NovelToon NovelToon

Terjerat Cinta Sang Mafia

Bab 1

Liora berdiri di depan cermin, bibirnya tersenyum tipis—puas dengan penampilannya malam ini. Gaun warna hitam tanpa lengan, dengan bawahan terbelah yang memamerkan kaki jenjangnya. Rambut panjang bergelombangnya dia biarkan terurai.

Tiba-tiba pintu terbuka sedikit, lalu muncul sosok gadis yang sudah tiga tahun ini menjadi teman satu apartemen nya.

"Waw, perfect! Pakai gaun seksi mau kemana? Kencan ya?" goda Elvara.

"Kencan apaan, aku mau ke ulang tahun sepupuku."

"Yang mana?"

"Sintia, pulang nanti mau dibawain apa?" tanya Liora balik.

"Emh, aku nggak pengen apa-apa. Aku cuma pengen minta tolong aja," cicit Elvara meringis.

"Tolong apa?"

"Kau ingat Zefran yang pernah aku ceritakan itu, kan? Dia nembak aku lagi, sebenarnya aku lumayan suka sih sama dia. Tapi tadi siang di kampus tiba-tiba ada yang bilang kalau dia cowok playboy," ujar Elvara dengan wajah dilemanya.

Liora pun duduk di sisi ranjang, menatap sahabatnya dengan tenang.

"Terus aku disuruh ngapain?"

"Kamu coba uji dia, godain! Secara kamu kan cantik banget. Kalau Zefran tergoda, berarti dia tidak pantas aku terima!" pinta Elvara.

"Oke, kasih aku nomornya. Nanti aku uji dia!" jawab Liora langsung menyetujuinya.

Elvara sangat senang, lalu buru-buru meraih ponsel. " Sudah aku kirim. Aku tunggu kabar baiknya. Terima kasih banyak!"

"Hm. Jangan lupa sebagai imbalannya selama seminggu ini buatkan aku sarapan yang enak!" sela Liora.

"Beres, akan aku masakkan makanan yang spesial!" pekik Elvara antusias.

"Kalau gitu aku pergi dulu, bye!" pamit Liora bergegas berangkat ke salah satu club terbesar di Jakarta.

Sesampainya di sana, Liora segera masuk. Liora adalah dewi kampus yang terkenal cantik tapi berdarah dingin. Banyak lelaki yang memujanya, tapi Liora tidak pernah tertarik dengan cinta. Baginya cinta adalah sebuah kebodohan. Semua akibat kedua orang tuanya yang bercerai sehingga Liora memilih hidup sendiri.

"Liora, ayo kemari!" pekik Sintia menyambutnya antusias.

Liora mendekati gerombolan sepupunya, sebagian dia kenal sebagian tidak karena dia dan Sintia beda kampus.

"Asli, kamu makin cakep aja. Body nya behh... Mantap!" puji Sintia.

Liora hanya tersenyum tipis, sudah biasa baginya menerima pujian seperti itu. Tak hanya dari lelaki tetapi dari perempuan juga.

"Selamat ulang tahun ya, ini hadiah untukmu," Ucap Liora memberikan sebuah paper bag.

Sintia langsung menerima.

"Sama-sama, kamu datang saja aku sudah senang. Kenapa harus membawakan hadiah segala?"

Liora hanya tersenyum tipis, lalu duduk ke sofa.

"Teman-teman, malam ini kalian bebas minum! Ayo berpesta!" teriak Sintia pada yang lainnya.

"Yeehhh asyik!" balas mereka serempak.

Pesta malam ini sangat seru, tapi Liora merasa jenuh. Ada satu dua teman sepupunya yang mencoba mengajak kenalan, tapi Liora sama sekali tidak tertarik.

Liora mulai jenuh. Sampai dia ingat, tentang permintaan Elvara tadi.

Liora segera meraih ponsel, lalu mengecek kontak yang diberikan. Tidak ada foto profil. Liora segera selvy, dengan gaya sensual yang memperlihatkan belahan dadanya. Dia pun mengirimkan foto tersebut dengan imbuhan kata, 'Apakah aku cantik?'

Tapi siapa sangka, sudah 10 menit berlalu tidak ada balasan padahal pesan darinya sudah terbaca.

"Sialan, baru kali ini ada cowok yang tidak tergoda oleh kecantikan aku. Baiklah, kalu gitu aku akan kirimkan lagi yang lebih panas," gumam Liora pada diri sendiri.

Masih posisi duduk menyilangkan kaki, Liora menarik ujung gaunnya ke atas sehingga kedua pahanya terlihat. Dia memotret bentuk paha dan kakinya. Lalu mengirimkannya dengan pesan. 'Kau yakin tidak menginginkannya?'

Setelah terbaca, kali ini ada balasan singkat.

'Naiklah! Ruang VVIP 08!'

Liora cukup kaget, karena ternyata mangsanya tahu dia ada di sini.

"Elvara, apakah kau akan sedih jika Zefran tergoda padaku?" gumam Liora prihatin dengan sahabatnya."Tapi cowok brengsek tidak cocok untukmu."

Liora menghabiskan segelas wine, lalu meraih tas mininya.

"Eh, kamu mau kemana? Pesta belum selesai?" cegah Sintia saat Liora hendak pergi.

"Aku mau ke toilet."

"Oh Oke, tapi harus balik lagi ya?" pinta Sintia.

"Hm."

Tapi bukannya ke toilet, Liora justru menaiki tangga menuju lantai atas. Ruang VVIP nomor O8, saat dia membuka pintunya ada sosok lelaki yang duduk disofa seorang diri. Wajahnya membuat kedua mata Liora melebar.

"Daichi? Kamu—kakaknya Elvara?" pekik Liora syok bukan main.

Lelaki itu hanya diam, memandang ujung kaki hingga rambut Liora drngan tatapan tajam.

Ini pertemuan pertama kali Liora dengan Daichi, jadi dia hafal betul wajahnya karena di kamar Elvara ada fotonya. Apalagi Elvara dan Liora satu apartemen, hampir tiap hari melihatnya. Jadi ia tidak mungkin salah.

Tapi setahu Liora dari cerita temannya, Daichi adalah sosok kakak yang lemah lembut, penyayang dan juga murah senyum. Tapi lelaki yang ada dihadapannya saat ini berbeda. Auranya dominan, tatapan sedingin es dikutup utara, ekspresinya misterius susah untuk ditebak. Baru kali ini Liora bertemu dengan sosok lelaki yang hanya ditatap saja sudah membuatnya gemetar takut.

Tiba-tiba saja Daichi mendekat, masih dengan ekspresi yang sama. " Liora—jadi kamu temannya Elvara?"

"Iya. Kamu Kak Daichi, kan? Bukannya kamu di luar negeri?"

Daichi diam, matanya menatap kedua netra Liora lebih dalam.

Liora meneguk salivanya sendiri, tak hanya memiliki wajahnya tampan dan tubuh ideal. Tapi suara Daichi benar-benar membangkitkan birahi bagi kaum wanita.

"I—Iya. Sepertinya aku salah masuk ruangan, kalau gitu aku permisi dulu," sela Liora.

Dia segera berbalik, tapi dari belakang Daichi menarik pinggangnya. Tubuh mereka saling menempel dengan posisi Liora membelakangi Daichi.

"Kau tidak salah masuk, Liora Resilia!," balas Daichi tepat di telinga Liora sehingga membuat gadis itu sampai bergidik merinding.

Tanpa melepaskan dekapannya, tangan kanan Daichi meraih ponsel di saku celana nya lalu menunjukkan bukti chattingan mereka.

Liora syok bukan main, jadi Elvara salah mengirimkan nomor? Keterlaluan.

Tiba-tiba saja ponsel Liora berdering, ada panggilan masuk.

"Tolong lepaskan, aku mau angkat telepon dulu" pinta Liora lirih.

"Oke," jawab Daichi santai.

Ternyata Elvara, waktu yang tepat. Bisa membersihkan kesalahpahaman ini.

"Hallo, El. Kamu salah kirim nomor ya?"

[Hehe, maaf, Liora. Aku salah kirim nomor kakakku]

"Kau ini menyebalkan, aku sudah terlanjur kirim pesan."

[Tidak apa-apa, Kak Daichi baik. Nanti aku akan bantu menjelaskannya. Sekarang aku sudah kirim nomor yang benar milik Zefra]

Liora mendengus. Baik apaan? Belum apa-apa udah main tangkap aja.

Tapi belum sempat Liora menjawab, Daichi sudah merebut ponsel miliknya. Mematikan sambungan telepon, dan melepas ponsel itu ke sofa.

"Kau!" pekik Liora kesal.

"Aku tak mau tahu kesalahpahaman apa, tapi yang jelas kamu sendiri yang menggodaku!" balas Daichi menyeringai. Memepet Liora ke balik pintu, langsung melumat bibirnya.

Liora tak habis pikir, lelaki yang selama ini diagung-agungkan oleh Elvara ternyata sebrengsek ini. Liora yang jago bela diri sampai tidak bisa berkutik di hadapannya.

Liora tak mau kalah dan dianggap sebagai perempuan murahan, diapun menggigit bibir Daichi hingga berdarah.

"Ahh! Ganas juga kamu!" ujar Daichi terkekeh.

"Akan aku adukan pada Elvara, jika kakak yang dia anggap kalem ternyata cowok brengsek!"

"Oh iya? Kalau berani coba saja. Nanti akan aku tunjukkan padamu seberapa brengseknya aku!" balas Daichi menyeringai.

Bab 2

Liora buru-buru pergi dari club, dia sampai tak sempat pamitan pada sepupunya.

Setelah masuk di dalam mobilnya, Liora mencoba menenangkan diri. Dadanya berdebar-debar, entah karena takut atau karena teringat ciuman pertamanya telah dicuri oleh kakak dari sahabatnya sendiri.

"Gila, seumur-umur baru kali ini aku bertemu cowok yang sangat dominan. Elvara sialan, pakai salah kirim nomor segala!" umpat Liora sembari memukul stir mobil.

Setelah dia mulai tenang, Liora segera menyalakan mobilnya dan memilih untuk pulang. Tak peduli ponselnya berdering ada panggilan dari Sintia ataupun Elvara.

Sesampainya Liora di apartemen, Elvara langsung menyambut dengan wajah memelasnya. Elvara cosplay jadi seorang pelayan istana yang tengah minta maaf terhadap permaisuri ala drama kerajaan china.

"Nggak usah lebay," cibir Liora yang sudah muak. Karena setiap kali Elvara berbuat kesalahan selalu seperti itu.

"Ampuni hamba, Permaisuri. Hamba telah berdosa!"

Liora memutar bola matanya malas, benar-benar kesal tapi nggak bisa marah dengan temannya yang memang ratu drama.

"Ih nyebelin, aku udah terlanjur menggatal tau!" omel Liora sembari melempar tasnya ke sofa. "Parah banget sumpah, aku kirim foto seksi juga loh ke kakak kamu!"

"Iya, maaf. Barusan aku langsung telepon Kak Daichi. Dia bilang nggak apa-apa kok."

"Ya tapi aku malu, aku malu banget," sungut Liora hampir menangis.

"Aku sudah jelasin kalau aku yang nyuruh kamu buat uji Zefran. Lagian Kak Daichi di luar negeri, jadi kayaknya nggak malu-malu banget deh," cicit Elvara memainkan jari telunjuknya.

Liora pun terheran karena sudah jelas baru saja bertemu dengan Daichi. "Kamu nggak salah? Tadi aku bertemu dengan kakak kamu loh, di klub. Makanya aku cepat-cepat pulang," tanya Liora memastikan.

"Ngawur aja kamu, pasti kamu yang mabuk. Kalau Kak Daichi pulang masa adiknya sendiri nggak diberitahu," balas Elvara meyakinkan.

"Aku nggak mabuk, aku beneran bertemu dengan kakak kamu. Dia aja sampai—"

Liora tak mampu melanjutkan ceritanya, dia tidak mungkin bilang kalau Daichi menciumnya dengan brutal. Bisa tambah malu lah dia.

"Sampai apa?" tanya Elvara penasaran.

"Ah sudahlah, pokoknya aku ketemu sama kakak kamu. Kalau nggak percaya coba kamu tanya lagi!" titah Liora.

Elvara pun patuh, segera meraih ponsel dan menelpon kakaknya.

[Hallo]

"Hallo, Kak kamu pulang ke Indonesia?]

[Enggak, kenapa memangnya?]

"Kok Liora cerita ketemu Kak Daichi di club."

[Paling teman kamu mabok, dikira Italia ke Indonesia kaya Bogor ke Depok]

"Oh ya udah kalau gitu. Aku tutup dulu teleponnya."

[Iya, kamu nggak usah ikut-ikutan teman ke club malam!]

"Enggak kok, Kak. Bye."

Elvara menatap Liora, " tuh kamu yang mabok. Kak Daichi masih di Italia."

"Nggak mungkin, tadi aku benar-benar bertemu. Paling kakak kamu yang bohongin kamu!" tegas Liora.

"Sebaiknya kamu cuci muka dan ganti baju, aku buatin teh susu hangat," bujuk Elvara langsung melesat ke dapur.

Liora sampai menganga, karena temannya itu menganggap dia mabuk. Sambil ngedumel nggak jelas, Liora masuk ke kamarnya sendiri. Bukanya cuci muka dia malah merebahkan diri ke ranjang.

Liora menatap dinding langit, lalu menyentuh bibirnya sendiri.

"Jelas-jelas ciumannya masih terasa dibibir aku. Paling si brengsek itu nggak mau ketahuan sama adiknya makanya pura-pura belum pulang," gunakan Liora sembari meremas sprei sampai kusut untuk melampiaskan amarahnya.

"Ahh kesel... kesel!"

*

*

*

Daichi terkekeh geli saat menutup telepon dari adiknya. Dia bisa membayangkan pasti Liora tengah mencak-mencak.

"Lucu," gumam Daichi. "Kata Elvara kamu juga cewek sangar, tapi ternyata imut."

Selama tinggal di Italia, kerjaanya selalu dikelilingi cewek cantik. Tapi tak ada satupun yang bisa menarik perhatian Daichi. Tapi tadi—dia tidak bisa menahan diri dihadapan Liora.

Dia tentu tahu siapa Liora, gadis yang selalu adiknya ceritakan. Sebagai dewi kampus tercantik yang tidak mudah didekati lelaki. Meski dari luar nampak berdarah dingin, tapi Liora begitu baik pada Elvara. Karena saat itu Elvara ngekost jauh dari kampus, Liora meminta Elvara tinggal di apartemen untuk menemani Elvara yang takut sendiri. Sejak itu mereka menjadi sahabat hingga sekarang.

Tiga tahun lalu, usaha papanya bangkrut. Rumah disita bank, tabungan habis buat bayar hutang. Papanya yang tidak sanggup dengan tekanan memilih mengakhiri hidup. Sementara mama mereka menikah lagi, meninggalkan Daichi dan Elvara.

Sejak kecil mereka hidup bergelimang harta, makanya setelah papa mereka tiada hidup mereka menjadi sulit. Gaji UMR Daichi tidak cukup untuk biaya kost, kebutuhan harian serta biaya kuliah Elvara.

Demi masa depan adiknya, Daichi nekat kerja ikut kenalannya untuk pergi ke Kamboja dengan iming-iming gaji besar. Tapi sial, sesampainya di sana dia justru ditipu menjadi korban perdagangan manusia.

Untungnya Daichi jago bela diri, juga memiliki tekat kuat untuk bertahan hidup demi adiknya. Dia berhasil kabur. Sayangnya dia yang tidak punya uang hidup terlunta-lunta dijalanan.

Hingga disuatu malam, Daichi melihat seorang pria berusia 40 tahunan di keroyok oleh tujuh orang. Daichi yang tidak tega pun mencoba membantunya. Ternyata orang yang dia selamatkan adalah anggota Mafia. Dia direkrut, diapun ikut ke Italia dan menjalani misi berbahaya. Tapi hasil yang dia dapatkan lebih dari cukup untuk membuat Elvara kembali menjalani kehidupan mewah sama seperti dulu saat papa mereka masih ada.

Tiba-tiba saja lamunan Daichi buyar kala ponselnya berdering.

"Hallo," sapa Daichi.

[Kau sudah sampai dilokasi?]

"Sudah. Tapi aku belum menemukan Santoro. Mungkinkah dia pindah tempat liburan?"

[Bisa jadi, kau cari terus sampai ketemu. Pokoknya tidak boleh gagal mencuri data darinya!]

"De Luca, sudah dua tahun aku tidak pulang ke sini. Kalau aku sudah menyelesaikan misi apakah aku boleh mengambil libur?"

[Tentu saja, asalkan berhasil aku akan memberimu libur 1 bulan dan bonusan besar]

"Aku akan berusaha."

[Aku yakin kau mampu karena tidak pernah mengecewakan]

Setelah sambungan telepon terputus, Daichi segera memesan kamar hotel yang tak jauh dari club. Malam ini dia ingin istirahat dan besok baru melanjutkan misinya.

Sudah lama Daichi tidak pulang ke Indonesia, saat naik taksi dia melihat sepanjang jalan. Jakarta semakin padat dan macet. Dia sangat rindu adiknya, tapi sebelum misi selesai Daichi enggan memberitahu jika dirinya pulang.

Tiba-tiba saja Daichi tersenyum lagi saat teringat betapa lucunya Liora tadi. Diapun membuka ponselnya, melihat di galeri dua foto yang dikirimkan oleh Liora. Daichi segera menyimpannya.

Tapi beberapa detik kemudian senyumnya pudar.

"Duniaku—sudah berbeda. Setelah menyelesaikan misi dan menghabiskan waktu liburan dengan Elvara, aku akan segera kembali ke Italia. Aku tidak boleh sampai suka dengan Liora. Kami benar-benar berbeda."

Bab 3

"Sayang, bibirmu manis sekali. Bagaimana ini? aku sungguh menginginkan lagi."

Nafas Liora tersengal-sengal, dia bisa merasakan lembutnya bibir Daichi yang menyapu lehernya. Apalagi saat jemari Daichi dengan nakal mengusap-ngusap bagian bawah perutnya.

Tok... Tok... Tok!

"Liora, bangun! Aku sudah buatkan sarapan kesukaan kamu nih, pagi ini kita ada kelas loh!"

Mata Liora langsung terbuka. Ternyata itu mimpi, sontak saja Liora langsung panik sebab celana dalamnya basah.

Sialan, mimpi apa aku ini?

Tok... Tok... Tok!

"Liora, kamu belum bangun juga?" Timpal Elvara menaikkan suaranya.

"Iya, aku sudah bangun kok. Aku mandi dulu!" jawab Liora mencoba untuk tenang.

"Baiklah, kalau gitu buruan. Aku tunggu!"

Liora segera beranjak dari tempat tidurnya, dia mandi dengan terburu-buru. Saat dia memakai make up di depan meja rias, dia menatap wajahnya sendiri dengan rasa malu.

Bisa-bisanya aku bermimpi sedang bercumbu dengan Kak Daichi, memalukan sekali. Tapi—Wajah dan body nya memang selera aku banget.

Tok... Tok... Tok...

"Liora, kamu tidur lagi ya?" Pekik Elvara sembari mengetuk pintu.

Liora segera membuka pintu, " Aku baru selesai make up ini."

Elvara langsung nyengir," Hehe, kirain kamu tidur lagi. Ayo kita sarapan terus berangkat kuliah, pagi ini aku bareng kamu ya? Biar nanti pulang dari kampus bisa bareng Zefran," timpalnya.

"Kalau kamu suka dia, kenapa nggak langsung terima aja sih?" balas Liora.

"Ah nggak seru, cewek kalau mudah didapatkan akan mudah disia-siakan pula," tutur Elvara meyakinkan.

Liora pun mengangguk setuju, contohnya mama dia sendiri. Karena terlalu patuh pada suaminya akhirnya membuat papanya Liora merasa tidak ada tantangan dan selingkuh dengan perempuan lain.

"Kamu masak apa?" tanya Liora penasaran.

"Daging mercon level dua, aku nggak berani pedas-pedas. Terakhir kali bikin level lima kita berdua malah diare," jawab Elvara tergelak.

Liora langsung menuju ke ruang makan, matanya berbinar menatap meja makan. " Kelihatannya enak sekali!"

Elvara segera mengambilkan nasi ke piring untuk Liora, " Makanlah yang banyak!"

"Terima kasih, kamu baik sekali," ucap Liora sangat senang.

"Tentu, aku tidak akan membiarkan kamu merasa sia-sia mengajak aku tinggal di sini," balas Elvara.

"Jangan dibahas lagi deh, dulu kan aku minta kamu nemenin aku karena aku takut tinggal sendiri. Lagian apartemen ini juga ada dua kamar, selama kamu tinggal di sini kamu juga mengurus aku."

"Kalau begitu, kamu nggak marah lagi soal semalam kan? Maaf ya, udah bikin kamu malu di depan kakak aku," sela Elvara.

Sontak saja Liora yang tengah enak-enaknya makan langsung terbatuk hingga tersedak.

Uhuk.. uhuk.. uhuk..

Elvara bergegas mengambilkan Liora air putih.

"Ayo minum-minum!"

Setelah menghabiskan setengah gelas air putih, Liora melirik Elvara. " Please, jangan bahas itu lagi!" pintanya memelas.

"Iya, maaf," jawab Elvara menahan tawa.

"Udah buruan makan, katanya kita ada kelas pagi!" sela Liora.

"Hm."

*

Liora dan Elvara satu kampus tapi beda jurusan, Liora memilih Fashion Design sementara Elvara jurusan hukum. Karena berbedaan jadwal, mereka terlihat dekat saat di rumah saja. sementara di kampus mereka memiliki kegiatan masing-masing.

Berbeda dengan Elvara yang memiliki banyak teman, Liora introvert dan lebih tepatnya membuat orang lain takut untuk mengenalnya sebab Liora selalu memasang wajah dingin dan sinis.

Karena tadi dia melihat Elvara bersama Zefran, Liora pun pulang sendiri. Di tengah perjalanan dia mendapat telepon dari papanya. Dia segera menjawabnya.

"Hallo."

"Halo, Liora. Malam ini apakah kamu bisa pulang? Sudah lama kita tidak makan malam bersama."

"Maaf, Pa. Aku banyak tugas kampus. Lain kali aja."

"Ya sudah kalau begitu, uang bulanan kamu sudah papa transfer."

"Hm."

Liora segera menutup teleponnya, padahal dia tidak sibuk tapi Liora memang malas pulang ke rumah. Istri baru papanya adalah sahabat baik Liora kala SMA, mereka berselingkuh saat kedua orang tua Liora belum bercerai. Makanya sejak itu Liora menjadi introvert dan sulit didekati. Menjadi sosok yang tak mudah percaya pada orang lain.

Sesampainya di apartemen, Liora segera mandi. Tanpa adanya Elvara suasana menjadi sepi. Semenjak dia kuliah, satu-satunya teman dia adalah Elvara.

Makan apa ya?

Tidak ada Elvara, tidak ada yang memasak untuknya. Dia juga tidak bisa masak sendiri. Makanya Liora memutuskan keluar lagi, dia ingin makan malam di luar saja.

Hingga tanpa sengaja Liora bertemu dengan dua orang yang tidak ingin dia lihat. Papa dan mantan sahabatnya. Ingin pergi, tapi papanya sudah terlanjur melihatnya.

"Liora!"

Mau tak mau, Liora pun mendekat ke arah meja mereka.

"Tugas kampusnya sudah selesai ya? Ayo makan sama kami, Papa rindu kamu," sapa Yudistira antusias.

"Iya, Pa," jawab Liora malas-malasan.

"Hai, Liora. Bagaimana kabar kamu?" sapa Naysila ramah.

Liora memutar bola matanya, sinis. Sahabat yang dulunya bisa sekolah karena beasiswa, kini bisa dandan glamor karena merusak keluarga Liora.

"Kamu mau pesan apa?" sela Yudistira.

"Terserah papa saja, aku tidak pemilih," balas Liora dingin.

"Baiklah, kalau gitu Papa pesankan makanan kesukaan kamu," ucap Yudistira.

"Pa, aku ke toilet sebentar," pamit Liora.

"Iya," jawab Yudistira.

Liora segera mengambil tas mininya, lalu berjalan ke toilet. Dia malas berlama-lama melihat mereka, walau tiga tahun sudah berlalu tapi rasa benci itu masih belum hilang.

Saat Liora merapikan bercermin di kaca toilet, tiba-tiba saja Nayla muncul.

"Liora, bagaimana kabar kamu?" tanya Naysila tersenyum penuh arti.

Liora malas merespon, tapi saat dia hendak pergi Naysila menahan tangannya.

"Kau tidak mau bertanya bagaimana kabar aku? Sebentar lagi kamu akan punya adik loh," cicit Naysila tersenyum smirk.

Tapi Liora lagi-lagi tetap bersikap datar," Lepaskan tangan kamu yang menjijikkan itu!"

"Wow, kamu masih saja sombong seperti dulu. Tapi kamu harus ingat, jika nanti adik kamu lahir, maka yang akan menjadi pewaris perusahaan papa kamu adalah anakku!"

Liora bukanya marah, tapi malah tertawa mengejek.

"Apa yang lucu?" sergah Naysila tak mengerti.

"Kalau berani, coba katakan itu di depan papa. Kira-kira bagaimana respon papa, hm?" tantang Liora. " Perusahaan itu masih milik kakek, dan sama kakek diwariskan atas namaku! Percaya diri banget kamu mau merebut warisan milikku, memangnya kamu sudah dianggap sebagai menantu kakek?" sarkasnya.

Wajah Naysila langsung memerah menahan amarah.

"Dan kau kira dengan memakai pakaian bermerk serta perhiasan mahal itu bisa membuatmu naik kelas? Oh tentu tidak, kau norak dan kampungan!" sergah Liora terkekeh puas.

"Liora, bagaimanapun juga aku adalah ibu tirimu!"

"Najis, bahkan jadi pelayan aku saja kamu tida pantas!" balas Liora lalu meninggalkan Naysila yang mencak-mencak marah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!