NovelToon NovelToon

Sistem Dewa Koki

sistem

"Ardi Bebanmu terlalu besar sekarang, kamu bukan hanya menafkahi ku tapi kamu juga harus membesarkan anak dan itu terlalu berat untuk mu." Rani berbicara dengan tenang tapi dengan suara agak dingin.

Ardi yang mendengar itu hanya terdiam sambil memandang istrinya, lalu dia berkata dengan singkat " lanjutkan bicara mu. "

"Kalau begitu... lebih baik kita cerai saja. Dengan begitu kamu tidak lagi terbebani dan kamu bisa lebih hemat." balas Rani.

Suasana langsung hening, mereka berdua saling menatap cukup lama namun saat Ardi melihat istrinya Rani yang dia lihat hanya ketidakpedulian di wajahnya.

Setelah sekian menit saling menatap Rani mengeluarkan selembar kertas dari tas kerjanya. "Ini surat cerai untuk mu, aku sudah menyiapkannya." Kata Rani.

Ardi hanya menghela nafas panjang sambil menatap perempuan di depannya yaitu istrinya. Istrinya itu tinggi, cantik, dan anggun. Istrinya adalah cinta pertama Ardi sejak kuliah dulu. Mereka dulu sudah berjanji akan sehidup semati, tapi sekarang istrinya lah yang melanggar janji itu.

Sekarang Ardi tau alasannya, itu karena Rani yang umurnya terbilang masih muda sudah menjadi manager hotel bintang 5. Memang dulu Ardi pernah bekerja di perusahaan besar tapi karena terjadi krisis Ardi langsung di pecat begitu saja dan sekarang Ardi hanya menjadi karyawan biasa yang gajinya pas-pasan.

Dan juga Ardi sudah tau lama kalau keluarga Rani tidak merestui mereka sejak awal, ayah Rani bahkan pernah berjanji bahwa jika Rani mau meninggalkan Ardi dia akan mewarisi seluruh harta keluarga.

Mendengar itu Ardi hanya tersenyum sedih. "Aku tidak ada masalah untuk bercerai, tapi aku hanya minta satu hal kepadamu, asal hak asuh anak kita ada ku itu saja sudah cukup.

Mendengar itu Rani menatap Ardi dengan ragu, Rani tau jika Ardi membesarkan seorang anak di kota besar ini dengan gaji nya akan sulit.

Tapi Rani tidak menolak dia hanya mengangguk ringan karena dia yakin Ardi akan menyerah cepat atau lambat dan hak asuh akan jatuh kepadanya lagi.

Rani dengan tegas merapikan barang dan mengenakan kacamata hitam lalu berdiri. "Baiklah, besok kita urus di kantor catatan sipil."

Setelah Rani keluar, terdengar suara mobil mewahnya melaju menjauh dan meninggalkan wangi parfum mahal yang menusuk hidung.

Setelah Rani pergi menjauh Ardi menatap kamar pengantin mereka yang dulunya penuh harapan tapi sekarang hanya terasa sepi dan hampa.

Rumah ini di beli oleh keluarga Rani maka dari itu Ardi berencana pindah ke rumah baru karena ia tak ingin berhutang budi apapun kepada Rani.

karena hari sudah sore Ardi pergi menjemput putri kecilnya di sekolah. Ardi naik taksi dan tiba di depan gerbang sekolah.

Di depan gerbang sudah banyak ibu-ibu yang berdiri menunggu anaknya pulang sekolah.

Melihat Ardi turun dari taksi semua orang tak kuasa menahan diri untuk melihat lebih lama. Karena wajah halus dan tampan Ardi dengan kemeja putih bersih, tubuh proporsional.

Ardi hanya tersenyum canggung sambil melewati kerumunan.

"Papa"

Ardi yang baru saja berjalan ke pintu masuk sekolah melihat seorang gadis kecil yang sangat lucu mengenakan gaun putri merah muda berteriak sambil berlari ke arahnya.

Begitu Ardi melihat putri kecilnya semua kehawatirannya pun lenyap.

“Bagaimana sekolahnya hari ini?” tanya Ardi lembut.

“Tentu saja menyenangkan! Papa, lihat, Naya dapat bintang dari Bu Guru!”

Mendengar itu Ardi tertawa kecil sambil mengusap kepala putrinya. Ardi menggendong putri kecil itu dalam pelukannya, lalu mengangguk kepada guru untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya karena telah menjaga putrinya.

"Ucapkan selamat tinggal pada guru!"

"Selamat tinggal, Guru Ayu!" Naya meringkuk dalam pelukan Ardi sambil melambaikan tangan kecilnya yang seputih salju dan itu tampak sangat imut.

"Selamat tinggal Naya!"

Guru taman kanak-kanak itu juga melambaikan tangan kepada Ardi dan Naya dalam pelukannya.

Kesan yang ia miliki terhadap ayah dan anak perempuanya masih sangat dalam.

Tidak mungkin, anak-anak di TK kan banyak, tentu saja banyak orangtua yang menjemput.

Tetapi hanya sedikit orang yang setampan dan selembut Ardi.

Selain itu, Naya dapat dikatakan mewarisi kelebihan kedua orangtuanya dengan sempurna.

Itu seperti sepotong batu giok sempurna yang diukir oleh Tuhan.

Itu sungguh lucu sekali.

Karena itu, banyak guru di taman kanak-kanak yang sangat menyukainya.

Bahkan... dia lebih memperhatikan Ardi.

Mereka tidak tahu apakah Ardi masih lajang. Lagipula, mereka sudah lama tidak bertemu ibu Naya.

Jika Ardi masih lajang, bukankah aku akan bisa merawat Naya dengan lebih baik?

_________________________________________________

"Papa, Papa, aku mau makan es krim!"

Tak lama setelah meninggalkan taman kanak-kanak, Naya memperhatikan warung es krim tak jauh dari situ.

Sekarang sudah awal musim panas, dan cuacanya tentu saja jauh lebih panas dari biasanya.

Ardi tersenyum. “Baiklah, tapi jangan banyak-banyak ya.”

Ardi memegang tangan kecilnya dan membelikannya es krim rasa stroberi, lalu membawanya ke tempat duduk di taman terdekat.

Melihat putrinya yang sedang asyik makan es krim, bahkan sampai belepotan di wajah dan mulutnya, Ardi tak kuasa menahan senyum. Ia mengambil tisu dan membersihkan sisa es krim di wajah Naya, lalu menunggu sampai putrinya hampir selesai makan sebelum berbicara.

“Kalau suatu hari Papa dan Mama tidak tinggal bersama lagi... apa kamu akan sedih?”

Naya berhenti sejenak, lalu mengerutkan dahi. “Maksud Papa... Naya hanya tinggal sama Papa?”

Ardi mengangguk pelan.

Gadis kecil itu menunduk, lalu menghela napas pendek.

“Tapi bukannya selama ini Mama jarang ada di rumah? Jadi... tidak apa-apa. Asal ada Papa, Naya nggak sedih.”

Ardi tertegun. Hatinya bergetar hebat. Ia meraih Naya ke dalam pelukannya, menahan air mata.

Apa pun yang terjadi, aku harus membuat Naya bahagia.

Tiba-tiba ada suara yang terdengar di Kepalanya.

[Ding! Selamat kepada Tuan Rumah. Sistem God Chef berhasil diaktifkan!]

[Ding! Paket Pemula berhasil dibuka. Hadiah: Resep Tingkat Dewa – Mie Goreng Tumis Daging Sapi!]

Suara mekanis bergema di dalam kepalanya.

Ardi terbelalak. “Sistem? God Chef?”

Namun ketika matanya kembali menatap Naya yang tersenyum polos, ia mengepalkan tangan.

“Baiklah. Kalau ini jalan baru yang diberikan padaku... aku akan menjadi koki hebat. Demi Naya.”

Awal Kehidupan Baru Sang Ayah

Keesokan harinya, Ardi dan Rani mendatangi Kantor Catatan Sipil untuk menyelesaikan perceraian mereka.

Meskipun orang yang bertanggung jawab di kantor catatan Sipil dengan sungguh-sungguh meminta keduanya untuk berhenti memikirkan perceraian.

Namun, baik Rani maupun Ardi telah mengambil keputusan untuk bercerai.

Bagi Rani setelah melepaskan Ardi, dia bisa mengantarkan kehidupan yang lebih baik!

Kini, setelah keluarganya mengetahui bahwa ia telah bercerai, mereka menyerahkan seluruh kepemilikan jaringan hotel bintang lima miliknya kepadanya dalam waktu semalam.

Adapun Ardi, karena itu adalah pilihan Rani, tentu saja dia tidak punya pilihan selain memenuhinya!

Kecuali putrinya, dia tidak punya nostalgia apapun terhadap Rani.

Ardi adalah orang seperti itu. Seseorang yang biasanya diam, tetapi begitu dia memutuskan untuk berbicara, dia akan mengatakan semua yang ada di pikirannya tanpa ragu atau menyesal.

Melihat kedua orang di hadapannya bertekad untuk bercerai, pihak Kantor Catatan Sipil tidak dapat berkata apa-apa lagi.

Setelah prosedur perceraian selesai dan mereka berdua berjalan ke pintu Kantor Urusan Sipil, Rina sedang membuka pintu mobil mewahnya ketika dia tiba-tiba melihat kembali ke arah Ardi.

Dia masih sangat tampan di bawah sinar matahari, persis sama seperti saat kami pertama kali bertemu dengannya di perguruan tinggi.

"Tapi sunggu sayang sekali...kalau saja dia punya uang." pikir Rani.

“Kalau mau, aku bisa rekomendasikan pekerjaan di hotel. Posisi manajer lobi. Hidupmu akan lebih mudah.” Rina masih tidak dapat menahannya dan mengambil inisiatif untuk berbicara.

Rani kini mengelola lebih dari selusin jaringan hotel bintang lima nasional. Seharusnya tidak sulit bagi Ardi untuk mendapatkan posisi manajer lobi.

Ardi hanya menggelengkan kepalanya perlahan dan tidak berkata apa-apa lalu berbalik berjalan pergi.

Rani menarik napas panjang. Ia tahu, meski Ardi tidak membencinya, pria itu tidak akan pernah kembali padanya.

Hari itu masih pagi, Ardi tidak perlu menjemput Naya dari TK. Ia berjalan menyusuri jalan kota, mencari tempat tinggal baru.

Tabungan terakhirnya hanya tersisa sekitar tiga puluh juta. Tidak banyak, tapi cukup untuk memulai hidup baru.

Ardi tidak ingin terlibat lagi dengan Rani sekarang karena mereka telah bercerai.

Rumah itu dibeli oleh keluarganya dengan uang, jadi harus dikembalikan kepada keluarganya lagi.

Sedangkan untuk mobil, Ardi tidak membutuhkannya, cukup gunakan saja sebagai kompensasi untuk Rani atas pernikahan bertahun-tahun ini.

Dapat dikatakan bahwa dalam perceraian yang diajukan oleh istrinya Rani, Ardi memilih untuk hampir meninggalkan semuanya.

Seperti yang dia katakan, dia tidak menginginkan apa pun kecuali putrinya.

Pada suatu sore yang terik, Ardi berjalan melalui jalan-jalan dan akhirnya menemukan sebuah rumah yang tampak bagus.

Karena lokasinya sangat dekat dengan taman kanak-kanak putri saya, akan sangat mudah untuk menjemputnya dari sekolah di kemudian hari.

Rumah itu adalah sebuah bungalow dengan halaman kecil. Biayanya memang cukup tinggi sekitar lima juta per bulan. Bagaimanapun, ini adalah Kota Besar. Ardi sudah lama siap dengan harga ini.

Alasan mengapa dia jatuh cinta padanya adalah karena putrinya Naya menyukai bunga.

Halaman itu bisa ia isi dengan bunga. Ardi membayangkan, suatu hari ia dan putrinya menanam bunga bersama, menumbuhkan kebahagiaan di tengah kesederhanaan.

Dulu, Rani sering menertawakannya karena dianggap kuno hanya karena suka menanam bunga di halaman rumah. Tapi Ardi tidak peduli. Baginya, itu bukan kuno, itu kehidupan yang sederhana tapi hangat.

“Kalau kamu suka, tinggal di sini saja,” kata pemilik rumah, seorang ibu paruh baya yang ramah. “Tidak usah pakai uang jaminan, cukup bayar sewa bulan pertama.”

Ardi tertegun, lalu segera mengangguk berterima kasih. Jika harus membayar uang jaminan, tabungannya akan terkuras. Untunglah masih ada sisa untuk memulai sesuatu.

Setelah menandatangani kontrak dengan pemilik rumah, Ardi langsung mentransfer uang.

Sang bibi mengeluarkan serangkaian kunci dari tangannya sambil tersenyum, yang tampak sangat berkilau di bawah sinar matahari!

Butuh waktu tiga menit baginya untuk mencari sebelum akhirnya menemukan semua kunci kamar yang disewa Ardi.

Tidak heran dia begitu murah hati dan tidak menerima uang muka untuk Ardi.

Selain hatinya yang baik, bibi ini tidak kekurangan uang sama sekali!

Bahkan bibi pemilik rumah pun tak lupa mengedipkan mata dan tersenyum pada Ardi sebelum pergi.

"Mas Ardi, jika kamu mengalami kesulitan hidup di masa depan, datanglah kepada Bibi. Aku tidak akan mempersulitmu!"

"..."

"?"

Mendengar itu Ardi tidak mengatakan apa-apa, tubuhnya merinding tanpa sadar.

Setelah pemilik rumah telah pergi Ardi mulai membersihkan rumah bagian dalam dan luar. Sesekali menghadap ke langit, tersenyum tipis.

Mungkin ini bukan akhir. Mungkin ini justru permulaan.

Apalagi, kini ia memiliki Sistem Dewa Koki. Dalam benaknya sudah terukir jelas bagaimana cara membuat tumis daging sapi terbaik: teknik menumis, kombinasi bumbu, pengaturan api, bahkan cara menyendok yang tepat.

Seolah-olah ia sudah bertahun-tahun menjadi koki profesional.

Siang harinya, setelah menjemput Naya dari TK, Ardi membawanya ke rumah baru mereka.

Ia sengaja menata kamar anak itu dengan nuansa merah muda. Tirai kelambu putih, boneka besar di pojok ruangan, dan seprai lucu membuat kamar itu terlihat seperti istana kecil.

Naya berlari-lari kecil dengan wajah penuh kegembiraan. Tiba-tiba ia berhenti, menatap ayahnya, lalu berlari menghampiri.

“Papa, jongkok sebentar. Naya mau kasih tahu rahasia,” katanya dengan serius.

Ardi menunduk, tersenyum penasaran. Dan saat itu, Naya dengan cepat mencium pipinya.

“Rahasia Naya adalah… terima kasih, Papa! Naya suka rumah barunya!”

Mata Ardi langsung memanas. Senyum putrinya adalah alasan terbesarnya untuk terus berdiri.

“Papa!” panggil Naya lagi.

“Ada apa, Sayang?”

“Aku lapar!”

Ardi tertawa kecil, mengacak rambutnya dengan sayang. “Baiklah, Papa akan masak untuk Naya sekarang.”

Dan dengan itu, kehidupan baru mereka benar-benar dimulai.

Ayo Bangun

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali.

"Sayang.... cepat bangun, matahari sudah bersinar terang di luar"

"Kamu harus pergi ke sekolah hari ini! "

"Jika kamu tidak mau bangun papa akan menggelitik telapak kaki mu!"

Ardi sedang membangunkan putri kecilnya.

Ardi tampak tak berdaya saat menatap putri kecilnya, Naya, yang masih meringkuk di balik selimut.

Kalau ada lomba anak paling susah dibangunin, pasti Naya juaranya.

Tidak, Pa... Naya masih ngantuk... sebentar lagi," rengek Naya sambil menutup wajah dengan selimut tebal.

"Itu juga yang kamu bilang lima menit lalu."

"Kalau begitu... lima menit lagi! Pleeease, Papa!"

Ardi menghela napas panjang. Menghadapi anak kecil yang pandai merengek, benar-benar bikin jantungnya berdebar lebih cepat daripada ngejar setoran.

Akhirnya, ia mengeluarkan jurus pamungkas. Jari-jarinya bergerak cepat menyapu telapak kaki mungil Naya.

"Papa! Hahaha! Geli! Jangan! Aku bangun, aku bangun!"

Dengan wajah setengah kesal setengah tertawa, Naya terduduk di atas ranjang. Rambutnya acak-acakan, pipinya merah muda, dan matanya masih setengah tertutup.

"Papa jahat! Nggak pernah biarin Naya tidur enak!"

Melihat ekspresi Naya yang tidak senang, Ardi dengan lembut menyentuh kepala kecilnya dan kemudian berkata.

"Naya harus bangun buat sekolah. Papa juga harus kerja cari uang. Kita punya tugas masing-masing."

Mata Naya langsung berbinar. "Eh? Papa mau cari uang?"

Bagi anak kecil, kata "uang" terdengar seperti sihir. Dengan uang, ia bisa beli permen, ciki, sampai boneka Barbie yang sudah lama ia incar di toko mainan.

"Naya juga mau cari uang bareng Papa!"

Naya mengambil keputusan dan berdiri dari tempat tidur. Ia mengepalkan tangan kecilnya dan tampak sangat energik. Dibandingkan dengan keadaannya yang tadi seperti kurang tidur, ia tampak sangat berbeda!

Ardi terkekeh. "Tidak bisa. Kamu tetap harus ke sekolah."

Namun Naya tidak menyerah sama sekali. Ia hanya menguntit Ardi dan bahkan menatapnya dengan tatapan memelas saat sarapan.

Dia terus berbicara. Setelah menggigit sarapannya, dia memuji keterampilan memasak Ardi.

Tapi Ardi sama sekali tidak terima dengan trik ini. Berpura-pura manis di depanku? Tidak mungkin!

"Taatlah, Naya, kalau Papa sudah punya uang nanti Papa akan membelikanmu mainan kesukaanmu!"

"Benarkah? papa!"

"Tentu saja!"

Dengan jaminan Ardi, Naya bisa sarapan dengan tenang.

Lagi pula, tujuan pergi bekerja bersama Papa adalah untuk menghasilkan uang untuk membeli mainan, jadi sekarang kamu bisa mendapatkan mainannya secara langsung, tidak apa-apa untuk melewati proses perantara!

________________

Setelah mengantar Naya ke sekolah, Ardi melanjutkan rencananya: mencari modal usaha. la menuju ke pasar khusus penjual kendaraan motor roda tiga listrik, tempat populer bagi pedagang kaki lima.

la sadar, kalau mau berjualan malam hari, motor listrik roda tiga jauh lebih praktis. Bisa berangkat lebih cepat, dan kalau ada razia Satpol PP, lebih gampang kabur.

Ardi menegosiasikan harga dengan bos, total 4,5 juta.

Ardi tidak hanya dapat membeli sepeda motor listrik, tetapi Ardi juga bisa mendapatkan plat nomor dan papan reklame khusus untuk mi goreng daging sapinya.

Awalnya Ardi ingin memilih warna yang lebih kalem, tetapi bos penjual berkata dengan tidak senang.

"Kamu harus memilih warna merah terang ini, kalau tidak, siapa yang akan melihatmu di tengah malam?"

"......"

Ardi terdiam, merasa apa yang dikatakannya sangat masuk akal dan dia tidak punya cara untuk membantahnya.

Setelah membayar uang, semuanya diserahkan kepada bos. Ardi harus bergegas ke pasar sayur terdekat untuk membeli bahan-bahan yang dibutuhkan untuk mie goreng sapi.

Tauge, daun bawang, kucai, bawang bombay, garam...semua bahan dan bumbu ini tidak boleh ada yang terlewat.

Sekarang setelah ia memiliki Sistem koki dewa, ia perlu mengendalikan setiap detail dengan tepat!

Dia yakin bahwa dengan bahan-bahan yang bagus dan keterampilan memasaknya, dia dapat membuat hidangan mie goreng yang populer!

Pukul setengah empat sore ketika Ardi akhirnya menyiapkan semua yang dibutuhkannya.

Selama kurun waktu tersebut, ia bahkan menyempatkan diri untuk mencari lokasi yang cocok untuk mendirikan kios di sekitar.

Beruntungnya, di tempat tinggal Ardi, para tetangganya sangat hangat dan ramah, dan merekomendasikan kepada Ardi agar ia dapat mendirikan kios di kota universitas pada malam hari.

Tentu saja, jangan pergi ke jalan utama, karena di sana ada kios-kios yang bekerja sama dengan sekolah.

Meskipun lokasinya bagus, biaya stan tahunannya sangat mahal!

Kalau mau membuka kios lebih baik pergi ke gang di sudut seberang jalan. Selain ramai, tidak ada yang memungut biaya kios.

Secara khusus, hampir tidak ada petugas manajemen perkotaan yang datang ke sini.

Para mahasiswa di sekitar juga suka mencari makanan lezat di gang, yang sangat cocok untuk situasi Ardi saat ini!

Atas saran para paman dan bibi tetangga, Ardi pun secara alami pergi melihatnya secara langsung.

Benar saja, seperti yang mereka katakan, bukan hanya lokasinya yang mudah ditemukan, tetapi arus orangnya juga cukup besar.

Ada banyak mahasiswa dari universitas dan orang-orang dari perumahan terdekat...

Bahkan di siang hari, masih banyak peluang bisnis!

Lalu Ardi kembali ke pemilik motor roda tiga listrik dengan percaya diri.

Bos di sini telah sepenuhnya mengubah motor roda tiga listrik ini menjadi gerbong makan.

Ketika dia melihat Ardi kembali, dia dengan tenang menyalakan sebatang rokok dan menghisapnya pelan.

"Jangan khawatir, gerobak pedagang kaki lima hasil modifikasi saya jamin Anda pasti akan suka!"

"oh ya... " jawab Ardi singkat.

Pemilik toko motor roda tiga listrik itu tiba-tiba merendahkan suaranya dan berbisik di telinga Ardi.

"Lihat disini."

Dia menunjuk ke stang motor roda tiga listrik yang dimodifikasi dan berkata dengan percaya diri.

"Nanti kalau Satpol PP ngejar, jangan panik."

"Tahan rem, gas pol tiga kali berturut-turut, terus... bruuummm! Pasti lolos!"

Ardi mematung. "...."

Bos mengisap rokoknya dalam-dalam, lalu menyeringai.

"Pokoknya, jangan takut sama yang suka ngatur-ngatur pedagang kecil. Kita harus pintar cari makan!"

Ardi hanya bisa menghela napas. Sepertinya dengan beli gerobak ini, ia bukan cuma dapat bonus spanduk, tapi juga kursus singkat cara kabur dari razia.

Karena hari sudah sore Ardi pergi menjemput Naya putri kecilnya menggunakan Motor roda tiga yang baru ia beli.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!