NovelToon NovelToon

Cintai Aku Kumohon

satu

"reeva, ayah mohon nak, pikirkanlah dengan kepala dingin" bujuk pak danu, dengan wajah memelas menatap putri bungsunya penuh harap-harap cemas.

"hanya kamu harapan terakhir kita" sambung bu nila dengan tangan bersidekap. Tatapan bu nila berbeda dari tatapan pak danu, wanita paruh baya itu terlihat lebih tegas dan mengintimidasi. Posisi duduknya yang anggun terlihat lebih mirip seorang ratu daripada seorang ibu.

reeva mendengus kesal, otaknya terasa panas. Ingin rasanya ia teriak-teriak protes mendengar permintaan kedua orangtuanya itu. Melihat ibunya yang menatap ke arahnya dengan tatapan intimidasinya, jujur reeva merasa kesal.

"tapikan reeva masih sekolah ayah, bukankah rania lebih dewasa dari reeva, kenapa bukan dia yang menikahi laki-laki itu" protes reeva terdengar marah menatap kakaknya yang menangis di samping ibunya, tangisan kakaknya terdengar memilukan, wajah putih cantiknya terlihat memerah karena kesedihan yang mendalam, hati reeva sungguh tak tega melihatnya, namun hati reeva sungguh kesal karenanya.

Reeva sangat menyayangi kakaknya itu, begitu juga sebaliknya. Ikatan persaudaraan yang mereka miliki cukup kuat. Reeva sering mengalah dalam hal apapun untuk rania,tidak! Sebenarnya reeva terlalu sering dipaksa untuk mengalah, namun selama ini ia tidak keberatan. Tapi kali ini reeva benar-benar marah, lamaran yang datang dari keluarga yang reeva tidak kenal, yang entah datang darimana, yang hanya datang dengan sepucuk surat, sukses membuat hidup reeva yang biasanya aman dan tenang menjadi berantakan.

"di dalam surat yang ayah baca tadi, tertulis bahwa laki-laki itu, entah siapapun dia, meminta anak gadis ayah yang memiliki rambut panjang dan cantik, dan itu jelas-jelas bukan aku ayah"ujar reeva mengingatkan ayahnya yang masih menatapnya penuh harap. Reeva masih berdiri dengan tangan di pinggangnya, mata besarnya terlihat semakin membesar, ketika menatap ayahnya. Kulitnya yang kuning langsat berbanding terbalik dengan kakaknya yang putih bersih bagai pualam, rambut ikalnya yang bondol dan selalu berpenampilan tomboy, membuat mereka berdua terlihat begitu berbeda bagaikan langit dan bumi.

Rania lemah lembut, memiliki kulit seputih pualam dengan rambut panjang lurusnya, matanya yang indah dipadu dengan hidung mancung mungilnya, siapapun tidak akan percaya kalau mereka berdua adalah saudara kandung. Reeva yang sedari kecil selalu berpenampilan seperti pria,rambutnya tidak pernah ia biarkan tumbuh panjang, hidungnya juga mungil, matanya jauh lebih besar dari milik rania, kulitnya yang selalu terbakar dibawah matahari, sungguh pemandangan yang sangat kontras jika mereka disandingkan berdua, siapapun tak akan percaya, jika mereka adalah saudara kandung dari ibu dan ayah yang sama. Rania lebih mewarisi fisik ibunya yang memang cantik luar biasa, dan entah mengapa ia bisa mewarisi fisik ayahnya yang biasa-biasa saja, kalau tidak mau dibilang jelek.

"kamukan tahu, kalau rania sudah tunangan dengan mas arka, apakah kamu tega melihatnya berpisah dari arka?" tanya bu nila masih dengan bersidekap menatap putri bungsunya tanpa ekspresi,

"trus ibu tega ngelihat reeva putus sekolah, hanya demi menyelamatkan rania dan tunangannya?" pertanyaan menohok dari reeva membuat seisi ruangan terdiam, semua mata menatap reeva yang masih berdiri bertolak pinggang.

"Hhhhhhh" helaan nafas dari bu nila terlihat cukup berat, matanya beralih menatap suaminya,"tolak sajalah mas, lagian pria itu sangat tidak sopan, hanya mengirimkan sepucuk surat seperti itu" keluh bu nila dengan raut wajah tenangnya, gayanya yang anggun selalu mampu menghipnotis seisi rumah untuk mematuhi semua perintahnya.

"kalau aku menolak, berarti kita harus sudah siap keluar dari rumah ini, hanya rumah ini yang terpikir bagiku untuk membayar kesalahanku terhadap perusahaan itu"bisik pak danu lirih memandangi istri dan kedua putrinya. Semua terdiam mendengar ucapan pak danu. Terdiam dengan pikiran yang berkecamuk di benak mereka masing-masing.

bersambung....

dua

ruang makan itu terdengar sunyi, hanya helaan nafas mereka terdengar begitu berat. Bu nila menoleh ke arah putri sulungnya, "sudahi tangismu rania, kamu akan tetap menikah dengan arka, dan kamu reeva—" ucapnya tiba-tiba mengalihkan perhatian ke arah putri bungsunya. "beresin semua barangmu, kita akan pindah dari rumah ini secepatnya, ayahmu akan mencari kontrakan untuk kita"

Pak danu menghela nafasnya berat sebelum berdiri, gerakannya yang terlihat lesu, sungguh membuat hati reeva terenyuh. Setitik rasa bersalah menyelusup ke dalam hatinya. Tangannya yang tadi bertolak pinggang, luruh ke sisi tubuhnya, matanya menatap ke arah ayahnya yang hendak berlalu.

"ayah.." panggil reeva tiba-tiba mengagetkan seisi rumah, "aku menerima lamaran itu ayah" mata seisi rumah terlihat membelalak kaget, binar mata ayah reeva terlihat bahagia, perlahan ia menghampiri reeva dan meraih kedua tangan putri bungsunya itu, "kamu serius nak?" tanyanya meyakinkan.

"he eh" angguk reeva ragu,"reeva tidak ingin melihat rumah ini terjual, hanya ini harta kita satu-satunya warisan dari kakek" katanya menatap bergantian ke arah ibu dan kakaknya yang masih terpelongo mendengar jawabannya.

"reeva juga gak mau melihat rania menikahi mas arka di rumah kontrakan yang kita tidak tahu dimana dan bagaimana bentuknya"

"terima kasih reeva" terdengar ucapan tulus rania yang menatap adiknya syahdu,

"kamu memang selalu ada untukku" bu nila yang masih terdiam, terlihat memicingkan matanya menatap reeva, ia merasa heran apa yang membuat reeva tiba-tiba mengubah keputusannya, ia sangat tahu kalau reeva itu sedikit keras kepala, ia tahu reeva tidak akan semudah itu menyetujui sesuatu jika menurutnya hal itu tidak menguntungkan baginya, namun ia juga tahu reeva itu sangat menyayangi keluarga.

"reeva.." panggil bu nila, gadis itu menoleh. "apakah kamu tidak akan menyesal?, kamu juga belum mengenal pria tidak sopan itu" tanya bu nila menelisik mata putrinya, berusaha mencari jawaban di mata besar yang indah itu.

"tidak ibu, reeva nggak akan menyesal" gelengan kepala reeva terlihat yakin. "reeva pikir, jika tidak dengan cara ini, reeva tidak akan pernah menikah"

"apa maksudmu?" cecar bu ratna cepat, terlihat raut wajahnya sedikit tak suka mendengar ucapan reeva.

"ibu lihat sendiri, apakah ada pria yang akan sukarela menikahi reeva dengan ini" tunjuknya ke seluruh tubuhnya sendiri, mulai dari kepala sampai kaki,

"apa yang salah dengan dirimu?" tanya ibunya lagi dengan ekspresi terlihat marah.

"reeva tidak secantik rania bu, jika reeva memiliki fisik seperti rania, reeva juga tidak akan bersedia menerima lamaran dari pria itu." bisiknya terdengar lirih, bisikan yang sangat lirih, yang hampir tidak terdengar oleh keluarganya. Reeva menyadari jika ia tidak secantik kakaknya, terkadang hatinya sering merasakan sakit, ketika melihat pandangan mata orang yang melihat dirinya iba dan heran, ketika tahu ia adalah adik rania.

"tidak ada yang salah dengan dirimu reeva, jangan rendah diri seperti itu!"perintah bu nila dengan suara anggunnya, wanita cantik itu berdiri, " kamu hanya perlu merubah penampilan konyolmu ini, mulailah bertindak sesuai dengan kodratmu" perintah bu nila terdengar tegas. Di rumah mereka posisi kepala keluarga lebih sering di pegang ibunya, sementara ayah mereka hanyalah pria tua yang plin-plan dan gugupan, namun itu tidak mengurangi rasa sayang reeva terhadap ayahnya itu.

"dan mas, sebelum reeva menikahi pria itu, sebaiknya kita pingit dia supaya tidak terlalu liar" ucapan bu nila yang selalu bagai sebuah perintah, mengakhiri pembicaraan mereka di meja makan sore itu.

Bersambung...

tiga

"kamu baik sekali reeva" peluk rania, setibanya mereka di kamar, "aku salut sama kamu dan keberanianmu, kamu memang luar biasa reeva" reeva melangkah ke arah ranjang, tempat tidur mereka, wajahnya masih terlihat tenang, walau terus terang hatinya sangat galau dan bingung luar biasa, " kalau itu diriku, aku pasti tidak akan sanggup ree, kamu memang hebat" puji rania menatap adiknya dengan mata berbinar. "bukan hebat nia, aku hanya putus asa" geleng reeva menatap kakak cantiknya itu dengan takjub, padahal matanya sembab oleh air mata namun rania masih tetap kelihatan sungguh cantik. Reeva membuang mukanya jengah, senyuman rania terlihat begitu mempesona. "tapi aku berterima kasih padamu ree, tanpamu aku pasti tidak akan bisa menikahi mas arka, kamu memang adik terhebatku" puji rania tulus memeluk hangat tubuh reeva, reeva menyambut pelukan rania tak kalah hangat. Tepukan lembut tangan reeva pada punggung rania, terasa penuh kasih.

"reeva harus pergi bu, reeva ketua panitia dalam acara pembukaan jambore itu, bagaimana mungkin reeva tidak menghadirinya" rengekan reeva terdengar membujuk ibunya yang masih berdiri di ambang pintu, tangan bu nila bersidekap dengan mata tajamnya menatap reeva. "ibukan udah ngomong kemaren, selain sekolah kamu tidak boleh mengikuti kegiatan apapun, jangan sampai nanti pria itu menyesal telah mengajukan lamarannya, setelah melihatmu" mata ibunya tetap terlihat tidak mau di ajak kompromi, gelengan kepalanya tegas menolak bujukan reeva. "kalau tidak ada halangan selesai ujian akhir, kamu akan menikahi pria itu ree. Susah payah ayahmu membujuk pria itu untuk membiarkan kamu selesai ujian dulu"

"tapi bu..",

"tidak ada tapi-tapi ree" geleng bu reeva cepat, "kamu sudah setuju untuk semuanya, jadi ibu harap kamu bisa patuhi ibu"

"hehhhhh.." terdengar reeva menghembuskan nafasnya dengan kasar, ia membantingkan tas ranselnya ke atas meja belajar, raut wajahnya terlihat kesal. Tangannya meraih gawai yang ada di saku luar tas ranselnya, tangannya dengan lincah mengetikkan sebuah pesan di sebuah aplikasi pesan berwarna hijau berlambang telepon itu. Reeva memutuskan untuk meminta garkha, mewakilinya di acara itu. Raut wajah reeva masih terlihat kesal, beberapa kali terdengar hembusan nafasnya yang kesal dan berat. reeva menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur yang sudah mulai hilang keempukannya, mata indahnya menatap layar gawai tanpa kedipan, di situs pencarian reeva mengetikkan sebuah nama'albirru naratama'

Informasi lengkap tentang pria itu tercatat dengan rapi, sebuah gambar memuat pria itu yang sedang berkuda. Wajahnya yang terlihat tegas dengan garis rahang, hidung mancungnya yang tinggi, membuat reeva menelan salivanya, bukan karena kegantengannya namun lebih ke rasa takut yang tiba-tiba menerpa hatinya. Reeva yakin pria yang akan menikahinya ini bukan lagi hanya seorang pria dewasa, namun memang pria yang sudah cukup matang. Perkiraan reeva pria itu sudah menginjak usia 30-an, latar belakang pria itu juga bukan main-main, siapa yang tidak mengenal grup argatama, salah satu grup yang mendukung perekonomian negara ini berjalan lancar. Reeva lagi-lagi menelan air ludahnya yang terasa bagai duri, latar belakang pria itu saja sudah membuat reeva minder, apalagi jika sampai ia berdiri di sisi pria itu, reeva lebih pantas menjadi artnya, 'alangkah lebih baik jika rania yang mendampingi pria itu, kecantikan rania lebih layak untuk disandingkan dengan pria itu' batin reeva dalam hati. Rania memang cantik, sangat cantik malah, namun rania tidak secerdas reeva, baik secara IQ ataupun EQ, tidak ada yang menyangka kalau rania sangat pas-pasan dalam hal itu, namun siapa yang perduli, bukankah di dunia ini ada semboyan 'kalau kamu cantik kamu selalu dimaafkan', lagian siapa juga pria yang perduli dengan kecerdasan. Pria itu makhluk visual, bagi mereka kecantikan adalah hal pertama yang harus dilihat dari seorang wanita.

Reeva meletakkan gawainya di nakas, perlahan matanya terpejam, ada rasa yang begitu sesak di dadanya, namun reeva sendiri heran entah apa yang membuatnya jadi bingung seperti ini. Sebenarnya jika boleh jujur, reeva takut akan kehidupan pernikahan yang akan ia jalani dengan pria itu. Apalagi sampai detik ini reeva juga belum pernah ketemu dengannya, ingin rasanya ia membatalkan rencana ini, namun akibatnya sungguh fatal bagi keluarga mereka.

"ree.." panggilan lembut dan ketukan di pintu kamar menyadarkan reeva dari tidur-tidur ayamnya, perlahan reeva menyeret langkahnya malas menuju pintu, terlihat ayahnya berdiri dengan senyum canggung memegang sebuah bingkisan di tangannya. "ayah tadi beli martabak telur, yuk kita kumpul di meja makan, kebetulan rania juga sudah pulang" ajak pak danu menatap putrinya yang terlihat kusut. Tanpa menjawab sepatah katapun reeva berjalan malas menuju ke ruang makan dimana ibu dan kakaknya duduk manis dengan mulut yang terlihat sedang mengunyah.

"bagaimana mas, apakah Birru mau menikah dirumah ini?" pertanyaan bu nila memecah keheningan dan lamunan reeva. Pak danu menggelengkan kepalanya lesu, "dia tidak mau dek, katanya dia udah mengalah dengan mengundurkan waktunya, jadi giliran kita yang mengalah sekarang"

"cihhh, memang pria brengsek" terdengar umpatan bu nila yang terlihat kesal, " apa karena dia orang kaya, lantas bisa berbuat sesukanya" mata bu nila terlihat menyipit tak suka," seandainya saja kamu tidak punya masalah dengan pria itu mas, aku tidak akan mengijinkan putriku menikahinya"

Reeva mendongakkan kepala, matanya menatap bu nila penuh tanya, sejak kapan ibu mereka itu memperdulikan dirinya. Setahu reeva ibunya hanya memperdulikan rania, kakaknya yang cantik itu. "jadi gimana dek?" tanya pak danu yang terlihat bingung. Reeva membuang pandangannya ke arah lain, sungguh terkadang reeva kesal melihat ayahnya tidak tegas dan lembek seperti ini. Dalam keputusan apapun ayahnya sangat bergantung kepada ibu.

"aku tidak bisa bayangkan bagaimana reeva mengatasi pria egois itu nanti, aku takut reeva nggak sanggup" kata bu nila dengan tatapan sendu ke arah rania. Reeva menoleh jengah, ia tahu ibunya berharap ranialah yang menerima lamaran ini, baginya putri cantiknya itu terlalu berharga kalau hanya mendapatkan seorang suami seorang pns di kantor pajak.

"trus apakah menurut ibu, rania sanggup mengatasi pria itu?" tanya reeva tanpa ekspresi, ia melihat ibunya sedikit tersentak. " hahahahha" tawa pak danu terdengar renyah "aku yakin reeva mampu menaklukkan pria itu, sikap keras kepala reeva akan mampu menandingi birru, aku yakin" wajah sendu bu nila terlihat sedikit berubah, ada rasa bersalah dari sorot matanya yang menatap reeva, bagaimana bisa ia berpikir bahwa reeva tidak layak menjadi istri seorang konglomerat, padahal reeva juga putri kandungnya yang berharga.

"sudahlah dek, percayalah reeva pasti mampu, jangan ragu" ujar pak danu meyakinkan bu nila yang terlihat masih terdiam. " iya bu..aku tahu reeva pasti mampu" sahut rania yang sedari tadi hanya mendengarkan. Reeva melihat ibunya hanya mengangguk, namun raut wajahnya masih terlihat merasa bersalah. Ia juga tahu putri bungsunya itu bukanlah wanita biasa.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!