NovelToon NovelToon

Harem Putri Bunga

Bab 1. Malam Tragedi

Di lorong kampus.

"Gendut!"

"Gentong!"

"Kerbau bodoh!"

"Uuuuu! dasar gajah bengkak, yang taunya makan saja!" Olok-olokan demi olokan di kerumunan pada seorang gadis gemuk berbobot 180 kg.

Dia jalan merunduk ke dalam ruangannya, dia baru saja masuk ke sebuah universitas terkenal, menjadi siswa undangan karena pintar, dia mengambil jurusan Hubungan Internasional, banyak yang mengejeknya sejak awal. Menganggap dia sangat tidak cocok untuk jurusan ini.

Saat dia melangkah ke dalam kelas, sebuah jebakan ia dapati, dia terjatuh. "Aauch!" ringisnya pelan.

"Aaaa, gempa bumi!" ejek beberapa orang yang tengah berkelompok, lalu tertawa bersama.

Untungnya, kejadian itu tak berlangsung lama, karena dosen segera masuk ke dalam kelas.

Saat pembelajaran usai, mereka semua berseru riang keluar, saling sikut dan dorong seperti anak kecil, sengaja agar wanita gemuk ini terjatuh lagi.

"Hei gendut, bantuin aku bawa ini dong ke ruangan dosen!" Salah satu gadis yang cantik dan populer di kampus itu memanggilnya.

"Bukan kamu aja kok, yang lain juga! Nih, kamu anter ke pak dosen Domi ya!" Tiga buah buku yang tebal diberikannya, sementara yang lain juga memegang buku, namun beda tempat tujuan dengan wanita gemuk ini.

Mereka berpisah jalan, wanita gemuk itu sendirian ke ruangan Pak dosen Domi yang terkenal aneh, misterius, dan mesum. Bahkan kabarnya, bapak itu suka meneliti tumbuhan dan bangkai hewan, dipajang di ruangannya, padahal jurusan yang di ajar dosen itu adalah Ekonomi Politik Internasional bukan sain atau biologi.

"Siang, Pak!" Wanita gemuk itu mengetuk pintu ruangan. "Bapak, saya mahasiswi dari jurusan hubungan internasional ingin mengantarkan buku Pak," ucap wanita gemuk itu.

"Halo, bapak!" Lagi, wanita itu mengetuk.

Tak ada sahutan sama sekali. "Apa mereka mengerjai aku lagi ya?" Wanita gemuk itu bergumam lalu menghela nafasnya. Hampir tiap hari dia di ejek, dihina, dibully dan dikerjai.

Tiba-tiba, daun pintu berderik, perlahan terbuka dan muncullah seorang dosen yang gagah dari balik daun pintu itu.

"Siang Pak Domi. Saya hendak mengantarkan buku ini." Dia menyodorkan buku itu.

"Oh, tolong letakkan di atas sana. Oh ya, tolong bantu bapak juga ya menyusun barang itu!" Pak dosen itu menunjuk beberapa buku yang berserakan di atas meja panjang.

Wanita itu mengangguk. "Baik, Pak."

Bapak itu mengeluarkan air di dalam botol dalam lemari es mini, air itu berwarna biru laut muda, ada serbuk hitam kecil seperti biji selasih. "Ini minuman, jika kamu haus, tolong bantu dulu ya, aku akan membereskan itu dulu."

"Iya Pak." Wanita gemuk itu tak tertarik dengan minuman yang diberikan dosen itu, dia malah curiga apalagi mengingat kabar yang beredar di kampus ini.

Dia hanya fokus membereskan tumpukan buku yang berserakan itu, menyusunnya sampai rapi, hingga matanya tertuju pada sebuah buku dengan cover berwarna biru dongker ke emasan.

"Kehancuran Raja Nerluc." Dia membaca judul buku tebal itu.

Perlahan dia buka buku itu, terlihat di awal ada sebuah mantra, dia tak ingin membacanya—skip saja, langsung membalik ke daftar isi.

"Bab satu, Raja Nerluc." Wanita itu membaca tentang awal kerjaan Nerluc itu berdiri, dari kecil menjadi kerajaan besar, kepemimpinan raja itu, memiliki banyak istri dan anak, hingga masuk pada halaman 114, Raja Nerluc memiliki seorang putri dari seorang rakyat jelata.

"Sedih sekali, malang sekali hidupmu dik, tak dianggap, terbuang, diabaikan, dibully dan akhirnya mati muda." Wanita gemuk itu sangat sedih saat membaca kisahnya. "Nasibmu hampir sama sepertiku, tapi sebenarnya kamu mempunyai kelebihan, apalagi ada sihir di dunia kerjaan Nerluc ini, sementara aku ... Aku hanya anak yatim piatu, hidup bersama nenek yang sangat miskin, mengandalkan makanan gratis, sekolah gratis, nenek juga sangat keras padaku."

"Jika kamu terlahir kaya dan punya kelebihan sihir seperti dia, apa yang akan kamu lakukan?" Sebuah suara terdengar.

"Eh?" Wanita gemuk itu menoleh, tak ada siapapun. "Apa aku berhalusinasi?"

Dia melanjutkan kembali membaca kisah-kisah itu, beberapa kisah kelahiran para putra dan putri raja Nerluc, bahkan kerajaan lainnya seperti kerajaan musuh, kerajaan sekutu dan lainnya.

"Wah, jika saja putri yang tadi ketemu dengan pangeran terbuang namun hebat ini, dia pasti berumur panjang dan selamat!" gumam wanita gemuk itu saat membaca bab tentang kerajaan sekutu Nerluc, pangeran yang besar di sebuah menara sihir terkenal.

"Kalau begitu, maukah kau menolongnya?" Lagi, dia mendengar sebuah suara.

Dia langsung menutup buku, berdiri dan melihat sekitar. "Pak?" Wanita gemuk itu berjalan, melihat sang dosen, namun tak menemukan sosok pria itu.

"Pak?" Wanita itu terus memanggil dan tak menemukannya, hingga dia kembali lagi ke tempat semula.

Lupa, karena kehausan mencari-cari dosen tadi yang tak dia temui, padahal tas dan laptop dosen itu masih terbuka diatas mejanya. Wanita gemuk itu meminum air berwarna biru yang diberikan pak dosen Domi tadi.

Setelah minum, kepalanya terasa berat, buku yang tadi dia tutup kembali terbuka, ada lembaran kosong masih berwarna putih tanpa noda di sana. Wanita gemuk itu mengucek matanya.

"Aduh, aku lupa, apa minuman ini beracun, apa aku akan di apa-apain sama Pak dosen ini? Malang sekali hidupku," gumamnya sambil memegangi kepala yang terasa begitu berat. Menyesal meminum minuman tadi.

"Kau akan menolongnya dan menjadi putri kecil itu, ukir lah kisahmu menjadi lebih baik dan indah, hidup berbahagialah di kehidupanmu yang baru!" Wanita itu mendengar jelas kalimat itu, hingga sebuah cahaya keemasan menyilaukan mata keluar dari buku yang ia baca, lalu ia pingsan tak sadarkan diri.

"Yang Mulia, hamba mohon, lepaskan hamba, hamba hanya pelayan rendahan dari kalangan rakyat biasa, umur hamba juga masih kecil yang mulia, umur hamba di bawah umur, hamba baru saja berumur 10 tahun dua hari yang lalu," ucap seorang pelayan kecil memohon di bawah kungkungan tubuh seorang raja perkasa.

"Hm." Raja itu hanya mendengus, dia memangku gadis kecil itu, lalu menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang kayu yang tidak empuk.

"Yang Mulia .... " Gadis kecil itu menangis ketakutan. "Hamba mohon Yang Mulia."

Namun, permohonan gadis kecil itu tak menghentikan sama sekali perbuatan sang raja, dia menggagahi gadis itu, memperkaosnya secara brutal. Entah berapa kali merudal paksa gadis kecil itu, Raja melakukannya sampai dia puas dan sadar.

Kepala sang raja begitu berat, dia melihat sang gadis kecil sudah pingsan, badannya memar bahkan tempat sensitifnya koyak dan mengeluarkan darah.

"Helios!" panggilnya.

Seseorang muncul bersama satu orang yang memakai baju seragam bayangan serba hitam, wajahnya juga tertutup, sementara satu lagi, memakai baju kebesaran seorang jendral.

"Apa yang kau lakukan? Kenapa aku bisa menyentuh wanita di bawah umur ini!" hardik sang raja.

"Ampun yang Mulia, Kekuatan Anda meledak, kami tidak bisa menghentikan, bahkan kami baru saja sampai di sini dengan mencium aroma tubuh Anda, Anda menghilang dengan kekuatan super," jawabnya.

Sang Raja menatap sekeliling, sebuah gubuk buruk di belakang istana. "Ini daerah mana?" tanyanya.

"Daerah ini, kawasan istana Yarrow, selir ke-68 yang Mulia," jawabnya.

Raja ini bernama Casearix Nerluc, memiliki satu orang istri utama yang menjadi ratu, sembilan orang istri sah secara hukum kerajaan, 68 orang selir terdaftar dan beberapa wanita hanya sebagai teman tidur yang tidak terdaftar.

"Sial sekali! Ini adalah pantangan!" Dia memijit pelipisnya. Walaupun dia seorang raja, bahkan untuk naik tahta harus bersimbah darah saling membunuh antar saudara, namun tidak boleh menyentuh wanita di bawah umur 12 tahun.

"Ampuni kami Yang Mulia, hamba siap menerima konsekuensinya, bahkan jika ini dibayar dengan nyawa!" Mereka berdua berlutut, lalu sang jendral mengulurkan pedang agar kepalanya dipancung sebagai hukuman kepada sang raja.

Bab 2. Menjadi Selir Raja

"Ck, semua sudah terjadi, panggil saja tabib kerajaan dan Jonkolin Rouce untuk datang ke sini!" titahnya, menepis pedang itu hingga terlempar.

"Baik, Yang Mulia." Sang bayangan segera menghilang, sementara sang Jendral berdiri siaga.

Tak lama, tabib dan seorang yang bernama Jonkolin itu telah datang diam-diam bersama sang bayangan.

"Kau obati gadis kecil ini!" Raja memerintahkan tabib.

"Baik Yang Mulia." Tabib itu meminta bawahan wanitanya membersihkan tubuh gadis kecil itu, lalu membaluri dengan obat di bagian tempat sensitif dan bagian memar.

"Kau urus dan atur, jadikan dia selir ke-69 yang terdaftar, sebagai permintaan maaf karena tak seharusnya saya meniduri dia!" perintah raja itu juga pada Jonkolin, lalu beranjak pergi dari sana.

Mentari bersinar cerah menampakkan dirinya.

Sebuah istana megah, istana utama milik sang raja Nerluc, terpampang indah mencolok, tinggi dan berkilauan.

Sang Raja bangun dari tidurnya, lalu beberapa dayang segera membantu membersihkan pria terhormat itu.

Usai membersihkan diri, sang raja berjalan ke istana ratu. Seperti biasa, setiap pagi jika tidak ada agenda penting, sang raja akan selalu sarapan pagi di rumah istri utamanya, sang ratu.

Disebuah gazebo dengan ukiran permata biru, serta bunga-bunga putih dan biru yang tumbuh di sekitar gazebo itu, telah duduk menunggu seorang wanita cantik, di dampingi dengan sepasang anak kecil dan satu orang bayi.

Ratu ini bernama Vlad Athena Nerluc, putra pertamanya bernama Jhonvli Kaesar Nerluc, telah diangkat menjadi putra mahkota sejak berumur empat tahun, memiliki rambut dan bola mata ke-emasan seperti raja, sementara putrinya sebagai anak kedua, tidak menonjolkan kekuatan sihir, dia hanya menjadi putri biasa. Dan anak ketiganya yang masih bayi, berjenis kelamin laki-laki, memiliki rambut biru muda seperti sang ratu dan bermata emas.

"Bagaimana hari-harimu Kakanda?" sapa sang Ratu menyambut sang raja dengan senyuman hangat penuh cinta.

"Seperti biasa, tidak ada yang spesial dan selalu berjalan lancar semestinya," jawabnya.

"Bagaimana kabarmu sang jagoan?" Dia mengusap rambut Jonhvli, sang putra mahkota.

"Saya baik dan semakin hebat, Yang Mulia Ayahanda."

"Bagus. Lalu, bagaimana denganmu putri?"

"Saya juga baik Ayahanda, walau tak sebaik kakak, tapi saya bisa mempelajari seni bela diri dan mendapatkan nilai bagus dalam ujian etika," jawabnya.

Sistim kerajaan ini, yang terkuat adalah penguasa, semakin tinggi kekuatan dan sihir maka semakin dihormati dan menjadi kaya. Mereka bisa menikahi wanita ataupun pria, seperti Raja, walau dia seorang pria, dia memiliki selir pria juga, bukan hanya selir wanita.

Kekuatan bisa diukur melalui bola magic, tetesan darah di benda pusaka suci dan air suci, serta makan daging.

Hal yang paling umum bisa dilihat secara gampang dengan cara makan daging, mulai anggota kerajaan hingga rakyat biasa bisa menilainya. Semakin mampu dan banyak seseorang memakan daging, maka makin sakti dia, apalagi mampu memakan daging monster kelas tinggi.

Cara makan di kerajaan ini ada tiga macam. Pertama pemakan daging, murni daging, mulai daging ternak hingga daging monster, tidak bisa makan tumbuhan, biasanya mereka anggota kerajaan dan bangsawan tinggi. Kedua, pemakan daging rendah, mereka memakan daging ternak, daging kecil dengan porsi sedang, bisa makan tumbuhan atau buah dengan porsi kecil, sementara yang ketiga, pemakan tumbuhan, hanya bisa memakan jenis tumbuhan tak bisa memakan daging sama sekali, kebanyakan mereka adalah pelayan rendah dan rakyat jelata.

"Ini daging monster garantula yang Ayahanda tembak kemarin?" Sang Putra mahkota menatap daging besar yang disuguhkan padanya.

"Iya, makanlah. Hatinya untuk adik perempuanmu, agar tubuhnya kuat dan bertahan saat ujian seni bela diri," jawab sang Raja.

"Terimakasih, Ayahanda."

Daging monster porsi besar telah mereka makan sampai tandas. Putra mahkota dan putri pun di antarkan dayang ke istana mereka kembali, anak ketiga sang ratu yang masih bayi juga di bawa oleh dayang ke istananya, sementara ratu dan raja tengah berjalan santai di taman sang ratu —berdua saja.

"Ratu, malam kemarin terjadi sedikit insiden. Kekuatanku bangkit, aku menyentuh wanita yang tak seharusnya aku sentuh, apa kau sudah tahu?"

Sang Ratu berhenti melangkah, menatap sang raja. " Wanita yang tak seharusnya Yang Mulia sentuh? Apa putri kerajaan musuh?"

"Tidak." Raja menggeleng. "Seorang gadis kecil, baru berumur 10 tahun, rakyat jelata yang baru saja sampai di kerajaan ini dan menjadi pelayan rendah untuk selir ke-68 di istana Yarrow," jelas sang Raja.

Sang Ratu tampak berpikir sejenak. "Kalau begitu, ini harus di rahasiakan."

"Tapi, aku sudah memberitahu Jonkolin Rouce untuk mengangkat gadis kecil itu menjadi selir terdaftar ke-69 sebagai permintaan maaf," ungkap sang Raja.

"Saya mengerti Kakanda, akan tetapi ini adalah aib dan termasuk larangan kerajaan. Kita harus merahasiakan. Tidak apa-apa dia terdaftar menjadi selir, namun jangan pernah publikasikan sampai gadis ini berumur di atas 12 tahun, ini semua demi kebaikan yang mulia dan Kerajaan Nerluc. Apa kata kerajaan lain nanti, terutama kerajaan musuh?"

"Ratu benar." Sang Raja mengusap janggutnya yang panjang berwarna kuning ke-emasan.

"Cukup beberapa orang tertentu saja yang mengetahui ini," lanjut sang Ratu lagi.

Gadis kecil ini sudah siuman, namun dia masih mengalami ketakutan yang mendalam.

Raja menghadiahi gadis itu sebuah tanah kosong, di samping istana Yarrow milik selir ke-68.

Jendral Helios, dengan nama lengkap Helios Gunawan Adipati, seorang jendral panglima besar kerajaan Nerluc, salah satu orang penting kepercayaan raja. Kini, tengah berdiri di depan sebuah gubuk bersama dua orang dayang yang di kirim raja.

"Raja memberikan tanah ini untuk Anda. Anda kini resmi menjadi selir ke-69 yang terdaftar sebagai permintaan maaf sang raja karena telah menyentuh Anda tanpa sengaja. Rumah ini dibangun untuk latihan prajurit beberapa waktu lalu. Anda bisa menempati rumah ini, karena sekarang semua bangunan dan tanahnya milik Anda. Tanah Anda dari depan batu besar disamping halaman belakang selir ke-68 sampai kayu besar berwarna kemerahan mencolok itu." Jendral menunjuk hutan yang jauh di seberang sana.

Gadis kecil berumur 10 tahun itu mengangguk dan menatap kosong hutan. Tanah kosong yang dimaksud raja adalah hutan belantara yang belum di sentuh, tapi tanah itu milik kerajaan Nerluc sejak dulu kala.

"Dua dayang ini hadiah, serta 3 kotak emas dan perhiasan, dua karung gandum, empat keranjang buah dan sayuran, satu peti pakaian sutra dan katun. Semoga Anda nyaman dan betah." Jendral pun memerintahkan prajurit meletakkan semua bawaan di teras gubuk. Lalu pergi, meninggalkan gadis kecil berumur 10 tahun dengan dua dayang dewasa yang tampak berwajah cemberut setelah kepergian jendral.

"Hah, sialan sekali! Aku seorang bangsawan harus menjadi pelayan dari rakyat jelata!"

"Sungguh mengesalkan!" Mereka berdua menggerutu tak suka.

"Hei kau, selir kecil. Kami tak akan bekerja jika tidak ada upah. Ingat itu!" ancamnya kesal. "Sekali kami melakukan pekerjaan, satu perhiasan untuk kami, dan satu keping emas, kau paham!" Dia memelototi gadis kecil itu.

Dia hanya pelayan rendah dari rakyat jelata, tak pernah dia berhayal atau bermimpi akan menjadi selir raja. Dia mengangguk pasrah saat digertak dua pelayan itu.

"Sialan! Gubuk ini rusak parah, reyok dan berdebu, sudah berapa lama tidak di datangi ini! Kotor sekali!"

"Hacim!" Mereka berdua sampai bersin-bersin saat memasuki dan membersihkan gubuk itu.

Bab 3. Selir Hamil.

Setelah membersihkan gubuk itu, mereka berdua memasak, makan, dan langsung mengambil perhiasan serta emas sebagai imbalan.

Begitulah hari-hari yang selalu di jalani gadis kecil berumur 10 tahun itu, dua pelayan itu mengambil perhiasan dan emasnya dengan alasan imbalan.

Tak ada yang memperhatikan atau pun berkunjung ke sana, mereka hanya bertiga, hingga suatu hari gadis itu demam tinggi. Muntah-muntah.

"Apa yang harus kita lakukan?" Salah satu pelayan bertanya saat melihat gadis kecil itu tergeletak lemas di ranjang kayunya yang beralas kan kain.

"Biarkan saja dia mati, mungkin jika dia mati, kita akan melayani bangsawan mulia," jawab temannya.

"Hei, bukankah lebih enak kita melayani dia, tidak repot dan bisa mengambil perhiasan dan emasnya, bagaimana jika bangsawan tinggi yang kita layani selanjutnya sombong, hm?" ungkapnya.

Mereka berdua pun diskusi dan berpikir, hingga akhirnya salah satu diantara mereka memutuskan untuk menemui jendral, melaporkan keadaan selir ke-69 yang mereka layani.

Setelah melapor, tabib kerajaan pun dengan satu orang bawahan perempuan nya pun datang bersama salah satu dayang tadi.

Dia memeriksa dan menemukan denyut nadi kehamilan. Tak bisa dipercaya, gadis kecil berumur 10 tahun ini mampu mengandung benih sang raja perkasa yang memiliki kekuatan energi melimpah.

Setelah mengobati, sang tabib segera melapor pada Jendral Helios.

"Apa! Kau yakin?" Jendral berdiri terkesiap—bangkit dari duduknya.

"Saya yakin Jendral. Selir ke-69 hamil. Saya khawatir tubuhnya yang lemah tidak kuat menanggung energi. Dia rakyat jelata pemakan tumbuhan mengandung benih Raja pemakan daging murni."

"Lalu? Apakah tidak ada cara untuk membuat tubuhnya mampu menahan kekuatan?" Helios bertanya.

"Saya tak yakin Jendral."

"Baiklah, kau boleh pergi!"

"Baik." Sang tabib pun undur diri dari kediaman sang jendral.

"Kirim undangan pada Jonkolin Rouce! Ada hal penting yang harus di diskusikan!" ucapnya pada pengawal pribadinya.

"Baik, Tuan!" Pengawal itu dengan sigap pergi mencari Jonkolin yang tengah bekerja dikantor kerajaan.

Jonkolin Rouce, dia ketua klan suci. Klannya bersifat netral, namun akan selalu bekerja dibawah kepemimpinan Raja, siapa pun yang diangkat menjadi raja. Hal penting terkait keturunan raja, pernikahan, silsilah keluarga kerajaan menggunakan stempel persetujuan klan mereka sebagai bukti terdaftar. Mereka juga memeriksa garis keturunan kerajaan dengan air suci dan benda pusaka suci milik klan mereka.

Jonkolin menikah dengan bangsawan tinggi, mertuanya Mentri pertahanan kerajaan Nerluc, istrinya anak perempuan satu-satunya sang Mentri, memiliki nama Kaprina Ziolo Rouce, memiliki tambang permata, membuka beberapa toko-toko di dalam kerajaan dan luar kerajaan, khusus toko permata serta tanah-tanah hasil perang yang dimenangkan sang ayah dan kelompoknya juga dia perjual belikan.

Sambil menunggu Jonkolin, jendral berlatih pedang.

Jonkolin datang, duduk di kursi kayu menyaksikan Jendral mengayunkan pedang. Melihat kedatangan Jonkolin, jendral segera berhenti dan menghampiri pria itu.

"Ada apa?" tanya Jonkolin sambil menuang minuman arak ke dalam gelas yang sudah di suguhkan pelayan di kediaman Jendral.

"Kau ingat selir ke-69?"

"Ya, ingat, gadis kecil itu. Kenapa?" Jonkolin menatap jendral.

"Dia hamil."

"Hah? Kau yakin?"

"Iya, tabib kerajaan baru saja memeriksa," jawab Jendral Helios.

"Kok bisa? Hanya semalam. Energi Raja sangat tinggi, bagaimana rakyat jelata yang dibawah umur bisa hamil?" Jonkolin tak percaya.

"Aku pun ragu, maka kita harus datang memeriksanya!"

"Baiklah. Kalau begitu kita akan bertemu nanti malam di kediaman selir ke-69 itu, aku akan membawa air suci dan benda suci ke sana!"

"Baik."

Dua pelayan bersikap baik pada gadis kecil itu dihadapan Jendral dan Jonkolin.

Wadah emas berisi air suci telah di letakkan di dekat ranjangnya. "Selir, tolong masukkan kaki Anda ke dalam air ini," pinta Jonkolin.

"Baik." Dia dengan patuh memasukkan kakinya ke dalam wadah itu.

Jonkolin kembali mengeluarkan benda kecil, bola magic. "Tolong berikan tangan Anda selir, saya ingin mengambil beberapa tetes darah Anda," kata Jonkolin lagi.

Gadis kecil itu menurut saja, mengulurkan tangannya. Jonkolin menusuk jari tengah gadis itu dengan jarum emas, meneteskan darahnya ke bola magic.

Tak lama, bola magic dan air suci di wadah menunjukkan hasil, gadis kecil itu memang mengandung anak sang raja.

Jendral dan Jonkolin menatap kasihan gadis itu.

"Kalian berdua, rawat dengan baik sang selir. Beliau kini tengah hamil anak raja," kata Jendral menatap kedua pelayan itu.

"Ba-baik Jendral," jawab mereka berdua patuh.

Setelahnya, Jendral dan Jonkolin langsung mendatangi raja di istana utama milik sang raja.

"Ampun Yang Mulia, kami berdua hendak melapor tentang selir ke-69." Jendral memulai bicara saat mereka sudah saling tatap muka dengan raja.

"Ada apa dengan dia?"

"Dia hamil Yang Mulia," jawab Jendral.

Alis sang raja berkerut. "Kalian yakin?" tanyanya.

"Ya, kami yakin yang mulia. Tadi saya mengirim tabib karena pelayannya berkata dia sakit parah, setelah tabib memeriksa, ditemukan sang selir hamil, karena itu saya dan Jonkolin memutuskan pergi ke kediaman Selir barusan," jawab Jendral.

Setelah mendengar penuturan Jenderal, sang raja menoleh pada Jonkolin.

Jonkolin memberikan bola magic dan air suci yang sudah di masukkan ke dalam botol kepada raja. "Ini buktinya Yang Mulia," ungkapnya.

Sang raja menatap bola dan air suci itu. "Dia masih sangat kecil. Ini adalah aib dan juga bahaya untuk tubuhnya!"

"Panggilkan saya tabib kerajaan, saya ingin mendengar penjelasannya." Raja memerintahkan pengawal bayangannya.

Tak lama, sang tabib datang dengan cepat menggunakan kekuatan sang bayangan. Tabib itu bersujud dan memberikan salam hormat.

"Bagaimana menurutmu dengan kehamilan selir ke-69?" tanya Raja.

"Tubuhnya lemah, saya kira dia tidak akan mampu, saya khawatir anak itu akan lahir cacat atau mereka mati keduanya," jawab sang tabib.

"Jadi, dia memang bisa hamil?"

"Itu salah satu keajaiban Yang Mulia, mungkin saat itu energi anda sedang bangkit dengan kekuatan penuh, karena mustahil rakyat biasa, pemakan tumbuhan bisa mengandung benih Yang Mulia," terang tabib.

"Baiklah. Jika tubuhnya semakin melemah gugurkan saja anak itu. Ini aib kerajaan, anak dibawah umur menderita hamil." Raja itu mengusap wajahnya.

Hari-hari terus berlalu, perut gadis kecil itu semakin membesar, namun tubuhnya menjadi kurus kering, bahkan terlihat tulang yang hanya dilapisi kulit, wajahnya menjadi sangat cekung sekali.

Dua pelayan itu tak banyak mengeluh, walau perhiasan dan emas sang gadis hampir habis mereka ambil. Mereka terpaksa, karena ini perintah jendral untuk merawat selir yang tengah hamil anak raja.

Malam ini, tabib, Jonkolin dan Jendral datang kembali, namun kedatangan mereka dengan niat buruk.

"Maaf Selir, tolong minumlah obat ini demi keselamatanmu." Tabib menyodorkan obat.

"Baik."

Dia meneguk obat itu. Tak lama, dia merasakan sakit yang teramat sakit. "Tadi obat apa, wahai tabib?" tanyanya meringis menatap sang tabib yang tertunduk—merasa bersalah.

"Ini demi kebaikan Anda Selir, itu obat penggugur."

"Apa? Kenapa kalian tega sekali!" jeritnya. Kedua pelayan bahkan syok saat mendengar itu.

Bukankah selama ini mereka disuruh menjaga keselamatan selir dan bayinya, lalu kenapa sekarang hendak digugurkan?

"Tubuh Anda sudah dibatasnya, anak ini terus menyerap tubuh dan energi Anda. Anda bisa kehilangan nyawa. Raja peduli pada keselamatan Anda. Anda bisa hamil saat waktunya tiba, setidaknya saat umur Anda lebih 15 tahun, itu jauh lebih baik."

"Aaahhh! Tidak! Kalian kejam, saya benci raja!" jerit gadis itu kesakitan.

"Aaaaah! Sakit sekali!" Gadis kecil itu memegang perutnya yang sangat sakit melilit.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!