"Plisss lah Sel, Lo bantuin Gue sekali ini ngapa?" ucap Keira dengan suara memohon.
"Nggak," Selina menggeleng tegas. "Gue nggak mau ya ikut-ikutan bohongin kakak Lo. Lo kan tau sendiri sifat dia gimana kalau menyangkut Lo. Bisa-bisa Gue ikutan kena semprot nanti,"
"Justru itu," Keira memegang erat kedua tangan sahabatnya dengan tatapan memelas. "Alasan Gue mau jadiin Lo tameng, ya karena kakak gue nggak mungkin marahin Lo,"
"Hei, kepercayaan dari mana itu?" Alis Selina terangkat. "Jelas-jelas selama ini gue lihat sendiri gimana galaknya kakak Lo ke temen-temen kita, udah pasti lah Gue bakalan jadi salah satu yang bakalan kena marah juga,"
"Nggak mungkin," Keira menggeleng yakin. "Soalnya kakak gue kan, agak canggung sama Lo,"
Selina mengerutkan dahi. "Canggung kenapa?"
Keira menggigit bibir bawahnya sambil menatap Selina lama. "Ya karena waktu itu... dia kan pernah nolak Lo,"
Mata Selina sontak terbelalak dan wajahnya memerah. Ia reflek menghempaskan tangan sahabatnya itu. "A.. apa-apaan sih Lo? kenapa bahas hal itu lagi? lagian itu kan udah lewat beberapa tahun yang lalu!"
"Ya... gue cuma memperhatikan aja sih gerak-gerik kakak gue.. Soalnya tiap kali Gue bahas tentang Lo, dia kaya salah tingkah gitu,"
"Nggak usah ngaco, deh! Yang ada Gue yang salting karena malu ketemu dia,"
"Ya habisnya Lo juga sih," Keira sedikit menahan tawa saat mengingat kembali momen-momen itu. "Masih SMP nekat banget nembak anak kuliahan, mana waktu itu kakak gue ambil jurusan hukum. Dia juga takut kali ditangkap polisi karena pacaran sama anak di bawah umur!"
"Namanya juga ABG..." Selina mengipas-ngipasi wajahnya yang mulai terasa panas karena malu. "Masih cinta monyet,"
"Emangnya sekarang Lo udah nggak suka lagi sama kakak Gue?" tanya Keira penuh selidik.
Selina serta merta langsung menoyor kepala sahabatnya itu. "Udah ah! kenapa Lo malah interogasi Gue! sekarang, rencana Lo apa?!" katanya mengalihkan pembicaraan.
Keira tertawa terbahak-bahak karena menyadari sahabatnya itu mulai salah tingkah, tapi kemudian ia menjelaskan dengan suara serius. "Ya seperti yang udah gue bilang tadi Sel. Pokoknya malam ini gue harus hadir di pesta ulang tahunnya Dion, tanpa sepengetahuan kakak Gue."
"Tapi gue nggak mau ambil resiko buat bohongin Kakak Lo Kei.. Lo lupa apa kalau dia pengacara? Bisa-bisa gue diinterogasi dan nggak bisa bohong!"
"Ya Lo nggak usah bohong! Kan bener Gue emang main ke tempat Lo dan nanti juga bakalan nginep di sini! Cuma emang gue pergi aja bentar, gitu doang!"
"Tapi..."
"Plisss..." Keira mengatupkan kedua telapak tangannya sembari memberikan gerakan memohon. "Cuma Lo satu-satunya yang bisa bantuin Gue Sel.. Lo tau kan, betapa overprotective nya Kakak Gue. Gue pacaran sama Dion aja harus diem-diem. Dion itu pacar pertama Gue loh, ya masa gue nggak effort buat hadir di pesta ulang tahunnya sih? pacar macam apa gue, coba?!"
Selina terdiam. Jujur saat ini dia merasa bimbang. Selina juga sebenarnya kasihan melihat Keira, tapi menghadapi seorang Raka benar-benar tidak mudah untuknya.
"Sel..."
Selina menatap sahabatnya dari semasa kecil itu sambil menghela napas panjang. Kalau Keira sudah merengek seperti itu, sulit bagi Selina untuk menolak.
"Ya udah, gue mau bantuin Lo. Tapi, Lo harus janji sama gue buat pulang sebelum jam sepuluh malem. Deal?"
"Deal!" Keira langsung memeluk Selina dengan mata berbinar. "Lo emang sahabat gue yang paling baik, Sel!"
"Nggak usah berterima kasih dulu sama Gue," Selina melepaskan pelukan mereka. "Soalnya Gue harus cari cara dulu biar bisa berhasil menipu kakak Lo,"
"Kok bahasa Lo menipu banget sih, seolah-olah gue kaya bikin sebuah kejahatan besar aja,"
"Ya emang, Lo sudah berbuat kejahatan karena menipu Kakak Lo sendiri!"
"Nggak menipu Sel, cuma kabur bentar," Keira mengoreksi.
"Halah, akal-akalan Lo aja itu," Selina berdecak. "Ya udah, jadi sekarang Gue anterin Lo nih?"
Keira mengangguk cepat. "Yuk!"
Selina menghela napas panjang. Menatap Keira ragu. "Beneran nih? nggak mau Lo pertimbangin dulu? Kakak Lo kalau marah serem loh,"
"Iya, udah yakin gue, yuk ah!" Keira mulai tidak sabar dan menarik tangan Selina keluar kamar. Membawanya ke halaman depan tempat mobil Selina terparkir.
Terpaksa, akhirnya Selina pun mengantarkan Keira sesuai keinginannya. Sepanjang perjalanan, tampak gadis itu sangat antusias. Di pangkuannya, ada sebuah kado yang sudah terbungkus rapi yang akan ia berikan kepada Dio nanti.
Setelah beberapa lama, mobil Selina berhenti di depan gedung tempat hiburan malam. Memang, ulang tahun Dion diadakan di sebuah klub malam yang terkenal di kalangan anak-anak muda. Meskipun sebenarnya, kedua gadis yang ada di mobil ini sama-sama belum pernah masuk ke sana sama sekali. Karena jangankan masuk klub, sebagai anak yang dibesarkan oleh strict parent, terkhusus Keira ditambah kakak yang overprotective, jam malam mereka masih dibatasi. Padahal saat ini mereka berdua sudah menjalani perkuliahan sampai semester empat.
"Lo yakin, Kei?" Selina bertanya untuk yang kesekian kalinya. "Lo belum pernah masuk ke sini loh, Lo yakin bisa sendiri?"
"Iya, yakin, udah tenang aja, ntar Gue telepon kalau udah selesai, oke?" Keira tampak sangat yakin dengan keputusannya, dan bersiap keluar dari mobil.
"Kei," Selina menahan tangan Keira. "Apa gue temenin aja Lo ke dalem?"
"Eh, jangan..." Keira menggeleng cepat. "Ntar kalau Kakak gue nelepon Lo gimana? Ntar kalau nyokap bokap Lo tiba-tiba video call gimana? bisa berabe urusan,"
"Tapi..."
"Udah, mendingan Lo pulang aja dulu. Jalankan rencana yang udah kita buat. Ntar kalau udah selesai, gue telepon Lo lagi buat jemput gue. Oke? Paham?"
Selina sebenarnya masih ragu dengan rencana ini, tapi melihat sahabatnya itu begitu yakin, ia tak bisa bilang apa-apa. "Oke, gue paham. Tapi Lo janji ya, jangan lama-lama. Pokoknya jam sepuluh kurang lima belas menit, gue udah sampe di sini,"
"Oke, beb," Keira tersenyum sambil mengacungkan jempol.
Selina akhirnya melepaskan Keira dan gadis itu pun keluar dari mobil. Ia melambaikan tangan lebih dulu kepada Selina sebelum berlari untuk masuk ke klub.
Selina memandangi sahabatnya itu dengan sedikit keraguan. Beberapa kali ia menimbang-nimbang, haruskah ia menyusul Keira atau tidak. Tapi, tiba-tiba beberapa pesan baru masuk ke ponselnya.
Mama: Dek, kamu udah tidur? Jangan lupa matikan lampu sama kunci pintu ya. Besok siang Mama sama Papa pulang.
Papa: Dek, besok mau dibawakan oleh-oleh apa? Kamu udah tidur?
Kak Raka: Sel, Keira udah tidur?
Selina menelan ludah. Aduh, orang-orang overprotective ini... ia mengeluh dalam hati. Saat ini Mama Papanya Selina memang sedang dinas keluar kota, dan ia ditinggalkan sendirian di rumah. Makanya Keira memanfaatkan kesempatan ini untuk berpura-pura menemani Selina, padahal sebenarnya dia pergi ke ulang tahun pacarnya. Karena kalau tidak begitu, entah kapan ia bisa lepas dari pengawasan sang kakak.
Akhirnya, Selina menyerah untuk menyusul Keira dan memilih kembali ke rumah. Meninggalkan Keira yang sudah masuk ke dalam klub.
...----------------...
...Halo guys, selamat datang di novel terbaru Author....
...Semoga kalian suka ya🥰...
Keira berjalan memasuki klub dengan perasaan berbunga-bunga karena sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Dion, sang kekasih. Sambil memeluk kado di tangannya, ia membayangkan reaksi apa yang akan diberikan Dion padanya nanti.
"Dion pasti kaget, karena dia nggak nyangka Gue akhirnya bisa dateng ke sini," Gumamnya sambil senyum-senyum sendiri.
Memang, beberapa hari lalu, Dion mengundang Keira untuk datang ke pesta ulang tahunnya yang di adakan di klub ini. Saat itu Keira bilang dia tidak bisa berjanji untuk datang, karena kakaknya yang super overprotective itu pasti akan melarangnya. Keira pamit untuk pergi ke klub saja pasti sudah kena marah, apalagi kalau tau perginya untuk menghadiri pesta ulang tahun pacarnya, bisa-bisa Keira dilarang keluar rumah selamanya. Karena menurut Raka, Keira masih terlalu kecil untuk pacaran, dan dunia luar terlalu berbahaya untuknya. Jika Keira mau pergi kemanapun, minimal harus ada satu orang dari keluarga yang bisa mengawasi. Hal itu benar-benar membuat Keira merasa tertekan. Makanya dia nekat untuk diam-diam berpacaran dengan Dion.
Dion sendiri baru satu bulan menjadi pacar Keira. Dan menurut Keira, Dion ini adalah lelaki yang sangat sempurna untuknya. Dia ganteng, baik, loyal, dan tidak berbuat macam-macam seperti yang pernah dikatakan Raka tentang sikap laki-laki. Menurut Keira, Dion benar-benar tau batasan dan tidak keberatan harus pacaran diam-diam dengan Keira. Bahkan Dion juga tidak marah jika Keira lama membalas pesan karena harus main kucing-kucingan biar tidak ketahuan oleh sang kakak.
Maka dari itulah, Keira nekat untuk kabur pertama kalinya dari sang kakak. Memanfaatkan keadaan Selina yang ditinggalkan kedua orangtuanya untuk dinas ke luar kota, Keira meminta izin kepada sang kakak untuk menemani Selina menginap di rumahnya. Tentu saja mewujudkan hal itu bukanlah hal yang mudah. Keira harus mengeluarkan seribu satu jurus andalan dulu baru bisa diberikan izin. Untungnya, hal itu berhasil.
Tanpa membuang waktu, Keira langsung pergi menuju ruangan klub tempat Dion merayakan ulang tahun. Sebelumnya Dion sudah memberikan undangan VIP padanya yang mencantumkan nama klub serta nomor ruangan, jadi Keira bisa langsung menemui Dion tanpa harus menelepon dulu. Lagipula, ini kan kejutan.
Sesampainya di depan pintu klub, Keira terlebih dulu menenangkan diri. Ini pertama kalinya ia menghadiri pesta ulang tahun pacar, jadi wajar kalau dia gugup. Setelah dirasa cukup tenang, perlahan ia membuka pintu.
Suara musik yang hingar bingar ditambah lampu disko yang berkelap-kelip dengan berbagai warna langsung menyambut Keira. Keira agak terkejut karena tak menyangka suasana akan seramai ini. Para tamu yang kebanyakan anak-anak muda berbaur menjadi satu. Ada yang asyik berjoget, bermesraan, ada juga yang duduk-duduk di sofa sambil minum alkohol. Di antara semua orang itu, Keira berusaha mencari keberadaan Dion.
Ketemu.
Keira langsung tersenyum senang saat melihat Dion duduk di antara teman-teman kampusnya. Segera saja Keira berjalan ke arahnya untuk memberi kejutan.
Sementara itu, Dion dan teman-temannya sedang asyik bermain game truth or dare sambil minum-minum. Biasalah, untuk mencairkan suasana.
"Oke, siap! Selanjutnya!" Salah satu teman Dion memutar botol di atas meja. Permainannya sederhana, jika kepala botol berhenti di depan salah satu orang yang ada di meja itu, maka orang itu harus memilih antara truth atau dare. Jika memilih truth, maka orang yang terpilih wajib menjawab jujur pertanyaan salah satu temannya. Dan jika menjawab Dare, maka orang itu wajib menjalankan hukuman yang diberikan.
Botol berputar cepat, lalu seiring waktu mulai melambat. Teriakan semua orang tertahan sambil menebak-nebak kemana ujung botol itu mengarah. Sampai selang beberapa saat, kepala botol itu pun berhenti tepat di depan Dion.
"Whoaaaa!!!" Teman-teman Dion sontak menyorakinya histeris. "Akhirnya yang ulang tahun kena juga!!!"
Dion hanya bisa tertawa melihat kelakuan teman-temannya. "Gue nggak takut," ujarnya sedikit sombong.
"Oke, Dion, jadi Lo pilih truth or dare?!" tanya salah satu temannya dengan antusias.
"Hm..." Dion tampak berpikir sejenak. "Truth,"
"Hoooo...." Teman-temannya bereaksi tidak sabar.
"Oke, jadi apa pertanyaannya?" Tantang Dion seolah dia tidak takut menjawab apapun.
"Gue yang tanya," kata salah satu teman cewek Dion. "Dion, sebenarnya ini rasa penasaran pribadi gue aja sih. Kenapa di antara semua cewek cakep yang ada di kampus kita, Lo memilih Keira buat jadi pacar Lo?"
"Wooooo!!" Yang ditanya Dion, tapi malah teman-temannya yang histeris. "Berat nih berat!"
Keira yang langkahnya sudah dekat dengan meja mereka langsung berhenti. Tiba-tiba saja dia penasaran dengan apa yang akan dijawab Dion nanti. Ia ingin mendengarnya langsung dari mulut Dion.
Dion sendiri tidak terlihat panik. Ia malah tertawa-tawa saja sambil menenggak minumannya. "Hm, kenapa ya?" dia malah balik bertanya, menggoda teman-temannya.
"Yaelah, jawab dong! Kan tadi Lo pilih truth!" decak teman-temannya mulai tak sabar.
"Hahahha, oke oke, gue jawab, gue jawab," Dion tertawa dan ucapannya itu langsung membuat teman-temannya fokus kepadanya.
Keira bisa merasakan jantungnya berdebar-debar tak karuan. Pikirannya sibuk menebak-nebak, kira-kira Dion akan menjawab apa?
"Karena...." Dion dengan sengaja menahan ucapannya, menambah rasa penasaran orang-orang yang mendengarkan. "..TT nya gede?"
"B*ngsat!!!" Semuanya langsung bersumpah serapah. Keira sendiri langsung syok mendengar jawaban kekasihnya itu.
"Masa cuma karena itu doang?!"
"Ya apalagi," Dion mengangkat bahu. "Mukanya emang cakep sih, tapi bukan selera gue. Apalagi penampilannya, bukan type gue banget cuy! Cuma ya, gue bisa melihat aset indahnya itu yang ditutupi sama baju-baju longgar. Dan menurut gue, itu bakalan mantep banget,"
"Gila! brengsek banget Lo!" maki salah satu temannya sambil menepuk punggung Dion. "Jadi, kalau udah berhasil nikmatin TT nya, Lo bakalan mutusin dia gitu?"
"Ya iyalah, mau ngapain lagi coba?"
"Makanya gue sempet heran kenapa seorang playboy kaya Dion mau pacaran sama cewek polos macam Keira, ternyata ada udang di balik bakwan!"
"Udang di balik batu, monyet!"
"Halah, sama aja biawak!"
Lalu mereka tertawa bersama-sama.
"Tunggu-tunggu, jadi selama ini Lo belum dapet apa yang Lo mau dong, makanya belum putus dari Keira? karena setau gue nih ya, Dion cuma butuh waktu seminggu buat bikin cewek klepek-klepek dan mau ngangkang di depannya, Hahahaha!"
Dion berdecak sebal, sembari menghisap puntung rokoknya. "Iya, susah banget tuh cewek, jual mahal! Gue bahkan sering loh dicuekin waktu lagi chat atau nelpon, katanya sih karena nggak dibolehin sama kakaknya,"
"Yaelah, cupu banget.. Emang umur berapa sih dia sampai mau chat cowoknya aja dibatesin?"
"Makanya, kesel gue sebenarnya, tapi ya gimana, gue harus sabar. Ntar kalau gue udah bisa nikmatin TT nya, baru deh gue putusin, hahahaha!"
"Kalau gitu, biasanya nanti dia bakalan nangis-nangis minta balikan sih, Hahahaha!"
"Udah biasa, Dion gitu loh!"
Suara tawa kembali menggelegar di meja mereka, sementara itu di sisi lain Keira sudah mengepalkan tangannya. Dia benar-benar tidak menyangka jika Dion yang ia pikir sangat baik ternyata sejahat itu. Air mata sudah menggenang di pelupuk matanya.
"Oke, udah kan? Lanjut..." Dion berkata dengan santai, tanpa menyadari kalau Keira kini sudah berdiri di depannya. Teman-temannya yang lain terdiam karena terkejut melihat kedatangan gadis itu.
"Loh, kenapa kalian jadi diem? Eh, kok... sayang?" mata Dion terbelalak saat melihat sosok Keira.
"Jangan panggil Gue sayang, B*ngsat!!" dengan penuh emosi, Keira menampar Dion dengan sekuat tenaga.
Plak!
Dion dan teman-temannya langsung ternganga. Tak cukup disitu, Keira yang sudah dikuasai kemarahan menyiram kepala Dion dengan sebotol anggur.
"Makan tuh TT! Lihat aja, Gue bakalan dapetin cowok yang lebih ganteng dari Lo, Brengs3k!" Keira bersumpah serapah sebelum dia keluar dari ruangan itu dengan penuh amarah.
...****************...
...Selamat datang di novel terbaru aku, jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca🤗...
Masih berada di klub malam yang sama, Keira memilih naik ke lantai dua untuk minum. Sudah terlanjur sampai sini dan rasa kesal yang memuncak membuatnya nekat melakukan hal itu. Entahlah apakah akan ketauan kakaknya atau tidak. Itu jadi urusan belakangan.
"Maaf," Seorang pria mencegat langkah Keira. "Lantai ini khusus anggota VIP,"
Keira juga sebenarnya tau kalau pria itu hanya menjalankan tugas sebagai pekerja di klub itu. Tapi entah karena perasaannya yang sedang sensitif atau karena masih terbawa emosi akibat ulah Dion tadi, membuatnya jadi tersinggung. Segera saja ia rogoh tas kecilnya dan mengeluarkan sebuah kartu di depan pria itu.
"Berapa? Gue bayar,"
Pria itu awalnya ragu, tapi kemudian ia menerima kartu dari tangan Keira. Setelah dicek sebentar dan diambil beberapa juta sebagai syarat masuk keanggotaan, pria itu mengembalikan kartunya pada Keira sambil tersenyum.
"Silahkan, Nona,"
"Huh," Keira mengambil kartunya kembali dengan bersungut-sungut. Pokoknya, saat ini jangan ada yang berani mengganggunya, atau bakal kena semprot di tempat.
Keira memilih duduk di depan meja bar panjang sambil tangannya memukul-mukul permukaannya dengan kesal.
"Dasar cowok brengs3k! b*jingan!" maki Keira kesal. Tak sadar jika perbuatannya mengundang perhatian orang-orang sekitar.
"Aduh mbak, jangan dipukul begitu dong mejanya, nanti kalau rusak, saya lagi yang ganti," seorang bartender pria menghampiri Keira. "Mbak lagi galau ya? Mau pesan minum apa?"
Keira terdiam sejenak untuk berpikir, lalu berkata dengan mantap. "Kasih yang paling keras!"
Bartender itu terdiam lama sambil memperhatikan Keira. Pria itu sudah bertahun-tahun bekerja menjadi seorang bartender dari satu klub ke klub lain, tentu ia hafal dan paham bagaimana watak orang-orang yang datang ke tempat kerjanya. Dan dari sekali lihat saja, bartender itu bisa mengetahui kalau Keira sepertinya baru pertama kali datang ke sini.
"Yakin? Nggak mau coba yang agak ringan dulu?" tanya Bartender itu pada Keira.
"Nggak!" Keira menggelengkan kepala kuat-kuat. "Pokoknya gue mau yang bikin mabok berat!"
Bartender itu hanya bisa menghela napas panjang menyikapi sikap keras kepala Keira. Tapi, ia tak bertanya lagi. Langsung saja, pria itu meracik minuman yang dipesan oleh sang pelanggan. Setelah selesai, ia sodorkan di depan gadis itu.
"Silahkan, minumnya pelan-pelan saja,"
Tapi Keira yang sedang emosi tidak mengindahkan ucapan bartender itu. Bukannya minum pelan-pelan, gadis itu malah mengangkat gelasnya tinggi-tinggi dan langsung menghabiskannya dalam sekali tenggak.
Glek, glek, glek.
Rasa panas dan sedikit getir menjalar dari mulut ke tenggorokan Keira. Ini pertama kalinya dia minum alkohol, ternyata rasanya tidak buruk juga.
"Woahhh!" Keira berteriak tertahan saat minuman di tangannya telah tandas. Adrenalinnya tiba-tiba memuncak. "Lagi! lagi!" Pintanya pada sang bartender.
Bartender itu berkedip tak percaya dengan apa yang barusan ia lihat. "Anu, apa nggak bahaya mbak?"
"Lagi! lagi! lagi!" Keira terus mendesak, dan bartender itu mau tak mau menurut. Satu gelas penuh cairan alkohol kembali ia berikan kepada Keira, dan seperti sebelumnya, Keira kembali menenggaknya sampai habis.
Selesai menenggak kedua kalinya, Keira langsung bisa merasakan kepalanya pusing luar biasa. Kepalanya terasa berputar, dan tubuhnya terasa sangat ringan, seolah sudah tidak ada gravitasi lagi di dunia ini.
"Woohooooo! Gue bebas!" Keira berteriak-teriak seperti orang gila. Tapi ia sudah tidak punya rasa malu lagi karena sudah mabuk berat. Saat itu pandangannya berputar ke segala arah, dan tiba-tiba menangkap sosok pria yang sangat menarik perhatiannya.
Seorang pria tampan dengan kemeja hitam tengah duduk sendirian di sofa sambil memegang segelas minuman keras. Entah minuman macam apa yang sedang ia nikmati itu, Keira juga tidak tau. Tapi yang paling menarik perhatian gadis itu adalah kedua kancing bagian atas pria itu yang terbuka, memperlihatkan dadanya yang bidang dan seksi.
"Wah, siapa dia?" Keira menunjuk ke arah cowok itu sambil bertanya pada sang bartender. "Ganteng banget kaya model,"
Karena memang sedang mabuk, jelas saja arah tunjuk Keira menjadi tidak jelas. Bartender itu mengikuti telunjuk Keira dan malah salah mengira kalau Keira menunjuk seorang host club yang sedang menggoda seorang wanita kaya. Kebetulan host club dan wanita itu memang duduk di sofa yang bersebelahan dengan sang pria tadi.
"Dia host club kami yang paling terkenal. Harus bayar sepuluh juta dulu untuk antri dapat pelayanannya," Kata sang bartender.
"Sepuluh juta? mahal banget," Racau Keira sambil sedikit sempoyongan. "Tapi wajar sih, ganteng banget soalnya,"
Keira lalu beranjak dari duduknya. Bartender itu membiarkan saja apa yang akan Keira perbuat, mengira kalau gadis itu akan menggoda sang host club. Padahal tanpa ia ketahui, Keira malah melewati host club itu dan menghampiri pria tampan berpakaian hitam yang tengah duduk sendirian.
"Hai," sapa Keira dengan badan sempoyongan menahan pusing. Tubuhnya bergoyang ke kanan dan kiri.
Pria tampan itu tidak menggubris kedatangan Keira karena sedang bermain ponsel. "Gue nggak tertarik," katanya ketus.
Bibir Keira manyun. "Huh, sombongnya,"
Pria itu masih tidak melirik ke arah Keira sama sekali. Dan gilanya, Keira yang otaknya sudah tidak bisa berpikir jernih itu tiba-tiba malah merasa tertantang. Dia jadi teringat perkataan Dion yang tadi merendahkannya di depan teman-temannya, membuat emosinya kembali memuncak.
"Lo mau berapa? gue bayar berapapun yang Lo mau," Kata Keira sedikit sombong. "Sepuluh juta? Dua puluh juta? Gue bayarin sekarang juga!"
Pria itu menghela napas kasar, mulai merasa terganggu dengan sikap Keira. "Gue udah bilang, gue nggak tertarik! Jangan ganggu gue!"
Tapi Keira pantang menyerah. Entah keberanian dari mana, tiba-tiba saja gadis itu langsung berdiri di depan pria itu dan meraih wajahnya, membuat muka mereka saling berhadapan.
Pria itu tentu saja terkejut dengan tingkah Keira. Ia sudah mau marah, tapi kemudian matanya melebar karena terkejut.
"Lo kan..."
Tanpa menunggu pria itu menyelesaikan ucapannya, Keira langsung menyerang pria itu dengan melahap bibirnya dengan rakus.
Wajah pria itu menegang. Sampai saat ini, ia masih belum mengerti dengan apa yang tiba-tiba terjadi. Kejadiannya begitu cepat, dan ia terlalu terkejut untuk menghindar.
"Bibir Lo manis," Racau Keira saat ia akhirnya melepaskan bibirnya. "Gue suka,"
Pria itu menelan ludah. "Lo mabuk? Emangnya Lo boleh kaya gini? Kalau sampai ketauan kakak Lo..."
"Arghhh! apa apa Kakak! apa apa Kakak! Gue kesel! Begini nggak boleh, begitu nggak boleh, padahal gue udah gede!" tiba-tiba saja Keira merengek seperti anak kecil sambil memukul-mukul dada pria itu. "Gue juga pengen mandiri! Pengen cobain semuanya sendiri!"
Pria itu menangkap salah satu tangan Keira yang masih memukul-mukul dadanya. "Oke, terserah Lo mau bilang apa, biar gue antar Lo pulang sekarang,"
Dahi Keira berkerut. "Pulang? Gue nggak mau pulang!"
"Terus, Lo mau apa?"
Keira terdiam sejenak, lalu menatap wajah pria itu dengan intens. "Mau Lo,"
Wajah pria itu sontak memerah. "Wah, nggak bisa begini nih, udah bahaya begini nih," katanya sambil bersiap untuk bangkit dari duduknya.
Tapi Keira menahan gerakan pria itu dan malah duduk di atas pangkuannya sampai pria itu tak bisa bergerak sama sekali.
"Ganteng," Keira mengusap wajah pria itu sambil berkata dengan nada menggoda. "Malam ini mau tidur sama gue?"
...****************...
...Adududuh Keira, Kamu yang berbuat, Author yang malu🤦♀️...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!