NovelToon NovelToon

Baca Aku!

Prolog

Hujan membasahi baju pemuda yang tengah menaiki kuda. Dengan suara petir yang saling ber hantukan. 'Semoga sempat!' Batin pemuda itu, yang sepertinya sedang terburu buru. Dengan baju penyihir nya yang bagai dari keluarga bangsawan. Menuju ke istana yang terlihat megah.

Di malam itu, ia bukan ingin menghadiri pesta malam, bukan kencan, namun menghadiri pemakaman ibunya sendiri. Berita itu sangat mendadak, di mana saat ia sedang belajar di suatu Akademi, tiba tiba menerima telepon, bahwa sang ibu telah tidur lelap untuk selamanya.

"CTAR!!!"

Suara petir terdengar di mana mana. Pemuda itu berjalan di sebuah loteng, loteng rumahnya sendiri, menuju ke sebuah ruangan 'Kematian'.

Hanya tangisan yang terdengar setiba sesampainya di ruangan itu, tiada keramaian, hanya dua pemuda saja di sana. "Di mana ibu?!" Bentak pemuda itu setelah melihat peti yang sudah tertutup. "Kak!? Di mana ibu!?" Tanya sekali lagi pemuda itu, dengan perasaan tidak percaya menerima sebuah kenyataan yang terlalu pahit itu.

Tak ada jawaban, hanya tangisan yang semakin menjadi jadi yang terdengar. Pemuda yang sedang menangis itu adalah kakak nya, Len ji. Dengan pelayan setia yang menemaninya di belakangnya, menunggu majikannya yang tengah berlutut memeluk peti itu.

Melihat itu, Leon ji, adik nya, hanya bisa menerima kenyataan pahit itu, mengikuti sang kakak yang tengah berlutut di depan peti itu.

"CTAR!!!"

Suara petir terdengar setelah melihat wajah sang ibu yang sudah memucat. Yang membuat tangis kedua pemuda itu semakin menyesak di dada. Pelayan yang setia itu tak tahan melihat kesedihan yang di alami majikannya, juga meneteskan airmata.

Malam yang penuh duka, dengan 'hujan darah' di malam itu, seolah jatuh bersamaan dengan jatuhnya air mata.

Itulah kematian ibu pemuda bersaudara yang malang itu.

Setelah kematian sang ibu, kehidupan bagai berubah, sang ayah yang dulunya menunjukkan rasa kasih sayang, sekarang malah acuh tak acuh, bagai dua pemuda itu bukan lagi putranya. Keluarga yang dulunya harmonis, kini hancur lebur, hanya karena kematian sang ibu.

Sakit dan duka masih melekat di hati ke dua pemuda itu. Namun rasa curiga muncul di hati mereka. Curiga bahwa sang kakak lah yang membunuh sang ibu, karena sang kakak, Len, selalu di rumah, tuduh Leon yang dengan menduga tanpa berfikir. Begitu juga dengan Len, juga menuduh sang adik, Leon, membunuh ibunya.

Yang membuat pertengkaran di antara mereka, bagai 'Musuh Abadi', Itulah perjanjian mereka, Musuh Abadi. Muncullah 'Api Dendam' di hati mereka ber dua.

Namun sang ayah masih juga acuh tak acuh, tak peduli dengan putranya. Malah ia mencari istri baru! Dan yang lebih parah nya lagi, ayah mereka tidak menganggap mereka sebagai anak nya lagi!.

Itu lah yang membuat mereka saling tuduh menuduh. Bukannya malah berdamai, malah semakin dendam. Namun melihat ayahnya begitu, mereka tetap mengakui nya sebagai ayahnya, berharap ayah nya mengingat masa lalu dan membuka matanya untuk melihat sang putra, namun nyatanya tidak kunjung kembali.

Sampai mereka ber dua memiliki adik lagi, anak dari istri baru ayahnya. Baru lah rasa tak tahan muncul di hati Leon. Merasa hidup nya di permainkan, tidak ada yang peduli, bahkan menurutnya Len lah yang membunuh ibunya.

Walau hidup di istana, namun semenjak kematian sang ibu, bagi Leon itu bukan istana, bahkan neraka, bagai neraka, tempat yang selalu menyiksanya, dan hatinya.

Tak tahan dengan apa yang di alaminya, menerima kematian tragis sang ibu yang diracuni, menerima ibu baru yang tidak sama lagi dengan ibu kandungnya, malah pun menyiksanya, menerima adik yang bahkan tiba tiba adik itu sudah lahir begitu aja tanpa sepengetahuannya, menerima perlakuan ayahnya, menerima semua nya, tak tahan, bahkan amarahnya sudah meluap, namun apalah daya nya.

Tak ada lagi tujuan hidupnya , Itulah pikirnya. Leon akhirnya memutuskan bunuh diri!! Dan berharap dirinya di Reinkarnasi sebelum ibunya meninggal.

"Inilah akhirnya.." Sebelum dia akhirnya melompat ke bawah, dan mati. "HAHHHHHHHHGGGGGGH!!!!!!" Teriak an terakhirnya begitu puas di rasanya. Melepaskan semua amarah, beban, sakit yang ada di dadanya selama itu, hanya dengan teriakan itu, hatinya sedikit membaik. Dengan harapan melihat ibunya untuk sekian kalinya.

Dengan ketinggian menara istana, itu sudah cukup membuat dirinya mati, langsung mati, tanpa rasa sakit. Tanpa sepengetahuan orang lain.

"TUGH!!!!!"

Darah bercucuran di mana mana, kepalanya bocor, tulangnya patah, tak ada nyawa lagi, dengan matanya yang memutih.

Namun itulah yang ia mau, kebebasan, dan ketenangan...

**************

Di bukanya matanya, mengawali kehidupan yang baru. Dengan senyuman yang menanti muka sang ibu. Namun nyatanya tidak ada sang ibu. Hanya rak rak buku saja yang ia lihat. Membuat senyumnya berubah.

Kesal dengan sang ayah, eh... Malah ditambah kesal mengetahui dirinya di Reinkarnasi menjadi Buku! Buku Sihir! Namun apa boleh buat, dari pada langsung kembali ke pada pencipta, ini justru lebih baik untuk menghilangkan rasa sakit, agar tidak di bawa mati. Ini lah Reinkarnasi.

Menjalani kehidupan di perpustakaan. Sebagai buku. Menunggu dan menunggu pembaca, hanya itu yang bisa ia lakukan, sampai ada yang membuka sampul dirinya. Kadang di perpustakaan tua, mewah, megah, bawah tanah, sampai di perpustakaan pinggir jalan.

Kadang rasa amarah kembali mendatangi dirinya. Namun sekarang ia buku, apa yang bisa ia lakukan. Menggerakkan dirinya saja tidak bisa, kalau pun berbicara, itu hanya bisa di dengar oleh yang membuat Kontrak dengan nya, atau pun yang bersentuhan dengannya.

Teleportasi lagi dan lagi, berpindah ke tempat yang berbeda beda, dan sekarang Leon sedang berada di perpustakaan akademi. Ia sudah 500 tahun di sana.Dan setiap 500 tahun akan di teleport ke tempat yang berbeda beda.

Leon sudah menunggu 3000 tahun, dari terakhir kali menjalani Kontrak, dan mendapat seseorang yang membaca dirinya.

Kalau di hitung hitung sudah sangat lama dari awal ia di Reinkarnasi, total 300.000 tahun, jadi ia sudah berpengalaman, itu usia yang sangat tua, bagi manusia normal. Itu pun ia baru menjalani 6 Kontrak selama 300.000 tahun itu. Dan semuanya mati.

Kontrak akan terputus jika peng Kontrak mati. Dan tidak bisa di putuskan begitu saja

Dan sekarang ia sendiri. Sedang menunggu seseorang yang datang ke rak nya. Tetap tenang, walau kadang ngomel ngomel sendiri. Dan hari ini adalah hari terakhir ia di perpus akademi ini. Tepat jam 12 malam nanti, ia akan di teleport lagi. Berharap ia di teleport ke perpus yang ramai orang, dan bagus tempatnya. Dan sekarang sudah pukul 8 malam, hanya tinggal menunggu 4 jam lagi.

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

BAB 1

Saat ini tepat pukul delapan malam. Leon hanya bisa menunggu sampai pukul dua belas. Tak ada hal lain yang bisa ia lakukan. Gerakannya sangat terbatas, apalagi saat ini ia hanyalah sebuah buku. Mengingat sudah ribuan tahun ia hidup sebagai buku, tentu sangat membosankan. Ia tidak bisa bergerak, dan harus terus menunggu selama ribuan tahun. Itu membutuhkan kesabaran yang luar biasa. Namun, Leon sudah terbiasa.

Namun, hal tak terduga terjadi. Tiba-tiba, seseorang berjalan di rak tempat Leon berada. Hanya pemuda itu yang masih ada di sana karena hari sudah malam.

“Ada orang…!?” batin Leon, terkejut namun juga senang. Padahal, tinggal beberapa jam lagi sebelum waktu terakhirnya.

“Hei! Hei! Hei!!”

Leon berusaha memanggil anak itu, meskipun tahu bahwa suaranya tak akan terdengar olehnya--bahkan jika ia berteriak sekuat tenaga.

Anak itu kini berdiri tepat di depan Leon, tetapi suaranya tetap tidak terdengar. Ia sibuk dengan tumpukan buku yang dibawanya.

Tanpa disengaja, anak itu berdiri tepat di depan Leon. Ia meletakkan tumpukan bukunya, lalu menoleh ke arah Leon. Namun, tampaknya ia tidak benar-benar melihat Leon, melainkan memperhatikan sebuah buku yang tergeletak di samping Leon, tepat di sebelahnya.

"Hey! Ayolah! Lihat ke sini! Lihat aku!"

Leon terus berusaha menarik perhatian anak itu, meski usahanya tampak sia-sia. Ya… mana mungkin ada yang tertarik membaca buku usang seperti dirinya?

"Tidak! Aku tidak mau menunggu lebih lama lagi! TIDAK MAU!!"

Teriaknya dengan suara yang menggema, penuh keputusasaan.

Namun siapa sangka, usahanya itu ternyata membuahkan hasil. Anak itu menoleh ke arah Leon, setelah mengambil buku yang ada di sebelahnya--buku berjudul Sihir Kuno.

"Ya! Tinggalkan buku sihir kuno itu! Pilih aku! Ambil aku!!"

teriaknya lagi dengan penuh harap.

Kemudian, tangan kiri anak itu mulai bergerak menggapai Leon. Ternyata, anak itu bisa mendengarnya. Walau tampaknya semua itu hanyalah kebetulan, dan memang kebetulan. Memang dia yang memilih untuk melihat ke arah yang berbeda--dan mungkin, memang tertarik pada Leon.

Karena telah terjadi kontak, suara Leon kini dapat terdengar oleh anak itu. Bukan hanya mereka yang memiliki kontrak yang mampu mendengar suaranya--siapa pun yang menyentuh Leon, akan bisa mendengar bisikannya.

"Bukalah... Bukalah sampulnya..."

Dengan suara yang dalam dan berwibawa, Leon berbicara. Ia akan melayani anak ini, bagaimanapun caranya. Meski keinginannya untuk berteriak begitu besar, ia menahannya. Ia sudah terlalu lama menunggu, dan kini ia tidak ingin menunggu lebih lama lagi.

"S-siapa?!"

Anak itu terkejut, tentu saja. Ia mendengar suara, namun tak melihat siapa pun.

"Aku adalah yang akan menjadikanmu seorang Penyihir Agung!"

Suara itu kembali terdengar, kali ini lebih kuat, penuh keyakinan.

"Bukalah sampulnya! Maka kau akan menjadi Penyihir Agung!."

Rayuan itu dilontarkan dengan segala daya. Leon melakukan segala cara agar anak itu mau menjalin kontrak dengannya.

“Sungguh!?” Tanya tak percaya anak itu. “Ya! Buka dulu sampulnya!” Terlihat kali ini Leon sangat tergesa-gesah, namun tetap dengan suara yang berwibawa.

“Beneran nih?” Tanya kembali pemuda itu, tidak nyangka dengan apa yang di bilang Leon. “Ya!!” Dengan penuh kepastian, Leon mengiyakannya.

Terlihat mata pemuda itu sangat berbinar dengan kaca matanya yang bulat. Tak mengira kalau ia akan menjadi Penyihir agung setelah membuka sampulnya, itulah pikirnya. Padahal skill sihirnya biasa biasa saja.

Cahaya yang begitu terang muncul, tepat ketika anak itu membuka sampulnya.

Sing!

Tak ada yang terjadi. Namun senyum dan mata membinar masih tetap tampak di muka anak itu.

"Yes!! Aku bebas...!!" Seketika suara yang berwibawa tadi hilang seketika. Bagai tak ada yang terjadi. Dan kontrak pun terjalin, dan tidak akan pernah putus, sampai pen kontrak mati.

"Siapa namamu nak?" Tanya Leon, namun dengan wujud barunya. Yaitu wujud manusia, yang hanya bisa dilihat oleh pen kontrak. Dengan baju hitamnya dan tubuh yang di penuhi tulisan kuno dengan rambut hitam, model acak, dan mata ungu yang seakan memiliki masa lalu yang suram. Dan muka yang tidak kalah keren dan tampan.

Dan sosok ini hanya untuk memudahkan komunikasi antar Leon dan pen kontrak, bukan berarti bukunya berubah menjadi manusia, bukunya masih tetap ada di genggaman tangan anak itu.

“Nama saya Lauren Martines,” ucapnya dengan suara ragu, namun penuh semangat.

“Martines?” Leon mengernyit, mengusap dagunya dengan penasaran. “Keluarga mana tuh..? Kok aku belum pernah dengar, ya?” lanjutnya sambil memiringkan kepala.

“Keluarga saya bukan dari kalangan bangsawan…” jawab Lauren, tatapannya menelusuri wajah Leon yang tampak kebingungan.

“Kenapa kau mengira aku dari keluarga bangsawan?” tanyanya lagi, kini dengan nada yang sedikit tersinggung.

“Oh… itu..-, bukan apa-apa,” jawab Leon cepat, suaranya terdengar canggung. 'Padahal aku berharap dia berasal dari keluarga hebat...' batin Leon, melanjutkan pikirannya dalam diam.

“Tuan Buku Siihir… Apakah sekarang aku Penyihir Agung!?”

Dengan tanya yg tak sabar dengan jawabannya. “Belum… kau harus belajar bersamaku dulu…”

Dengan tangan dilipat di dada. Seolah omongannya yang berwibawa tadi tak pernah keluar dari mulutnya.

“Sekarang, ayo kita mulai belajar!” Perintah sekaligus ajakan, Leon tersenyum bangga karena dirinya sudah bebas sekarang.

"Tapi..” Dengan pandangan tertunduk kebawah, Lauren berkata, namun nadanya berubah, seakan merasa kecewa. "Aku tak ingin belajar sihir.” Berkata kepada Leon yang sudah mendahuluinya, yang membuat Leon tersentak. Dan berbalik.

“Apa!?” Tanya kaget Leon dengan muka yang hancur sudah harapan. "Mengapa baru bilang sekarang?!!” Tanya dengan suara keras, dan menuju ke Lauren.

“Saya ingin menjadi ksatria! seperti keluarga saya, dan saya kira tadinya saya akan langsung menjadi Penyihir Agung*, tapi jika harus belajar dulu, saya tidak mau~" Sembari tangan di belakang kepala.

*Adalah Penyihir tingkat teratas.

Dengan muka yang pucat, Leon hanya bisa terdiam.

“Dasar!!!” Teriak Leon. “Tahu begitu, pasti aku tidak susah-susah meneriakimu!! Dan menuju ke perpus selanjutnya!! Bocah sialan!! Dasar!!”

Leon sangat frustasi, dan tak ingin menunggu di situ lebih lama lagi.

Mendengar itu, tentu saja Lauren tak tahan.

“Kau yang nge-rayu aku!! Dasar buku bodoh!!” Teriak balas Lauren sembari men campak buku itu kembali ke raknya.

Tuk!

Dan pergi dengan buku yang satunya lagi, dengan emosi yang mendidih.

'Tidak! Tidak lagi!!!' Batin Leon, "Iya! Perintah Kontrak!" Katanya. perintah kontrak, itu adalah perintah yang tak bisa dibantah oleh pen kontrak.

"Hei kau kembalilah! Kuperintah kau!" Teriak Leon. Namun sepertinya itu tidak bekerja. Lauren semakin memperbesar tawanya.

“Dasar!! Mengapa ini tidak bekerja!?” Kali ini emosinya benar-benar memuncak. Mengingat dirinya akan menunggu lagi, itu sangat menyebalkan. Rasanya ia benar-benar ingin membatalkan kontraknya. Dan itu hanya ada 1 cara, yaitu pen kontrak mati.

“Bocah tengil!!! Matilah kau!! MATI SAJA SANA KAU!!! MATILAH!!! D.A.N!!! MATILAH!!!! TERPLESÉTLAH!!”

Teriak Leon tanpa berpikir panjang, yang ada di isi kepalanya hanyalah tidak mau menunggu sampai anak itu mati, tak mau menunggu lebih lama lagi. Namun, di saat itulah perintah Kontrak berfungsi kembali.

Dan seketika perintah terlaksanakan

Di saat Lauren sedang tertawa sepuas-puasnya, tiba-tiba, tanpa ada sesuatu pun ia tersandung, tidak ada batu atau semacamnya, kakinya terpleset, dan...

TUGGGH!!!

Darah ber muncratan di mana-mana. Kepala Lauren yang malang bocor, yang membuatnya tak sadarkan diri. Mati di tempat, tepat jam 08:30. Matanya putih, pucat seketika.

"A-AP-PA?" Leon sangat sangat sangat tidak menyangka. Tergagap gagap. Menyesal? Mengapa? Jika Lauren tidak mati, pasti ia akan menunggu lebih lama, jadi? Mengapa menyesal?.

 Namun mau berapa banyak luka yang ia terima di masa lalu, namun ia masih tetap manusia. Rasa empati pun keluar, walau tidak seluruhnya menyesal.

"Anak yang malang... Semoga mayatnya lekas di temukan" Gumam Leon, namun kali ini sepertinya ia benar benar merasa kasihan. Bukan merasa bersalah." Kalau di lihat lihat, kasihan juga ya?" Dan tetap menolak rasa bersalah yang datang di hatinya. "Bukan salah ku kan?" Tanya Leon pada diri nya sendiri.

...

Malam itu, mayat itu di temukan pada jam 9, tepat jam sembilan. Dan beritanya akan sangat menyebar di kalangan Akademi, dan untung nya Lauren bukan dari keluarga bangsawan.

Bab 2

"Tak ku sangka ada tragedi seperti itu di malam terakhirku," gumam Leon. Dan berusaha melupakan kejadian itu.

Saat ini pukul 11.00 tepat. Tak ada lagi orang yang datang ke perpustakaan setelah kejadian yang sangat tragis itu. Dan lagi sekarang sudah larut malam, bagi anak akademi, jam segini inilah seharusnya tidur.

Perpus akademi yang Leon tempati ini tutupnya jam 10.00, dan tidak boleh ada anak-anak yang masuk lagi. Yang berarti tak ada harapan bagi Leon.

"Yah... Mana mungkin kan ada orang yang masuk lagi?" tanya-nya dengan nada tiada harapan. Dan mulai menerima kenyataan bahwa dirinya akan segera di-teleport.

Saat ini pukul 11.59 yang di mana tinggal 60 detik lagi waktu teleport-nya Leon.

Tik!

Tik!

Suara jam yang terus menerus berbunyi berputar.

"Suara apa itu?!" tanya Leon. Mendengar suatu suara, yang mungkin ia mengenali suara itu. Suara yang berasal dari pintu. Ya, dari pintu depan.

KLIK!

Leon mengenali suara itu, suara pintu dibuka, namun kali ini bukan dengan kunci, tapi dengan paksaan. Suara pintu yang dibuka dengan besi saat pencuri ingin membuka pintu.

"Pencuri?!" Leon kaget, apalagi setelah melihat sosoknya, berjubah hitam, dengan rambut pemuda itu yang berwarna abu-abu.

Mukanya tampak panik, dengan penuh kewaspadaan. Mengendap-endap dengan cepat dan tanpa suara.

Dan bukan tidak di sengaja, anak itu menuju ke rak di mana Leon berada. Seolah memang Leon lah tujuannya datang ke sana.

"Dia kemari..?" Hanya bisa mendengar step-nya, apalagi pandangan Leon terbatas. Ditutupi oleh buku-buku di sampingnya.

"Dia benar-benar kemari... dia mengetahui keberadaanku!" Kata Leon, merasa harapan muncul kembali.

"Dia sudah susah payah mencariku, aku harus memanggilnya!" kira Leon.

"Hei nak! Lihat aku! Lihat lah!! Kau sudah susah payah kemari!!" panggil Leon kepada anak itu yang sekarang tepat berada di depannya.

“Waktunya!! Aku akan segera teleport!” Batin Leon panik ketika melihat bahwa tinggal lima detik lagi waktu tersisa.

Namun bukan kebetulan, anak itu berhenti ketika selesai Leon memanggilnya. Dan menoleh ke Leon dan tanpa basa-basi langsung mengambil Leon. Seolah ia mendengar batin Leon.

Tik!

Pukul tepat jam 12:00. Namun terlihat Leon sudah ada di genggaman anak itu dan yang lebih hebat, Leon berhasil menjalin kontrak ketika detik-detik terakhir, satu detik sebelum pukul 12.00. Pemuda itu membuka sampulnya.

"Yes! Kau berhasil nak!" ucap Leon dengan senang dan puas pula. Kali ini ia tak perlu menunjukan kewibawaannya, karena kontrak telah terjadi.

Tapi, yang lebih mengejutkannya adalah, pemuda itu Tidak terkejut sama sekali, dengan tatapan yang polosnya, bagai bukan suatu hal yang mengerikan baginya.

“Kau tidak takut..?” tanya heran Leon, biasanya anak-anak akan takut ketika mendengar suara yang bahkan dari buku.

Dengan polosnya anak itu menggelengkan kepalanya, tanpa ketakutan dan kewaspadaan sama sekali.

Dan terlihat anak itu memakai baju akademi yang menandakan ia dari akademi. Tapi apa yang membuat ia harus masuk paksa begitu? Bukankah ia bisa langsung masuk saja? Ia kan dari Akademi?

tanya Leon setelah melihat seragamnya.

“Hei nak, mengapa kau masuk ke perpus? Apa yang mau kau maling?” tanya Leon. Dan kali ini masih dalam bentuk buku, belum berubah menjadi wujud manusia.

“Tak ada” jawab anak itu dengan santainya.

Yang membuat Leon semakin bingung dengan anak ini, betapa beraninya ia membobol pintu perpus akademi, apalagi di sini ada CCTV. Dan , Tidak ada yang mau di curi?! Itu sangat rugi dan menyia nyiakan tenaga, itulah pikir Leon, yang terus mengomentari anak itu di dalam hatinya.

“Aku membobol pintu itu karena aku mau masuk. Aku hanya ingin membaca buku.” Lanjut anak itu menjelaskan maksudnya.

“Lalu, kenapa kau terlihat panik tadi?” lanjut tanya Leon. Dan memang, tadi muka anak itu tampak panik ketika awal ia masuk.

“Aku hanya merasa bahwa sesuatu yang kucari akan segera hilang tadi, makanya aku sangat panik,” jawab anak itu, yang membuat Leon tambah yakin bahwa anak inilah takdirnya. Yang akan menjadi Penyihir Agung bersamanya nanti.

“Kau sengaja menemuiku?” tanya Leon semakin mengintimidasi anak itu. Lagi-lagi ia hanya menjawab dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.

Yang membuat Leon semakin bingung lagi.

'Berarti ia tak bermaksud menemuiku?' tanyanya di batinnya.

“Lalu mengapa kau langsung kemari, seolah kau tahu keberadaanku?” Leon lanjut bertanya. Perasaannya dipenuhi dengan keheranan dan pertanyaan tentang anak ini.

“Entahlah… Saat itu tubuhku seolah tidak mengikuti kehendakku. Tubuhku bagai bergerak mengikuti kata hatiku yang terdalam…” Kali ini ia menjawab dengan jelas. Yang membuat Leon sedikit terpengaruh olehnya. Semakin yakin bahwa anak inilah takdir yang sebenarnya.

“Siapa nama mu?” tanya Leon, dengan suara yang serius dan intens.

“Rafael,” jawabnya dengan singkat.

“Keluarga mu?” lanjut Leon bertanya. Namun walau terus dilontari pertanyaan, Rafael tetap memasang muka santai dan cool.

“Tak ada. Aku ditelantarkan oleh kedua orang tuaku sewaktu aku bayi,” jawabnya dengan sedikit memberikan penjelasan.

'Seseorang yang tak punya identitas jelas, bisa mendengar panggilanku? Tak salah lagi, dialah yang terpilih!' batin Leon. 'Aku harus mengenalnya lebih dalam! Tapi sebelum itu, sebaiknya kami keluar dari sini dulu,' lanjut batin Leon.

“Itu. Lewat sana,” sembari menunjuk suatu fan, dan berjalan ke sana. Seolah mengetahui isi hati Leon. Sontak membuat Leon kaget.

“Dia dengar?” tanya batin Leon.

“Kita akan keluar dari bawah tanah,” kata Rafael sembari membuka ventilasinya. Dengan Leon yang di genggamnya.

“Mengapa susah-susah? Kan bisa dari depan?” tanya Leon yang terus di genggamnya dengan erat.

“Kita sudah ketahuan,” jawab Rafael.

Tuk!

Suara dentuman yang diikuti Rafael suatu momen menuruni tangganya.

Leon hanya tak bisa berkata-kata, ia benar-benar heran melihat semua yang dilakukan Rafael.

Sebelum akhirnya mereka menemukan jalan dua arah.

Namun Rafael tidak panik.

Walau tampak celingukan ke kanan dan ke kiri.

Leon yang melihatnya tentu tahu isi hati Rafael. Ia pasti sedang memilih mau mengambil jalan yang mana.

'Mari kita lihat anak ini menyelesaikan permasalahan kecil ini' Batin Leon dengan seringaian kecilnya yang berada tepat di belakang Rafael.

Yang nantinya Leon akan menilai bagaimana cara kerja otak Rafael, untuk menambah kedekatan mereka, tentunya Leon harus mengetahui identitas pengkontrak nya.

Dan terlihat sekarang Rafael mulai memejamkan matanya. Mengarahkan kedua tangannya kedepan. Bersiap siap, seakan akan keluar suatu teknik yang harus di persiapkan.

Menarik nafas, tidak banyak, hanya sedikit.

"Alvareth nox e’tira - Veyrum silen’ka."

Kata kata mantra keluar dari mulut Rafael, yang hanya di mengerti oleh sesama penyihir saja.

Yang membuat lorong yang lembab, gelap, dan dingin itu, kini bercahaya. Dan itu hanya tampak bagi Rafael saja. Pengguna Mantra nya saja.

Matanya mengeluarkan Aura biru es dingin. Mengeluarkan lambang sihir yang berada tepat di depan telapak tangannya. Dan kali ini bukan hanya Rafael saja yang bisa melihat nya.

Di pikirannya, tergambar kerangka kerangka sesuatu yang akan di lewatkan oleh mereka. Hanya terbatas itu saja. Tak lebih.

Yang membuat Rafael masih ragu ragu untuk memilih jalan yang mana.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!