NovelToon NovelToon

Mermaid:Cinta Atau Balas Dendam

Bab 1 Misi dari Ibu

Di dasar laut yang biru dan tenang, cahaya matahari menembus permukaan air hingga menari di atas pasir halus. Gelombang kecil berdesir lembut, membawa aroma asin yang segar, sementara riak-riak air menimang karang berwarna-warni. Nerina Oceana, mermaid muda dengan sirip berkilau biru kehijauan, berenang di antara gerombolan ikan kecil. Rambutnya yang panjang dan gelap bergerak perlahan di arus laut, seolah menari bersama gelombang.

Ia menghela napas panjang, matanya menatap jauh ke istana yang menjulang megah di kejauhan. Kristal cahaya yang menempel di menara-menara istana memantulkan bayangan indah. Ia segera berenang ke arah Istana itu dengan indah,hingga sampailah dia di dalam istana.

"Yang mulia ratu, anak saya sudah dua hari tidak kembali pulang" Kata salah satu mermaid wanita paruh baya.

"Anak saya juga ratu, sudah satu minggu setelah bermain ke arah daratan ia tidak kunjung kembali" Kata salah seorang mermaid wanita berumur sekitar tiga puluh tahunan.

Sang ratu segera memanggil beberapa penjaga disana.

"Apa benar yang dibilang mereka?"tanya sang ratu dengan tegas.

"Benar ratu,sudah ada sekitar dua puluh mermaid muda yang menghilang dari lautan" kata salah satu penjaga mermaid itu.

"Apa kalian sudah cari tahu siapa pelakunya?" Ratu mermaid berkata sambil menghentakkan tongkatnya.

"Sudah ratu,sepertinya itu ulah bangsa manusia"jelas salah satu penjaga.

Ratu Mermaid menatap penjaga itu dengan mata yang penuh amarah namun tetap tenang. Suaranya bergema di aula istana, membuat riak air di sekeliling mereka ikut bergetar.

"Kita tidak bisa membiarkan ini begitu saja" katanya tegas.

"Kehilangan dua puluh mermaid muda bukan hal kecil. Mereka adalah penerus klan kita. Jika manusia berani mencampuri urusan kita, mereka harus merasakan akibatnya"

Sejenak, keheningan menyelimuti aula. Para mermaid menunduk, takut sekaligus menahan emosi mereka. Nerina, yang baru datang cepat cepat pergi menuju ke kamarnya. Nerina menatap ke arah luar jendela kamarnya,ia merasa sedih melihat teman temannya menghilang satu persatu.

"Anakku, Nerina" Suara lembut tapi tegas terdengar dari belakang.

Nerina menoleh dan melihat sang ibu, Ratu Oceana meluncur ke arahnya. Sirip emasnya berkilau dan mahkota perak di kepalanya memantulkan cahaya seperti mutiara.

"Iya bunda" Nerina menunduk hormat.

"Nak,kamu sudah tahu kan kalau ada banyak mermaid mermaid muda yang hilang" tanya sang ibu yang ikut duduk disebelah putrinya.

Nerina hanya mengangguk,lalu menatap ke arah sang ibu.

"Apa ibu? Apakah ibu ingin memberiku sebuah tugas"tanya Nerina seperti sudah tahu kebiasaan ibunya.

Ratu Oceana menatap putrinya dengan mata yang lembut namun penuh ketegasan.

"Anakku, aku ingin kau mengerti ini bukan sekadar tugas biasa. Hilangnya mermaid-mermaid muda ini bukan hanya soal keselamatan mereka, tapi juga kehormatan klan kita. Kita tidak bisa tinggal diam. Apalagi kamu nanti yang akan menjadi ratu mereka menggantikan ibu"

Nerina menelan ludah, hatinya bergetar. Ia tahu betul beratnya tanggung jawab yang dipikulnya.

"Aku mengerti, bunda tapi bagaimana aku bisa menemukan mereka di daratan? Aku belum pernah berada di sana sendirian, aku merasa takut" suaranya terdengar ragu.

Ratu Oceana tersenyum tipis, menaruh tangannya di bahu Nerina.

"Aku tahu,tapi ketahuilah, kekuatanmu lebih dari yang kau sadari. Keberanianmu, kepintaranmu, dan hatimu yang tulus akan menuntunmu. Kamu punya satu keistimewaan Nerina,bahwa saat kamu menginjak daratan kamu bisa berubah menjadi manusia yang sempurna" sang ibu tersenyum tipis.

Nerina menarik napas dalam-dalam, menenangkan dirinya. Pandangannya tertuju pada jendela kamarnya, ke permukaan laut yang berkilau di bawah cahaya matahari. Gelombang-gelombang kecil tampak seperti menyambutnya, seakan memberi semangat sebelum ia memulai perjalanannya.

"Baik, bunda aku akan pergi ke daratan. Aku akan mencari mereka dan memastikan mereka kembali dengan selamat" ucap Nerina dengan suara tegas walau hatinya masih diliputi rasa takut dan cemas.

"Bunda tau kalau kamu pasti setuju,kamu bisa berkomunikasi dengan ibu lewat kalungmu itu. Nerina kalau kamu merindukan ibu panggil lah ibu dengan menepuk air laut tiga kali saat malam hari,ibu akan datang menemui mu"Sang ibu tersenyum bangga melihat putri kecilnya sudah tumbuh dewasa.

Nerina mengangguk lalu pergi meninggalkan ibunya,sebelum ia membuka pintu. Sang ibu memanggilnya kembali.

"Nerina,disana nanti ada paman Jason yang akan menjagamu" Sang ibu menghampiri Nerina laku memeluknya sebagai ucapan perpisahan.

"Baik bunda,aku pergi dulu" Nerina segera pergi meninggalkan istananya dan berenang menuju ke arah daratan.

Nerina menyibakkan air laut dengan gerakan siripnya yang lincah, menembus riak-riak ombak menuju permukaan. Hatinya campur aduk antara semangat memulai petualangan dan rasa cemas akan misi yang menunggu di daratan. Angin laut yang lembut membelai wajahnya, membawakan aroma garam dan kebebasan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Tiba-tiba dari balik terumbu karang yang berkilau, muncullah sosok yang membuat Nerina terkejut. Seekor kuda laut berwarna perak dengan sirip bercahaya seperti kristal meluncur di dekatnya. Matanya yang besar dan penuh wibawa menatap Nerina seolah mengenalinya.

"Halo, Nerina" suara lembut namun jelas terdengar di pikirannya. Nerina menelan ludah, menyadari bahwa kuda laut itu bisa berbicara.

"K-Kau bisa bicara?" Nerina hampir terhuyung, siripnya bergetar kaget saat melihat seekor kuda laut yang bisa berbicara.

"Tentu saja. Aku diperintahkan oleh Ratu Oceana untuk menemuimu. Namaku Nana dan aku akan menemanimu, menjaga, serta membantumu selama perjalananmu" Kuda laut itu mengangguk gerakan siripnya memantulkan cahaya.

"Menemaniku? Di daratan?" Ia merasa kagum sekaligus heran.

"Tapi, kau kan hanya bisa hidup di laut. Bagaimana kau bisa ikut denganku di daratan" Nerina menatap Nana dengan mata terbelalak.

Nana tersenyum atau setidaknya itulah yang terlihat dari gerakan mulutnya.

"Kekuatan yang diberikan Ratu kepadaku memungkinkan aku menyesuaikan diri dengan dunia daratan untuk sementara waktu. Aku bisa menempuh jalur darat dan air, jadi kau tidak akan sendiri dan aku yang akan membantumu menemukan paman Jason"

Nerina merasakan kelegaan yang hangat di hatinya. Hatinya yang sempat cemas mulai tersibakkan harapan.

"Terima kasih, Nana aku senang kau ada di sini" Nerina tersenyum hangat.

Nana melayang di sampingnya, siripnya berkilau seakan menenangkan arus laut.

"Ingat, Nerina. Perjalanan ini tidak hanya soal menemukan saudara-saudarimu yang hilang. Ada rahasia di daratan yang mungkin belum kau ketahui, dan bahaya yang tersembunyi. Aku akan selalu bersamamu" kata Nana.

Dengan itu, Nerina dan Nana mulai meluncur lebih cepat ke arah permukaan laut. Cahaya matahari menembus riak air, memantulkan kilauan sirip Nerina dan Nana yang berkilau seperti mutiara. Di kejauhan, daratan mulai terlihat pantai dengan pasir keemasan, hutan hijau, dan dunia manusia.

Dunia manusia tidak begitu asing bagi Nerina karena dia dulu pernah menolong seorang manusia yang tenggelam tetapi hanya sebatas menolong dan menaruhnya di pinggir pantai,tetapi itu hanya sekali. Setelah itu dia tidak pernah pergi ke daratan lagi.

"Ayo segera ke daratan"ajak Nana.

Nerina segera mengeluarkan kepalanya dan menghirup udara segar ia melihat ke arah daratan yang sepi kaku segera berenang ke arah sana. Sesampainya di daratan Nerina merasakan ada yang aneh dari ekornya, ekornya mulai mengeras dan membentuk dua kaki. Air laut yang menempel di kulitnya menetes, meninggalkan jejak kilau seperti mutiara di pasir pantai. Tubuhnya yang dipenuhi sisik berubah menjadi pakaian dress bunga bunga.

Sementara itu, Nana yang biasanya berenang anggun di laut, kini berubah wujud menjadi seekor kucing kecil berwarna oren dengan mata besar yang menatap Nerina dengan senang.

Mohon dukungannya jangan lupa like dan komen sebanyak banyaknya ❤️❤️❤️terimakasih

Bab 2 Mencari Paman Jason

"Wow ini rasanya aneh" gumam Nerina, menatap ekornya yang berubah menjadi kaki. Ia mencoba untuk berdiri perlahan. Pasir terasa kasar di telapak kakinya, berbeda dengan halusnya dasar laut yang biasa ia pijaki

Nana mengelus kaki Nerina lalu mengeong pelan seakan memberi dorongan.

"Tenang, Nerina. Kau bisa menguasainya. Ingat, aku di sini untuk membantumu" kata Nana dengan suara yang hanya Nerina bisa dengar, berkat sihir yang diberikan Ratu Oceana.

Nerina menatap cakrawala, di mana hutan hijau dan langit biru bertemu. Dunia ini begitu indah, tapi juga asing dan penuh misteri. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan jantungnya yang berdegup kencang.

"Baik, Nana mari kita lihat apa yang menunggu di daratan ini"

Langkah pertama Nerina terasa canggung, namun seiring waktu, ia mulai menyesuaikan diri. Pasir menempel di kulit kakinya, angin menyapu rambut panjangnya yang basah, dan aroma bunga liar bercampur dengan garam laut membuatnya terhanyut sejenak dalam rasa kagum. Nana melompat di depan, mengendus-endus udara dengan waspada.

"Hati-hati, Nerina. Aku merasakan sesuatu sesuatu yang berbeda di sini. Tidak semua manusia ramah"

Nerina mengangguk. Ia tahu dunia manusia memiliki aturan dan bahaya yang tidak ia temui di laut. Namun tekadnya untuk menemukan mermaid-mermaid yang hilang lebih kuat daripada rasa takutnya. Dengan bantuan Nana yang kini berbentuk kucing, Nerina mulai melangkah lebih jauh ke daratan, meninggalkan pantai dan memasuki dunia manusia yang luas dan penuh rahasia.

"Na,kamu tahu dimana rumah paman Jason?"Nerina menatap ke arah kucing disampingnya.

"Coba kau tanyakan kepada ibu mu lewat kalung itu" kata Nana.

"Baiklah,akan aku tanyakan" Nerina mengangguk lalu mengambil kalung kerang yang berada di lehernya. Ia segera membukanya lalu terlihat ibunya sedang tersenyum.

"Bunda dimana aku bisa menemukan paman Jason?"tanya Nerina lewat kerang itu.

"Hmm...sepertinya rumah paman jason ada di dekat pantai"sang ibu sedikit bingung.

"Ibu ingat ini ada alamatnya"dengan kekuatan ratu mermaid sebuah kertas kecil keluar dari dalam kerang itu.

"Ini alamat paman Jason bu?"tanya Nerina.

"Iya,kamu tinggal ikutin aja"jelas sang ibu lalu yang tadinya menampakkan wajah sang ibu sekarang berubah menjadi gelap.

"Bagaimana Ner?"tanya Nana.

"Ibu memberikanku kertas ini,katanya ini alamat rumah paman Jason" jelas Nerina

Nerina menatap kertas kecil di tangannya, mencoba memahami tulisan manusia yang terpampang di sana. Huruf-huruf itu tampak aneh di matanya, tapi ia berusaha keras untuk membacanya satu per satu. Nana yang melihat itu segera mengelus elus kaki Nerina.

"Kau harus bertanya pada manusia di sekitarmu, Nerina. Jangan hanya mengandalkan petunjuk ini" kata Nana.

"Mereka biasanya tahu jalan-jalan di sekitar pantai"

"Kau yakin aku harus bertanya pada manusia?" tanya Nerina ragu.

"Ya, itu satu-satunya cara" jawab Nana.

Nerina mengangguk lalu berjalan menuju jalan kecil di dekat pantai. Ia menghampiri seorang pria yang sedang membawa ember ikan.

"Permisi apakah Anda tahu alamat ini?" tanya Nerina sambil menunjukkan kertas itu.

Pria itu menoleh lalu membaca sebentar dan tersenyum.

"Oh, rumah Jason? Ikuti jalan ini sampai ujung pantai, kemudian belok kanan. Kau akan melihat rumah dengan pintu biru"

"Terima kasih" jawab Nerina sambil tersenyum.

Nerina melanjutkan perjalanan bertanya ke beberapa orang lain untuk memastikan arah. Setiap kali mendapat petunjuk yang sama, hatinya sedikit lega.

"Sepertinya kita hampir sampai, Nana" kata Nerina sambil menatap rumah dengan pintu biru yang terlihat di kejauhan.

Nerina melangkahkan kakinya mulai mendekat ke arah rumah itu,nana masi terus mengekorinya di sampingnya. Saat semakin dekat terlihat seorang pria paruh baya sedang mengangkat beberapa ember yang berisi ikan.

"Permisi,pak apakah anda kenal dengan paman Jason"tanya Nerina sambil tersenyum.

Pria paruh baya itu menoleh lalu tersenyum ke arah Nerina.

"Ya tuhan,kau sudah besar sekali Nerina"sang paman segera memeluk ponakannya itu.

"Apakah anda paman Jason"Nerina sedikit terkejut.

Paman Jason masih memeluk Nerina dengan erat.

"Tentu saja aku pamanmu! Kau pasti tak ingat wajahku, terakhir kali kita bertemu kau masih kecil sekali"

"Aku memang agak lupa tapi aku senang bisa bertemu dengan paman"Nerina mengangguk pelan.

Jason segera melepaskan pelukannya dari sang keponakan

"Ayo masuk, Nak. Jangan berdiri di luar, kau pasti lelah menempuh jarak dari laut ke daratan"

Mereka masuk ke dalam rumah itu. Begitu pintu terbuka, aroma masakan laut menyeruak. Seorang wanita paruh baya dengan senyum ramah langsung menghampiri.

"Nerina, kau sudah datang?" katanya sambil meraih tangan Nerina.

"Perkenalkan aku Anna, istri dari pamanmu. Jadi aku bibimu,sekarang kau sudah besar sekali ya" Bibi Anna mengelus pipi Nerina.

"Senang bertemu dengan Bibi Anna" Nerina tersenyum sopan.

Dari arah meja makan, seorang gadis remaja berlari kecil mendekat. Rambut hitamnya tergerai dan matanya berbinar penuh rasa ingin tahu.

"Halo! Aku Alia. Jadi kau sepupuku? Wah, akhirnya aku punya saudara seumuran juga" serunya riang.

Nerina sedikit terkejut dengan sambutan hangat itu, tapi ia ikut tersenyum.

"Hai, Alia. Senang bertemu denganmu juga"

Alia menatap Nana yang berdiri di samping Nerina.

"Eh? Kamu bawa kucing?"

Nerina menoleh sekilas pada Nana yang hanya mengeong pelan.

"Iya dia temanku,namanya Nana"

"Kau pasti lapar, Nak. Duduklah dulu, aku akan ambilkan teh hangat" Bibi Anna mengangguk sambil tersenyum.

Jason menambahkan sambil menunjuk ke salah satu kursi.

"Ya, duduklah, Nerina. Kita banyak cerita yang harus dibicarakan"

Alia ikut duduk di sebelah Nerina sambil menatapnya lekat-lekat.

"Jadi, kau dari mana sebenarnya? Kenapa baru sekarang datang ke sini?"

Nerina menunduk sejenak sebelum menjawab. "Perjalananku agak rumit, Alia tapi aku senang akhirnya bisa sampai di sini"

"Aku tahu kedatanganmu bukan sekadar untuk bersilaturahmi, kan? Ada sesuatu yang ingin ibumu sampaikan lewatmu"Jason menatapnya serius.

Nerina menelan ludah pelan, jantungnya berdegup.

"Iya, Paman aku memang datang membawa kesini karena diminta bunda"

Suasana meja makan langsung terasa hening, hanya terdengar suara cangkir beradu. Anna menatap Jason dengan wajah penasaran.

"Jason apa maksudnya?"

"Aku rasa kita harus mendengar dulu penjelasan Nerina" Jason menghela napas.

Nerina menggenggam kalung kerangnya erat.

"Ada sesuatu yang besar terjadi di lautan dan aku diminta bunda untuk meminta bantuan kepada kalian"

"Maksutnya bantuan apa?"tanya Alia bingung.

"Apakah Ratu meminta agar kami menjadi orang yang membantu mu untuk misi ini?"tanya bibi Anna.

Nerina mengangguk,lalu menatap mereka bergantian.

"Beberapa mermaid muda menghilang dan aku harus mencari tahu siapa dalangnya"

"Apa para mermaid menghilang?"tanya paman Jason.

"Bagaimana cara kita membantu?"bibi Anna menatap keponakannya itu.

Nerina menunduk, jemarinya masih menggenggam kalung kerang itu.

"Aku juga tidak tahu pasti bunda hanya bilang kalau aku harus menemui Paman Jason. Katanya Paman pasti tahu apa yang harus dilakukan"

Jason menghela napas panjang, lalu menatap sang istri sekilas sebelum kembali menatap Nerina.

"Ibumu benar. Aku memang sudah lama ditunjuk untuk berjaga di sini"

Alia mengernyit. "Maksudnya berjaga… apa Ayah?"

"Aku, Bibi Anna, dan dua mermaid lainnya ditunjuk langsung oleh Ratu untuk menjaga daratan. Tugas kami memastikan manusia tidak seenaknya merusak laut, apalagi menangkap mermaid yang naik ke permukaan" kata paman Jason dengan tegas.

Mohon dukungannya jangan lupa like dan komen sebanyak banyaknya ❤️❤️❤️terimakasih

Bab 3 Pertemuan

Nerina menatap kedua orang dihadapannya dengan mata membesar.

"Jadi selama ini Paman memang menjaga perbatasan antara dunia laut dan daratan?Berarti paman dan bibi juga seorang mermaid?"

"Benar, Nak. Itu sebabnya kami memilih tinggal di sini sebagai manusia. Dari luar, orang-orang melihat kami biasa saja, tapi sesungguhnya kami bagian dari lautan juga" Anna mengangguk pelan.

"Tapi meski kita menjaga, tetap saja ada manusia yang licik, yang sering merusak laut. Alia menimpali dengan suara lebih pelan.

"Kita tidak boleh mendahului prasangka. Itu sebabnya ibumu mengirimmu ke sini, Nerina. Mungkin waktunya kita bergerak lebih jauh daripada sekadar menjaga perbatasan, apalagi ini sudah sampai beberapa mermaid muda menghilang" Jason menepuk bahu Alia lembut.

"Aku ingin tahu siapa dalang di balik semua ini, Paman. Aku tidak bisa membiarkan saudara-saudariku menghilang begitu saja" Nerina mengangguk sorotan matanya tegas.

"Kalau begitu, kita akan membantumu. Kau tidak sendirian, Nerina. Ini juga tugas kita sebagai mermaid penjaga daratan" Anna menatap Nerina.

"Ya! Aku juga ingin ikut. Aku belum pernah ke laut, tapi aku bisa belajar banyak darimu. Dan kalau ada bahaya, kita bisa saling melindungi, kan?" Alia tersenyum bersemangat.

"Terima kasih aku benar-benar merasa tidak sendiri sekarang" Nerina menatap mereka semua, hatinya yang sempat berat mulai terasa lebih ringan.

"Kalau begitu, kita harus segera merencanakan langkah pertama. Dua mermaid lain yang ditugaskan di daratan juga harus kita hubungi. Mereka mungkin punya petunjuk soal hilangnya para mermaid muda itu"Jason bangkit berdiri, sorot matanya tajam.

"Sudah lah Jason,besok saja Nerina pasti cape"jelas Anna yang melihat keponakannya lelah.

"Iya ayah,hari ini aku mau bermain dengan Nerina"Alia tersenyum ke ayahnya.

"Ya sudah kalau begitu biar ayah dan ibu saja yang bertemu dengan dua penjaga yang lain"tegas sang ayah.

"Terimakasih paman"Nerina tersenyum.

"Makanlah nak"Anna menyendokkan nasi dan beberapa lauk ke piring Nerina.

Nerina bingung itu makanan apa karena bukan rumput laut yang biasa ia makan.

"Ini apa bi?"tanya Nerina bingung.

Nerina menatap piringnya lagi. Kuah bening dengan sayuran hijau masih mengepul, sementara potongan cokelat tipis renyah tersaji di sampingnya.

"Ini apa, Bi?" tanya Nerina polos, wajahnya bingung.

 "Yang putih itu nasi kalau yang hijau itu sayur bayam, bagus untuk kesehatanmu. Dan yang ini tempe goreng. Coba dulu, Nak" Anna tersenyum lembut.

Nerina menatap sendoknya ragu, lalu mengambil sedikit kuah dan sayur bayam. Begitu masuk ke mulutnya, matanya langsung berbinar.

 "Hangat sekali rasanya berbeda dengan rumput laut yang biasa kumakan"

"Tentu saja berbeda! Bayam itu favoritku. Coba tempenya, pasti kau suka" Alia tertawa.

Dengan hati-hati, Nerina menggigit sepotong tempe. Ia terdiam sebentar, lalu tersenyum lebar.

"Enak sekali makanan ini"

"Nah, mulai sekarang kau harus terbiasa dengan makanan daratan. Kau butuh tenaga untuk apa pun yang menantimu di sini" Jason tertawa kecil.

"Baiklah paman,aku senang berada disini" Nerina tertawa mulutnya dipenuhi makanan.

Setelah makan, Alia bangkit dari kursinya lalu menatap ke arah kedua orang tuanya.

"Ayah, Ibu bolehkah aku ajak Nerina jalan-jalan sebentar? Aku mau tunjukkan pantai di dekat sini kalau sore?"

Anna mengangguk sambil merapikan piring. "Boleh, tapi jangan terlalu lama. Jangan sampai kalian pulang malam malam"

Nerina menoleh ke Alia. "Pantai?"

"Iya" jawab Alia bersemangat sambil menggandeng tangannya.

"Ayo, kau pasti suka. Anginnya segar, dan kita bisa lihat laut dari sisi yang berbeda. Pasti kamu suka"

Nana mengelus elus kaki Nerina, mengeong kecil seolah tak mau ditinggal.

"Baiklah, ayo Nana ikut juga" kata Nerina sambil mengelus kepala kucing kecil itu.

Mereka berjalan beriringan keluar rumah, menyusuri jalan setapak menuju pantai. Suara debur ombak semakin jelas terdengar, sementara langit perlahan berubah jingga keemasan. Hingga sampailah ia di dekat pantai disana ada tiga orang pria muda seumuran Nerina dan Alia sedang meminum es kelapa.

"Itu apa yang berwarna hijau,kenapa mereka memakannya?"tanya Nerina bingung.

"Oh itu buah kelapa?kamu mau es kelapa?"tanya Nerina menatap penjual es kelepa yang disana ada tiga pria juga yang sedang menatap mereka.

"Itu Alia bareng siapa cantik banget anjir"kata salah satu pria tanpa berkedip.

"Kayak bidadari turun dari kayangan" guman salah satu pria disana.

"Ethan lo dekatilah gadis di sebelah Alia,cocok itu buat lo daripada lo cari gadis yang tidak tahu asal usulnya itu"kata salah satu pria.

"Males, gue harus menemukan gadis yang menyelamatkanku itu jacob"balas Ethan masi asyik menatap laut sambil meminum es kelapa ditangannya.

"Lupakan lah gadis itu,kita saja sudah mencari lama tidak ada dimana mana"balas Haidar.

"Sudahlah kalau kalian mau dekatilah sana"kesal Ethan.

Alia dan Nerina mulai mendekat ke arah penjual es kelapa itu walau Alia malas menemui pria pembuat onar itu. Hingga sampailah Alia dan Nerina disana dan benar saja apa yang dipikirkan Alia bahwa mereka akan menggoda.

"Halo neng cantik,beli es kelapa juga ya"sapa Haidar dengan senyum jahilnya.

"Ya menurut lo" Alia menatap Haidar dengan tatapan malas.

"Galak amat lo Al"Jacob terkekeh.

"Diem ga kalau kalian ganggu kita gue tampol juga lo satu satu"Alia mulai kesal.

Sedangkan Nerina hanya tersenyum canggung,tetapi tatapannya menatap ke arah Ethan seolah merasa bahwa mereka pernah bertemu disuatu tempat.

"Sudahlah kalian tidak usah mengganggu wanita"Jelas Ethan yang akhirnya menatap ke arah Alia dan Nerina.

Saat kedua bola matanya menatap ke arah Nerina,Ethan merasa hatinya berdegup hebat.

"Kenapa wanita itu seperti yang aku kenal?"batinnya merasa sudah pernah bertemu Nerina.

Ethan menatap Nerina dengan serius, mencoba mengenali wajahnya.

"Kita pernah bertemu?" tanyanya pelan.

"K-kamu siapa aku tidak kenal denganmu" Nerina menggeleng sedikit bingung dengan tingkah manusia yang menatapnya.

Ethan melangkah sedikit mendekat, matanya tak lepas dari wajah Nerina. Sorot matanya tajam, seolah berusaha membaca sesuatu yang tersembunyi. Saat matanya menatap leher Nerina, ia tersentak melihat sebuah kalung kerang yang tampak sangat familiar.

"Apa kalung itu?sepertinya aku pernah melihatnya" gumamnya dalam hati, jantungnya berdegup kencang. Ia ingin bertanya, tapi sebelum sempat mengucapkan sepatah kata pun, Alia menatapnya tajam dan bersuara keras.

"Ethan menjaulah dari saudaraku"Alia berteriak sorot matanya tajam seperti mau menerkam Ethan.

"Aduh than neng Alia marah marah mending kita pergi aja"kata Haidar mendekat ke arah Ethan.

Tetapi Ethan masi menatap Nerina dengan tatapan yang sulit diartikan,ia merasa bahwa gadis yang selama ini ia cari ada di depannya tetapi ia belum bisa memastikan.

"Ethan,awas ya lo sampai ganggu Nerina di depan gue,gue amuk juga lo" suara Alia penuh amarah, membuat Haidar dan Jacob terdiam dan mundur beberapa langkah.

Ethan segera mundur beberapa langkah sambil mengangkat kedua tangannya seolah merasa takut dengan amarah Alia.

"Oke...oke gue ga bakal ganggu dia. Tapi gue rasa pernah kenal dengan dia"kata Ethan sambil menunjuk Nerina.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!