NovelToon NovelToon

Marry Or Kill: My Husband

Bab 1 PENGKHIANATAN

Seraphine Maheswara baru saja memarkirkan mobil mewahnya di garasi rumah. Ia melangkahkan kakinya memasuki rumah besar yang selalu ia banggakan karena itu hasil kerja kerasnya selama ini. Malam itu, rapat yang melelahkan membuat tubuhnya penat tapi hatinya cukup ringan karena ia yakin suaminya, Darian akan menyambutnya dengan senyuman hangat.

Namun saat ia baru ingin membuka pintu ia terkejut melihat ada sendal heels yang tampak familiar.

"Ini seperti sendalnya Fiona"gumam Sera.

"Ah tidak mungkin sahabatku datang malam malam kerumah" Sera mencoba berpikir positif.

Ia segera membuka pintu rumahnya,tetapi ia tidak melihat Darian didalam malahan ia mencium bau parfum asing.

"Ini bau parfum siapa,siapa yang malam malam datang ke sini?" Alis Sera berkerut memikirkan siapa pemilik dari parfum ini.

Pelan pelan ia melangkahkan kakinya menaiki tangga, rasa curiga mulai muncul bersamaan dengan suara tawa dan desahan dari lantai atas.

Jantungnya berdetak cepat, jemarinya dingin. Hingga akhirnya, langkahnya terhenti di depan pintu kamar utama.

Pintu utama sedikit terbuka,dengan tangan gemetar mendengar suara suara itu Seraphine segera mendorongnya.

Dan disanalah ia melihat pemandangan yang menyakiti hatinya. Darian Wiranata, pria yang ia perjuangkan dan yang selalu menemaninya, pria yang telah ia percayai dengan segenap hatinya,tengah bercumbu mesra dengan seorang wanita. Rambut panjang berkilau itu, tubuh ramping yang begitu ia kenal,ia adalah sosok Fiora Anindya, sahabat yang selalu ia anggap sebagai saudara sendiri.

"Darian......"suara Sera bergetar hebat,air mata mulai turun membasahi pipinya.

Keduanya sontak berhenti dari aktivitas ranjangnya. Fiora tersenyum sinis, sementara Darian hanya menatapnya dengan wajah datar, seolah tertangkap basah bukanlah sebuah masalah besar bagi dirinya.

"Seraphine"panggil Darian tanpa rasah bersalah.

"Akhirnya kau tahu juga"

Air mata sudah membasahi pipi Seraphine.

"Aku...aku sudah mengorbankan semuanya untukmu,bahkan aku sudah meninggalkan keluargaku hanya untukmu, Darian. Dan sekarang kau berselingkuh dengan....sahabatku sendiri"

"Kenapaa harus dengan sahabatku...."

"Sera..Seraa. Kau itu terlalu polos sekali, kau pikir cintamu itu cukup untuk Darian? Kau itu mudah ditipu,aku dan Darian sudah bersama sejak lama kau aja yang bodoh"

"Diam Fiora!!!!!" Sera berteriak.

Darian mendekat ke arah Sera menatapnya dengan tatapan tajam menusuk.

"Pergi kalian pergi dari rumahku"usir Sera.

"Kalian pengkhianat,aku telah mengorbankan semua milikku untuk kalian. Ini balasan kalian kepadaku"

"Cukup Sera, kau tidak benar benar tahu aku. Semua yang kau punya semua yang kau banggakan, itu sudah menjadi milikku. Sekarang aku sudah tidak membutuhkanmu lagi, dari dulu aku tidak benar benar mencintaimu yang aku cintai hanya Fiona. Kau aja yang terlalu bodoh percaya denganku"

"A..paaa?" Sera mundur perlahan hatinya sudah sangat teriris.

Handphone Sera segera berbunyi,menampilkan nomor dari pengacaranya.

"Hallo bu Sera,nama aset ibu sudah semuanya dirubah menjadi nama bapak Darian ya bu" Sera menjatuhkan handphonenya hatinya terasa sakit bahkan ia telah ditipu oleh suaminya.

"Ka-kalian benar benar jahat"

"Kita?kau aja yang bodoh mudah di tipu" Fiora berjalan mendekat.

"Dari dulu kita selalu bersama"Fiora mulai mendekat.

"Kau tidak tahu berapa kali aku merasakan tubuh suamimu,bahkan setiap malam kalau kalau kau tidak ada dirumah" Fiora tersenyum sinis"

"Kau jahat Fiora,kau sudah ku anggap sebagai saudara sendiri tetapi kau berani berselingkuh dengan suamiku"

"Suamimu mau bersamaku,bahkan suamimu menyukai tubuhku yang indah ini"

"Kau ini jelek,hidupmu hanya dipenuhi urusan kantor. Bandingkanlah dengan tubuhku yang indah ini"

"Kau..."Sera mau menjambak rambut Fiora tetapi tangannya dihentikan oleh Darian.

"Hentikan Sera"

"Kau terlalu jahat kepadaku Darian,kau renggut hartaku sekadang kau berselingkuh dan bermesraan dengan sahabatku dikamar kita"

"Hentikan,aku muak mendengarkan ocehanmu"

Fiora mendekat ke arah Darian,menggandeng tangan kekar milik Darian ia membisikan sesuatu, bisikan lirih Fiora terdengar jelas cukup untuk membuat darahnya membeku.

"Darian, sudah saatnya. Malam ini kita bisa menyingkirkannya, bukan?"

Seraphine menatap keduanya dengan tatapan bingung.

"Apa… maksud kalian?"

Darian tersenyum tipis, penuh kemenangan.

"Maaf, Sera. Aku sudah tidak membutuhkanmu lagi"

Sera mundur perlahan,lalu berlari keluar dari kamar itu,kakinya melangkah dengan terburu menuruni tangga. Air matanya tak hentu hebtinya jatuh melihat pengkhianatan yang dilakukan dua orang yang sudah sangat ia percayai.

"Kenapa...kenapa harus aku"gumamnya suaranya parau, tubuhnya lunglai seolah tidak bisa menopang badannya tetapi ia terus melangkah.

Ia sudah berada di luar rumah, angin malam menyambut dingin. Jalanan sepi, hanya diterangi lampu-lampu jalan yang suram. Pandangannya kabur karena tangis, namun langkahnya terus menuntun tanpa arah, hingga ia tidak sadar dari arah berlawanan ada mobil yang menunggunya. Mobil itu melaju dengan kecepatan tinggi.

Brakkk!!!

Tubuh mungil Seraphine terpental, menghantam aspal dengan kencang. Rasa sakit menjalar ke seluruh tubuhnya, membuat napasnya tersengal-sengal. Darah hangat mengalir di pelipis dan bibirnya, membasahi gaun kerja yang ia kenakan.

Pandangan matanya mulai memburam,ia hanya melihat dua orang menatapnya dengan tatapan bahagia seolah sedang merayakan kemenangan.

"Akhirnya dia mati juga sayang"terdengar suara wanita yang tak lain adalah fiona.

"Iya sayang sekarang kita bisa bersama,nikmatin semua hartanya"

"Hahaha,dia itu dari dulu bodoh makanya dapat kita tipu"

"Dia bahkan rela meninggalkan keluarganya demi kita"

"Biarkanlah dia memang bodoh dalam urusan teman dan cinta,untung saja dia pintar mencarikan kita uang"

"Sayangg"Suara manja Fiora jarinya memutar mutar di dada bidang milik Diaea

"Ayo kita lanjutin yang tadi,sebelum dia datang"

"Ayo sayang kita masuk ngapain harus ngurusin dia lagi" ajak seorang pria yang tak lain adalah Darian.

Seraphine dengan sisa tenaganya, menatap bintang. Air nata terakhirnya jatuh bercampur dengan darah diwajahnya.

"Tuhan,kalau saja aku bisa mengulang semuanya. Aku tidak akan pernah percaya dengan kedua orang itu, aku akan menuntut pembalasan terhadap pengkhianatan yang telah mereka lakukan"

Gelap dan sunyi,Seraphine telah meregang nyawanya.Tetapi dari balik cahaya bintang yang bersinar tuhan mendengarkan permintaan dari Seraphine.

Bab 2 KEMBALI MENGUBAH TAKDIR

Langit biru menyilaukan kedua pasang mata milik Seraphine,tubuhnya berasa ringan seolah ia sudah berada di surga. Sera membuka matanya perlahan,jantungnya berdegup kencang,karena ia rebahan di atas rerumputan dan ada bunga bunga indah disekitarnya.

"Apakah aku sudah mati?dan sekarang disurga"pikirnya.

Ia terduduk,matanya membulat ketika melihat sekeliling hamparan taman kampus dengan pohon flamboyan menjulang, bangku-bangku panjang berjejer, dan mahasiswa berlalu-lalang sambil bercanda.

"Tempat ini begitu familiar"Seraphine tertegun sebentar hingga ia melihat pakainnya yaitu kemeja warna pink dengan rok floral persis seperti waktu masa perkuliahan.

Nafasnya tercekat. Ia menoleh ke arah tas kecil di sampingnya, membuka resleting dengan gemetar.

Seraphine Maheswara,Fakultas Ekonomi, Tahun 2015.

"Aku....aku kembali ke masa lalu" suaranya tercekat.

Air matanya tanpa sadar mengalir. Tuhan mengabulkan permintaanya untuk mengubah takdir buruk di hidupnya.

"Terimakasih Tuhan"

Ingatan pahitnya berputar kembali seperti sedang memutar memori lama. Darian Wiranata, suami yang ia cintai, pria yang mengkhianatinya. Fiora Anindya, sahabat yang menusuk dari belakang. Malam ketika ia menemukan mereka bercumbu, lalu malam pengkhianatan yang merenggut nyawanya.Genggaman tangannya mengepal erat.

"Kali ini, aku tidak akan menjadi boneka mereka lagi. Aku harus membalas semua pengkhianatan mereka"pandanganya menajam.

Ia menatap sekeliling mengingat,dia kembali waktu kejadian apa. Sampai akhirnya suara berat terdengar memanggilnya.

"Seraaaaa"

Seraphine mendongak, menatap ke arah sumber suara. Seorang pria dengan kemeja biru muda berdiri sambil membawa beberapa camilan. Rambutnya agak berantakan, namun sorot matanya tajam. Di sebelahnya ada seorang gadis dengan rambut bergelombang sedang berdiri membawa dua es krim.

Darian Wijaya dan Fiora Anindya,dua orang yang sangat Sera benci berdiri di depannya dengan senyuman.

"Nih aku beliin kamu es krim"Fiora menyodorkan es krim rasa vanilla kepada Sera.

Seraphine menahan napas, rasanya ingin muntah melihat wajah itu. Tapi ia cepat-cepat menutupi ekspresi bencinya dengan senyum samar.

"Eh iyaa terimakasih ya,kalian uda dari kantinnya?"

"Uda ini aku beliin kamu cemilan banyak"kata Darian menyodorkan satu kantong jajanan.

"Oh aku ingat momen dimana aku sudah setahun berpacaran dengan Darian" batin Seraphine sambil menatap pria itu.

Seraphine menerima kantong itu dengan senyum di bibirnya yang tetap terjaga, meski hatinya kesal melihat kedua orang yang akan menjadi mautnya.

"Cemilan? Dari dua pengkhianat yang kelak akan merebut semua milikku? Menyingkirkanku seolah aku adalah sampah?" batin Seraphine dengan kesal.

Ia menahan diri agar tidak langsung melempar kantong itu ke wajah Darian.

"Wah kalian perhatian sekali,sampai aku ditinggal disini" ucap Sera lembut sambil tersenyum.

Darian terkekeh bangga seolah itu adalah hal keren yang ia lakukan.

"Iyalah,masa aku biarin pacarku kelaparan. Makanya tadi aku diam diam pergi bareng Fiora buat suprisein kamu"

Fiora ikut menyahut,wajahnya polos.

"Eh aku tadi yang ajak Darian buat suprisein kamu,maaf ya kalau kamu ga suka aku berdua sama Darian. Tapi ini aku bawain es krim vanilla kesukaan kamu"

"Ah ga mungkin lah Sera ga suka kita bareng. ini kan buat kejutan,kita juga ga ada apa apa"kata Darian.

Seraphine menatap keduanya bergantian, lalu menarik napas panjang. Lidahnya terasa pahit meski es krim vanilla itu belum ia sentuh. Ia menatap Fiora dalam dalam sahabat yang di masa depan akan menusuknya, bukan hanya di belakang, tapi tepat di jantungnya.

"Oh ya aku suka kok dengan kejutan kalian.Kalau aku boleh jujur" Seraphine menunduk sedikit, menyembunyikan tatapan yang hampir meledak dengan kebencian.

"Aku lebih suka es krim cokelat. Tapi terima kasih, Fiora"

Fiora terkekeh, mengira itu sekadar keluhan kecil.

"Oh yaa nanti aku beliin cokelat deh,aku kirain kamu suka vanilla"

Sementara Darian menepuk pundak Sera, penuh keakraban yang terasa menjijikkan baginya.

"Udah jangan banyak protes Fiora kan udah beliin kamu lagipula kamu juga suka es krim apa aja, makan aja. Nanti aku beliin lagi"

"Astaga laki laki ini memang menjijikan,apalagi dirinya yang dulu bisa terbuai perkataan Darian padahal dari sini saja sudah jelas bahwa Darian membela Fiora" batin Sera.

Sera meremas kanton jajanan dipangkuannya, ia ingin sekali menghajar kedua orang di depannya ini yang sok manis. Namun ia ingat ia harus memainkan permainan yang telah mereka lakukan kepada dirinya. Ia tak akan gegabah.

Seraphine menegakkan punggungnya, tersenyum tipis menatap keduanya.

"Baiklah, aku akan makan dengan senang hati"

Darian terkekeh puas mengira kalau Sera masih patuh dengan dirinya. Fiora pun ikut tersenyum cerah melihat Sera mamakan es krim itu dengan kasarnya.

"Eh pelan pelan aja Ser,kamu kan perempuan makannya yang anggun dong"

"Oh ya?baik kalau begitu"Sera tersenyum melihat Fiora tetapi di dalam hatinya sudah dongkol.

"Kamu memang manis kalau senyum gitu, Sera" kata Fiora sambil menggandeng lengan Darian dengan santai.

"Nggak salah deh kamu pacaran sama Darian. Dia tuh cowo paling perhatian"

Ucapan itu seperti belati yang menusuk hati Seraphine. Dulu, di kehidupannya yang lama, ia mungkin akan merasa tersanjung. Tapi kini, semua kata manis itu hanya terdengar seperti ejekan keji.

"Perhatian?cihh ga sudi gue nerima perhatian dari kalian. Perhatian kalian pada akhirnya adalah racun yang menghancurkan hidupku" batin Sera kesal.

Seraphine mengangkat es krim vanilla itu, pura-pura menjilat sedikit. Bibirnya melengkung dalam senyum samar, meski hatinya penuh dengan rasa muak.

"Iya, aku memang manusia yang paling beruntung" balasnya lembut, menatap keduanya dengan tatapan yang sulit ditebak.

"Punya sahabat sebaik kamu, Fiora dan pacar sebaik Darian"

Darian tersenyum puas, sementara Fiora tertawa ringan. Keduanya sama sekali tak menyadari sindiran halus dalam nada Seraphine.

Di balik tenangnya wajahnya, Seraphine berbisik dalam hati.

"Nikmati kebahagiaan kecil ini. Karena di masa depan yang baru, aku yang akan menertawakan kalian berdua"

Tak lama kemudian Sera berdiri.

"Oh ya aku lupa hari ini aku ada kelas tambahan kalian bisa pulang duluan aja"

"Eh ga apa apa ini kita pulang duluan"kata Fiora memegang tangan Sera.

"Loh ya ga apa apa,oh ya Darian pulangnya sekalian anterin Fiora"kata Sera menatap Darian.

Darian langsung mengangguk setuju. "Iya, biar aku anter Sera. Kamu bolehin kan?"

Seraphine hanya tersenyum tipis. "Tentu saja. Aku merasa Fiora lebih aman sama kamu"

Mata Darian langsung berbinar mendengar ucapan Seraphine. Ia menoleh ke Fiora, seolah mendapat izin dari pacarnya sendiri. Fiora menahan senyum, wajahnya berpura-pura ragu padahal matanya jelas berbinar bahagia.

"Kalau gitu ayo, Fi. Aku anter kamu" ujar Darian sambil meraih tangan Fiora.

Fiora pura-pura menolak sebentar,

"Eh, nggak enak sama Sera"tapi senyumnya tak bisa disembunyikan. Akhirnya ia membiarkan Darian menggenggam tangannya.

"Gapapa" sela Seraphine cepat, suaranya terdengar ringan.

"Aku malah seneng kalian saling perhatian. Pulang hati-hati, ya"

"Makasih ya Ser,dadah kita duluan ya" Fiora melambaikan tangan.

Darian dan Fiora pun berjalan menjauh, bergandengan tangan tanpa rasa bersalah sedikit pun. Dari kejauhan, mereka tampak seperti pasangan sempurna dua orang yang saling melengkapi, tertawa bersama di bawah langit sore.

"Dua manusia yang menjijikan" Sera melangkahkan kakinya ke tong sampah dan membuang jajanan itu.

Ia berjalan pergi ke arah lain, sera memang tidak ada jam pelajaran tambahan ia hanya berpura pura agar dua orang itu bersama. Ia meraih handphonenya dan menelepon supir pribadinya.

"Halo pak,jemput saya di kampus segera"

"Baik non tunggu sebentar lagi"

Seraphine menutup telepon, menarik napas panjang. Udara sore yang semula terasa hangat kini bagai racun yang menusuk dada. Ia menatap kursi taman tempat tadi ia duduk bersama Darian dan Fiora. Bekas tawa mereka masih terasa menggema, menusuk telinganya.

"Begitu mudahnya aku dibodohi di masa lalu. Begitu butanya aku pada permainan murahan kalian"

Tumit sepatunya mengetuk pelan jalur setapak berlapis kerikil saat ia berjalan menuju gerbang kampus. Setiap langkahnya mantap, seakan menandai awal perjalanan yang baru.

Dari kejauhan, sebuah mobil hitam mengilap memasuki area parkiran. Supir pribadinya keluar, membukakan pintu dengan hormat.

"Silakan, Non"

Sera tersenyum lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam mobil mewah itu. Pintu mobil segera di tutup oleh sang supir. Begitu mobil melaju meninggalkan kampus, ia bersandar pada kursi kulit, menatap keluar jendela. Bayangan pepohonan kampus berganti satu per satu.

"Bodohnya aku meninggalkan kemewahan dari keluarga dan harus bekerja banting tulang demi kalian berdua"

Tangannya mengepal di atas pangkuan.

"Baiklah. Kalau ini kesempatan kedua yang Tuhan berikan, aku tidak akan menyia-nyiakannya. Aku tidak akan diperdaya oleh kalian lagi. Darian, Fiora kalian akan merasakan apa artinya kehilangan segalanya, seperti yang pernah kalian lakukan padaku"

Mobil terus melaju melewati jalanan kota. Senyum tipis melintas di wajahnya.

"Permainan akan dimulai,Darian dan Fiora"

Bab 3 KELUARGA

Seraphine menatap pemandangan di luar,ia ingat bagaimana dia memilih menikah dengan Darian dan menjauhi keluarga.

"Bodoh sekali" ia menggurutuki dirinya sendiri.

Sang supir melajukan mobilnya dengan cepat hingga sampailah mereka di depan kediaman mewaah milik keluarga Maheswara,ya keluarga Maheswara adalah keluarga terkaya nomor 2 di kota Neon.

Rumah megah bergaya Eropa itu berdiri anggun dengan pilar-pilar tinggi, halamannya luas dengan lampu taman yang mulai menyala karena sore telah tiba. Seraphine segera turun dari mobil, tumit sepatunya mengetuk lantai marmer halaman.

Ia menarik napas, kali ini terasa berbeda. Ia sangat rindu dengan rumah ini,karena dulu sudah 5 tahun ia dilarang datang ke rumah ini karena menikah dengan Darian.

"Kangen banget sama rumah ini" gumamnya.

Sera melangkahkan kakinya dengan cepat sesampainya di ruang utama, aroma kopi hitam menyambutnya. Di ruang kerja terbuka yang terhubung dengan ruang tamu, terlihat sosok kakaknya Bima Maheswara. Duduk tegak di kursi, matanya fokus pada layar laptop.

Bima yang menyadari Sera sudah pulang segera mengangkat kepalanya.

"Kamu sudah pulang,Sera?"

"Eh,iya kak ini baru sampai" Sera tersenyum tipis.

Melihat kakaknya yang sedang bekerja,hati sera merasa hangat. Ia merasa rindu melihat sang kakak, bertahun tahun lamanya sang kakak memutuskan hubungan dengan dirinya karena dengan bodohnya memilih menikah dengan Darian.

Bima akhirnya menutup laptopnya sebentar, menatap adiknya.

"Kamu tidak ajak pacar dan sahabatmu lagi kan?" Nada suaranya datar, tapi penuh ketegasan.

Dulu, pertanyaan itu selalu membuat Seraphine merasa kesal, seolah kakaknya tidak percaya dengan pilihannya. Tapi sekarang, kalimat itu seperti belati yang menusuk hatinya seperti sebuah peringatan yang dulu ia selalu abaikan.

Dengan suara lembut, ia menjawab

"Tidak, Kak. Aku pulang bareng supir"

Tatapan Bima melembut, meski tetap penuh wibawa.

"Bagus, kakak sudah sering bilang, tidak semua orang yang terlihat baik itu benar-benar tulus"

"Firasat kakak tidak enak dengan kedua orang itu"

Seraphine menunduk, menggenggam jemarinya di pangkuan. Dalam hatinya, perasaan getir muncul.

"Benar kak,aku dulu terlalu naif lebih percaya mereka dibanding nasihat nasihat yang kakak berikan, sekarang aku akan menuruti semua nasihatmu" batin Sera.

Senyum tipis terukir di wajahnya.

"Aku ngerti, Kak. Mulai sekarang aku janji bakal lebih hati-hati"

Bima menatap adiknya lama, lalu mengangguk pelan.

"Kakak harap begitu. Karena Kakak nggak mau lihat kamu terluka"

Seraphine merasakan matanya panas, tapi ia cepat mengedip menahan air matanya agar tidak jatuh.

"Terima kasih, Kak Bima. Aku janji, kali ini aku akan memilih milih orang yang ada di dekatku. Dan aku akan memastikan mereka yang mengkhianatiku membayar lunas perbuatannya"

"Bagus kakak,suka kalau kamu berpikir seperti itu. Istirahatlah di kamar nanti malam ayah dan ibu pulang dari luar negeri"jelas sang kakak.

"Papa sama mama sudah mau pulang kak" mata Sera berbinar bahagia.

"Iya,ya sudah istirahatlah dulu"

"Baik kak"

Sera melangkahkan kakinya menaiki tangga dan sampailah ia di depan kamarnya. Sera sudah rindu sekali dengan kamar bernuansa pink miliknya itu,ia segera membuka pintu dan berlari ke arah kasur. Sera merebahkan dirinya sambil menatap langit langit kamarnya.

"Bodohnya aku meninggalkan kekayaan keluarga Maheswara untuk bersama Darian yang tidak berguna itu" gumamnya.

"Baik mulai sekarang,aku harus gunain pengaruh keluarga Maheswara untuk menghancurkan Darian dan Fiora"

Seraphine menyipitkan mata, senyum tipis namun dingin muncul di wajahnya.

"Mari kita lihat, siapa yang akan tersungkur lebih dulu ketika aku bergerak"

Pikirannya terus berputar, menyusun rencana balas dendam. Hingga suara bariton milik Bima terdengar memanggil namanya.

"Seraaa,turun duluu mama dan papa sudah pulang"

"Sera sayang ibu bawakan oleh oleh dari eropa untukmu" teriak suara wanita paruh baya.

Sera yang mendengar itu segera berlari keluar dari kamarnya dan menuruni tangga secara perlahan ia sangat rindu dengan kedua orang tuanya itu.

"Papaaaa,mamaaaa"

"Oh Sera sayangg"sang ibu melebarkan tanganya seolah meminta agar Sera memeluknya.

Dengan cepat Sera berlari lalu memeluk Ayah dan ibunya,jujur saya ia sangat rindu dengan kedua orang tuanya. Lima tahun ia menahan rindu itu demi Darian.

"Pa,Ma Sera kangen" kata Sera memelas.

"Kamu ini baru ditinggal,papa dan mama tiga hari sudah kangen saja" Sang ayah menoel hidung mancung milik Sera.

Kedua orang tua itu adalah Rangga Maheswara pemilik Perusahaan Maheswara dan sang istri Amara Maheswara.

"Ini sayang hadiah buat kamu" Sang ibu menyodorkan satu kotak besar kepada sang putri.

"Aku ga dikasih bu?"tanya Bima pura pura cemberut.

"Ini untukmu"sang ayah menyodorkan satu kotak besar untuk sang putra.

"Bagaimana Bima tentang perusahaan,apakah baik?"

"Baik,pa sudah aku urus. Oh ya nanti kita obrolin lagi di ruang kerja"

"Yasudah kita,makan dulu mama sudah lapar dari tadi sengaja tidak makan biar bisa makan bersama kalian"Suara ibu Amara lembut lalu menarik tangan sang putri disusul sang Ayah dan Bima dibelakangnya.

Ruang makan keluarga Maheswara selalu tampak megah dengan chandelier kristal yang berkilauan di atas meja panjang berlapis kain putih. Malam itu, Rangga Maheswara duduk di ujung meja dengan wibawa khasnya. Di sampingnya, Amara Maheswara tampak anggun dalam balutan dress sederhana tapi masi terkesan mewah.

Bima dan Seraphine duduk berseberangan, keduanya mulai menyantap makanan yang tersaji ada sup buntut hangat, steak impor, hingga hidangan penutup yang sudah rapi dihidangkan oleh para pelayan.

Tidak ada suara selain dentingan sendok dan garpu. Mereka terbiasa makan dengan tenang, hanya sesekali saling menatap. Hingga akhirnya, setelah semua piring nyaris kosong, Rangga meletakkan sendoknya.

"Seraphine" panggilnya suaranya dalam penuh wibawa.

"Bagaimana hubunganmu dengan Darian belakangan ini?"

Sera menahan napas sejenak. Pertanyaan itu menusuk tepat ke titik yang paling ingin ia hindari. Ia tersenyum tipis, mencoba tetap terlihat biasa.

"Baik, Pa. Seperti biasa tidak ada yang berubah" jawabnya singkat, seolah-olah Darian hanya topik sepele.

Sang ayah mengangguk anggukan kepalanya,

"Kalau kamu berniat putus, putuslah ayah akan jodohkan kamu dengan rekan ayah"

"Tapi yah..."

"Ayah tau kalau kamu berniat mau sama Darian ya silahkan. Tapi ayah tidak akan setuju kalau kalian menikah"

Sera hanya tersenyum canggung,lalu sang ibu Amara menatap putrinya itu lalu ikut bersuara.

"Entah kenapa, mama tidak pernah sreg dengan anak itu" ucap Amara lirih tapi jelas.

"Dan sahabatmu, siapa namanya?"

"Fiora" kata Bima datar.

"Oh dia, Mama juga tidak nyaman setiap melihatnya. Tatapan matanya terlalu menusuk dan dia seperti punya niat jahat kepadamu"

Sera hanya menunduk, menggenggam sendoknya erat. Dalam hatinya, ia hampir ingin berteriak.

"Mama benar, mereka berdua memang pengkhianat"batinya kesal.

Bima ikut menimpali dengan nada datar,

"Dari dulu aku sudah bilang, Sera. Jangan terlalu dekat dengan mereka. Tapi kamu tidak pernah mau dengar"

Seraphine tersenyum hambar, menatap kakaknya sekilas. Kali ini, ia tidak membantah.

"Tenang saja, Kak. Aku sudah belajar dari kesalahanku,mereka akan menyesal pernah mengkhianatiku"

Rangga kembali bersuara, suaranya berat dan penuh arti.

"Kalau memang tidak baik, lepaskan. Kamu masih muda, Sera. Jangan habiskan waktumu dengan orang yang tidak layak. Ayah nanti bisa jodoh kan kamu dengan rekan ayah yang jelas dia anak baik baik"

Suasana meja makan sejenak terdiam. Seraphine mengangkat kepalanya, tersenyum tipis kepada kedua orang tuanya.

"Iya, Pa. Aku akan pertimbangkan baik-baik"

"Baguslah,besok kamu harus selalu diantar supir kemanapun kamu pergi jangan suruh siapa itu antar jemput kamu"kata Rangga menatap putrinya.

"Iya,pa aku akan setuju"

"Tumben kamu nurut dan tidak membela pacar dan sahabat mu itu"sang kakak menoyor kepala Sera.

"Aduh kakak,aku kan mau mencoba mendengarkan kalian. Lagipula nasihat kalian pasti bagus buat diriku"

"Nah kayak gini,mama sayang sekali dengan Sera"Sang ibu memeluk erat putrinya itu.

Di dalam hati Sera ia merasa bahwa dulu dia benar bener naif dan bodoh meninggalkan keluarga sebaik ini.

"Kalau dulu aku milih keluarga ini,pasti hidup ku ga akan tragis"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!