“Duke telah Kembali.”
Semua orang Bersiap untuk mempersiapkan kedatangan Duke dan Tuan muda.
Ditengah kesibukan para pelayan. Ada seorang gadis yang sudah berdiri didepan pintu untuk menyambut Duke dan kakaknya.
TUK. Terdengar suara pintu terbuka.
“Selamat datang,” ucap gadis itu.
Duke dan putranya hanya meliriknya dan pergi begitu saja.
Gadis itu melihat kebelakang. “Kakak.”
Dorian berhenti sebentar. “Jangan memanggilku kakak,” ucapnya dengan jijik.
Gadis itu sedikit bergidik. “A-aku membuatkan ini untukmu.” Gadis itu mengeluarkan saputangan yang dia rajut sendiri.
Dorian mengerutkan keningnya dan melempar saputangan itu. “Jangan beri aku barang seperti ini lagi dimasa depan.” Segera setelah melakukan itu, Dorian pergi ke atas mengikuti ayahnya.
Gadis itu mengambil saputangan yang jatuh dan membersihkan saputangan itu dengan jarinya.
“Nona Diana … sebaiknya anda pergi untuk mempersiapkan debutante anda dalam beberapa hari,” ucap kepala pelayan.
Diana menatap saputangan itu dengan sedih. Dia mendengar dari pelayan kalau kakak suka dengan saputangan hasil rajutan sendiri. Kakak menghargai buatan tangan yang diberikan banyak Wanita kepadanya. “Apa itu bohong?” gumam Diana.
Diana Adalah putri dari Duke Eldenhart. Ayahnya Bernama Garrick Eldenhart dan kakaknya Bernama Dorian Eldenhart, jarak umur Dorian dan Diana Adalah tujuh tahun.
Duke dan Dorian tidak menyukai Diana karena Wanita yang mereka cintai meninggal saat melahirkan Diana ke dunia. Bagi mereka Diana Adalah penyebab kematian Wanita yang mereka cintai.
Meskipun begitu, Diana tidak membenci mereka. Diana terus berusaha untuk membuat ayah dan kakaknya menyukainya.
“Nona … apa yang nona lakukan disini?”ucap Olim.
“Olim … sepertinya kali ini aku gagal lagi,” ucap Diana.
Olim Adalah pelayan pribadi Diana. Dalam rumah yang luas ini, hanya Olim satu – satunya yang baik kepada Diana.
“Nona … ayo kita Kembali.” Olim membantu Diana untuk berdiri dan membersihkan gaunnya.
Melihat Nona nya yang di abaikan lagi, Olim sangat sedih. Namun, dia tidak bisa berbuat apa – apa. Dia ingin sekali menyuruh Nona nya untuk berhenti.
Diana Kembali kekamar dan duduk didepan jendela. Sebentar lagi Adalah Debutante nya, dia tidak boleh mengecewakan ayahnya.
SRING. Diana melambaikan tangannya dan mengeluarkan bunga yang sangat indah dan menaruhnya kedalam vas bunga. Sudah dua bulan Diana memiliki kekuatan ini, kekuatan yang diturunkan dari ibunya.
Diana tidak memberitahu ayahnya tentang kekuatan ini, karena dia tahu ayahnya pasti akan sangat membencinya. Jadi Diana memutuskan untuk menyembunyikannya.
Hari debutante telah tiba.
Malam ini Diana menggunakan gaun pink yang Anggun dan sangat elegan. Diana menaiki kereta kuda Bersama ayahnya.
Diana sangat senang karena ini pertama kalinya dia pergi Bersama ayahnya.
“Jangan mempermalukan keluarga Eldenhart,” ucap Duke.
Senyum diwajah Diana seketika menghilang. “Baik ay- Duke,” ucap Diana.
Disaat sedih Diana akan mengeluarkan bunga yang layu. Diana segera menyembunyikan tangannya karena dia masih belum bisa mengontrol kekuatannya. Biasanya Diana memakai sarung tangan untuk menyembunyikannya, namun ayahnya melarang Diana memakai sarung tangan karena itu terlihat tidak bagus.
Beberapa saat kemudian kereta sudah tiba diistana.
Duke membantu Diana turun dari kereta.
Diana melihat ke istana. Ini adalah awal dari hidupnya sebagai keluarga Eldenhart.
Didalam istana banyak sekali bangsawan yang debut. Diana melirik dengan tenang, meskipun banyak yang membicarakannya.
Setelah memberi hormat kepada Raja, Duke menyuruh Diana untuk berbaur dengan yang lain. Namun, tidak ada yang mau berbicara dengannya. Akhirnya Diana memustuskan untuk pergi berjalan ke taman.
Saat berjalan, Diana melihat orang – orang berkumpul.
Diana mengintip dari balik pohon dan melihat pria yang sangat tampan. Jantungnya berdegup kencang. Ini pertama kalinya dia melihat pria yang begitu tampan selain ayah dan kakaknya. Pria itu memiliki rambut berwarna silver dengan mata biru yang indah.
“Yang mulia .. apa anda sudah memutuskan siapa yang akan menjadi tunangan anda?”
“Belum,” ucap pria itu dengan wajah tenangnya.
Wajah Diana memerah. “apa itu putra mahkota?” gumam Diana.
Diana ingin sekali berkumpul disana, namun dia tidak ingin merusak suasana. Setelah cukup untuk melihat, Diana akhirnya Kembali ke ruangan pesta untuk menemui ayahnya.
Setelah beberapa saat Diana akhirnya pulang Bersama ayahnya. Mereka Kembali seperti biasa tanpa berbicara apapun.
Beberapa hari kemudian, Duke memanggil Diana untuk menyampaikan kalau dia akan dinikahkan dengan putra mahkota. Mendengar ini Diana merasa tidak percaya. Dia akan menikahi putra mahkota?!
Diana sangat senang meskipun ini Adalah pernikahan politik.
Beberapa kali Diana datang ke istana untuk melihat putra mahkota. Namun, selalu ditolak.
Hingga tiba saatnya hari pernikahan, diana belum pernah berbicara dengan putra mahkota. Itu membuat Diana sedikit sedih.
Diana sedang berada didalam ruang pengantin Wanita.
“Saatnya pengantin Wanita keluar,” ucap seorang pengurus.
Diana segera berdiri dan berjalan menuju putra mahkota didampingi ayahnya Duke Eldenhart.
Didepan, terlihat putra mahkota sudah berdiri didepan pendeta. Diana tersenyum di balik selendang yang menutupi wajahnya.
Saat Diana tiba di depan Putra Mahkota, pendeta mulai membacakan ayat – ayat.
Setelah beberapa tahap selesai.
“Pengantin pria boleh mencium pengantin Wanita.”
Putra Mahkota membuka selendang yang menutupi wajah Diana.
Wajah putra mahkota semakin mendekat, Diana memejamkan matanya dengan gugup.
“Jangan harap aku akan mencintaimu,” bisik Putra Mahkota.
Diana terkejut dan menatap mata Putra Mahkota.
Setelah itu Putra Mahkota menjauhkan wajahnya dan tersenyum lembut kepada Diana.
Semua orang bersorak dan bertepuk tangan. Wajah Diana menjadi kaku, dia melihat kearah ayahnya.
Duke Eldenhart membuka mulutnya tanpa suara. “Jangan membuat masalah.”
Diana mengigit bibirnya berusaha untuk mengatur ekspresinya.
Saat malam pertama pernikahan, Diana sudah mulai pindah kedalam Istana. Semua orang bersikap formal kepadanya. Diana membawa Olim bersamanya.
Diana di antar menuju kamarnya. “Dimana Putra Mahkota?” tanya Diana.
“Putra Mahkota pergi ke perbatasan untuk berperang,” ucap pelayan Kerajaan.
Diana ingin membuka mulutnya, tapi dia tutup Kembali. “Baiklah,” ucap Diana dan masuk kekamarnya.
“Putri,” panggil Olim dengan sedih.
Diana berbalik dan tersenyum kepada Olim mengisyaratkan kalau dia baik – baik saja.
Lima tahun telah berlalu, suaminya Putra Mahkota Rowan tidak kunjung Kembali. Selama ini dia telah mengambil hati para pelayan di istana dan juga dia juga dipercayakan beberapa tugas oleh Raja. Oleh karena itu para bangsawan tidak merendahkannya lagi, kecuali ayah dan kakaknya yang masih sama seperti sebelumnya.
Satu tahun kemudian Raja meninggal karena serangan jantung.
“Diana … jagalah Rowan dan Kerajaan ini,” ucap sang Raja.
Diana menggenggam erat tangan sang Raja dan menangis di saat terakhir sang Raja. beberapa tahun ini Raja telah membimbingnya dengan baik dan menganggapnya seperti putrinya sendiri.
Dua tahun telah berlalu setelah kepergian sang Raja. Diana telah berkonstribusi banyak untuk Kerajaan ini sehinga beberapa bangsawan yang menolaknya kini berpihak kepada Diana.
Saat ini Diana berada ditaman Kerajaan. Ini adalah taman yang Diana rawat sendiri dengan kekuatannya. Diana sudah bisa mengontrol kekuatannya, tetap dia tidak memberitahukannya kepada siapapun. Di taman yang indah ini, Diana berharap akan terjadi hal yang indah juga disini.
“Yang mulia … apa anda akan membuat ayunan disini?” tanya Olim.
“Ya …” ucap Diana dengan senyum diwajahnya.
“Aku akan menyuruh petugas untuk membuatkannya,” ucap Vilan.
Vilan Adalah kepala pelayan pria yang sudah berpuluh tahun bekerja di istana.
“Terimakasih,” ucap Diana. Dia membuat taman ini agar suaminya saat pulang dari perang dapat menenangkan diri disini.
Vilan dan Olim saling tatap dengan tatapan sedih. Mereka tahu apa yang dipikirkan Putri Diana.
“Yang mulia … yang mulia …”
Terdengar seorang prajurit berteriak.
“Putra … Putra Mahkota telah Kembali!!” teriaknya.
“Mereka dalam perjalanan menuju Istana!”
Mata Diana seketika berbinar hampir menangis. Suaminya Kembali!
“Siapkan pakaian untukku secepatnya.” Diana berlari dengan senyum diwajahnya.
Vilan dan Olim tersenyum. “Yang mulia pelan – pelan.”
Beberapa saat kemudian pasukan Putra Mahkota tiba di gerbang Istana.
Diana telah menunggu di depan gerbang untuk menyambut suaminya.
DUUUUK. Terdengar suara gerbang terbuka.
Diana tersenyum sampai dia melihat ada seseorang yang menaiki satu kuda dengan Putra mahkota.
“Selamat datang yang mulia,” Ucap para pelayan dan prajurit.
Diana melihat suaminya membantu Wanita lain turun dari kuda.
Tangan itu, dia bahkan belum pernah menyentuh tangan suaminya.
Diana mengepalkan tangannya.
Rowan melihat Diana. “Berikan Selena gaun,” ucapnya.
“Y-ya?” Diana terkejut.
“Saya akan menyiapkannya yang mulia,” ucap Vilan dengan cepat.
“Maaf merepotkanmu … aku adalah Selena,” ucap Wanita itu dengan senyum manis diwajahnya.
Diana melihat suaminya menatap Wanita itu dengan lembut.
Diana terdiam sejenak melihat Selena. “Aku akan menyuruh pelayan untuk menyiapkan kamar tamu,” ucap Diana.
“Tidak,” ucap Rowan.
Diana berhenti dan melihat Rowan.
“Selena akan menetap di sini. Berikan Gedung Selatan dan juga pelayan pribadi.”
“A-apa?” tanya Diana.
“Tapi—”
“Apa kau tidak mendengar?!” teriak Rowan.
“Yang Mulia… itu adalah gedung Yang Mulia Ratu… Gedung itu diberikan oleh Raja,” ucap Olim.
Rowan melirik Diana. “Sekarang aku adalah rajanya. Berikan gedung itu.”
“Baik, Yang Mulia,” jawab Diana.
Olim ingin berbicara lagi, tapi ditahan oleh Diana.
“Maafkan aku,” ucap Selena dengan wajah tidak enak.
“Selena adalah penyelamat dan telah berjuang bersamaku di peperangan.”
“Jadi jangan ada yang berani macam-macam dengannya,” ucap Rowan sambil memegang tangan Selena.
Diana melihat kedua tangan itu saling menggenggam. Itu membuat hatinya sakit.
Beberapa hari telah berlalu. Semua orang di kerajaan tahu kalau Yang Mulia telah membawa seorang wanita pulang. Mereka menduga kalau wanita itu akan dijadikan selir oleh Yang Mulia.
Diana tetap mengerjakan pekerjaan istana karena Rowan masih belum terbiasa dengan tanggung jawab ini.
Beberapa bulan telah berlalu. Rowan sama sekali tidak mengunjunginya, tetapi Diana mendengar kalau Rowan sering mengunjungi Selena setiap malam.
“Yang Mulia… bagaimana kalau kita pergi ke taman?” tanya Olim.
“Baiklah,” jawab Diana. Itu adalah satu-satunya tempat yang membuatnya nyaman jika dia merasa gelisah karena sesuatu.
“Hahaha…” terdengar tawa seorang wanita yang manis di udara.
Rambut pink yang selaras dengan bunga di taman dan senyuman yang sangat indah itu membuat suasana taman menjadi lebih menyegarkan. Diana melihat Rowan mendorong ayunan untuk Selena. Ayunan yang dia siapkan untuk dirinya dan Yang Mulia. Selama ini, dia membayangkan kalau yang berada di sana adalah dirinya.
Diana membuka mulutnya, ingin berbicara, lalu menutupnya lagi. Tanpa terasa, air mata mengalir di wajahnya.
“Yang Mulia,” Olim segera memeluk Diana.
“Hic… hic…” Diana menangis dalam pelukan Olim. Mengapa bukan aku?
Beberapa hari kemudian, Diana memutuskan untuk mengunjungi rumah keluarganya.
“Ayah…” panggil Diana.
PLAAK. Buku dilempar ke tubuh Diana hingga ia terjatuh.
“Apa kau tidak bisa menarik perhatian Yang Mulia?!” teriak Duke.
“A-aku—” Diana menjawab dengan gemetar.
“Jika kau dilengserkan, maka jangan harap untuk kembali ke kediaman ini!!”
Diana menundukkan kepalanya dan berdiri. “Baik, Ayah… kalau begitu aku akan pamit.” Diana segera keluar dari ruangan dan berlari sambil menangis. Dia berharap ayahnya bisa memberi dukungan untuknya, tetapi apa yang dia dapatkan?
Diana menaiki kereta kembali ke istana.
Saat dalam perjalanan menuju gedungnya, Diana melihat Selena menyiksa salah seorang pelayan.
“Olim!!” Diana segera berlari.
“Apa yang kau lakukan?!” teriak Diana sambil mendorong pelayan pribadi Selena.
“Olim, apa kau tidak apa-apa?” Diana melihat wajah Olim yang pucat.
“A-aku sudah mengatakan kepada pelayanku untuk berhenti, namun dia terus saja memukulnya,” ucap Selena dengan gugup.
Diana panik memeriksa napas Olim. “Olim!! Bertahanlah!!” Melihat darah yang keluar dari kepalanya, Diana berusaha untuk mengangkat Olim.
“Apa yang kalian lakukan?!” teriak Diana sambil menangis. Olim adalah pelayan pribadinya sejak kecil.
“A-aku…” Selena menjawab seperti ingin menangis.
“Apa yang terjadi?” terdengar suara seorang pria.
“Yang Mulia… pelayanku tidak bermaksud membunuh pelayannya,” ucap Selena sambil menangis mengeluarkan air mata.
Hati Rowan goyah saat melihat Selena menangis.
“Hanya pelayan… aku akan memberimu yang lain,” ucap Rowan.
“Apa?!” Diana terkejut mendengar pernyataan Yang Mulia.
“Kau tidak mendengarnya? Selena adalah wanita yang rapuh, jadi jangan memperpanjang ini.”
Rowan memeluk Selena dan membawanya pergi.
Diana melihat Rowan menenangkan Selena yang menangis. “Apa aku tidak rapuh?” ucap Diana sambil mengeluarkan air mata.
“Hic… Olim...” Diana memeluk Olim yang sudah tidak bernapas lagi. Apa yang mereka lakukan padamu?
Sekeliling Diana mengeluarkan bunga hitam yang layu, menandakan kesedihan yang mendalam. Hujan pun turun, seperti ikut menangis bersama Diana.
Diana meminta tolong Vilan untuk membuatkan makam untuk Olim.
“Yang Mulia… apa Anda tidak ingin mengenakan payung?” tanya Vilan sedih.
Diana menggelengkan kepalanya. Sekarang tidak ada lagi orang yang berada di sisinya. Hanya tersisa dirinya sendiri. Vilan baik padanya, tetapi itu karena dia hanya menjalankan tugasnya. Dia juga baik kepada Selena.
“Kau boleh pergi,” ucap Diana dengan lemah.
Diana terus berjalan di lorong istana menuju ruangannya dengan mengenakan gaun serba hitam. Dalam perjalanan, Diana melihat Selena dan Rowan sedang duduk membaca buku. Di tengah derasnya hujan, pemandangan di sekitar mereka terlihat indah.
Para pelayan juga tersenyum melihat mereka. Dalam beberapa bulan ini, Selena telah berhasil merebut hati para pelayan istana dan juga bangsawan. Dengan wajah cantik dan sikap polosnya, dia membuat orang ingin melindunginya.
Diana mengepalkan kedua tangannya dan mempercepat jalannya.
Beberapa hari telah berlalu sejak kematian Olim. Diana kehilangan semangat hidupnya. Dia hanya melakukan rutinitas biasa: bekerja dan kembali ke kamar.
“Apa kau dengar? Nyonya Selena hari ini akan membuat pesta minum teh di taman kerajaan.”
“Ini pertama kalinya bangsawan diundang ke taman kerajaan.”
Para pelayan membicarakan pesta minum teh yang akan dilaksanakan dengan megah di taman.
Diana yang mendengar ini merasa kesal. Taman yang ia rawat, Selena menggunakannya untuk menarik perhatian para bangsawan.
Diana masuk ke dalam dapur saat sepi. Ia melihat ke kanan dan ke kiri, memastikan tidak ada orang di sekitar dapur.
Melihat gelas yang sering dipakai oleh Selena, Diana segera menaruh bubuk di bagian dalam gelas. Hanya sedikit, sehingga tidak terlihat.
Beberapa jam kemudian, pesta minum teh telah dimulai.
Para tamu yang diundang merasa kagum dengan keindahan taman. Mereka sudah lama ingin melihat taman yang dikatakan sebagai taman paling indah di seluruh kerajaan.
“Terima kasih semuanya telah hadir,” ucap Selena.
“Ini adalah acara pesta minum teh pertamaku, jadi aku harap kalian menikmatinya.”
Selena mengajak yang lain untuk meminum teh bersama. Semua orang mengambil gelasnya dan mulai menyesap teh yang telah disiapkan.
BLUUURRK. Saat menyesap teh, Selena tiba-tiba memuntahkan darah.
Semua orang yang berada di sana panik. Para pelayan segera menghampiri Selena, lalu memanggil dokter istana.
Rowan yang mendengar kabar ini segera datang dan menghampiri Selena. “Bagaimana?” tanya Rowan kepada dokter.
“Ada yang meracuni gelas ini,” ucap dokter.
“Apa?!” teriak Rowan.
Rowan memerintahkan orang untuk mencari siapa yang meracuni gelas Selena.
Beberapa saat kemudian.
BRAAK.
Diana yang sedang duduk di depan meja kerja berdiri karena terkejut. “Apa yang kalian lakukan?!” teriak Diana.
“Anda ditangkap karena telah melakukan percobaan pembunuhan!!”
Diana terkejut. Pembunuhan? Aku hanya memasukkan bubuk pencahar, efeknya tidak akan sampai seperti itu!
Diana dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah istana dan mulai diinterogasi. Diana terus menyangkal tuduhan percobaan pembunuhan.
Dia terus disiksa sampai Diana mengaku. Badan Diana sudah mulai kurus. Mereka tidak memberinya makan selama beberapa hari. Diana tidak kuat lagi.
“Apa kau melakukan percobaan pembunuhan?” tanya komandan yang menangani kasus ini.
Diana menatap komandan itu dengan lemah dan membuka mulutnya. “Ya… aku melakukannya,” ucap Diana dengan suara lemah.
“Beritahu Yang Mulia kalau dia sudah mengaku!!” teriak komandan.
Diana ditarik dan dimasukkan kembali ke dalam penjara.
TREENG. “Minumlah ini,” ucap penjaga, melemparkan minuman dan roti kering.
Melihat air minum yang tumpah, Diana segera menjilat lantai yang terkena tumpahan air. Dia sangat haus.
Keesokan harinya.
Hukuman telah ditetapkan untuknya: hukuman mati yang akan dilakukan di depan banyak orang. Kehidupannya sudah berakhir sampai di sini. Diana menatap langit-langit yang gelap dan kotor.
TAK TAK. Terdengar suara langkah kaki. Diana menggerakkan matanya untuk melihat siapa yang datang.
“Kau…” ucap Diana dengan lemah.
Selena tersenyum melihat Diana.
“Ini sesuai dengan jalan ceritanya,” ucap Selena.
Diana mengerutkan kening. Apa maksudnya?
Selena berjongkok di depan sel tahanan. “Aku adalah protagonis di dunia ini. Semua yang ada di dunia ini berputar di sekitarku,” ucap Selena lagi.
Protagonis? Apa yang wanita ini katakan?
“Selena,” panggil Rowan.
“Apa kau sudah selesai?” Rowan turun ke bawah untuk melihat Selena.
“Ya …” ucap Selena dengan wajah polosnya.
Rowan menatap Diana dengan jijik. “Jangan terlalu lama di sini, kau akan tercemar penyakit.” Rowan segera membawa Selena pergi dari penjara bawah tanah.
Diana masih memikirkan apa yang dikatakan Selena. Protagonis?
“Hei.” Seseorang memanggil Diana.
Diana terkejut mendengar suara dari sebelah selnya. Selama ini dia pikir tidak ada siapa pun di sini.
“Apa kau ingin membalas dendam?” tanya pria itu.
“Siapa kau?” tanya Diana.
CLANK. Pria itu melemparkan sebuah kalung.
“Jika kau hidup kembali, bisakah kau menyelamatkanku?”
“Apa?” Diana bingung dengan apa yang dikatakan pria itu.
“Itu adalah kalung yang diturunkan dari keluargaku.”
“Aku tidak tahu ini benar atau tidak, tetapi kalung itu akan membuatmu kembali hidup.”
Diana mengambil kalung yang terlihat kuno itu dengan berlian berwarna merah di dalamnya.
“Mengapa kau memberikan ini kepadaku?” tanya Diana.
“Entahlah … sepertinya kau lebih membutuhkannya daripada aku,” ucap pria itu. Dia sudah melihat penderitaan wanita ini selama di penjara. Siapa namanya? Diana?
“Apa kau yakin?” tanya Diana lagi.
“Ya … ambillah … aku juga tidak tahu apakah cerita itu benar, kau bisa mencobanya.”
“Keluarlah.” Seorang penjaga datang membuka pintu sel Diana.
Diana segera menaruh kalung itu ke dalam kantung baju tahanannya.
“Cepat.” Prajurit itu mengikat Diana dan mendorongnya.
Melihat ke belakang, Diana tidak bisa melihat wajah pria itu karena terlalu gelap. Namun, mata berwarna merah itu bersinar dalam kegelapan. Mata yang indah, gumam Diana.
Saat keluar dari penjara bawah tanah, Diana melihat cahaya matahari untuk yang terakhir kalinya. Terdengar suara teriakan yang meneriakinya. Diana melihat sekeliling, beberapa bangsawan yang dia tolong membalikkan punggung mereka seolah tidak kenal.
Heh … Diana tersenyum melihat ini. Betapa bodohnya aku menolong bangsawan yang kukira akan setia padaku. Pada akhirnya mereka memihak kepada Selena.
“Pembunuh!” teriak semua rakyat.
Mereka melempari Diana dengan batu. Mereka tidak tahu kalau Diana selama ini menyelamatkan mereka diam-diam dengan bantuan makanan, pakaian, dan lain-lain menggunakan nama Rowan. Ketika Selena memberikan sedikit makanan kepada mereka secara langsung, mereka segera jatuh hati. Bodoh sekali … seharusnya aku tidak mengatasnamakan bajingan itu.
Diana melihat ke atas. Dia melihat kakak dan ayahnya yang menatapnya dengan jijik. Hah … seharusnya kau tidak membuatku dari awal … biarkan Dorian menjadi anakmu satu-satunya. Mengapa kau menghamili istrimu dan terus membenciku atas kematian istrimu.
“Diana … kau akan dikenakan hukuman mati karena percobaan pembunuhan!!” teriak Raja Rowan.
Kepala Diana ditaruh di atas alat untuk memenggal kepala. Diana melihat Selena, wanita yang dicintai suaminya, tersenyum kepadanya.
Jika aku diberi kesempatan lagi, aku tidak akan mengemis cinta kepada kalian.
KRAAK. Terdengar suara kepala Diana dipenggal.
Pandangan Diana seketika menghitam. Apa Tuhan itu ada? Mengapa Dia membuat takdirku seperti ini?
Cahaya keluar dari kantung baju Diana saat itu juga.
Semua orang bersorak saat kepala Diana dipenggal.
Ayah Diana, Duke Eldenhart segera pergi setelah melihat putrinya dipenggal.
“Ayah … apa kita akan mengubur jasadnya?” tanya Dorian.
“Dia tidak pantas,” ucap Duke Eldenhart.
SRIIIINK.
“Apa yang terjadi?” Semua orang mulai berisik.
Duke Eldenhart segera melihat ke belakang dan membelalakkan matanya.
Bunga keluar dari tubuh Diana dan perlahan tubuhnya menghilang. Bunga yang indah bertebaran dengan wangi yang sangat manis, namun bunga itu juga mengeluarkan darah seperti hujan.
“Ayah … ini!” Dorian tidak tahu kalau Diana mewarisi kekuatan ibunya.
Duke Eldenhart seketika mengingat apa yang dikatakan istrinya.
“Jika anak kita perempuan, maka dia akan mewarisi kekuatanku. Kau harus menyayanginya sepenuh hati.”
“Kau bisa melihat perasaan kami dari bunga yang keluar dari tubuh kami,” ucap Duchess Kaedra, ibu dari Diana.
“Ya … aku tahu itu,” ucap Garrick sambil mencium perut istrinya.
“Jika kau melihat bunga yang indah dengan wangi yang manis, namun bunga itu mengeluarkan darah. Itu menandakan kalau kami sudah sangat tersakiti dan perasaan itu akan terus terbawa hingga kami tidak ada di dunia ini,” lanjutnya.
“Tidak mungkin aku membiarkanmu dan anak kita tersakiti,” ucap Garrick.
“Kau harus menepati janjimu,” ucap Kaedra dengan senyum di wajahnya.
Duke Eldenhart mengangkat tangannya dan mengambil bunga yang mengeluarkan darah itu.
“Aku tidak menepati janjiku,” gumamnya.
“Ayah … kau menangis?” tanya Dorian terkejut.
Duke Eldenhart tersadar kembali dan terus menatap bunga yang berterbangan di udara.
Saat ini, di dunia modern.
“Argh …!!”
“Diana, apa kau tidak apa-apa?” terdengar suara seorang gadis.
Diana tersadar dan melihat barang aneh di depannya. Bukankah aku mati dipenggal?
“Hei … jika kau sakit maka pulanglah.”
Diana terdiam dan memproses ingatan pemilik tubuh ini. Ternyata dia terlahir kembali di dunia yang berbeda.
Saat ini Diana adalah anak yatim piatu yang bekerja di supermarket dua puluh empat jam dekat rumahnya.
Sudah tujuh tahun Diana berada di dunia ini.
Diana memegang kalung yang ada di lehernya, kalung yang diberikan pria itu mengikutinya ke zaman ini. Dia masih mengingat pria yang memberikan kalung itu. Bagaimana aku bisa menolongnya jika aku berada di dunia yang berbeda?
Saat ini Diana masih merasa bersalah, karena tidak bisa menyelamatkan pria itu.
“Diana … ayo temani aku.”
Diana ditarik oleh Tina. “Pelan-pelan,” ucap Diana sambil tersenyum. Tina adalah temannya yang bekerja di supermarket yang sama. Mereka berbagi suka duka selama tujuh tahun ini, bisa dibilang kalau mereka sudah seperti saudara kandung.
“Lihatlah … ini adalah toko buku yang baru buka minggu ini.” Tina membawa Diana ke toko buku. Dia tahu kalau Diana suka membaca.
Mereka berdua masuk ke dalam toko itu dan segera melihat-lihat. Diana berjalan dari satu rak buku ke rak buku lain.
Ada satu buku yang menarik perhatiannya. “Selena?” Dia mengambil novel itu dan membacanya.
Saat membaca beberapa lembar, Diana masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat dan terus membolak-balik buku itu.
Apa ini yang dimaksud oleh Selena? Kalau aku seorang protagonis?
Diana membacanya, ternyata dunia di kehidupan sebelumnya adalah dunia novel.
Apa kehidupanku selama ini hanyalah lelucon? Aku dikendalikan oleh plot di dalam novel ini. Semua berjalan sesuai dengan rencana Selena, dan aku—Ratu Diana—berperan sebagai figuran untuk menjadi batu loncatan Selena melancarkan rencananya?!!
Sial!! Siapa yang menulis ini??!!
“Oh … kau menemukannya,” ucap Tina.
Diana terkejut dan menutup novelnya.
“Ini adalah novel pertamaku,” ucap Tina.
“A-apa?”
Diana melihat novel itu lagi dan melihat wajah tersenyum Tina. Apa kau bercanda?!!
“Tidak mungkin?!!” ucap Diana. Mengapa dia membuat karakternya menjadi gadis yang menderita?? Apa dia punya dendam denganku?!!
Diana terus menatap Tina dengan tatapan tidak percaya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!