NovelToon NovelToon

Ketika Hati Menyatu

Bab 01. KHM

...~•Happy Reading•~...

Suatu hari, menjelang siang di gedung bertingkat tinggi di Jakarta pusat, seorang gadis cantik, cerdas dan cekatan bernama Nathania sedang serius bekerja di sudut ruangan sebuah kantor perusahaan pertambangan.

Dia gadis muda ceria dan good looking. Kulitnya putih mulus, hidung mancung, bibir mungil, alis seperti semut berbaris dan lesung pipit sebelah juga rambut ikal melengkapi kecantikannya.

Semua itu menambah daya tarik bagi para pengusaha muda yang berkantor di gedung itu. Dikala bertemu, wajah dan penampilan Nathania sering mengusik dan membuat mereka terpesona. Sehingga tanpa malu-malu, mereka menatap dan menunjukan rasa tertarik padanya.

Namun Semua itu tidak mengganggu dan membuat Nathania tergoda. Karena selain sedang menata karier setelah menyelesaikan kuliah akutansi, ada satu nama pria yang sudah mengisi hatinya.

Sekarang Nathania bekerja sebagai karyawan di perusahaan tambang batu bara dan sedang menjalani masa training enam bulan sebagai karyawan baru dan ini adalah bulan kelima. Dia bersemangat, fokus, tekun dan hati-hati dalam menyelesaikan semua pekerjaan yang ditugaskan padanya.

Dia berusaha tidak melakukan kesalahan, supaya bisa mendapat penilaian bagus dari perusahaan. Sehingga masa kontrak kerjanya diperpanjang, atau bisa diangkat sebagai karyawan tetap.

Oleh sebab itu, selama menjalani masa training, dia mencurahkan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dan kemampuannya untuk mencatat nilai barang perusahaan menurut petunjuk pimpinan dan angka yang tertera pada barang.

Agar bagian keuangan mudah memisahkan barang yang perlu diganti atau masih bisa dipertahankan sesuai tahun pembelian dan nilainya. Jadi dia tidak boleh melakukan kesalahan.

Sepanjang pagi dia terus fokus melihat lembaran catatan barang inventaris di atas meja, sambil sesekali melihat layar komputer. Dia selalu berdoa, semoga tidak salah input nama barang atau ada angka yang terlewatkan. Sehingga terjadi kesalahan dan harus mengulang lagi dari awal.

"Thania, bisa selesai sebelum istirahat?" Teman satu ruangan, sesama training mendekatinya.

"Astaga... Amelia, kau bikin kaget. Nih, lagi ngebut. Semoga bisa selesai." Jawab Nathania sambil menunjuk layar komputer.

"Sorry..." Amelia mengangguk dan mengelus pelan bahu Nathania, sebagai tanda minta maaf.

"Ada apa, Amel?" Nathania meletakan lembaran di tangan dan berbalik melihat Amelia sebelum dia kembali ke meja kerjanya.

"Aku mau ajak makan Ramen Sopa yang sedang viral itu. Katanya baru buka cabang di Ampas. Hari ini ada promo." Amelia menjelaskan dan berharap Nathania tertarik dan lekas menyelesaikan tugasnya.

"Waaah... Benarkah? Uuuuuh..." Mata Nathania berbinar mendengar Ramen Sopa.

"Benar, tadi aku lihat infonya." Amelia menjawab serius untuk meyakinkan Nathania.

Tiba-tiba mata Nathania meredup melihat wajah cantik Amelia, setelah ingat sudah ada janji. "Yaaa, sayang banget. Aku mau, tapi udah janjian mau lunch dengan Mas Andy." Nathania jadi tidak enak, karena Amelia adalah teman baik yang selalu menemaninya sejak masuk kerja.

"Ngga pa'pa, Thania. Lain kali aja kita ke sana. Aku pingin makan berdua. Ngga seru kalau pergi makan sendiri." Amelia coba bersikap santai dan biasa, lalu berjalan lambat ke tempat duduk untuk meneruskan pekerjaan.

Walau merasa tidak enak terhadap Amelia, Nathania kembali fokus menyelesaikan tugas. Agar kalau Andy jemput, dia tidak buru-buru.

~*

Sebelum tiba waktu istirahat, Nathania berdiri dan menggerakan badannya untuk merenggangkan otot kaku dengan perasaan lega. Target pekerjaannya hari itu bisa selesai dikerjakan sebelum istirahat.

Hatinya lega saat merapikan tas dan melihat ponselnya bergetar di atas meja. Ketika melihat nama A'Andy di layar ponsel, dia tersenyum dan segera merespon dengan hati riang.

Dia membayangkan akan makan siang berdua sambil membicarakan langkah berikut setelah Andy mendapat promosi jabatan. Dia berharap, hari ini Andy bisa memberikan kepastian mau bertemu dengan kakaknya. Bukan untuk melamar, tapi bisa mengenal dan dikenal kakaknya.

"Hallo, Mas. Udah jalan?" Nathania langsung bertanya, sebab hampir tiba waktu istirahat siang. Jadi dia bisa langsung pergi saat jam istirahat tiba.

"Maaf, Yank. Aku meeting ama boss, tapi belum selesai. Lunchnya tunda dulu, ya." Ucap Andy pelan, tapi nadanya tidak enak didengar Nathania.

Semangat dan nada riangnya jadi surut. "Oh, iya. Ngga pa'pa, Mas. Fokus aja ama kerjaannya." Nathania berusaha bicara santai dan tenang.

"Ok, Yank. Aku janji, nanti sore aku jemput setelah pulang kantor." Ucap Andy yang merasa bersalah.

"Mas, ngga usah janji. Pasti lupa.... Tadi pagi kan, sudah bilang. Nanti sore ngga bisa jemput, makanya sekarang mau lunch." Nathania mengingatkan yang dikatakan Andy dengan nada suara mulai berubah.

"Oh, iya, Yank. Untung, ingatin. Akhir-akhir ini lagi banyak kerjaan, jadi kadang lupa. Thanks, udah mau ngerti aku." Ucap Andy dengan nada pelan dan manis.

"Iya, Mas. Udahan dulu. Nanti ditungguin bossnya." Nathania mengingatkan lagi, sebab Andy mengatakan sedang meeting dengan bossnya.

"Ok, Yank. See you." Andy mengakhiri pembicaraan setelah Nathania membalas salamnya.

Nathania terhenyak, menghembuskan nafas kuat dan menyandarkan punggung. 'Sabar, Thania, sabar.' Nathania coba menurunkan tensi rasa kecewanya, agar bisa memahami kesibukan Andy.

Hampir satu tahun bersama menjalin hubungan serius, bukan waktu yang singkat untuk membuatnya tidak mengerti. Andy sedang konsentrasi bekerja untuk membangun masa depan, masa depan mereka. Karier Andy sebagai sales manager di sebuah perusahaan properti sedang menanjak.

Nathania lakukan itu, agar Andy juga bisa mendukung kariernya. Oleh sebab itu, kalau Andy lupa atau lalai menepati janji karena terlalu sibuk, dia terima dengan tingkat pengertian yang dimiliki, walau setipis tissu.

Apa lagi jika Andy sudah menatap matanya dan mengatakan. 'Yank, aku bekerja keras sekarang untuk masa depan kita.' 'Maafin, ya, yank.' 'Thanks, yank, udah ngerti aku.' Dan banyak lagi kalimat manis yang diucapkan untuk meluluhkan hatinya. Dan itu ampuh setiap kali Andy membatalkan janji atau menunda waktu untuk bertemu.

Dia berusaha mengerti dan terima, walau kadang hati kecilnya curiga dan bertanya tentang alasan pembatalan atau penundaan waktu yang kadang menyentil hati.

Nathania menarik nafas panjang untuk melonggarkan rongga dada dan menenangkan hati yang mulai bergelut dengan pikiran negatif.

Ketika melihat berkas di atas meja, dia teringat pada Amelia. 'Mengapa aku kecewa dan bersedih untuk sesuatu yang ngga bisa dimengerti? Semangat Thania... Nikmati hasil kerja kerasmu.' Nathania membatin dan menyemangati dirinya.

Rasa kecewa, pegal dan penatnya berangsur surut. Dia berdiri dan berjalan mendekati Amelia yang serius bekerja, menginventaris barang-barang milik perusahaan.

"Amel, kita ke Ampas untuk makan ramen, yuuukkk..." Nathania mengajak dengan nada suara yang dibuat riang.

Sontak Amelia berbalik melihatnya. Nathania mengangkat dua jari sebagai tanda peace sambil tersenyum manis memperlihatkan lesung pipit sebelah miliknya.

"Kau ngga jadi lunch sama Ayankmu?" Amelia bertanya dengan wajah heran. Walau dia senang bisa makan ramen dengan Nathania, tapi ada yang mengganggu pikirannya.

...~_~...

...~▪︎○♡○~▪︎~...

Bab 02. KHM

...~•Happy Reading•~...

Nathania menggeleng sambil tersenyum tipis. "Ngga jadi lunch. Lagi meeting ama boss." Jawab Nathania singkat, tanpa niat membahas. Agar tidak menaikan rasa kecewanya yang sudah melandai dan Amelia tahu kalau dia sedang kecewa atas pembatalan Andy.

Namun Amelia tidak begitu saja terima yang dikatakan Nathania. "Egeeeen...?! Amelia bertanya demikian, sebab sejak mereka mulai bekerja, sudah beberapa kali mendengar Nathania batal lunch atau tidak jadi dijemput oleh Andy dengan berbagai alasan.

"Mas Andy lagi sibuk. Maklumin aja. Bukannya itu lebih baik buat kita?" Nathania tidak bisa menghindar dari rasa penasaran Amelia, lalu mengalihkan kepada rencana makan siang mereka.

"Emang situ, ngga sibuk? Justru kau yang belum mantap berpijak harus waspada dan hati-hati, supaya ngga kedepak. Aku kok, ngga ngerti caramu tanggapi dia." Amelia tidak bisa menahan rasa kesalnya.

"Menurutku, kau terlalu baik dan sabar. Terima begitu saja, dicancel berulang kali. Apa ini yang dibilang cinta menggilas logika? Atau kau ngga punya emosi?" Amelia jadi emosi. Dia berdiri dari kursi dan mengumpulkan semua berkas di atas meja kerja dengan cepat.

"Ya, Ameeelll. Dicancel menit-menit terakhir, pasti kesal, marah, kecewa. Hatiku bukan kerikil." Nathania jadi duduk di kursi Amelia. Dia pegang tangan Amelia untuk menyalurkan rasa hatinya yang tiba-tiba sedih.

"Kalau hatimu kerikil, kau tidak jadi temanku. Sekali-sekali lemparin dia dengan kerikil. Lagian, emang dia sendiri yang tampan dan sukses? Di gedung berlantai 11 ini, ada banyak pengusaha muda tampan berjejer, menantimu. Kau ngga tahu, mereka sering melihatmu di lobby?" Amelia berbicara sambil menggerakan tangannya.

"Aku yang ngga secantikmu aja, pingin lemparin lelaki seperti ayankmu itu lewatin sungai Ciliwung." Amelia berkata dan menggerakan wajahnya ke arah sungai Ciliwung.

"Amel, emosimu bisa bikin kita ngga jadi makan ramen sopa." Ucap Nathania sambil menggoyang tangan Amelia, supaya berhenti marah.

"Jadi dong. Masa gara-gara kesal sama doi'mu, ramen sopa dicancel. Ayooo." Amelia menarik tangan Nathania untuk berdiri. "Sorry, kalau sudah kesal, suka lupa not." Amelia tersadar akan emosinya. Dia mengusap punggung Nathania sebagai tanda minta maaf.

"Emosimu bisa bikin tulang-tulangku lemes." Nathania tidak bersemangat, tapi berdiri ambil tas. "Kalau begitu, cepatan." Amelia menarik tangan Nathania keluar dari ruang kerja sebelum dia berubah pikiran.

"Mungkin karna emosiku yang sering meluap-meluap, cowok-cowok itu menjauh dariku. Hehehe." Amelia coba bercanda, melihat Nathania hanya diam mengikuti.

"Emosimu masih dalam porsi yang pas dan tepat sasaran. Aku pun sedang menakar emosiku, supaya bisa disalurkan pada waktu yang tepat. Yuuukkk__. Thanks." Nathania menggandeng tangan Amelia menuju lift. Dia bisa merasakan rasa sayang Amelia padanya dalam emosi yang meluap-luap.

"Thanks too. Ngga usah masukan ke hati semua omonganku saat emosi, ya." Amelia berkata saat mereka sudah berada dalam lift. Nathania mengangguk sambil mengusap lengannya.

Setelah lift turun dua lantai, tiba-tiba pintu lift terbuka dan seorang pria muda tampan dan berpakain formal masuk ke dalam lift. "Siang Thania, Amel. Mau istirahat?" Pria tersebut menyapa sambil menyebut nama mereka berdua.

Sontak Nathania dan Amelia balik menyapa. "Siang juga. Iya." Hanya itu yang bisa dikatakan, karena mereka tidak mengetahui namanya.

Setelah turun tiga lantai, pria itu pamit dari mereka. "Thania, see?! Pria tadi tahu nama kita." Amelia berkata sambil tersenyum riang.

"Masih bilang ngga dikenal di gedung ini?" Nathania jadi menyenggol lengan Amelia dan ikut tersenyum, ingat mereka seperti manekin bernafas.

"Itulah enaknya, berteman dengan orang cantik. Jadi ikutan dikenal." Amelia balik menyenggol Nathania lalu tertawa bersama.

"Kau terlalu rendah hati. Ngga semua orang punya wajah dan hati secantikmu." Nathania memuji Amelia dan mentoel dagunya dengan ujung jari.

"Semoga kita bisa saling support seperti ini, ya." Amelia jadi terharu melihat cara Nathania menanggapinya tanpa melihat perbedaan di antara mereka.

"Iya. Oh, iya, sampe lobby, kita kabur, ya. Jangan tanggapi sapaan di lobby. Ramen sopa bisa ambyar." Nathania mengingatkan, supaya mereka tidak terlambat.

"Kalau begitu, aku pesan mobil sekarang, supaya kita sudah ditunggu setelah keluar dari lobby." Amelia mengeluarkan ponsel untuk memesan mobil online.

"Thanks. Semoga kita gak perlu ngantri lama untuk nikmati ramen sopa." Nathania berharap saat mereka sudah dalam mobil. Harapan Nathania diaminkan Amelia.

~*

Beberapa saat kemudian, mereka tiba di depan restoran ramen di Ampas Mall. "Alhamdulillah, ngantrinya ngga panjang." Amelia bersyukur dengan nada riang sambil menunjuk antrian dengan wajahnya.

"Iya, Amel. Kita jadi makan ramen hari ini. Tadi sepanjang jalan, aku ngga bisa mikir mau makan apa, kalau antriannya ngular melingkar-lingkar." Nathania jadi riang karena tidak lama menunggu untuk bisa nikmati ramen sopa yang sedang viral dan promo.

Mereka tersenyum senang, sambil memukul pelan pinggiran meja dengan ujung jari berulang kali setelah bisa masuk dan duduk. "Amel, berapa hari promonya?" Tanya Nathania sambil menunggu ramen diantar oleh pelayan.

"Sepertinya hanya tiga hari, jadi tinggal besok." Amelia menunjuk tanggal yang tercantum.

"Ternyata sudah dari kemarin. Ngga pa'pa, deh. Gajian nanti baru kita makan lagi. Ngga seru kalau besok makan ramen lagi." Bisik Nathania. Kemudian mereka tersenyum senang melihat dua mangkuk ramen sopa disajikan di depan mereka.

"Selamat nikmati!" Ucap Nathania dan Amelia bersamaan setelah bersyukur.

Mereka tidak bisa lama nikmati ramen atau bercakap-cakap santai, sebab antrian di depan restoran makin panjang. Selesai makan, mereka langsung keluar dari restoran.

"Thania, yang penting hari ini sudah bisa makan ramen sopa. Sisa waktu istirahat, kita cuci mata lihat sepatu, yuk." Ucap Amelia setelah keluar dari restoran.

"Yuuukkk... Siapa tahu, ada yang cocok di hati dan pas di dompet." Nathania mencoba santai untuk melupakan rasa kecewanya terhadap Andy.

Tiba-tiba, Amelia berdiri di depan Nathania dan mengajaknya bicara. "Thania, jangan lakukan gerakan. Lihat aku saja." Amelia berkata sambil memegang bahu Nathania yang terdiam.

"Ada apa, Amel?" Nathania bingung dengan sikap Amelia.

"Tadi kau bilang, Ayankmu sedang meeting dengan boss?" Bisik Amelia tanpa melepaskan tangannya dari bahu Nathania.

"Iya. Kenapa? Jangan bikin aku bingung. Perutku lagi menari dengan ramen." Nathania ikut berbisik.

"Boss Ayankmu laki-laki atau perempuan?" Pertanyaan Amelia membuat Nathania makin bingung. "Aku ngga tahu." Jawab Nathania cepat, karena Andy tidak pernah bilang padanya.

"Kau tenang. Aku akan bergeser, nanti kau lihat ke arah jam satu, ya. Kau lihat perlahan saja." Amelia mengingatkan lagi. Nathania mengangguk, walau tidak mengerti.

Ketika melihat ke arah yang dimaksudkan Amelia, Nathania membeku. Dia melihat Andy sedang berjalan dengan seorang wanita muda, berbicara sambil tersenyum. Wajah Nathania seketika memerah dan jantungnya berdegup kuat, memukul rongga dadanya.

...~_~...

...~▪︎○♡○▪︎~...

Bab 03. KHM

...~•Happy Reading•~...

Amelia memegang erat tangan Nathania dan tangan satunya mengusap lengan Nathania. "Lupakan pertanyaanku tadi. Walaupun wanita itu bossnya, hubungan mereka bukan lagi boss dan pegawai." Ucap Amelia tegas, setelah melihat Andy dan wanita di sampingnya berpegangan tangan.

'Kalau boss dan pegawai tidak mungkin berpegangan tangan seperti sepasang kekasih.' Amelia membatin, yakin.

"Amel, tolong lihat mereka ke arah mana." Ucap Nathania dengan nada marah, lalu melepaskan tangan Amelia dan berbalik. Dia mengeluarkan ponsel dan menelpon Andy untuk memastikan.

Ketika telponnya direject, Nathania kembali berbalik dan melihat Andy sedang mengotak-atik ponsel sambil berjalan bersisian dengan wanita di sampingnya.

Jantung Nathania berdetak cepat dan hatinya seperti dihajar pentungan berduri melihat wanita di samping Andy, tiba-tiba menggandeng lengannya. Andy yang sedang melihat ponsel, menggerakan kepala ke arahnya lalu kembali mengetik sesuatu di ponsel.

Tiba-tiba ponsel di tangan Nathania bergetar dan terlihat pesan masuk dari Andy. "Nti aq cal. Lg mting (Nanti aku call. Lagi meeting)." Isi pesan Andy. Membaca itu, Nathania seperti disambar petir siang bolong. Darahnya seakan naik ke ubun-ubun, melihat Andy kembali berjalan sambil berpegangan tangan dengan wanita di sampingnya.

'Tenang, Thania. Jangan bertindak ceroboh dan memalukan. Kau ada di tempat umum.' Suara hati mengingatkan, membuat Nathania menarik nafas panjang dan kuat.

'Jangan diam saja. Dekati dia, supaya tahu yang sebenarnya.' Bisik suara hati lain. Suara hatinya saling mengingatkan, membuat Nathania menggelengkan kepala berulang kali untuk menghilangkan suara hati yang terus saling memberi saran. Pikirannya bagaikan perahu diombang ambing oleh gelombang emosi.

Nathania menegakan punggung, lalu menghembuskan nafas dengan kuat sebelum mengambil keputuskan. 'Aku harus lakukan sesuatu sebelum dia menyadari aku sudah melihatnya.' Nathania membatin sambil melihat sikap Andy kepada wanita di sampingnya seperti kepada dirinya. 

'Cukup sudah kesabaranku.' Ucap Nathania lagi dalam hati sambil memegang ponsel dengan erat.

"Amel, tunggu di sini. Aku mau jalan sebentar." Bisik Nathania lalu melangkah cepat ke arah Andy.

Amelia terkejut melihat gerakan dan sikap Nathania yang penuh emosi. Dia ikut berjalan cepat menyusul Nathania yang berjalan cepat mendekati Andy.

"Thania, tungguuu...!!" Amalia tidak meneruskan, tapi sengaja memanggil dengan menaikan nada suara, agar nama Thania bisa didengar Andy.

Namun terlambat, Nathania sudah berada di dekat Andy. Sehingga saat Andy melihat ke arah datangnya suara yang memanggil nama Thania, Nathania sudah berdiri di dekatnya.

Andy sangat terkejut, seperti melihat gelombang tsunami mendekat dan dia tidak bisa menghindar. Wajahnya memucat melihat Nathania berdiri di depannya.

Pikirannya seakan buntu dan tidak bisa berkata-kata melihat Nathania terus menatap marah. Dia melepaskan tangan wanita di sampingnya dengan berpura-pura mengusap rambut, untuk menutupi rasa kikuk dan panik.

Giliran wanita di sampingnya terkejut dan melihat dia sambil berpikir. Mengapa Andy tiba-tiba melepaskan tangannya untuk merapikan rambut tidak berantakan.

Manik mata Andy bergetar saat melihat amarah di mata Nathania. Dia melihat ke arah lain, untuk mencari jalan keluar yang bisa meloloskan diri dari situasi terciduk.  Wajahnya makin pucat, saat tidak menemukan solusi untuk atasi situasi bahaya.

Dia tidak bisa tenang, melihat dua orang wanita yang berdiri di dekatnya sedang memandang dengan pikiran masing-masing. Dia makin tertekan melihat Nathania terus menatapnya tanpa berkedip sambil memegang ponsel di tangan.

Andy tahu arti tatapan marah Nathania. Pasti akan mengkonfirmasi pesan yang baru dikirim. Dia makin bingung, sebab belum menemukan alasan yang tepat dan bisa diterima, karena dia berada di tengah dua wanita yang sedang menunggu jawaban dari pertanyaan yang ada di pikiran mereka.

Melihat Andy kebingungan, Nathania menunjukan ponsel di tangannya kepada Andy. "Ini tempat meetingmu?" Nathania bertanya dengan suara pelan dan bergetar, karena menahan emosi.

"Yan, eh, Tha, eh..." Andy bingung menyebut nama Nathania, sebab wanita di sampingnya memperhatikan Nathania dengan mata melotot. Mendengar Andy bingung dan ragu menyebut namanya, Nathania makin emosi.

"Anda siapa?" Tanya wanita di samping Andy sambil melihat Nathania dari atas sampai ke bawah. Rasa panik bergelayut melihat wanita di depannya menunjukan sikap mengenal dekat Andy.

Nathania tidak menjawab, hanya diam menunggu apa yang akan dikatakan Andy. Namun Andy hanya diam berpikir. "Tanya padanya...." Nathania yang sudah emosi, menjawab sambil menunjuk Andy dengan menggerakan kepala ke arahnya.

"Yank, siapa wanita ini?" Wanita di samping Andy memegang lengannya dan bertanya serius, karena melihat sikap Andy yang bingung dan panik.

"Nanti aku jelaskan." Andy menepuk tangan wanita di lengannya untuk menenangkan.

Kemudian Andy beranikan diri berkata kepada Nathania, sebab sudah tidak bisa menghindar. "Thania, nanti kita bicara. Tapi jangan di sini." Andy menyebut nama panggilan Nathania. Hal itu membuat wanita disampingnya emosi dan melihat Nathania dengan wajah merah, marah.

"Anda kenal tunangan saya?" Wanita itu bertanya dengan nada lebih keras kepada Nathania.

"Anda tunangan dia?" Nathania bertanya sambil menunjuk Andy.

"Iyaaa. Kenapa? Kaget? Dia sudah bertunangan." Ucap wanita itu dengan wajah menantang dan puas melihat wajah kaget Nathania. Tidak puas sampai di situ, dia memperlihatkan cicin yang melingkar di jari mereka.

Nathania sangat shock, karena selama bersamanya, Andy tidak pernah memakai cincin tersebut. Dia merasa sangat malu, sebab sudah berpikir, bahwa wanita di samping Andy merebut pacarnya. Tapi ternyata, dia yang tanpa sadar sudah berpacaran dengan tunangan orang.

Nathania merasa sangat malu dan bodoh. Hampir setahun merasa dicintai dan berpikir hubungan mereka serius. 'Dia  menipuku.' Nathania membatin dengan hati seperti gelas yang dilempar ke lantai.

"Yank, ada apa ini? Siapa wanita ini?" Wanita itu mendesak Andy untuk menjawab siapa Nathania, sambil menggoyang lengangnya. Dia mulai panik, sebab melihat Andy masih diam dan tidak membelanya, atau wanita yang tiba-tiba bertanya tentang meeting.

Tunangan Andy jadi was-was melihat cara Andy menatap dan berbicara dengan Nathania. Dia juga khawatir melihat Nathania masih muda dan lebih cantik darinya.

"Aku sudah bilang, nanti kita bicara." Andy berkata pada tunangannya, setelah bisa mengontrol perasaan dan pikirannya. Dia sudah tidak bisa menghindar dan harus hadapi kenyataan, ketangkap basah. Apa lagi melihat mata Nathania yang merah mulai tergenang.

"Mari kita pergi dari sini. Untuk apa kau bersedih untuk laki-laki seperti itu. Banyak diobral murah di pasar ikan. Dasaaarr...." Amelia tidak meneruskan ucapannya, dan berusaha menenangkan Nathania agar tidak menangis di tempat itu.

Mendengar ucapan negatif Amelia dan cendrung memojokan, Andy makin panik dan bingung. "Yank, tolong tinggalkan aku sebentar. Kita sudah jadi tontonan." Bisik Andy kepada tunangannya.

"Tidak. Aku tidak akan tinggalkan tempat ini sebelum kau katakan, siapa dia." Tunangannya menepis tangan Andy yang meminta kesempatan bicara dengan Nathania.

...~_~...

...~▪︎○♡○▪︎~...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!