Arghh!!
"shit! gue bisa kehabisan darah kalau kayak gini terus! "! produk seorang pria yang saat ini tengah bersembunyi di semak-semak.
Brum.. Brum... Brum..
lelaki itu merapatkan bibirnya tak kalah mendengar suara deruman beberapa motor yang akan datang ke arahnya.
Deg..
jantung lelaki itu Hampir tak bisa berdetak dengan normal, ketika deruman motor itu berhenti di sampingnya yang hanya terhalang oleh semak-semak.
" kita kehilangan jejaknya, ketua"
" cari sampai ketemu! kita habisi dia malam ini "
" siap ketua! "
Srek!
Lelaki itu tak sengaja meninjau ranting pohon yang berada di dekat kakinya. Lelaki itu kemudian membakar mulutnya sendiri sembari mengintip di sela-sela semak.
Di sana rupanya mereka sudah turun dari motor motor, dengan tatapan tertuju pada semak-semak tempat lelaki itu bersembunyi.
"sepertinya ada seseorang di sana" ucap dari salah satu mereka.
" periksa!" ucap dari salah satu dari mereka yang merupakan ketua geng motor.
jantung lelaki itu seperti berhenti berdetak sangking paniknya.
namun anggota geng motor itu menghentikan langkahnya saat mendengar sirine dari mobil polisi yang mendekat ke arah mereka.
" sial! cabut! " ucap seorang ketua geng motor.
Brum..
Lelaki itu bernafas lega saat kumpulan motor itu telah pergi jauh darinya. Lelaki tampan yang kerap di panggil Jayden Galeno Bratajaya itu terus merintih kesakitan, sambil mengenai perutnya yang robek akibat sabetan benda tajam dari anggota geng motor yang mengincarnya.
Malam ini seharusnya menjadi malam kemenangan untuknya. bagai mana tidak? anggota geng motornya telah memenangkan aksi balapan, mereka melawan anggota geng motor dari SMA Chandra Wiguna.
Namun, saat jaeden dan teman-temannya melakukan party, tiba-tiba jayden dibawa paksa oleh sekompolan anggota geng motor dari SMA lain yang menyebabkan dirinya harus terpisah dengan geng motornya. hingga akhirnya lelaki itu berujung ditikam di bagian perutnya tanpa bisa melakukan perlawanan, sebab jumlah mereka sangat banyak jika dibandingkan dengan jayden yang hanya seorang diri.
Akhhh!!!..
jayden menjerit kesakitan bahkan ia tak bisa memerankan suaranya , karena tak sanggup menahan rasa sakit yang ada.
"" Akhhh! sial banget" umpat Jayden saat dirinya menekan perutnya dengan tangan agar darah yang keluar terus-menerus bisa dihentikan.
" Gue.. harus cabut dari sini!" dengan menahan rasa sakit yang ada pemuda itu berjalan tertatih-tatih sambil memegangi perutnya yang terus-menerus mengeluarkan darah segar.
Namun, dari arah samping kanan, pemuda itu merasa tubuhnya disinari oleh cahaya yang begitu menyilaukan.
jayden tak bisa bergerak sedikitpun karena tubuhnya tiba-tiba kaku begitu saja.
" awas!!" teriak seorang pengemudi yang kini melaju ke arah jayden.
Cittt!!!..
Hampir saja, mungkin hanya selisih 1 cm saja motor itu akan menabrak tubuh jayden.
" Astagfirullah!! Kenapa malam-malam kamu berdiri di tengah jalan? kamu mau bunuh diri?"
Jayden menatap diam. seorang wanita bercadar turun dari motornya untuk bisa melihat dengan jelas.
" Astaghfirullahaladzim... Kenapa kamu berdarah?" tanya wanita itu terlihat panik.
jayden mengerjap, akhirnya pemuda itu sadar setelah mendengar teriakan spontan dari gadis itu.
" T-tolong gue" titah jayden.
wanita bercadar itu terlihat ragu. Iya Sedikit melirik ke arah Jayden yang terlihat pucat dengan bibir tipisnya yang sedikit membiru.
" Kamu.. bukan begal kan? kamu bukan begal yang lagi kabur dari amukan masakan?" tanya wanita bercadar itu dengan hati-hati.
"Apa!! "
" kamu bukan begal terus-"
" bawa gue" potong jayden cepat.
" eh! kalau begitu ayo ikut aku. kita naik motorku aja untuk pergi ke rumah sakit" kata wanita yang kerap dipanggil Anissa Kanza Aulia itu, Soraya berjalan terlebih dahulu.
Jayden menghela nafas lalu berdecak sebal
, melihat wanita itu berjalan terlebih dahulu tanpa dirinya.
" ck!, lo begok ya? " sindir jayden.
" Kenapa kamu mengatai aku seperti itu?" tanya Anisa terlihat kesal, Meskipun tidak terlihat karena tertutup oleh cadarnya.
" lo ninggalin gue yang tengah terluka? waras lo? "
Anisa hanya bisa mengelus dadanya sambil beristighfar. Kalau Ia tak memiliki hati nurani, pasti sudah Ia tinggal begitu saja hingga terbujur kaku seorang diri.
Anisa tak menghiraukan umpatan jayden, wanita itu kembali menaiki motor kesayangannya dan menyalakannya.
" ayo naik, tapi jangan sentuh tubuhku! " titah Anisa.
" gak bergairah gue nyentuh tubuh lo! "
" Astaghfirullahaladzim... cepet naik atau kamu, aku tinggal aja"
" Sabat! "sentak jayden.
Jayden berjalan dengan pelan, sesekali mulutnya mengeluarkan rintihan kecil yang membuat Anisa tak tega.
wanita itu kemudian mengeluarkan sapu tangannya yang berada di dalam tas miliknya, lalu kemudian Ia memberikan saputangan itu kepada jayden.
" tutupi lukanya dengan ini, jangan dengan tanganmu karena itu bisa menyebabkan infeksi" Anisa berkata sembari tersenyum di balik cadarnya.
jayden menerimanya lalu menutupi lukanya dengan sapu tangan pemberian Anisa.
" Ayo naik aku tidak mau melihat orang meninggal di depan mataku" titah Anisa.
" sembarangan! "
" Ayo cepetan naik, kamu terluka tapi masih bisa ngomel, ya?"ucap Anisa di selingi dengan kekehan kecil nyaris tak terdengar.
akhirnya jayden sudah di atas jok motor. Satu tangannya menekan perutnya, satu tangannya lagi menyentuh bahu Anisa untuk berpegangan.
" jangan sentuh aku! "tekan Anisa.
Jayden reflek menurunkan tangannya , lalu ia beralih memegang besi yang ada di belakan motor, sebagai pegangan.
" mundur sedikit! aku gak mau tubuh kita bersentuhan. aku juga melakukan semua ini karena Allah, aku hanya membantu makhluk ciptaanNya yang sedang kesulitan"
" bawel! " ujar Jayden yang langsung mengejar bokongnya sedikit kebelakang.
" kalau sampek gue kejengkang ke belang, lo harus tanggung jawab! "ancam jayden.
" jangan cerewet, cepet pegangan. aku akan membawamu ke rumah sakit dalam hitungan menit"tekan Anisa lalu ia segera menancapkan gasnya.
jayden sampai memegang besi belakang dengan gemetar, karena ia baru kali ini di bonceng oleh wanita dengan kecepatan diatas rata-rata.
" semoga gue gak mati kejengkang" batin jayden dalam hati.
Setelah panas dingin di bawa laju dengan motor kesayangan Anisa. akhirnya jayden bisa bernafas lega saat mereka telah sampai di rumah sakit.
" akhhh! " rintih jayden kembali kesakitan, karena lukanya sudah terlihat semakin terbuka akibat guncangan saat di perjalanan.
Anisa khawatir dengan tangan sedikit gemetar. Karena baru kali ini ia di hadapkan dengan situasi seperti ini.
" tunggu di sini! aku akan memanggil petugas untuk membawamu ke dalam"titah Anisa yang kemudian berlari ke dalam rumah sakit.
Tak begitu lama Anisa kembali lagi dengan dua orang perawat yang membawa brangkar.
Dua orang perawat itu kemudian membaringkan tubuh jayden di atas brangkar dengan hati-hati, setelah tubuh jayden di jaringan dengan sempurna , kemudian dua perawat itu membawa jayden masuk dengan tergesa-gesa.
.
.
wajah lelaki itu sudah semakin pucat dengan mata yang semakin satu, Anisa pun ikut khawatir melihatnya.
jayden kemudian di larikan ke IGD untuk mendapatkan penanganan serius.
Anisa tak berniat meninggalkan jayden sendirian, Ia pun menunggu jayden di kursi tunggu dengan sesekali kepalanya menoleh ke arah pintu untuk memastikan hasilnya. sehingga hampir 2 jam Anisa menunggu akhirnya dokter pun keluar dari ruangan yang menakutkan itu.
" B-bagaimana keadaannya dok?" tanya Anisa.
" operasinya berjalan dengan lancar, kemungkinan pasien akan kesusahan bergerak karena luka di perutnya begitu dalam. saya menyarankan agar pasien tidak melakukan aktivitas berat selama masa pemulihan dalam 4 sampai 6 minggu kedepan"
" Oh, iya. kalau begitu terima kasih dok"
" Sama-sama, pasien sebentar lagi akan dipindahkan ke ruang rawat inap"
" baik dok"
saat ini Anisa Tengah duduk di depan ranjang pasien milik jayden. jayden masih saja memejamkan matanya, sepertinya obat biusnya masih bereaksi hingga saat ini.
Anisa melirik ke arah jam dinding yang sudah menunjukan pukul sebelas malam. ia menduga kalau indekos yang ia tempati pasti sudah di kunci oleh pemilik kos.
" hufff.. dia kapan sadarnya? Apa dia gak punya keluarga? " gumam Anisa.
tak berselang lama, dari jari lentik milik jayden ada pergerakan halus. Anisa yang tak sengaja melihatnya pun reflek berdiri untuk memeriksa keadaan jayden.
" kamu sudah sadar? " tanya Anisa.
Jayden hanya bergeming dengan mata yang masih tertutup rapat.
" kamu.. Gak mengalami sakaratul mautkan? "tanya Anisa takut takut.
Detik berikutnya jayden membuka matanya dengan perlahan.
" berisik! "ucap jayden pelan, namun penuh dengan penekanan.
" eh, maaf. aku kira kamu sudah mau di cabut nyawanya"lirih Anisa.
" sembarangan! "balas jayden pelan, namun terdengar ketus.
Hening sesaat..
" tolong ambilin ponsel gue, di celana gue"titah jayden.
" celana kamu fi mana? " tanya Anisa polos.
" coba lo tanya sama dokter yang menangani gue"titah jayden.
" oh iya. tunggu sebentar"
Anisa pun keluar ruangan untuk menanyakan barang-barang jayden yang dilepas dari tubuhnya saat melakukan tindakan operasi tadi. tak berapa lama Anisa datang beberapa barang di tangannya.
" ini ponsel kamu" ucap Anisa serayap mengeluarkan ponsel lelaki itu.
" tangan gue masih lemes. lo telfon keluarga gue" titah jayden.
Anisa pun menekan tombol power dan rupanya terkunci.
"passwordnya " ucapkan Anisa sembari mengarahkan ponsel jayden ke arah jayden.
"bentuk aja huruf C" ucap jayden.
" oke" balas Anisa.
setelah melukis huruf C di ponsel bermerek Apple diinjak itu pun akhirnya layarnya terbuka, menampilkan wajah Jayden dan seorang wanita cantik dengan style rambut soft layer.
" cari Kontak Bokap gue, namanya..ehem, ketua pulau-pulau" ucap jayden dengan suara yang sedikit tergagap.
"pfft-" Anisa menahan tawanya saat membaca nama kontak orang tuanya jayden.
panggilan pun tersambung.
" Assalamualaikum" salam Anisa.
" Waalaikumsalam. Kenapa perempuan? jayden mana?"
"mohon maaf karena saya menelpon anda membawa kabar buruk, putra Anda saat ini tengah dirawat di rumah sakit dengan keadaan yang mengenaskan " Titik Anisa.
Zaidan yang mendengar ucapan Annisa itu pun hanya bisa melotot tajam ke arah wanita bercadar itu.
" Innalillahi, Kenapa jayden bisa seperti itu? Sekarang dia ada di rumah sakit mana?"
" Rumah Sakit Permata Agung Sentosa, ruangan Aster nomor xxxx" balas Anisa.
" Baiklah, terima kasih telah memberitahukan informasi penting ini"
" sama-sama, Pak. Assalamualaikum"
" Waalaikumsalam"
sambungan telepon terputus.
kemudian Anisa menaruh ponsel di atas nakas bersama dengan pakaian yang dikenakan Jayden saat terluka. setelah itu Anisa meraih tasnya yang ada di atas meja, kemudian ia berjalan ke arah pintu keluar.
" mau ke mana" tanya Jayden tiba-tiba.
" pulang" jawaban Anisa.
catat nomor rekening lo, Gue transfer malam ini juga" Titah Jayden dengan wajah serius.
Anisa tersenyum di balik cadarnya.
" aku membantumu ikhlas karena Allah. aku pulang dulu, assalamualaikum" pamit Anisa lalu pergi.
" tunggu! "Cegat jayden lagi.
" ada apa?"
" Nama lu siapa?"
" untuk? "
" gue paling nggak suka punya hutang budi dengan seseorang. suatu saat Gue bakal balas hutang Budi gue"
Anisa tersenyum mendengar ucapan jayden.
" Anisa"
" Anisa? nama lo familiar "
" ya, karena nama aku pasaran"
"ohh"
jayden pun mengangguk sembari mengingat nama wanita bercadar itu. sudah prinsip Jayden jika selama hidupnya ia tidak ingin terbebani dengan hutang Budi.
" aku nggak butuh imbalan apapun dari kamu. Aku ikhlas membantumu Karena Allah" ucap Anisa.
" nggak usah munafik jadi cewek, Semua orang pasti mengharapkan imbalan" ceplos jayden seperti biasa kata-katanya selalu menyakitkan.
Anisa lagi-lagi tersenyum di balik cadarnya, pria itu masih saja menyakitinya dengan lidahnya walaupun sudah ditolong dari ambang kematian.
" berbuat baiklah tanpa mengharapkan balasan dari manusia. karena Allah akan memberikan pahala yang berlipat ganda" dokter Anisa dengan rambut dan penuh ketenangan.
" ck, cerewet "umpat jayden.
" aku pamit dulu, assalamualaikum"
" hem"
" nggak dijawab?" tanya Anisa yang masih berdiri di ambang pintu.
" jawab apa?"
" salamku"
" Waalaikumsalam"
Anisa tersenyum simpul, hingga matanya menyipit, lalu ia membuka pintu dan terkejut melihat dua orang pasangan yang berdiri menatap Anisa dengan tatapan heran.
" kamu siapa? Kenapa ada di ruangan anak saya?" katanya seorang wanita.
Anisa mendongak menatap wanita yang ada di hadapannya. matanya menyelam mengamati wajah yang mulai terlihat kerutan di wajahnya namun masih terlihat cantik dan memukau.
" tante Giselle? om johan? " ujar Anisa.
"eh? Kamu kenal kami?"
" ini Anisa, om, tante. Putri dari Abraham" sahut Anisa.
Johan terkejut Begitu juga dengan Giselle. Sudah bertahun-tahun mereka mencari keberadaan Putri Abraham, namun tak sekalipun mereka bertemu. Abraham merupakan sahabat dari Johan dan Giselle.
" Anisa? Ya ampun kamu sudah tumbuh besar nak, tante tidak mengenalimu karena kamu memakai cadar. Maaf ya nak" ucap Giselle.
"selama ini kamu tinggal di mana Anisa? om mencari kamu kemana-mana tapi tidak pernah ketemu" tanya Johan.
"Anisa tinggal di pondok pesantren Om, sekarang Annisa ingin belajar di sekolah negeri aja"
"Oalahh, pantesan. sekarang kamu sudah menemukan sekolah untuk melanjutkan studimu? "tanya Johan.
"belum Om, susah mencari sekolah yang memperbolehkan siswanya bercadar" lirik Anisa.
"Bagaimana kalau kamu sekolah di SMA Cakrawala. sekolah yang sama seperti anak Om"
"boleh bercadar Om? "
"boleh dong Di sana juga ada beberapa siswa yang bercadar " ucap Johan
senyum Anisa lebar terbit di wajah Anisa yang tertutup cadarnya. wanita itu bisa bernapas lega Sekarang sudah hampir satu minggu ia mencari sekolah yang memperbolehkan siswinya bercadar namun dirinya sama sekali tidak menemukannya.
"jadi yang nelpon Om barusan itu kamu? "tanya Johan.
"eh iya om, Anisa baru tahu kalau lelaki itu Putra Om" cicit Anisa
.
.
" iya, itu anak om dan tante, namanya Jayden. orang nya galak ya? " ujar johan.
"galak dan cerewet ya om" jawab Anisa dengan kekehan kecil.
Johan pun tertawa mendengar Anisa yang berkata jujur mengatai jayden. Biasanya tak pernah ada satu orang pun yang menilai Jayden secara blak-blakan seperti Anisa.
"anaknya sakit, kalian pada ngosipin" ceplos Jayden yang tidak terima jadi bahan pembicaraan.
"Hahaha baru aja diomongin sudah marah-marah aja" imbuh Johan.
Johan dan Gisella kemudian mendekati putranya yang masih lemah di atas ranjang pasien. Annisa coba kembali menghampiri jayden di sana.
"Siapa yang melakukan ini ?" hanya Johan.
"jangan ikut campur Pa, ini urusan anak remaja" balas Jayden.
"anak remaja main tusuk-tusukan"
Papa ucapannya ambigu.
"udah ah jayden mau lanjut istirahat" balas Jayden kemudian memejamkan matanya.
"mangkanya Papa dari dulu sudah menyarankan untuk membubarkan anggota geng mu yang berandalan itu! mau jadi apa kalau kamu seperti ini terus? mau jadi preman?"
Gisella menggenggam tangan suaminya.
"Mas Zaidan lagi sakit, kamu Jangan bahas itu " ya ucapnya
"Biarkan saja anak itu semakin hari semakin membantah ucapan Papa, lihat sekarang dia Hampir mati kehabisan darah jika tidak ditolong Anisa"
"berisik" sentak jayden.
"kalau begitu ceritanya papa akan membubarkan komplotan gen kamu" ancam Johan.
"jangan "protes jayden.
"Kalau begitu kamu harus menuruti permintaan Papa yang satu ini"
"membubarkan geng motor Jayden kalau itu Zaidan nggak bisa Pa " tolak jayden.
"bukan itu " tekan Johan.
Johan melirik Anisa yang berada di belakangnya. Ia pun menyuruh Anisa untuk mendekatinya. Annisa pun menurut lalu berdiri di tengah-tengah Johan dan Gisella.
"Menikahlah dengan Anisa" tekan Johan.
Anisa dan Jayden dibuat melongok oleh permintaan abstrak dari Papah Johan.
"apa yang bener aja, Zaidan masih sekolah" protes Jayden.
"ini sudah kesepakatan papa dan ayahnya Anisa, kalian harus menikah. kalian sudah memasuki kelas akhir kan tidak apa menikah sekarang Setelah kamu keluar dari rumah sakit kita akan melangsungkan pernikahan kalian" tekan Papa Johan.
"Om Apa benar ayah Anisa mempunyai janji seperti itu? "tanya Anisa.
"benar, dan Sekaranglah waktunya yang tepat untuk mengabulkan keinginan ayahmu. Om juga tidak ingin kamu berada di lingkungan luar tanpa pengawasan. om lihat lebih baik kamu tinggal di rumah om dan menjadi istrinya jayden" tegas Papa Johan.
"Kenapa nggak dijadikan anak angkat aja Pah, Kenapa harus menikah sama Jayden" protes Jayden.
"kamu terima permintaan Papa atau geng motor berandalan kamu Papa bubarkan secara paksa" ancam Papa Johan.
Zaidan meremas rambutnya merasa pilihan yang diberikan Papa Johan begitu tidak adil. dua-duanya tidak ada satupun yang akan menjadi pilihan jayden.
"kamu harus menjaga Anisa, Anggap saja itu sebagai balasan karena dia telah menolong nyawamu" pangkas Papa Johan.
Glek!
Zaidan menelan salivanya susah payah Iya jadi teringat hutang Budi yang ia ucapkan beberapa menit lalu saat berbicara dengan Anisa
"i-iya" ucap jayden pelan.
" iya, apa? "
" Iya Zaidan akan melindungi Anisa sebagai suaminya"
Papa Johan tersenyum lalu melirik ke arah Anisa.
"Bagaimana Anisa, kamu mau kan menikah dengan Zaidan? "
"kalau itu adalah wasiat terakhir Ayah Anisa. Anisa akan menyetujuinya" ucap Anisa pelan.
"Alhamdulillah "ucap Bapak Johan dan mama Giselle.
kedua orang tua Zaidan merasa lega akhirnya setelah satu permintaan terakhir orang tuanya Anisa bisa mereka wujudkan mereka juga sangat menginginkan Anisa menjadi menantu sekaligus anak mereka. mereka sangat berharap setelah menikah dengan Anisa tingkah laku Zaidan lambat laun akan berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
***
tak terasa waktu berputar begitu cepet. dan dua minggu telah berlalu.
Kini Anisa tengah duduk di sebuah ruangan yang telah fi sulap menjadi kamar pengantin.
Anisa di genggam erat oleh seorang wanita yang sudah tidak muda lagi, namun masih terlihat sangat cantik. dia adalah Giselle, ibu kandung dari Jayden, dan sebentar lagi juga akan menjadi ibu untuk Anisa.
" saya nikahkan dan saya kawinkan kepada engkau seorang wanita, Anisa Khanza Aulia binti Abraham wiguna dengan mas kawin logam mulia seberat 60 gram dibayar, tunai!"
"saya terima nikahnya Anisa Khanza Aulia binti Abraham wiguna dengan maskawin tersebut di bayar tunai! "
" bagaimana, para saksi? "
"SAH!! "
" Barakallah... "
Anisa memandang mama Giselle dengan tatapan sendu, wanita itu langsung memeluk ibu mertuanya dengan erat dan penuh kehangatan.
hampir 5 tahun lamanya Ia hidup tanpa kasih sayang kedua orang tuanya. kini dalam satu kali tarikan nafas, Ia sudah mempunyai kedua orang tua lengkap, plus bonus seorang suami yang tampan bernama jayden.
" Selamat datang mantu mama" ucap Mama Giselle lembut,
" Anisa sudah menjadi putri, tante?"
" Jangan panggil tante, dong. Panggil mama" Sela mama Giselle.
" Iya Mah "ucap Anisa Seraya tersenyum di balik cadarnya.
" sekarang ayo temui suamimu "ajak mama Giselle.
kini Annisa sudah duduk berdampingan dengan jayden yang saat ini berpakaian berbeda. ya, yang berbeda adalah lelaki itu memakai kopiah putih. bahkan Anisa tak bisa berkedip karena merasa wajah Jayden berkali-kali lipat lebih mempesona dari biasanya.
" sudah puas lihatin gue?" tanya Jayden Soraya menaikkan sebelah alisnya.
"eh? aku nggak mandangin kamu. aku cuman risih aja lihat belek di mata kamu " setelah Annisa kemudian dirinya berbalik menatap ke arah lain.
" ck, sembarangan!"
setelah melalui berbagai proses berlangsungnya akad nikah. akhirnya jayden dan Anisa bisa beristirahat dengan tenang.
saat ini Jayden dan Anisa sedang berada di sebuah kamar. ya kamar yang sudah disulap menjadi kamar pengantin yang ditaburi bunga mawar merah di atas ranjangnya.
"shit! Ini apaan sih " rutuk zaitun sambil mengibaskan seluruh bunga mawar hingga berjatuhan ke lantai.
Anisa dari tadi hanya menggigit Bibir bawahnya menahan malu.
" Oi? kenapa lo diem aja sini? bantuin gue bersihin kasurnya" titah jayden.
Anisa pun mendekat ke arah jaeden yang masih mengibas bunga-bunga yang bertebaran di atas kasur. wanita itu ikut membersihkannya.
setelah kamar sudah bersih dari bunga Mawar itu kemudian jayden melempar bantal dan selimut ke arah Anisa.
" Lo tidur di sofa! gue tidur di kasur!" titah Jayden.
" Kenapa nggak kamu aja yang tidur di sofa?" tanya Anisa.
Jayden berdecak kesal dengan tangan yang bersedekap di dada.
" Ini kamar gue! gue yang berhak nentuin!"
manusia tertawa kecil dari balik cadarnya. wanita itu kemudian duduk di atas ranjang, lalu bersandar di ujungnya.
" Ini kamar aku juga. aku kan istrimu" balas Anisa santai.
Jayden melotot mendengar kalimat terakhir yang Anisa ucapkan.
"jangan ngaku-ngaku jadi istri gue! dan ingat! saat di sekolah, lu jangan pernah negur gue apalagi ngelirik gue! Ngerti?!"
"Ya! "
"ah, satu lagi! jangan ganggu hubungan gue sama celsa! "
" Celsa? " Anisa menyebut nama itu dengan wajah bertanya-tanya.
.
.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!