankanmu." Ucap Amanda.

"Tidak perlu, Amanda. Itu tabunganmu, aku tidak mau kau meminjamkannya untukku. Kau pasti membutuhkannya untuk biaya hidupmu sehari-hari." Balas Melani menolak karena dia merasa tidak enak.

"Jangan pikirkan aku. Yang terpenting sekarang itu kondisi ibumu. Aku sudah menganggap Tante Sani sebagai ibuku juga. Jadi tolong terima-lah bantuanku, Mel." Ucap Amanda.

Melani sempat berpikir sejenak sebelum akhirnya ia menerima bantuan yang diberikan oleh Amanda.

"Baiklah, aku akan menerimanya. Tetapi aku berjanji, aku akan mengembalikannya nanti." Balas Melani.

Amanda hanya mengangguk menanggapi ucapan Melani barusan.

"Terima kasih, Amanda." Ucap Melani sambil tersenyum.

"Sama-sama. Apakah kau sudah memberi tahu Luna tentang hal ini?" Tanya Amanda.

"Sudah, oh ya ... Luna memberikan undangan pertunangannya dengan Malvin. Apakah kau mendapatkannya?" Tanya Melani.

Saat mengingat undangan itu, Amanda kembali sedih. Entah kenapa hatinya tidak bisa menerima kenyataan bahwa sekarang mantan kekasihnya akan segera bertunangan dengan sahabatnya sendiri.

"Ya, aku mendapatkannya." Jawab Amanda.

"Kau akan datang?" Tanya Melani.

"Ya, tentu saja aku akan datang." Jawab Amanda.

Melani benar-benar salut dengan sikap Amanda. Walaupun wanita itu merasa sakit hati, tetapi dia tetap mau menghadiri acara pertunangan mantan kekasihnya.

"Aku yakin kau akan segera mendapatkan pengganti Malvin." Ucap Melani menyemangati Amanda.

Tak lama setelah mereka berdua berbincang, seseorang dari dapur memanggil Amanda.

"Amanda, pesananmu sudah selesai."

Dengan segera, Amanda pergi menuju dapur dan mengambil makanan itu dan segera mengantarkan nya kepada pria yang tadi.

Amanda langsung menyimpan pesanan pria itu di atas meja. Tetapi sayangnya, saat Amanda akan menyimpan jus nya, tiba-tiba saja dengan sengaja Luna menyenggol tangan Amanda sehingga jus yang saat ini sedang Amanda pegang harus tumpah dan mengenai pakaian pria yang berada di hadapannya saat ini. Entah bagaimana, tiba-tiba saja Luna berada di dekat meja tersebut.

Pria itu langsung beranjak berdiri karena ia merasa terkejut. Sementara Amanda, wajah nya terlihat sangat panik.

"Astaga, Tuan. Maafkan aku, aku benar-benar tidak sengaja. Maafkan aku." Ucap Amanda sambil berusaha membersihkan noda jus yang ada di pakaian pria itu.

"Sudahlah, tidak apa-apa. Lain kali tolong hati-hati."

"Amanda ... Apa yang kau lakukan?! Kenapa semua ini bisa terjadi?!" Ucap Luna.

"Aku tidak sengaja menumpahkannya." Ucap Amanda.

"Kau ini ceroboh sekali! Tuan ... maafkan kelalaian pelayan kami." Ucap Luna yang saat ini sudah menatap pria yang berada di hadapannya.

"Ya, tidak masalah. Dan kurasa, ini bukan kesalahannya. Aku melihat ada seseorang yang sengaja menyenggol lengan wanita ini sehingga terjadi kekacauan seperti ini."

Pria itu dengan jelas melihat apa yang sebenarnya terjadi. Tetapi ia tidak ingin memperkeruh suasana, itu sebabnya dia tidak memberitahu siapa yang sudah menyenggol lengan wanita itu.

"Aku harus ke toilet untuk membersihkan semua ini. Permisi."

Setelah pria itu pergi menuju toilet, Luna langsung menatap Amanda.

"Maaf karena aku membentakmu tadi. Aku tidak bermaksud seperti itu." Ucap Luna berpura-pura merasa bersalah karena sudah membentak Amanda.

"Tak apa, Lun. Aku mengerti." Balas Amanda dengan senyumannya.

"Aku harus membereskan ini." Ucap Amanda.

"Kalau begitu, aku akan kembali ke ruanganku." Ucap Luna sambil berlalu pergi meninggalkan Amanda.

Tanpa Luna sadari, ternyata Melani juga menyaksikan apa yang sebenarnya terjadi. Wanita itu benar-benar tidak menyangka Luna akan melakukan hal itu kepada Amanda.

Kenapa dia melakukan hal itu kepada Amanda? Sepertinya ada yang tidak beres. Batin Melani.

***

To be continue …

MASIH MENCINTAIMU

Saat ini Amanda sedang bersiap-siap untuk pulang. Baru saja Amanda keluar dari ruang loker nya, pandangannya langsung tertuju kepada seorang pria yang sedang duduk di salah satu meja.

"Malvin." Gumam Amanda pelan.

Melani yang sudah berada di belakang Amanda pun langsung menyadari apa yang sedang di tatap oleh Amanda.

"Sayang ... "

Pandangan Amanda langsung tertuju pada Luna yang baru saja keluar dari ruangannya. Dia melihat Luna langsung memeluk Malvin dan memberikan kecupan lembut di pipi pria itu.

Hati Amanda masih tidak siap untuk melihat pemandangan tersebut. Melani yang melihat hal itu pun langsung mengajak Amanda untuk segera pergi dari tempat itu.

"Sebaiknya kita pulang sekarang." Ucap Melani.

Amanda langsung mengikuti langkah Melani. Ia berusaha untuk tidak menatap Luna dan juga Malvin. Tetapi sayangnya, Luna malah memanggilnya.

"Amanda."

Mau tidak mau Amanda menghentikan langkahnya dan langsung menatap Luna. Melani yang mendengar Luna memanggil Amanda pun langsung menghentikan langkahnya.

"Ada apa, Lun?" Tanya Amanda lembut.

"Aku sudah memberimu undangan bukan?" Ucap Luna.

"Ya, sudah. Kenapa?" Jawab Amanda.

"Tidak, Malvin tidak percaya bahwa aku sudah memberimu undangan. Dan dia juga takut kau tidak akan datang ke acara pertunangan kami." Ucap Luna.

"Kau jangan khawatir, aku pasti akan datang. Terima kasih karena sudah mengundangku ke acara pertunangan kalian." Balas Amanda sambil berusaha tersenyum.

"Aku harus pulang sekarang." Ucap Amanda sambil berlalu pergi.

Baru saja beberapa langkah, Malvin langsung memanggilnya dan mau tidak mau Amanda langsung menoleh.

"Amanda, tunggu." Panggil Malvin.

Amanda langsung menatap sang mantan kekasih. Seakan mengerti saat melihat tatapan Amanda, Malvin langsung berbicara kembali.

"Bisakah kita bicara sebentar? Ada yang ingin aku bicarakan denganmu." Ucap Malvin.

"Sayang, bisakah kau menungguku di mobil?" Tanya Malvin kepada Luna.

Luna sempat berpikir sebelum akhirnya ia mengangguk. Setelah itu, Luna langsung berlalu pergi meninggalkan Amanda, Malvin dan juga Melani.

Malvin langsung menatap Melani yang masih berada di belakang Amanda. Seakan mengerti apa yang Malvin inginkan, dengan cepat Melani berbicara.

"Aku tidak akan pergi meninggalkan Amanda bersamamu. Jika kau ingin berbicara dengan Amanda, silahkan saja. Anggap saja aku tidak bersama dengan kalian." Ucap Melani.

Melani sengaja tidak meninggalkan Amanda berdua dengan Malvin karena ia tidak ingin Luna berpikiran yang macam-macam mengenai Amanda.

"Apa yang ingin kau bicarakan denganku?" Tanya Amanda lembut.

"Sebaiknya kau tidak perlu datang ke acara pertunanganku. Aku tidak ingin melihatmu bersedih, Amanda." Ucap Malvin.

"Kenapa kau melarangku untuk datang ke acara pertunanganmu dengan Luna? Kau takut aku bersedih? Tidak, Malvin. Aku tidak bersedih sama sekali. Justru aku bahagia karena sahabatku akan segera bertunangan." Ucap Amanda.

"Kau bisa mengatakan hal itu kepadaku. Tetapi kau tidak bisa membohongi perasaanmu sendiri. Ayolah, Amanda ... Aku hanya tidak ingin wanita yang aku cintai bersedih karena diriku." Balas Malvin.

"Malvin ... berhenti mencintaiku dan cobalah untuk mencintai Luna. Hubungan kita sudah berakhir sejak satu tahun yang lalu. Seharusnya kau bisa melupakan perasaanmu itu dan belajar mencintai Luna. Dia adalah wanita yang baik, dan aku lihat sepertinya Luna sangat mencintaimu." Ucap Amanda.

"Aku tidak bisa mencintainya. Hatiku hanya untukmu. Aku masih mencintaimu, Amanda. Dan selamanya akan seperti itu." Balas Malvin.

"Tetapi sampai kapan pun kita tidak akan pernah bisa bersama, Malvin. Kedua orang tua-mu sangat menentang keras hubungan kita. Aku hanya-lah wanita miskin yang tidak pantas bersanding denganmu, Malvin. Berbeda dengan Luna, dia wanita mapan yang pantas bersanding denganmu. Jadi aku mohon, lupakan perasaanmu untukku. Karena sampai kapan pun aku tidak ingin kembali denganmu." Ucap Amanda.

"Maaf, aku harus segera pulang." Lanjut Amanda sambil berlalu pergi.

Melani segera menyusul Amanda, meninggalkan Malvin sendiri.

Setelah kepergian Amanda, Malvin segera menyusul Luna yang sudah duduk manis di dalam mobil.

"Apa yang kau bicarakan dengan Amanda?" Tanya Luna penuh selidik.

"Bukan hal penting. Dan kau tidak perlu tahu tentang itu." Jawab Malvin datar.

Luna benar-benar merasa kesal. Kenapa setiap bersama dengannya, Malvin selalu bersikap acuh seperti itu. Sementara saat bersama Amanda, pria itu bersikap sangat lembut. Malvin akan bersikap lembut kepadanya jika di hadapan orang-orang saja. Jika mereka sedang berdua, Malvin akan bersikap acuh.

"Sampai kapan kau akan bersikap acuh seperti itu kepadaku?" Tanya Luna yang tidak bisa menahan emosi nya lagi.

"Sampai kau menyerah dan mau membatalkan perjodohan ini." Jawab Malvin datar.

"Tidak akan! Sampai kapan pun aku tidak akan membatalkan perjodohan ini. Aku sangat mencintaimu, Malvin. Aku tidak ingin kehilangan dirimu." Ucap Luna.

"Jika kau mencintaiku, seharusnya kau membiarkanku bahagia bersama Amanda. Bukankah banyak yang mengatakan bahwa seseorang akan bahagia jika melihat orang yang dicintainya bahagia walaupun itu bersama orang lain?" Ucap Malvin.

"Kau tidak akan pernah bahagia hidup bersamanya, Malvin. Dia hanya wanita miskin yang tidak mempunyai tujuan hidup. Berbeda denganku." Balas Luna.

"Aku tidak peduli dengan status sosialnya, Lun. Aku mencintai Amanda apa adanya. Dan kenapa kau tega mengatakan hal seperti ini mengenai sahabatmu?" Tanya Malvin.

Luna benar-benar lupa kalau saat ini dirinya sedang bersandiwara untuk menjadi sahabat yang baik untuk Amanda. Tetapi karena kelewat kesal dengan ucapan Malvin barusan, membuat Luna kelepasan mengatakan hal itu.

"Aku ... Aku hanya kasihan saja kepadanya. Jika dia terus bersamamu, kedua orang tuamu pasti akan terus menghinanya, Malvin. Apakah kau tidak memikirkan hal itu ke depannya?" Jawab Luna.

Malvin langsung terdiam saat mendengar ucapan Luna barusan. Semua yang dikatakan wanita itu benar. Jika Amanda terus bersamanya bahkan sampai menikah, pasti kedua orang tuanya akan terus menghina bahkan mencaci maki Amanda.

Ko p

Tanpa merespon ucapan Luna barusan, Malvin langsung melajukan mobilnya untuk mengantar wanita yang saat ini berada di sampingnya untuk pulang.

Berbeda dengan Luna yang saat ini di antar pulang menggunakan mobil, Amanda seperti biasa memilih pulang berjalan kaki saja bersama Melani karena kebetulan arah rumahnya dengan arah rumah sakit searah.

Melani benar-benar salut dengan Amanda. Setelah bertemu dan berbicara dengan Malvin tadi, Amanda tidak menampakkan wajah sedih ataupun menangis.

"Amanda ... Kau yakin baik-baik saja?" Tanya Melani untuk kesekian kalinya.

"Aku baik-baik saja, Mel." Jawab Amanda.

"Kau akan datang ke acara itu?" Tanya Melani.

"Tentu saja aku akan datang. Kau pasti mengira aku tidak akan datang karena Malvin yang memintanya." Jawab Amanda.

Melani hanya mengangguk menanggapi ucapan Amanda barusan.

"Kau tenang saja, Mel. Aku tidak akan bersedih, aku akan mencoba melepaskan Malvin untuk Luna-sahabat kita." Ucap Amanda.

"Kita masih menganggap nya sahabat. Tetapi sepertinya Luna tidak." Ucap Melani tiba-tiba.

Amanda langsung menoleh untuk menatap Melani saat mendengar ucapan wanita itu barusan.

"Apa maksudmu, Mel? Dia juga pasti menganggap kita sahabatnya. Kita sudah berteman sangat lama." Balas Amanda.

"Ya memang kita sudah berteman sejak lama. Tetapi entah kenapa aku merasa bahwa Luna sudah tidak menganggap kita sebagai sahabatnya sejak dia bersama dengan Malvin." Ucap Melani.

"Kenapa kau tiba-tiba berpikiran seperti itu, Mel?" Tanya Amanda penasaran.

"Entahlah aku hanya merasa seperti itu. Kau tahu, saat kau tidak sengaja menumpahkan minuman kepada pelanggan tadi siang, aku melihatnya. Apakah kau merasa ada seseorang yang menyenggol lenganmu?" Tanya Melani.

"Ehmm ... Ya, aku merasa seperti ada yang menyenggol lenganku." Jawab Amanda kembali mengingat kejadian tadi siang.

"Itu karena Luna sengaja menyenggol lenganmu, Amanda." Balas Melani.

Amanda sangat terkejut mendengar ucapan Melani barusan. Tidak! Tidak mungkin Luna sengaja melakukan itu kepadanya. Pikir Amanda.

"Tidak mungkin, Mel. Memang setelah kejadian itu terjadi, Luna datang menghampiriku. Tetapi tidak mungkin dia sengaja melakukannya." Ucap Amanda.

"Tapi aku melihatnya dengan mataku sendiri, Amanda. Dia dengan sengaja menyenggol lenganmu supaya kau melakukan kesalahan." Ucap Melani.

Amanda hanya diam saja memikirkan ucapan Melani barusan. Dia tidak percaya jika Luna melakukannya dengan sengaja.

"Ya sudah, tidak usah dipikirkan." Ucap Melani mencoba mengalihkan pembicaraan.

Amanda pun hanya menanggapi ucapan Melani dengan senyumannya.

"Ohya, aku akan menjenguk ibumu." Ucap Amanda.

"Tidak perlu, Amanda. Ini sudah malam, aku tidak bisa membiarkanmu pulang sendiri." Balas Melani.

"Tak apa, Mel. Tidak akan terjadi sesuatu." Ucap Amanda.

"Jangan sekarang, Amanda. Aku benar-benar khawatir." Ucap Melani.

"Baiklah, aku akan menjenguk ibumu nanti." Ucap Amanda.

Saat Amanda baru saja tiba di depan rumahnya, ia dikejutkan dengan kehadiran Luna.

"Luna, Apa yang sedang kau lakukan disini?" Tanya Amanda.

"Aku sudah menunggumu dari tadi. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu." Jawab Luna.

"Baiklah, ayo masuk ke dalam." Ucap Amanda.

Amanda segera membuka pintu rumahnya dan mempersilahkan Luna untuk masuk ke dalam.

"Kau ingin minum apa, Lun?" Tanya Amanda.

"Air mineral saja. Terima kasih." Jawab Luna.

Luna memperhatikan sisi rumah yang di tempati oleh Amanda. Saat sedang memperhatikan sekitar, kehadiran Amanda langsung membuat Luna mengalihkan perhatiannya.

"Rumahku tidak ada yang berubah, Lun. Masih sama seperti dulu saat kau terakhir kemari." Ucap Amanda sambil menyimpan Air mineral di atas meja.

"Rasanya sudah lama kau tidak berkunjung ke rumahku. Mungkin satu tahun yang lalu kau datang kemari. Padahal dulu setiap kita pulang kerja, kau selalu mampir ke rumahku." Lanjut Amanda.

"Maafkan aku karena baru datang kemari lagi, Amanda. Kau tahu kan, semenjak aku bersama Malvin, dia selalu menjemput-ku." Ucap Luna.

"Tak apa, Lun. Aku mengerti." Balas Amanda dengan senyumannya.

"Apa yang ingin kau bicarakan denganku, Lun?" Tanya Amanda.

Luna langsung menatap Amanda. "Ini tentang Malvin." Jawab Luna.

"Malvin? Ada apa dengannya?" Tanya Amanda kebingungan.

"Apa yang kau bicarakan dengannya tadi?" Tanya Luna.

Luna masih penasaran dengan apa yang dibicarakan antara Amanda dan Malvin. Ia takut jika Amanda terus bertemu dengan Malvin, mereka bisa kembali bersama. Dan Luna tak ingin itu terjadi.

"Malvin hanya mengatakan kepadaku bahwa aku tidak perlu datang ke acara pertunangan kalian." Jawab Amanda.

"Lalu kau menyetujuinya?" Tanya Luna penasaran.

"Tentu saja tidak. Aku pasti akan datang, Lun. Kau sahabatku, aku pasti datang untuk melihat sahabatku bertunangan dengan pria yang dia cintai." Jawab Amanda dengan senyumannya.

Luna sedikit bernapas lega saat mendengar jawaban yang di berikan Amanda. Wanita itu sangat menginginkan Amanda datang untuk melihatnya bertunangan dengan pria yang pernah mengisi hatinya.

"Apakah kau bahagia melihatku akan bertunangan dengan Malvin? Dan apakah ... Kau masih mencintai Malvin?" Tanya Luna hati-hati.

Amanda sempat terdiam saat mendengar pertanyaan Luna. Jika ditanya apakah dirinya bahagia melihat Luna akan bertunangan? Tentu saja jawabannya 'iya' tetapi untuk pertanyaan apakah dirinya masih mencintai Malvin? Amanda tidak bisa membohonginya bahwa perasaan itu memang masih ada walaupun tidak sebesar dulu karena selama satu tahun ini Amanda berusaha melupakan perasaannya untuk Malvin.

"Tentu saja aku bahagia, Lun. Dan mengenai perasaanku ... Aku--Aku sudah tidak mencintai Malvin." Jawab Amanda gugup.

"Sudahlah, jangan membahas hubunganku dengan Malvin lagi. Hubungan kami sudah berakhir, jadi kau tidak perlu khawatir. Aku tidak mungkin kembali bersamanya." Lanjut Amanda berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Terima kasih, Amanda. Terima kasih karena kau mau melepas Malvin untukku. Aku sangat mencintainya." Ucap Luna sambil menggenggam tangan Amanda.

Amanda hanya tersenyum saja menanggapi ucapan Luna barusan. Dia berharap Malvin bisa mencintai Luna sama seperti pria itu mencintainya dulu.

*****

To be continue ...

PERTUNANGAN LUNA DAN MALVIN

Hari yang ditunggu-tunggu oleh Luna akhirnya tiba. Saat ini Luna sedang bersiap-siap untuk acara pertunangannya dengan Malvin.

"Amanda ... Bagaimana penampilanku?" Tanya Luna.

"Kau terlihat sangat cantik, Luna. Benar kan, Mel?" Ucap Amanda.

Luna sengaja meminta Amanda dan Melani untuk datang lebih awal supaya bisa membantunya bersiap-siap.

"Ya, kau cantik. Malvin pasti akan tergila-gila padamu." Jawab Melani asal.

"Terima kasih." Balas Luna sambil tersenyum.

Tak lama setelah perbincangan mereka, acara pun akhirnya di mulai. Luna di persilahkan untuk keluar dari kamarnya setelah Malvin tiba di rumah Luna.

Namun pada saat melihat Luna keluar, pandangan Malvin bukan tertuju kepada Luna. Melainkan pada Amanda. Wanita itu terlihat sangat cantik dengan balutan dress berwarna soft pink tanpa lengan.

Amanda yang menyadari tatapan itu pun langsung berpura-pura tidak menyadarinya. Ia memutuskan mengajak Melani untuk segera duduk di salah satu kursi.

"Malvin terlihat sangat tampan." Bisik Melani kepada Amanda.

Amanda yang mendengar bisikan Melani pun langsung menatap Melani dengan tatapan datarnya.

"Diamlah, Mel. Jangan membahasnya." Bisik Amanda.

"Maaf." Bisik Melani.

Akhirnya inti dari acara tersebut akan segera di mulai. Yaitu acara pertukaran cincin. Entah kenapa hati Amanda sedikit sakit saat akan menyaksikan acara tersebut.

Amanda pun akhirnya memutuskan untuk pergi meninggalkan tempat tersebut. Tetapi baru saja akan beranjak, Melani langsung menahan lengannya.

"Kau mau kemana?" Tanya Melani.

"Aku harus pergi, Mel." Jawab Amanda.

"Aku tahu ini sangat menyakitkan untukmu. Tetapi jika kau pergi begitu saja, Luna pasti beranggapan bahwa kau masih mencintai Malvin." Bisik Melani.

"Pikirkan ucapanku baik-baik, Amanda." Ucap Melani.

Amanda pun sempat terdiam sebelum akhirnya memutuskan untuk duduk kembali. Pandangannya kini tertuju pada Malvin dan Luna yang sedang memasangkan cincin di jari masing-masing.

Tanpa sadar, air mata Amanda menetes begitu saja. Dengan cepat, Amanda menghapus air matanya dan berusaha menampilkan senyumannya.

Rangkaian acara pun akhirnya sudah selesai, kini Amanda dan Melani sedang mengantri untuk memberikan ucapan selamat kepada Luna dan Malvin.

"Selamat atas pertunanganmu, Luna. Aku turut bahagia." Ucap Amanda sambil memeluk Luna.

"Terima kasih, Amanda. Terima kasih karena sudah hadir ke acara pentingku." Balas Luna.

Keduanya saling melepas pelukan. Dan Amanda pun langsung berjalan menuju Malvin yang sedang menatapnya.

"Selamat, Malvin. Jaga Luna dan bahagiakan dia." Ucap Amanda.

"Terima kasih karena kau datang kemari." Balas Malvin sambil tersenyum kepada Amanda.

Pria itu tidak membalas ucapan Amanda mengenai Luna.

"Bisakah kita bicara berdua?" Tanya Malvin.

Melani dan Luna jelas mendengar ucapan Malvin kepada Amanda. Luna langsung merangkul lengan Malvin dengan mesra.

"Maaf, aku harus pergi. Sekali lagi selamat atas pertunangan kalian." Ucap Amanda.

Setelah mengatakan hal itu, Amanda segera bergegas pergi. Melani pun segera menyusul Amanda.

"Amanda tunggu." Bukan suara Melani yang terdengar di pendengaran Amanda. Melainkan suara seseorang yang sangat Amanda kenali.

Ia pun memilih untuk menoleh dan ternyata benar dugaannya. Wanita yang sangat Amanda hindari kini berada di hadapannya.

"Berani sekali kau datang ke acara pertunangan anak-ku."

"Maaf, Tante. Tetapi aku datang kemari karena Luna yang mengundangku. Dia adalah sahabatku jadi aku berhak datang ke acara terpentingnya." Balas Amanda.

"Wanita miskin seperti dirimu tidak pantas datang ke acara ini. Kau hanya pantas menjadi seorang pelayan! Untung saja Malvin mau mengakhiri hubungannya dengan wanita seperti dirimu. Entah bagaimana jadinya jika dia menikah denganmu, kau bahkan tidak bisa mengangkat derajat hidup anak-ku. Hidupmu saja serba kekurangan! Tidak seperti Luna, dia seorang manager dia pasti bisa mengangkat derajat hidup anak-ku." Ucap wanita itu.

Sakit? Itulah yang saat ini Amanda rasakan. Dihina dan dicaci maki seperti ini oleh ibu dari Malvin. Tetapi sebisa mungkin, Amanda tidak boleh terlihat lemah.

"Aku memang wanita miskin yang hidup serba kekurangan. Tetapi aku yakin, suatu saat nanti aku bisa menjadi orang sukses." Balas Amanda.

"Jangan bermimpi terlalu tinggi, Amanda. Kau akan selamanya menjadi wanita miskin yang hanya bisa memanfaatkan kekayaan pria-pria di luar sana dan hanya bisa menyusahkan orang lain saja. Oh ... atau jangan-jangan alasan kedua orang tuamu membuangmu karena kau sangat menyusahkan mereka. Akhirnya mereka membuangmu. Dan mungkin saja kedua orang tua angkatmu meninggal karena mereka lelah mengurus anak seperti dirimu."

"Cukup, Tante Vina!!" Bentak Amanda.

Jika sudah membawa kedua orang tuanya, Amanda tidak akan tinggal diam.

"Aku diam bukan berarti aku mau terus kau hina seperti ini! Aku bukan wanita seperti itu! Jika aku hanya memanfaatkan kekayaan pria saja, untuk apa aku bersusah payah bekerja?!" Balas Amanda dengan amarah yang tidak bisa ia bendung lagi.

"Aku datang kemari bukan untuk kau caci maki dan kau hina!! Aku datang kemari hanya ingin melihat sahabatku bahagia. Itu saja. Apakah itu sangat mengganggumu, Tante Vina yang terhormat?!" Lanjut Amanda.

"Tentu saja sangat menggangguku! Dengan kau datang kemari akan membuat Malvin kembali goyah dengan perasaannya! Jika sampai Malvin dan Luna gagal menikah, orang yang akan aku salahkan pertama kali itu dirimu!! Ingat itu!" Ucap Vina.

"Kau jangan khawatir, sampai kapan pun aku tidak akan pernah kembali bersama Malvin. Jadi kau tidak perlu khawatir tentang hal itu, Tante Vina." Ucap Amanda sambil berlalu pergi meninggalkan Vina.

Amanda memilih untuk pergi dari tempat itu sesegera mungkin. Baru saja Amanda keluar dari rumah Luna, Melani langsung memanggilnya.

"Amanda." Panggil Melani.

"Ada apa, Mel?" Tanya Amanda.

"Kau baik-baik saja? Maaf karena tadi aku tidak sengaja mendengar pembicaraanmu dengan Tante Vina." Ucap Melani hati-hati.

Amanda benar-benar terkejut saat mendengar ucapan Melani barusan. Malu? Amanda merasa sangat malu karena Melani melihatnya di hina dan di caci maki oleh ibu dari Malvin.

"Ya, aku baik-baik saja. Aku harus pulang sekarang, Mel." Jawab Amanda sambil berusaha tersenyum.

"Boleh aku ikut bersama denganmu?" Tanya Melani.

Melani tahu pasti Amanda saat ini sedang merasa sedih atas perkataan Tante Vina tadi. Melani ingin menemani Amanda.

Amanda langsung mengangguk pertanda ia mengizinkan Melani untuk ikut bersama dengannya.

Mereka pun segera pergi meninggalkan rumah Luna dan bergegas menuju rumah Amanda.

Kali ini Amanda memutuskan untuk pulang menggunakan angkutan umum supaya lebih cepat sampai.

Sesampainya dirumah, Amanda langsung menawarkan minum untuk Melani.

"Kau ingin minum apa, Mel?" Tanya Amanda.

"Sudah nanti saja. Aku bisa mengambilnya sendiri. Kemarilah..." Jawab Melani sambil menepuk bagian kursi yang kosong.

Amanda pun langsung menghampiri Melani. "Ada apa?" Tanya Amanda.

"Aku tahu saat ini kau merasa sedih karena ucapan Tante Vina tadi. Kau bisa membagi kesedihanmu itu kepadaku, Amanda. Jangan kau pendam sendiri kesedihanmu itu. Aku adalah sahabatmu, dan aku bersedia mendengarkan semua keluh kesahmu." Jawab Melani sambil menatap Amanda serius.

Memang selama ini dia tidak pernah bercerita kepada siapa pun tentang masalahnya. Karena Amanda berpikir dia tidak mau orang-orang mengkhawatirkannya apalagi mengasihaninya. Mungkin sekarang tidak ada salahnya jika dia membagi kesedihannya kepada Melani sahabatnya karena Amanda benar-benar tidak mempunyai siapa pun selain Melani dan Luna.

Amanda langsung memeluk Melani dan saat itu juga tangis Amanda pecah. Sejak tadi Amanda menahan tangisnya karena ia tidak ingin di anggap lemah oleh Tante Vina. Tetapi sekarang, ia tidak peduli apakah Melani akan menganggap nya cengeng atau tidak. Yang pasti saat ini, Amanda hanya ingin menangis.

Melani langsung mengusap punggung sahabatnya itu. Mencoba memberi ketenangan.

"Menangislah, Amanda. Menangislah jika itu bisa mengurangi beban di hatimu." Ucap Melani.

"Semua terlalu menyakitkan untukku, Mel. Selama ini aku selalu berusaha untuk terlihat baik-baik saja. Tetapi hari ini aku tidak bisa menutupi nya lagi. Hatiku benar-benar hancur, Mel. Hatiku hancur saat melihat Malvin bertunangan dengan Luna. Dan yang lebih membuat hatiku hancur adalah perkataan Tante Vina tadi." Ucap Amanda yang masih setia dengan tangisnya.

"Dia selalu menghina dan mencaci maki diriku, Mel. Aku tahu aku hanya lah wanita miskin yang tidak memiliki apapun. Tetapi aku masih memiliki hati. Sakit hatiku saat Tante Vina selalu menghinaku seperti tadi. Bahkan dia selalu mengatakan bahwa alasan kedua orang tua kandungku meninggalkanku karena aku hanya-lah anak yang tidak berguna. Sebegitu tidak berguna-kah diriku? Bahkan sampai membuat kedua orang tuaku pergi meninggalkanku." Lanjut Amanda.

Melani masih tidak menyangka bahwa selama ini Amanda hanya-lah anak angkat. Sahabatnya itu tidak pernah menceritakan masalah itu kepadanya.

"Jangan pikirkan ucapan Tante Vina tadi. Yang terpenting sekarang, kau harus bisa membuktikan kepadanya bahwa kau bisa menjadi orang yang sukses supaya Tante Vina tidak memandang rendah lagi dirimu, Amanda. Dan mengenai Malvin, Aku tahu kau masih mencintainya. Tetapi Amanda, kau tidak akan pernah bisa bersama dengannya lagi. Dia sudah bertunangan dengan Luna-sahabat kita." Ucap Melani sambil melepaskan pelukan itu dan langsung menatap Amanda serius.

"Ya, aku tahu itu. Aku cukup bahagia melihatnya bahagia bersama Luna. Aku akan berusaha melupakan perasaanku ini, Mel." Balas Amanda sambil berusaha menampilkan senyumannya.

Amanda langsung menghapus air matanya. "Terima kasih karena sudah mau mendengarkan ceritaku, Mel." Ucap Amanda.

"Tidak perlu berterima kasih seperti itu, Amanda. Sudah seharusnya aku mendengarkan keluh kesahmu." Balas Melani.

"Sebenarnya ada yang ingin aku tanyakan kepadamu, Amanda." Ucap Melani hati-hati.

"Kau pasti ingin menanyakan tentang kedua orang tuaku, bukan?" Tanya Amanda.

Amanda sudah bisa menebak apa yang ingin ditanyakan Melani kepadanya karena selama ini dia tidak pernah membahas tentang dirinya yang hanyalah anak angkat.

Melani langsung mengangguk menanggapi pertanyaan Amanda barusan.

"Seperti yang kau dengar tadi. Aku hanya-lah anak angkat dari ibu dan ayahku. Aku sendiri baru mengetahuinya pada saat umurku enam belas tahun. Saat itu aku tidak sengaja mendengar percakapan ibu dan ayah yang mengatakan bahwa aku hanya-lah anak angkat mereka. Mereka mengadopsi-ku dari sebuah panti asuhan pada saat aku berusia lima bulan. Awalnya aku sedih dan tidak bisa menerimanya, tetapi setelah aku berpikir kembali. Aku merasa sangat bahagia karena ibu dan ayah sudah mengadopsi-ku. Mungkin jika tidak ada mereka, sampai saat ini aku tidak akan pernah merasakan kasih sayang kedua orang tua." Ucap Amanda.

"Apakah kau tahu siapa orang tua kandungmu?" Tanya Melani.

"Tidak, Mel. Awalnya aku berusaha mencari tahu siapa orang tua kandungku. Aku berusaha kembali ke panti asuhan itu dan menanyakan siapa yang membawaku kesana. Tetapi ibu panti mengatakan bahwa dia tidak mengetahui siapa yang sudah membawaku kesana. Dia menemukanku sudah berada di depan pintu dan ibu panti juga menemukan kalung ini." Jawab Melani.

Melani melihat kalung yang selalu dipakai oleh Amanda. Kalung liontin berbentuk love.

"Hanya ini barang yang bisa mengingatkanku bahwa aku masih memiliki orang tua. Walaupun aku tidak tahu siapa mereka dan dimana mereka berada. Semenyedihkan itu kah hidupku, Mel?" Ucap Amanda

"Jangan berkata seperti itu, Amanda. Kau tidak sendiri. Ada aku yang akan selalu menemanimu. Apakah sampai saat ini kau masih mencari tahu siapa orang tua kandungmu?" Tanya Melani.

"Tidak. Aku tidak tahu harus mencari mereka kemana. Belum tentu juga mereka mencariku, Mel. Mereka saja membuangku ke panti asuhan. Itu artinya mereka tidak menginginkanku." Jawab Amanda.

"Bagaimana kondisi ibumu?" Tanya Amanda berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Kondisi ibu sudah membaik." Jawab Melani sambil tersenyum.

"Maaf karena aku belum sempat menemui ibumu." Ucap Amanda.

"Tak apa, Amanda." Balas Melani.

Setelah itu, Melani memutuskan untuk pamit karena wanita itu ingin memberi Amanda waktu untuk menenangkan hati dan juga pikirannya.

*****

To be continue ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!