NovelToon NovelToon

Bangkitnya Sang Putra Ketiga

BAB. 1

Klik

Sebuah berlian terangkat dari kotak yang di kanan kiri, dan di sekitarnya bahkan terpasang sinar laser yang pastinya sangat berbahaya.

Namun seorang pria dengan pakaian serba hitam juga sarung tangan yang sama dengan pakaiannya, berhasil mengambil berlian itu.

Pria itu bahkan masih tergantung oleh seutas tali yang ada di atasnya.

Dari atas sana, dari atap sebuah museum yang sangat kuno itu. Rakan pria itu memberikan isyarat bahwa pria itu bisa langsung melemparkan berlian yang ada di tangannya ke atas.

Awalnya kesepakatannya memang seperti itu. Supaya berlian itu tidak lagi dapat terdeteksi oleh segala macam alat penjaga keamanan di dalam museum itu.

Pria itu cukup terampil, sekali lempar saja. Berlian itu sudah terlihat melambung tinggi dan dengan sigap pula rekan pria itu menangkap berlian itu.

Rencana mereka memang seperti itu dan pria yang ada di bawah yang sedang bergelantung itu pun tidak menaruh curiga sama sekali terhadap rekannya yang ada di atas gedung.

"Reza, tarik!" kata pria itu.

Pria itu mengisyaratkan dengan tangannya dan juga dengan gerakan mulut tanpa suara supaya rekan yang ada di atas gedung itu menarik kembali dirinya ke atas.

Namun, alih-alih segera melakukan apa yang pria berpakaian hitam yang sudah berhasil mencuri berlian di museum itu tadi katakan. Pria bernama Reza itu malah mengeluarkan sebuah pisau.

"Waren, selamat tinggal!"

Pria berpakaian hitam yang bernama Warren itu pun mulai terlihat terkejut. Dari gerakan bibir rekan kerjanya yang sudah bersama dengannya lebih dari 5 tahun, yang berada di atas gedung museum itu.

Waren bisa membaca gerakan bibir itu. Reza sudah mengatakan kata selamat tinggal kepadanya.

Dan tak lama setelah Reza mengatakan hal itu pisau yang dia pegang digunakan untuk memutuskan tali, hingga Warren pun terjatuh ke lantai museum yang cukup tinggi.

Brukk

Suara keras itu membuat alarm yang berada di museum berbunyi sangat nyaring.

Warren masih tetap berdiri di tempatnya dia mencoba untuk melihat ke arah atas dan bertanya kepada rekan kerjanya itu sebenarnya apa yang sedang dilakukan oleh Reza.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Warren.

Dan belum pertanyaan itu terjawab, Reza bahkan sudah menarik pelatuk dari sebuah granat dan melemparkannya ke arah Warren.

Duarrr

Tatapan mata Warren masih seperti orang yang bingung dan tidak bisa menerima apa yang sebenarnya terjadi. Reza, adalah rekan kerja sekaligus sahabatnya yang sudah bersahabat dengannya selama 5 tahun lamanya.

Rasanya, dia masih tidak percaya kalau pria itu bisa menghianatinya seperti ini. Seorang teman, yang bahkan sering dia bantu dan yang mengenalkan pekerjaan ini kepada Reza juga adalah Warren. Warren bahkan memberi temannya itu tempat tinggal saat dia masih menjadi gelandangan di jalan.

Setelah kehidupan mereka membaik, ternyata Reza mengkhianatinya. Bahkan semua itu terjadi dengan begitu tragis seperti ini.

Saat Warren hampir merasa dirinya akan menghilang dari dunia ini dia mendengar sebuah suara.

[Selamat datang, sistem di aktifkan]

**

Mata Warren terbuka. Butuh beberapa detik untuk Warren bisa membiasakan cahaya yang masuk ke dalam matanya karena setelah ledakan itu benar-benar semua yang dia lihat adalah kegelapan.

Namun saat dia membuka matanya, semua yang ada di sekelilingnya sangat berbeda dengan dunianya.

Sebuah ruangan terbentang luas, dilapisi lantai papan jati yang berkilau karena sering digosok minyak kelapa. Udara di dalamnya lembut beraroma dupa cendana yang menyala di sudut ruangan.

Di tengah ruangan, sebuah amben kayu jati berdiri megah, dialasi tikar pandan halus dan beberapa bantal silindris bermotif batik sogan. Di situlah saat ini Warren sedang terbaring.

Di salah satu sisi ruangan, sebuah kendi tanah liat berukir diletakkan di atas tatakan bambu, dengan gayung batok kelapa yang siap digunakan. Sementara itu, lampu minyak blencong tergantung di dinding, memancarkan cahaya temaram kekuningan yang menari di permukaan ukiran kayu.

Dinding-dinding ruang tamu dihiasi ukiran wayang dan beberapa lajur kain batik tenun yang tergantung sebagai penanda kehormatan. Di sudut lain, tampak sebuah kotak kayu berisi keris pusaka yang ditata dengan rapi.

"Tempat apa ini?" Gumam Warren Wiratama bingung.

Dan tiba-tiba saja, Warren merasakan sakit kepala yang begitu hebat. Saat itulah sebuah ingatan pemilik asli tubuh Warren itu muncul.

Pemilik asli tubuh Warren itu bernama Wiratama, sebuah kebetulan tapi mereka memiliki usia yang berbeda sebenarnya. Warren Wiratama di dunia modern berusia 25 tahun sedangkan Wiratama yang merupakan tuan muda ketiga dari perdana menteri Kusumanegara berusia 18 tahun.

Perdana menteri Kusumanegara adalah seorang yang bijaksana dan baik hati dia bekerja sepenuh hati untuk kerajaan Suranegara. Akan tetapi setelah mendiang Raja Kertanegara wafat dan digantikan oleh putranya yang bernama Dharmawangsa Kertanegara, banyak hal yang tidak disukai oleh perdana menteri dan tidak disetujui apapun yang diinginkan oleh raja barunya itu karena cenderung menyusahkan dan menindas para rakyat.

Berbagai kebijakan dari Raja Dharmawangsa terus ditolak oleh perdana menteri Kusumanegara beserta dengan rekan-rekannya hingga membuat Raja Dharmawangsa geram dan berniat menyingkirkan perdana menterinya itu.

Hingga terjadi hal seperti saat ini. perdana menteri Kusumanegara difitnah dia dan seluruh keluarganya di tuduh berkhianat. Hingga harus di penggall. Keenam putra lainnya sudah tewas. Hanya menyisakan satu anak yang memang memiliki keterbatasan dan sangat bodohh sejak kecil. Dialah Wiratama, tuan muda ketiga perdana menteri Kusumanegara.

Dan sisanya para pelayan wanita dan juga anggota keluarga wanita dari kediamanku semua negara akan diasingkan sangat jauh dari kerajaan dan mereka tidak boleh lagi kembali ke kerajaan Suranegara. Bahkan sebelum melakukan eksekusi terhadap perdana menteri Kusumanegara dan keenam anak lainnya. Wiratama sudah diberi minum racun oleh salah satu pengawal kerajaan.

"Kejam sekali raja ini!" gumam Warren.

[Sistem ruang diaktifkan]

Lalu sebuah layar transparan terlihat di depan Warren.

[Taun rumah memiliki kekuatan yang luar biasa. Namun saat ini masih tersegel. Sistem ruang siap digunakan. Kapasitas tak terbatas]

Lalu layar transparan itu menghilang, seiring kedatangan seorang wanita yang tertunduk lemah sambil berjalan ke arah tempat tidur Waren.

"Wira, semua kakak dan adikmu sudah tiada..."

Brukk

Wanita cantik itu terjatuh, ketika melihat Wiratama yang sedang berada di posisi duduk di atas dipan kayu itu.

"Agkhh, hantu...." pekik wanita cantik itu.

Warren yang merasa harus menjaga keluarga ini memberikan pelajaran kepada raja yang sangat kejam itu. Memutuskan untuk tetap berpura-pura bodohh.

Warren melompat dari tempat tidur bahkan dengan kepala lebih dulu.

Brukkk

Suara benturan keras di kepala Warren, membuat wanita itu langsung menghampiri Warren.

"Wira, kamu masih hidup?" tangis wanita itu kembali pecah.

Sambil mengusap kepalanya dan berlagak seperti orang bodoh. Warren tertawa.

"He he he, Kak Ratna. Sakit!" katanya seperti anak usia 3 tahun yang kesakitan akibat ulahnya sendiri.

Ratna memeluk Warren.

"Wira" ucapnya sambil menangis.

***

Bersambung...

BAB. 2

Keadaan kediaman perdana menteri Kusumanegara malam itu begitu sunyi. Tangis dan air mata semua orang yang ada di ruangan tengah itulah satu-satunya suara yang terdengar.

Wiratama yang melihat satu persatu wajah dari para wanita yang ditinggalkan suaminya dengan cara mengenaskan itu merasa sangat berang dalam hatinya.

Ingatan yang terlintas di pikirannya adalah, bagaimana ayah dan kakak-kakaknya berjuang membela kerajaan Suranegara ini dari ancaman musuh.

Bahkan ayahnya sudah menjabat sebagai seorang perdana menteri sejak 30 tahun yang lalu. Kakak pertamanya sudah menjadi jenderal yang memimpin ratusan prajurit di barisan depan perbatasan selama 20 tahun. Kakak keduanya menjadi kepala prajurit yang mengawal mendiang raja terdahulu. Semua jebakan harus melewatinya, semua racun juga dia yang mencobanya.

Sungguh kejam raja baru yang naik tahta itu. Hanya karena perdana menteri tidak setuju dengan kebijakan baru yang raja itu keluarkan yaitu memungut pajak sebesar 100 kali lipat dari rakyat jelata. Dan meminta raja itu lebih memikirkan negara dan para prajurit. Dengan kejam fitnah pengkhianatan di lontarkan begitu saja. Bahkan di jebak, perdana menteri menandatangani surat kosong dengan stempel dan darahnya. Hal itu juga merupakan campur tangan dari wakil perdana menteri, yang bahkan masih sepupu dari perdana menteri Kusumanegara sendiri.

Melihat semua ingatan itu melintas. Wiratama mengepalkan tangannya dengan kuat.

"Yunda, bagaimana ini. Ibu sudah pingsan dari tadi pagi dan belum sadarkan diri. Besok, kita juga harus meninggalkan kediaman. Tidak bisa membawa apapun. Bagaimana dengan anak-anak kita Yunda?" tanya Ken Sulastri pada Ratna.

Ratna adalah menantu pertama kediaman ini. Dia memiliki seorang anak laki-laki yang sudah remaja, namun tak bisa lolos dari hukuman eksekusi. Jika saja dia tidak memikirkan putri bungsunya, yang masih berusia 7 tahun. Mungkin dia akan mengakhiri hidupnya karena suami dan putra sulungnya telah dieksekusi oleh prajurit kerajaan.

Sedangkan Ken Sulastri adalah menantu kedua dari kediaman Kusumanegara ini. Dia adalah istri Jaya Kusuma, yang merupakan kepala prajurit pelindung mendiang raja. Dia memiliki seorang putri berusia 10 tahun. Hanya dua anak perempuan itu yang cucu Wulandari, ibu Wiratama.

Saat semua terdiam, Kartika Sari yang merupakan menantu keempat dari kediaman Kusumanegara ini bangkit dan terlihat mengambil sebuah pedang lalu berjalan ke arah pintu.

"Dinda, apa yang mau kamu lakukan?" tahan Ken Sulastri.

"Yunda, aku akan menghabisi raja yang zalim itu dengan pedangku ini. Suamiku, dia bahkan berdiri paling depan saat semua orang akan menyerang Raja zalim itu saat dia masih menjadi putra mahkota. Dan dia menghabisinya begitu saja, aku baru menikah sepekan, suamiku bilang dia ingin mengajakku ke Lembah Widuri untuk bertemu dengan gurunya. Suamiku punya banyak keinginan setelah dia mendapatkan ijin dari raja itu nanti. Dia menghabisinya, menghancurkan semua impian suamiku, Yunda!"

Ken Sulastri meraih pedang yang di pegang oleh Kartika dan segera melemparkannya ke tanah.

"Jangan gegabah Dinda, aku tahu kamu sangat marah. Melihat suami kita, mati dengan cara mengenaskan seperti itu di hadapan mata kita sendiri. Aku juga sangat marah. Tapi bagaimana bisa kita menghabisi seorang raja yang punya puluhan ribu prajurit? kita seperti debu di hadapannya" lirih Ken Sulastri.

Kartika memeluk Ken Sulastri. Wanita itu terisak.

Wiratama yang melihat pemandangan itu juga merasa sangat kesal. Dia tahu, seperti apa perjuangan seluruh keluarga pemilik tubuh asli Wiratama demi kerajaan. Dan berakhir seperti ini hanya karena ambisi kosong sang raja zalim itu. Dia benar-benar kesal.

Ratna menoleh ke arah Warren.

"Wira, apa kamu lapar?" tanya Ratna.

Meski sangat sedih, meski hatinya hancur. Tapi Ratna menyadari, kalau satu-satunya harapan keluarga Kusumanegara ini adalah Wira. Meski bodoh, tapi dialah satu-satunya pewaris keluarga Kusumanegara. Setidaknya Ratna harus menjaga adik iparnya itu.

"Kak, aku lapar sekali. Perutku sampai bicara!"

Ken Sulastri dan Kartika Sari menoleh ke arah Wira.

"Dia adalah anggota keluarga laki-laki. Jika besok prajurit melihatnya akankah dia juga dieksekusi?" Ken Sulastri tampak sedih.

Ratna mengusap kepala Wira.

"Dia bahkan tidak mengerti apapun. Kita harus membantunya. Kita jelaskan pada para prajurit. Dia memang punya tubuh pria dewasa. Tapi pikirannya dan cara bicaranya tak lebih seperti anak usia lima tahun. Kita harus menyelamatkannya. Dia satu-satunya keturunan Kusumanegara!" kata Ratna.

Ken Sulastri dan Kartika Sari menghampiri keduanya. Mereka terlihat saling mendukung. Tapi seorang menantu yang lain, yang merupakan istri kedua dari Arya Kusumanegara terlihat sama sekali tidak perduli dengan apa yang dikatakan oleh ketiga wanita yang merupakan menantu sah dari kediaman Kusumanegara ini.

Wanita itu adalah Dewi Lestari. Seorang istri yang merupakan hadiah dari raja yang baru untuk Jenderal Arya Kusumanegara. Dia adalah seorang tawanan perang dari negara lain.

'Para wanita bodoh ini, wanita lemah seperti mereka. Mana mungkin bisa bertahan menuju pengasingan. Apalagi raja kejam itu sengaja, membiarkan prajurit lemah dan buangan yang mengawal kita kesana. Mana mungkin kita bisa selamat sebelum sampai desa Pacang Jati' batinnya yang memilih menyendiri.

Dia memang seperti itu, suka menyendiri dan tidak suka bergaul dengan menantu yang lain di kediaman ini.

Malam telah larut, semua orang sudah tertidur. Mereka menyiapkan tenaga untuk berjalan jauh esok hari. Karena memang besok adalah waktunya mereka meninggalkan segala kemewahan dan kehidupan nyaman di kediaman Kusumanegara ini.

Setelah memastikan semua orang tertidur. Warren menyelinap keluar.

"Sistem" gumamnya.

[Ting]

Layar transparan itu muncul.

"Apa aku bisa memindahkan semua barang di kediaman ini ke dalam sistem ruang?"

[Tentu saja, tuan rumah bisa memindahkan semua yang ada di depan mata tuan rumah ke dalam sistem hanya dengan memikirkanya]

"Bagus"

Warren pun segera pergi ke kamar ibunya. Dia memindahkan semua perhiasan, dan pakaian yang tebal ke dalam sistem. Lalu dia berpindah ke kamar kakak pertamanya, dan melakukan hal yang sama. Bahkan dia pergi ke semua kamar di kediaman ini, menyimpan semua barang berharga ke dalam sistem. Tidak menyisakan satu pun barang berharga di kediaman ini.

"Raja kejam itu ingin menyita seluruh harta yang dikumpulkan oleh ayah dan kakak pemilik tubuh ini selama hidupnya puluhan tahun. Mimpi saja!" gumamnya.

Saat akan kembali ke ruangan tengah. Sebuah ingatan tiba-tiba masuk ke kepala Warren. Dimana Wiratama yang bodoh itu pernah sekali mengunjungi kediaman wakil perdana menteri yang merupakan sepupu dari ayah Wiratama sendiri. Dan saat itu Wiratama mendengar, kalau pamannya yang merupakan wakil perdana menteri itu menyembunyikan banyak sekali emas di gudang penyimpanan yang ada di bawah tanah. Karena pamannya itu juga turut kerja sama memfitnah ayahnya Wiratama. Maka Warren pikir, dia bisa pergi kesana untuk merampok dari hasil rampokan pamannya itu sendiri.

"Ide bagus!" gumamnya lalu bergegas pergi ke rumah pamannya.

***

Bersambung...

BAB. 3

Warren sudah sampai di rumah pamannya, Kertawijaya. Pamannya itu adalah sepupu ayahnya. Keduanya belajar bersama di padepokan Satria Lelana. Sebuah padepokan di mana semua prajurit dan juga anak dari pejabat yang statusnya tinggi di kerajaan Suranegara akan belajar di sana. Dan semua orang yang lulus dari padepokan itu akan menjadi pejabat atau prajurit di kerajaan Suranegara.

Pamannya itu, adalah satu-satunya keluarga dari Kusumanegara. Sayangnya, tidak ada jaminan bahwa seseorang yang sudah dianggap keluarga dan diperlakukan secara baik, akan memperlakukan hal yang sama kepada orang yang telah baik padanya.

Justru, karena harta dan kekuasaan. Kertawijaya bahkan rela berkhianat kepada satu-satunya keluarganya.

Setelah tiba di kediaman Kertawijaya, Warren sebenarnya dibuat cukup terkejut karena kediaman ini benar-benar begitu mewah. Kemewahan bangunan dan juga segala furniture yang ada di kediaman ini bahkan mengalahkan kediaman Kusumanegara. Itu cukup tidak masuk akal karena jabatan pamannya ini bahkan lebih rendah daripada perdana menteri Kusumanegara.

"Jelas sekali, kalau orang ini adalah seorang koruptorrr. Bagaimana seorang wakil perdana menteri, punya rumah yang lebih bagus dari perdana menterinya sendiri. Jika Raja zalim itu membuka matanya dengan benar, ini jelas terlihat. Siapa sebenarnya yang ingin berkhianat!" gerutunya sambil menyusuri lorong yang aman.

Namun, hanya beberapa langkah keluar dari lorong yang dia anggap aman. Warren menghentikan langkahnya itu karena melihat banyaknya penjaga yang berjaga mondar-mandir di pintu gerbang utama.

"Penjaganya banyak sekali, bagaimana aku bisa masuk?" gumam Warren.

[Ting]

Tiba-tiba muncul layar transparan berwarna putih ke unguan itu di depan Warren.

[Tuan rumah bisa melakukan pertukaran]

Warren terdiam sebentar. Dia tadinya berpikir kalau sistem yang bersamanya itu hanya bisa melakukan penyimpanan atau pemindahan barang saja. Tidak disangka, ternyata sistem yang ada persamaannya itu bisa melakukan pertukaran.

"Bagaimana?" tanya Warren yang ingin memperjelas apa sebenarnya yang dimaksud oleh sistem itu padanya.

[Tuan rumah bisa memilih opsi pertukaran di menu utama]

[Ting]

Dan tiba-tiba saja muncul beberapa tulisan di latar yang mungkin dimaksud oleh sistem itu adalah menu utama.

Warren melihat ada opsi penukaran, jadi dengan celah Warren pun meng-klik icon itu.

Setelah itu, muncul kembali beberapa opsi lain yang lebih banyak daripada menu utama tadi. Ada pertukaran dengan emas, juga dengan barang kuno.

Mengingat Warren sudah memasukkan beberapa barang antik kuno yang dia juga tidak tahu akan digunakan untuk apa nanti di perjalanan menuju ke pengasingan. Maka Warren memilih opsi penukaran barang kuno.

[Penukaran barang kuno di proses]

Dan mata Warren kembali melebar karena, tulisan di layar transparan itu membuatnya terperangah.

"Tiga barang kuno, bisa ditukar dengan 1 jam menjadi transparan. Apa itu artinya, aku bisa menghilang dan tidak terlihat oleh para penjaga itu selama satu jam?" tanya Warren pada sistem.

[Benar, menjadi transparan artinya tuan rumah tidak akan terlihat oleh siapapun]

Warren menjadi sangat bersemangat ketika mendengar penjelasan dari sistem itu.

"Aku pilih ini" katanya dengan cepat meng-klik kembali opsi itu.

Dan Cling

Tiba-tiba saja, Warren benar-benar menjadi transparan.

"Ini luar biasa" katanya.

Setelah memastikan kalau dia memang sudah tidak terlihat lagi maka dia pun segera berjalan ke arah para penjaga itu untuk melewati mereka, kemudian masuk ke pintu gerbang kediaman Kertawijaya.

Warren segera mencari dimana letak Ruang rahasia di bawah tanah yang pernah dia dengar dari pamannya itu.

Tentu saja, sambil mencari ruangan itu dia pun memindahkan semua barang-barang berharga dan juga perhiasan serta pakaian-pakaian bagus yang dia lihat ke sistem ruangnya.

Setelah beberapa lama mencari, akhirnya Warren menemukan ruangan rahasia itu. Cukup dibuat takjub dengan apa yang dia lihat di ruangan gelap yang ukurannya benar-benar sangat luas itu.

Ratusan batangan emas dan juga belasan peti perhiasan dan perak, sungguh membuat ruangan yang benar-benar luas itu cukup menyilaukan mata siapapun yang melihatnya.

"Benar-benar koruptorr ini. Rakyat penderita karena pajak yang dipungut terlalu tinggi dan mereka menyimpan semua harta benda ini untuk diri mereka sendiri. Kejam sekali!"

Warren terlihat tidak senang dan dia segera memindahkan semua yang dia lihat ke dalam sistem ruangnya. Hingga ruangan yang tadinya penuh dengan harta benda dan juga barang-barang berharga kini sudah menjadi ruangan yang kosong melompong tidak ada apapun di dalamnya.

Setelah memindahkan semua harta itu. Warren pun kembali ke kediaman Kusumanegara.

Dia kembali ke ruangan tengah. Saat dia membuka pintu, sebuah suara mengejutkannya.

"Darimana kamu?" tanya ketus Dewi Lestari. Kakak ipar pertamanya yang memang kurang bersahabat dengan semua orang di kediaman ini termasuk Wiratama.

Warren yang tadinya cukup terkejut langsung merubah ekspresinya menjadi orang yang terlihat bodohh.

"Aku lapar, aku memanjat pohon jambu biji. Tapi tidak ada yang manis. Semua asam!" katanya dengan ekspresi yang tentu saja membuat orang yakin kalau dia memang orang bodohh.

Mendengar apa yang dikatakan Wiratama. Desi mendengus kesal.

'Benar-benar bodohh. Bagaimana kami akan bertahan hidup dengan orang yang tidak berguna seperti ini!' batinnya.

"Tidurlah! jangan menyusahkan kami saat besok kamu mengantuk di tengah jalan!" kata Dewi.

Warren langsung mengangguk cepat. Dia segera pergi ke tempat tidur yang di samping ibunya. Dan kembali tidur disana.

Melihat Wulandari yang sejak pagi tadi tidak sadarkan diri, Warren pun merasa khawatir.

'Sistem, adakah opsi yang bisa membuatku memeriksa nyonya Wulandari?' tanya Warren dalam hatinya pada sistem.

[Ting]

[Opsi pertukaran, tuan rumah bisa menukar beberapa batangan emas atau beberapa barang berharga langka untuk mendapatkan keahlian medis]

Mata Warren terbuka. Sistem yang bersamanya ini benar-benar sangat luar biasa. Jika semua bisa ditukar dengan semudah itu mungkinkah dia bisa menguasai dunia dengan sistem yang dia miliki sekarang.

Namun Warren segera menggelengkan kepalanya. Saat ini bukan saat yang tepat untuk memikirkan semua itu karena dia harus menukar beberapa potongan emas untuk keahlian medis.

'Baik, tukar beberapa batangan emas untuk keahlian medis yang luar biasa, hingga hanya dengan melihat saja aku bisa tahu nyonya Wulandari kenapa sampai pingsan dari pagi sampai sekarang belum sadar' katanya dalam hati.

[Baik, menukar 10 batangan emas. Untuk mata medis luar biasa]

***

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!