NovelToon NovelToon

Terjerat Cinta Teman Serumah

Awal Pertemuan

Handphone Kinara berdering, "Halo Jesika" sapanya. " Kinara, tunggu aku didepan rumah. Aku antar Sheila, sebentar aku sampai" minta Jesika. "Sheila mabuk lagi?" tanya Kinara kesal. Minggu ini sudah 3 kali Sheila pulang dalam keadaan mabuk. Pekerjaannya sebagai pendatang baru di dunia modeling membuat dia sering diminta menemani bos-bos untuk minum. Untung saja Jesika selalu mengawasi dan menjaganya jangan sampai dikerjai bos-bos itu. Mobil Jesika berhenti tepat didepan pagar. Kinara menggeleng heran, Jesika berusaha mengeluarkan Sheila dari mobil. Kinara menyambutnya, merangkul tangan kanan Sheila di pundaknya. "Aku langsung ya Kinara, sudah larut." Kinara mengangguk. Mobil Jesika melaju meninggalkan mereka. Kinara terhuyung-huyung membawa Sheila masuk ke dalam rumah. Ia mengantar Sheila sampai ke kamarnya. Melepas sendal dan memakaikan selimut pada Sheila yang tengah tertidur pulas. Kinara menghela nafas, untungnya dia belum tidur karena harus mengejar dateline tulisan untuk besok.

Handphone Kinara berdering, " Halo pak wir?" sapanya sambil menjepit handphonenya diantara telinga dan pundak. Tangannya terus bergerak pada tuts keyboard. "Kinara, besok pagi jangan lupa wawancara dengan Aldo Nugraha di Kafe Whiz jam 10. Kamu tidak boleh datang terlambat, orangnya sangat disiplin waktu" Kinara terkejut. "Pak Wira bukannya itu tugas Vivian? Aku harus naik tulisan besok pagi," keluhnya. "Vivian baru saja mengirim pengajuan cuti untuk seminggu ke depan. Dia akan pulang kampung, ibunya sakit" Kinara memegang pelipisnya. "Baiklah," jawabnya lesu. " Besok aku juga harus mengantar istriku ke rumah sakit, dia sudah mulai kontraksi. Aku serahkan padamu ya" Wira langsung menutup telpon setelah terdengar erangan kesakitan dari istrinya. Kinara tiba-tiba merasa lemas. Ia menyimpan tulisannya tadi dan menutup laptop. Bergegas ke kamar untuk tidur. Matanya sudah tak tahan lagi.

Suara Alarm dari handphone Kinara membuat ia tersentak. Ia meraba handphone dimeja mematikan alarmnya. Ia bangkit, lalu duduk memeriksa pesan di handphonenya. pesan dari Wira menyentak Kinara. Ia melihat jam di dinding, " Sudah jam 08.00," gumamnya. Kinara bangun dan berlari ke kamar mandi. "Aaah kenapa mendadak berganti jam," marahnya dikamar mandi.

Kinara bergegas memilih pakaian yang cocok untuk bertemu dengan orang penting. Ia mengambil stelan blazer merah muda dengan celana panjang senada. Ia menggerai rambutnya yang ikal. Mengenakan lipstik warna nude menunjukkan make up natural. Ia berlari ke ruang tengah memasukan laptop dalam tas jinjing. Ia melihat Sheila masih tertidur dikamarnya. Kinara mengambil selembar roti dan mengepitnya ke bibir. Ia berlari mengambil handphone yang masih berada diatas kasur. Lalu mengenakan sepatu hitam pantofel. Sambil turun ke bawah, ia mengunyah lembaran roti perlahan. Tangannya memesan taksi online, karena waktunya tidak akan cukup jika harus menaiki bus seperti biasanya ia berangkat bekerja. 5 menit kemudian taksi yang ia pesan berhenti didepannya. Mobil melaju menuju kafe Whiz yang berjarak 15 menit dari rumah sewanya. Dengan sedikit terengah, Kinara akhirnya bisa melihat draft wawancara yang sudah dibuat oleh rekannya, Ayu. Ia mencoba mencari berita terbaru yang berkaitan dengan bahan wawancara.

"Nona, sudah sampai," ujar supir. Kinara turun setelah mengucapkan terima kasih dan memastikan pembayaran berhasil. Ia melihat jam pada layar handphonenya. "Syukurlah", gumamnya. Jam 08.35 ia sudah sampai dikafe. Ia memilih meja yang tidak terlalu ramai dan sedikit tersembunyi supaya bisa leluasa mewawancarai pak Aldo. Pelayan menghampirinya, "Pesan kopi latte satu," ujarnya. Pelayan mengangguk lalu pergi menyiapkan pesanannya. Kinara membuka laptop dan mengirimkan draft tulisannya pada Ayu melalui email. pesannya. balas Ayu.

Tepat jam 09.00 Aldo Nugraha memasuki kafe dan berdiri tepat didepan meja Kinara. " Pak Aldo sudah datang, selamat pagi" sapa Kinara sambil mengulurkan tangannya. Aldo hanya mengangguk dan duduk dikursi didepannya. Kinara tertegun lalu ikut duduk dikursinya. Ia memindah laptop ke kursi disebelah nya. mengambil buku note dan pena untuk mencatat. "Pak Aldo mau minum apa?" tawar Kinara. "Tidak perlu, langsung saja mulai wawancaranya" sahutnya dingin. "Ah iya, baik Pak. Sebelumnya saya berterima kasih atas waktunya. Saya Kinara Kinanti , senang bisa mewawancarai Pak Aldo pagi ini" prolognya mencairkan suasana dan menenangkan dirinya yang tidak menyangka Pak Aldo sedingin itu. Aldo hanya mengangguk, Kinara langsung memulai wawancaranya. Untung saja ia sempat menyalakan rekaman audio di handphone nya sebelum menyapa Aldo tadi.

1 jam berlalu, "Sepertinya cukup untuk wawancara hari ini Pak Aldo, sekali lagi terimakasih atas waktunya" Kinara bangkit dan mengulurkan tangannya lagi, tapi Aldo hanya mengangguk lalu bergegas pergi. Kinara menghela nafas. Lalu memanggil pelayan untuk membayar kopinya, merapikan barang dan pergi meninggalkan kafe.

20 menit kemudian ia sampai dikantor. Dengan wajah kuyu ia menghempaskan tubuhnya ke kursi. "gimana tadi? Aku dengar Pak Aldo itu masih muda dan tampan, apa betul Kin?" tanya Ayu. "Aaah percuma tampan kalau ga ramah. Satu jam aku deg-degan menahan diri untuk tidak menangis. Benar-benar laki-laki kaku tak punya emosi," sungut Kinara sambil memperbaiki duduknya. Ia menyalakan komputer di depannya. Mengambil handphone dan menyalakan rekaman wawancara tadi. "Apa ini suaranya Pak Aldo? berwibawa dan sangat dewasa. Ah aku bisa membayangkan sekeren apa dia," ujar Ayu. "Yu, kamu kesambet apa pagi-pagi gini sudah halu?" celetuk Kinara. "Heh, Kamu ini gila kerja sampai ga punya waktu buat kehidupan romansa" sahut Ayu. Kinara mengekeh, "Apa itu romansa? Bisa dimakan?" gumam nya lirih. "Gimana draft artikelku tadi Yu?" tangan Kinara masih fokus mengetik. "Sudah di up jam 10 tadi, tidak ada revisi dari pak Lukman dia langsung setuju" jawab Ayu. Kinara mengangguk mengerti.

1 jam kemudian ia berhasil merapikan hasil rekamannya ke dalam sebuah artikel baru. Kinara sangat berbakat , sejak SMA ia sering juara menulis, baik itu artikel, mengarang cerpen, sampai membuat karya ilmiah. Jadi tugas itu kecil baginya. Ia mengirim hasil wawancara pada Lukman melalui email. Telepon diatas meja kinara berdering, "Halo" sapanya. "Kinara ke ruanganku" ujar Lukman dari balik telpon. Kinara menutup telpon dan bangkit menuju ruangan Lukman.

"toktoktok..." Kinara membuka pintu, "Permisi Pak" sapanya, Lukman mengangguk, " kamu sempat minta fotonya tadi?" tanya Lukman. Kinara memukul jidatnya sendiri, ia benar-benar lupa karena Aldo nampak terburu-buru pergi. "maaf pak Lukman, saya lupa. bagaimana?" tanya Kinara. " Kamu bisa menghubungi beliau untuk mengirimkan fotonya?" minta Lukman. "Bagaimana kalau saya minta bantuan pak Wira?" tawar Kinara. "Baiklah, kalau kamu berhasil menghubungi Wira minta ia yang menghubungi." Kinara mengangguk, "Oh ya apa dia ada menyinggung pertemuan forum hari ini? Itu bisa jadi tambahan berita. Aku lihat tadi di draft yang kamu kirim belum ada" tanya Lukman. "Memangnya ada event apa Pak? Saya belum tahu?" ujar Kinara balik bertanya. " Kamu tidak tahu? hari ini ada pertemuan forum Pengusaha muda internasional di Sweden, dia di minta memberi sambutan untuk perwakilan negara." Kinara terkesima mendengar info dari Lukman, ' sehebat itu kah dia?' benaknya. "Apa perlu saya minta pak Wira jadwalkan wawancara lagi?" tanya Kinara tersenyum takut.

Kinara menghubungi Wira berkali-kali, "Aah kenapa tidak diangkat? bagaimana ini?" gumamnya kesal. Suara notifikasi pesan masuk ke handphone Kinara, pesan Wira. balas Kinara. Wira mengirim kontak Aldo lewat pesannya balas Wira. Wajah Kinara berubah panik. "Kenapa aku yang menghubungi?" gumamnya lagi.

dengan hati ragu Kinara akhirnya mengirim pesan pada kontak Aldo. Suara notifikasi pesan masuk ke handphonenya Kinara bernafas lega. Ia lalu turun ke ruangan dan membereskan barangnya.

Kinara mengantri di halte bus, handphonenya berdering, "Ya Sheila" sapanya. " Kin, aku pindah hari ini. Aku dapat apartemen gratis dari pacarku. Tapi kamu tenang saja, aku sudah dapat penggantiku yang menemanimu dirumah sewaan ini. Kalau tidak ada kendala besok ia akan pindah" ujar Sheila. "Tunggu, sejak kapan kamu punya pacar? Kamu tidak pernah cerita." omel Kinara. "Emm..sebenarnya baru semalam kami jadian" sahut Sheila. "Kamu ga perlu khawatir soal biaya. Dia bersedia menanggung 70% dari biaya sewa, kamu tetap 30% seperti biasa. Sori ya aku ga sempat pamitan, aku harus berbenah di apartemenku. Nanti kita atur waktu makan bareng, oke. Love you "

Sheila memutus telponnya. Ia tidak mau mendengar ocehan Kinara soal hubungan. Bagaimana tidak, dalam sebulan Sheila sudah 2 kali putus. Dan orang yang memberinya apartemen ini orang ketiga yang dia dekati. "Pengusaha mana lagi yang masuk perangkapnya?" gumam Kirana sambil menggeleng heran.

Bertemu Cinta Lama

Kinara membuka kunci dengan tenaga yang tersisa. Ia terpekik melihat rumahnya yang berantakan, bahkan beberapa perabot seperti sofa, kulkas dan mesin cuci ikut raib diangkut Sheila ke apartemen barunya. "Haaah, Sheila teganya dirimu," sungut Kinara. Ia akui perabot itu memang milik Sheila, wajar kalau ia membawanya pergi. Tapi setidaknya beri kesempatan ia membeli yang baru sebelum pindah. Kinara berjalan lunglai menuju kamarnya. Ia melempar diri ke atas kasur empuknya. "Biarlah dulu aku tidur sebentar," gumamnya lirih. Kinara sudah terlelap dengan pakaian kerja yang masih menempel di badannya.

Handphone Aldo berdering, saat itu ia sudah kembali ke hotel. "Halo Bas, ada apa?" sapanya. "Aldo, kamar yang akan kamu tempati sudah dikosongkan. Tapi masih ada beberapa barang penghuni lain disana. Ia akan membantu membersihkan kamar yang akan kamu pakai" ujar Bastian rekan sejawatnya melalui telpon. "Oke, besok siang aku akan pindah ke sana, aku baru kembali ke Jayra besok penerbangan pertama" sahut Aldo. " Baiklah akan aku sampaikan pada penghuni yang lain. Nanti aku info lagi dimana ia akan meletakkan kunci rumahnya" ujar bastian. "oke bro, thanks ya." Aldo menutup telponnya.

Suara notifikasi pesan masuk ke handphone Aldo. Ia membuka peta beserta alamat rumah sewa yang akan ditempatinya, sementara menunggu apartemennya di renovasi. Karena ia butuh cepat ia pun bersedia membayar lebih mahal dalam pembagian biaya sewa dengan penghuni lain. Jaraknya juga tidak terlalu jauh dengan kantornya. balasnya. Tak lama nomer kontak terkirim di pesannya. "nama yang aneh" celetuk Aldo.

Handphone Kinara berdering keras. Ia bangun dengan malas merogoh tasnya mencari handphone yang terus berbunyi. "Halo Sheila" sapanya sambil mengusap matanya. "Kamu sudah dirumah say? sori aku ga sempat bersih-bersih, kamu bisa bantu aku bersihkan kamarku sebelum ditempati penghuni baru?" mintanya sedikit memohon. "Hemm..oke" jawabnya malas. "Penghuni baru akan pindah besok siang, karena kamu harus bekerja kamu letakkan saja kuncinya ditempat biasa. Oh ya, sofa dan beberapa barang lain aku bawa ke apartemenku. Penghuni baru akan membawa miliknya ke rumah sewa. Kamu tidak harus membeli baru, numpang pakai saja dengannya" jelas Sheila.

Sheila tak mendengar respon Kinara sepanjang dia berbicara. "Apa kamu baru bangun? Ini baru jam berapa kenapa sudah tertidur? Ah kebiasaan tidur berjalanmu bakal kambuh kalau kamu tidur larut. Bangunlah sekarang" minta Sheila dengan sedikit berteriak. "Iya aku mendengarmu ga perlu teriak," jawab Kinara kesal. "Baiklah Hari Minggu nanti aku jemput. Kamu lihat-lihat apartemen baru ku ya. Jangan lupa yang ku bilang tadi, bye Kinkin sayang " Sheila mematikan teleponnya. Kinara bangkit dengan malas, "kruccuuuk" perutnya berbunyi dia langsung tertidur saat sampai tadi belum sempat makan malam. Kinara memesan seporsi nasi goreng melalui online. Ia membersihkan diri dan berganti pakaian.

Sambil menunggu pesanan makanannya, ia membersihkan kamar yang ditempati Sheila. Ruangan itu nampak luas dibanding kamarnya. Ada balkon kecil, dan kamar mandi di dalamnya. Tentu saja Sheila yang menempati kamar ini karena dia yang membayar lebih banyak. Sheila berasal dari keluarga berada, kebiasaan mabuknya sudah dia lakukan sejak kuliah. Hanya kinara yang tahan dengan mulut cerewetnya itu. Oh iya Jesika rekan modelnya juga termasuk yang tahan mendengar mulut pedas Sheila. Ia memang sangat cantik, parasnya bak boneka membuat ia cocok menjadi model. Hanya satu yang kurang dari dirinya dia terlalu gegabah soal hubungan. semoga saja kali ini ia bertemu orang yang lebih baik dan tulus mencintainya.

"Tingtong" suara bel dari luar pagar berbunyi. Kinara keluar menghampiri kurir yang membawa nasi goreng pesanannya. Setengah pekerjaan sudah selesai. Untung saja kamar mandinya tidak terlalu kotor karena Sheila jarang mandi. Tinggal membersihkan ruang tengah. Kinara memilih makan sebelum mengerjakannya. Sebuah notif pesan masuk ke handphone nya. pesan dari nomer tak dikenal balasnya. Lalu ia mengirim foto rumah itu. balas orang itu. Kinara lalu menyimpan nomernya, 'Teman serumah' pada kontak handphonenya. pukul 22.00 Kinara sudah selesai berbenah. Tapi matanya belum begitu mengantuk karena sempat tertidur senja tadi. Ia membuka media sosial. Beberapa media online sudah lebih dulu meliput tentang forum internasional pengusaha muda itu. Tampak foto Aldo berdiri di podium sedang memberikan sambutan. 'Kalau dilihat lebih detail, orang ini ganteng juga. Gaya dingin membuat aura wibawanya memancar,' benak Kinara. Ada beberapa foto lain di tampilan layar. Aldo menerima buket bunga dan sebuah plakat. 'Orang yang menarik,' benaknya lagi. Perlahan mata Kinara mulai terasa berat. Ia akhirnya tertidur dengan handphone yang masih menyala ditangannya.

Handphone Aldo berbunyi, notifikasi pesan masuk ke handphonenya pesan Bastian balasnya. pesan Bastian lagi. balasnya. Aldo meletakkan handphonenya dan bersiap tidur.

Kinara bangun terburu -buru, handphonenya kehabisan baterai karena terus memutar video Aldo semalaman. Akhirnya alarm handphonenya tak berbunyi. Kinara berlari menuju halte bus. Dengan tersengal, ia akhirnya berhasil mengejar bus yang akan berangkat. Saat itu kursi sudah penuh, ia akhirnya harus berdiri sambil berpegangan di lorong bus. Saat bus melaju tiba -tiba ada nenek tua yang menyebrang jalan padahal lampu lalu lintas belum merah. Akhirnya Bus mendadak berhenti. Kinara yang menggunakan high heel tidak bisa menjaga keseimbangan kakinya saat bus mengerem.

Sesosok tangan menahan pinggangnya hingga ia tak jadi jatuh. "Ah terima kasih" ujar Kinara seraya tersenyum pada orang itu. "Ben" ujar Kinara terkejut. Laki-laki yang disebut namanya itu hanya membalas Kinara dengan senyuman. Lesung pipi nampak muncul di kedua pipinya saat ia tersenyum. "Kamu sudah lama kembali ke Jayra?" tanya Kinara. Ben menggeleng, "Baru seminggu yang lalu" jawabnya. Ben adalah senior Kinara dikampus namun dari beda fakultas. Mereka bertemu di komunitas penulis kampus, nasib mereka sama dari keluarga menengah, hanya saja Ben lebih beruntung bisa mendapat beasiswa pasca sarjana diluar negeri.

Saat ini ia sudah kembali ke Jayra kampung halamannya. berarti dia sudah lulus kuliah. "Kamu sudah dapat pekerjaan?" Ben mengangguk, "Aku direkrut menjadi dosen di fakultasku". Kinara mengangguk mengerti. Bus ini memang mengarah ke kampus kami dulu. Kinara melambai pada Ben karena ia sudah berhenti di halte depan kantornya. Sedangkan Ben harus melewati satu halte lagi baru sampai ke kampus. Ben menatap Kinara dari kejauhan, 'Kinara makin cantik,' benaknya. Ben tiba-tiba menepuk jidatnya sendiri, 'kenapa aku tidak menanyakan nomer kontaknya? semoga saja masih yang dulu,' benaknya lagi.

Kinara menatap Bus yang ia naiki tadi sambil tersenyum, terlintas memori saat ia masih kuliah dulu. Ben memberikannya sebuah surat saat mereka di sekretariat komunitas. Surat pengakuan cinta dari Ben. Tapi Kinara tidak berpikir sama sekali saat itu untuk menjalin sebuah hubungan karena ia ingin fokus menyelesaikan kuliahnya. Ditambah lagi, Ben sendiri akan segera pergi kuliah pasca sarjana. Ia bukannya tidak tertarik pada Ben, ia hanya tidak mau menjalin hubungan jarak jauh. Kinara akhirnya menolak Ben dengan sopan dengan alasan ingin fokus menyelesaikan kuliah, dan mendoakan Ben bisa bertemu dengan orang yang lebih baik disana. Kinara ingin hubungan mereka tetap baik meski ada hati yang harus direlakan.

Drama Pindahan

Pesawat Aldo baru saja mendarat di bandara internasional Jayra. Aldo memesan taksi khusus di loket. Tak berselang lama, ia sudah sampai di apartemennya. Beberapa barang sudah sempat ia rapikan ke dalam kotak. Ia bergegas melanjutkan berkemas supaya bisa segera ke rumah sewa sebelum waktu wawancara sore nanti. Karena barangnya tak begitu banyak 2 jam kemudian dia sudah memanggil jasa angkut. Petugas membawa barangnya ke dalam truk besar satu persatu.

Tak butuh waktu lama, 30 menit kemudian truk itu berangkat. Aldo dengan motornya memandu jalan di depan. Jarak apartemen dan rumah sewa sekitar 30 menit. Untung saja kondisi lalu lintas cukup lancar saat itu hingga mereka bisa sampai sesuai waktu perkiraan. Aldo membuka pagar dan mengecek kunci dibawah pot bunga mawar putih. "Kenapa tidak ada?" gumam Aldo. Ia merogoh saku mengambil handphonenya lalu mencari kontak Kinkin dan mengirim pesan. pesan Aldo. balas Kinkin. tawarnya. tanya Aldo. jawab Kinkin singkat. balas Aldo.

"Pak, maaf saya ambil kuncinya dulu ya tidak jauh, lupa ditinggal sama teman saya." Pekerja itu mengangguk mengerti. Aldo pergi ke rumah makan terdekat membelikan 5 bungkus makanan beserta minuman. Secepat kilat ia kembali menyerahkan makanan pada pekerja untuk istirahat makan siang sambil menunggu Aldo kembali membawa kunci. Aldo sebenarnya sedikit kesal dengan keteledoran kecil seperti ini, tapi ia berusaha maklum karena ia belum mengenal teman serumahnya ini. Aldo melihat share loc yang dikirim melalui pesannya. "ini bukannya kantor berita Kinara itu?" gumam Aldo heran. tapi ia tetap melajukan motornya menuju lokasi itu.

15 menit kemudian Aldo sampai, ia mengecek pesan. ujar Kinkin dipesan itu disertai dengan foto gambar sebuah kunci dengan gantungan boneka panda. balas Aldo. Ia turun dari motornya dan melepas helm, "Maaf pak, apa ada yang titip kunci dengan gantungan panda?" tanya Aldo ramah. Security itu tampak bingung, 'oh mungkin dia kakaknya?' gumam security. Dengan pikiran positif ia memberikan kunci itu pada Aldo, "Ini mas kuncinya," ujar security. "Baik pak terimakasih, saya permisi" ujar Aldo lalu kembali mengendarai motornya kembali ke rumah sewa.

Setelah mengebut, Aldo akhirnya sampai dirumah bertepatan dengan pekerja yang sudah selesai makan. Aldo membuka kunci, aroma wangi bunga tercium saat ia masuk. Dia cukup terkesan dengan kerapian dan kebersihan rumah ini. Apalagi disambut dengan aroma yang menyegarkan. Tak tampak seperti rumah kuno dan kumuh. Pekerja membawa masuk barang-barang Aldo ke dalam rumah. 30 menit kemudian barang-barang sudah berada di dalam rumah. Sofa, kulkas dan mesin cuci sudah diletakkan sesuai tempat yang diarahkan Aldo.

Ia cukup lama tinggal sendiri, sehingga terbiasa menata barang-barang rumah tangga layaknya perempuan. "Terima kasih ya pak, feenya sudah saya transfer ke rekening," ujar Aldo. Para pekerja berterima kasih dan ijin pamit pada Aldo. Aldo bernafas lega, akhirnya tinggal membenahi sedikit demi sedikit. Ia melihat jam ditangan kirinya, "Ah sudah jam 15.00." Aldo mencoba air di kamar mandinya dan membersihkan diri. 'Untung saja tadi sempat makan sambil menunggu pekerja selesai memasukkan barang. Kalau saja kuncinya tidak lupa diletakkan, pasti sudah selesai sejak tadi,' gerutunya dalam hati.

Kinara menatap jam didinding ruang kerja, ia langsung bergegas merapikan barangnya. "Ayu aku titip pesan untuk pak Lukman ya aku langsung pulang setelah mewawancarai Aldo," ujar Kinara. Tangannya tak berhenti bergerak membereskan barang yang akan ia bawa. "oke, jangan lupa ambil fotonya." Kinara mengangguk, lalu pergi menuju lift. Kinara menjawab telponnya yang berdering, "Baik pak tunggu sebentar, saya keluar." Ia setengah berlari menuju taksi yang sudah menunggu nya diluar. "Maaf pak." Kinara menutup pintu mobil. Taksi melaju ke kafe Whiz.

Jam 15.45 Kinara sudah sampai di kafe, ia duduk di meja yang sama saat wawancara sebelumnya. Ia membuka laptop dan mempelajari bahan wawancara sore ini. Tepat jam 16.00 Aldo dengan sikap dingin sudah sampai dihadapan Kinara. "Selamat sore pak Aldo, silahkan duduk" Kinara tidak mengulurkan tangannya kali ini karena tak mau malu dua kali. "Maaf sebelumnya saya terlupa mengambil foto Pak Aldo, bolehkah saya foto dulu sebelum kita memulai wawancaranya?" ijin Kinara. Aldo tampak sedikit terkejut, tapi dengan dingin ia mengangguk mengijinkan. Kinara lalu mengambil beberapa foto dengan pose duduk dan berdiri menggunakan kamera khusus milih kantor. "Terima kasih Pak Aldo. Maaf sekali menyita waktunya. Kita mulai wawancaranya ya Pak." Aldo hanya mengangguk.

Kinara menyalakan perekam audio dari handphonenya dan memulai wawancara. Aldo menjawab dengan lugas, kecerdasan nampak dari pemilihan kata yang ia gunakan. Tidak menggunakan istilah-istilah sulit. Cukup mudah dipahami dan komunikatif. Sebenarnya Kinara cukup terganggu dengan wajah tampannya, hanya saja ia berusaha menahan diri dan tetap fokus. Kinara akhirnya menutup sesi wawancaranya setelah 60 menit penuh mendengar jawaban dari Aldo. "Baik pak Aldo, saya rasa cukup untuk wawancara hari ini. Saya mohon maaf sekali lagi karena menyita waktu pak Aldo karena harus dua kali bertemu saya," ujar Kinara sungkan. "Maaf boleh saya pesan minuman?" tanya Aldo. "Ah maaf Pak, saya lupa."

Kinara memanggil pelayan dan menawarkan menu pada Aldo. "Silahkan Pak Aldo." Pelayan mencatat pesanan Aldo. Pelayan pergi setelah mengulang menu pesanan mereka. 'Tidak disangka sebanyak itu menu yang dia pesan, semoga saja saldo direkeningku cukup,' keluh Kinara dalam hati. "Mba Kinara, maaf apa di kantor anda ada karyawan yang bernama Kinkin?" tanya Aldo tiba-tiba. Kinara terdiam nampak berpikir, "Setahu saya di departemen saya tidak ada Pak Aldo, tapi ada kemungkinan dari departemen lain," jawab Kinara. Aldo mengangguk mengerti. 'Kenapa namanya seperti nama panggilan Sheila untukku?' benak Kinara.

Kinara dan Aldo sama-sama diam. Mereka merasa agak canggung karena tidak ada bahan obrolan lain. Kinara memainkan gelas didepannya. Aldo mengetuk-ngetuk meja dengan jarinya. pesanan mereka akhirnya datang. "Silahkan dinikmati pak Aldo," ujar Kinara. Aldo hanya tersenyum dan mengangguk. 'Kenapa harus senyum sih? jantungku terasa berhenti' benak Kinara. Sambil menggulung spaghetti dihadapannya dan memakannya perlahan.

Aldo melap mulutnya dengan tisu dan menghabiskan minuman didepannya. Lalu bangkit dari kursinya. "Saya pamit duluan Mba Kinara." Kinara mengangguk. "Baik Pak Aldo Hati-hati dijalan," sahut Kinara. Ia juga bergegas merapikan barang-barang nya. "Berapa mba billnya?" tanya Kinara setelah pelayan menghampirinya. "Oh sudah dibayar bapak yang tadi kak," ujar pelayan itu. Kinara tertegun. "Benar sudah dibayar?" Kinara masih tak percaya. "Iya kak, sudah dibayar" ujarmya mengulang. Kinara keluar kafe dengan rasa malu, "Pantas saja dia tersenyum saat aku mempersilahkannya makan, sejak awal dia sudah berniat membayar sendiri pesanannya. Kenapa juga aku ikut pesan makanan," rutuk Kinara pada dirinya. Tak lama menunggu, Busnya datang. ia bergegas naik dan mencari kursi dipinggir jendela. ia bersandar lelah pada jendela.

Aldo sudah sampai dirumah. Ia memarkirkan motornya di pekarangan samping yang tak terlihat. Aldo meletakkan box kue ikan yang baru ia beli seperjalanan menuju rumah. Ia berniat membagi kue itu sebagai ucapan terimakasih untuk penghuni lama. Aldo berganti pakaian, mencoba menata barang, merapikan tempat tidur dan menyusun buku didalam kamar. "Cekrek," suara pintu depan dibuka oleh seseorang. "Ah dia sudah datang," gumam Aldo. Ia keluar kamar bermaksud menyambut penghuni lama, saat menatap orang yang masuk. "Kamu?!?" ujar Aldo dan Kinara bersamaan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!