NovelToon NovelToon

Jodoh Dadakan Mr. Cuek

Dikejar Preman

"Itu, itu gadis itu, cepat kejar dia! Jangan sampai kita kehilangan jejaknya lagi!" seru seorang preman yang sedang mengejar seorang gadis yang kini sedang menaiki ojek online.

Gadis itu yang bernama Rayana melihat kearah belakang, ia mengangakan mulutnya dan membulatkan kedua bola matanya saat melihat preman yang mengejarnya sudah mulai dekat.

"Pak, pak, bisa cepat lagi gak? Ngebut pak, ngebut!" seru Rayana yang meminta tukang ojek online untuk menambah kecepatan motornya.

"Iya mbak, ini juga ngebut saya, entar kita celaka mbak kalau lebih ngebut lagi," ucap si bapak tukang ojek.

"Aduh pak mereka udah dekat, saya gak mau ketangkap pak," ucap Rayana yang kini merasa ketakutan.

"Mbak sebenarnya punya masalah apa sama mereka kok mbak bisa dikejar mereka?" tanya pak ojol yang mulai kepo.

"Bapak gak usah kepo deh, bapak fokus aja bawa motornya," cetus Rayana yang kini merasa kesal dengan tukang ojek karena menurutnya sangat cerewet itu.

"Iya mbak, maaf mbak," ucap si bapak yang tahu Rayana mulai kesal.

Tukang ojek pun menambah kecepatannya, namun tak lama tukang ojek berhenti mendadak.

Cittt....

Decitan suara motor tukang ojek terdengar keras karena tiba-tiba mendadak, untung jalanan tidak terlalu ramai, jika tidak sudah dipastikan akan terjadi kecelakaan beruntun.

"Kok berhenti pak?" tanya Rayana sambil melihat kearah belakang.

"Mbak enggak lihat, itu lampu merah?" tanya si bapak dengan ketus.

"Iya tapi... Aduh pak saya bisa ketangkap ini," ujar Rayana yang kini melihat preman yang mengejarnya sudah lumayan dekat.

"Sudah pak sampai sini aja gak usah sampai titik lokasi, udah dekat kok," ucap Rayana.

"Emang eng...."

Belum sempat bapak tukang ojek menyelesaikan ucapannya, Rayana sudah pergi meninggalkan tukang ojek.

"Walah mbak, mbak, cantik-cantik kok berurusan sama preman," gumam bapak tukang ojek.

Rayana kini berjalan kaki menyelusuri jalanan sampai akhirnya ia sampai di sebuah restoran dimana ia sudah berjanji bertemu dengan temannya.

"Oy… Raya, gue disini!' panggil teman Rayana yang sudah menunggunya.

Rayana pun mempercepat langkahnya kemeja temannya setelah ia melihat temannya.

Glek... Glek... Glek....

Mira menghabiskan minuman temannya hingga habis tak bersisa.

"Oy… Raya itu minum gue loh, kok lo habisin sih!" pekik teman Rayana yang kesal dengan Rayana.

"Sorry Bob, gue haus banget, kalau lo mau lo bisa pesan lagi," ucap Rayana tanpa merasa bersalah sama sekali.

"Ck, lo ini gimana sih? Kalau mau minum ya pesan dong, mana belum gue minum itu minumannya," cetus Boby.

"Nah bagus dong, berarti minuman ini masih steril, belum terkena virus lo," celetuk Rayana yang membuat Boby semakin kesal.

"Lo ini emang benar-benar gak ada akhlak!" pekik Boby.

"Sudah ah gue lapar Bob, katanya lo mau teraktir gue," ucap Rayana yang mencoba mengganti topik pembicaraan mereka.

"Ya udah lo pesan deh, sekalian pesan minuman satu ember biar lo puas!" seru Boby yang kesal namun tak bisa benar-benar marah dengan Rayana.

"Ok, siap bos, gue pesan sekarang ya," kata Rayana yang kini tersenyum sumringah.

"Terserah lo deh!" cetus Boby.

"Mbak," panggil Rayana memanggil seorang pelayan wanita.

"Ya mbak, apa ada yang bisa saya bantu?" tanya pelayan itu.

"Mbak saya mau pesan emmmm... Nasi goreng seafood satu, sama lemon tea satu dan air mineralnya 1 ya," ucap Rayana yang memesan makanan yang ia inginkan.

"Baik mbak, nasi goreng seafood satu, lemon tea satu dan air mineralnya 1, itu aja mbak?" tanya pelayan itu kembali setelah mencatat pesanan Rayana.

"Iya mbak itu aja," jawab Rayana sambil tersenyum.

"Kalau masnya mau pesan apa?" tanya pelayan itu.

"Saya pesan nasi goreng seafood juga, dan minumnya air mineral aja mbak," ucap Boby yang menyebutkan pesanannya.

"Jadi nasi goreng seafoodnya dua ya, air mineral dua, dan lemon teanya satu," ucap pelayan itu yang mencatat dan menyebutkan pesanan mereka sekali lagi.

"Iya mbak," sahut Boby dan Rayana bersamaan.

"Mohon tunggu sebentar ya mbak, mas, kami akan menyiapkan pesanan anda berdua," ucap pelayan itu.

"Iya mbak," sahut Rayana dengan ramah.

Pelayan itu pergi dan kini Boby menatap Rayana dengan tajam.

"Kenapa lo natap gue seperti itu? Perasaan gue gak punya hutang sama lo deh," cetus Mira yang menatap Boby dengan tatapan tak suka.

"Lo habis darimana sih? Udah telat, datang-datang main serobot minum orang," cetus Boby yang masih penasaran dengan Rayana.

Rayana melihat kekiri dan kekanan, lalu ia pun mendekatkan kepalanya dengan telinga Boby.

"Gue dikejar preman lagi Bob, dan mereka udah tahu gue tinggal dimana," bisik Rayana.

"What!" pekik Boby.

Pekikan Boby berhasil membuat orang-orang yang ada di restoran itu menatap kearah mereka dan kini mereka menjadi pusat perhatian.

"Sialan lo Bob, lo mau bocorin rahasia gue!" seru Rayana yang merasa kesal dengan Boby.

"Ya sorry dong, gue kan kaget," ujar Boby.

"Tapi sudah gue duga sih, lambat laun mereka akan tahu tempat tinggal lo, dan gimana? Apa yang mereka katakan sama lo?" tanya Boby yang merasa khawatir dengan Rayana.

"Ya enggak ada," jawab Rayana.

"Kok bisa enggak ada? Tadi bukannya lo bilang lo dikejar mereka?" tanya Boby.

"Ya gimana mereka mau ngomong sama gue Bob, gue kan kabur, jadi belum sempat ngobrol-ngobrol sama mereka secara langsung, cuma saat mereka nelepon gue, mereka ancam gue bakal sebarin foto-foto yang enggak-enggak pake wajah gue," jawab Rayana dengan menjelaskan kepada Boby.

"Sialan tuh orang, bisa-bisanya mereka ngancam begitu," umpat Boby yang merasa kesal dengan orang-orang pinjol itu.

"Lagian lo sih, kok bisa ambil uang begitu? kalau lo lagi butuh lo kan bisa hubungi gue," ujar Boby yang menunjukkan rasa simpatiknya kepada Rayana.

"Ya udah kalau gitu sekarang bantu gue ya, gue lagi butuh nih," ucap Rayana yang menagih ucapan Boby.

"Emang lo minjam berapa sih Ray?" tanya Boby yang tampak serius.

"Gue butuh delapan puluh juta Bob, biar gue bisa bebas dari mereka," jawab Rayana.

"Apa!" pekik Boby sekali lagi dan lagi-lagi mereka menjadi pusat perhatian.

Rayana yang melihat Boby pun hanya menundukkan wajahnya dan menopang kepalanya dengan tangannya.

"Hadeh, seharusnya bicarain ini sama Boby ini enggak disini deh, gue salah tempat kayaknya," gerutu Rayana dalam hatinya yang benar-benar kesal dengan Boby.

"Lo bikin malu aja deh Bob, gak bisa apa mulut lo itu direm dikit," desis Rayana yang mengomeli Boby karena kesal dengannya.

Pertemuan Pertama

"Maaf semuanya ya, saya cuma emosi sama orang-orang yang udah menipu teman saya," ucap Boby yang kini mengatupkan kedua tangannya meminta maaf kepada pengunjung lain.

"Ray, untuk apa sih uang sebanyak itu? Bukannya lo tiap bulan dikirim uang sama bokap lo?" tanya Boby dengan memelankan suaranya agar tak ada yang mendengar pembicaraan mereka.

Rayana menghembuskan napasnya dengan kasar.

"Gue... Gue...."

"Permisi mas, mbak ini pesanannya," ucap Pelayan membawa pesanan Boby dan Rayana.

"Ah iya mbak," sahut Boby dengan ramah.

Pelayan pun meletakkan pesanan mereka diatas meja.

"Selamat menikmati ya mas, mbak, kalau perlu sesuatu silahkan panggil saya," ucap pelayan tersebut.

"Iya mbak, makasih ya," ucap Boby.

Boby membuka mulutnya ingin mengatakan sesuatu, namun belum sempat Boby mengatakan apa pun Rayana terlebih dahulu berbicara.

"Kita makan dulu, nanti gue cerita ke lo," ucap Rayana yang menatap tajam Boby.

Boby menghela napas, ia pun terpaksa menuruti Rayana, "Baiklah Ray, gue bakalan sabar nunggu cerita lo, demi lo, mungkin aja lo sekarang lagi kelaparan."

Rayana memutar bola matanya jengah mendengar ucapan Boby.

Boby dan Rayana pun memakan makanan mereka dengan tenang.

Namun ketenangan Rayana makan tidak berlangsung lama, karena tiba-tiba perutnya terasa sakit.

"Aduh sial banget sih ini perut, lagi diisi malah minta dikeluarin, mubazir aja nih makanan yang baru gue telan," gerutu Rayana dalam hatinya.

"Kenapa lo Ray? Kok muka lo jelek banget?" tanya Boby yang melihat kearah Rayana yang terlihat tak seperti biasanya.

"Gue mau ke toilet dulu ya Bob, perut gue gak sakit banget ada panggilan alam, lagi enak-enak makan malah berontak," jawab Rayana dengan ke absurdannya

"Ya itu tandanya perut lo mau di isi banyak," celetuk Boby.

"Ah, sialan lo! Udah ah gue mau ke toilet dulu," pamit Rayana yang langsung berlari kecil menuju kamar mandi.

"Ya udah pergi sana, daripada cepirit disini lo," celetuk Boby.

Rayana kini sudah sampai didepan pintu kamar mandi dan saat ia masuk kamar mandinya penuh.

"Ah sial, kenapa mesti penuhnya sekarang sih, gue lagi urgent ini, ini situasi genting," gerutu Rayana yang memegang perutnya dan wajahnya terlihat sangat kusut.

Rayana pun melihat kearah toilet pria dan ia pun tak berpikir.

"Sepertinya toilet ini sepi, ah gue disini aja ah, dari pada gue cepirit, Eyyyuhhh….." batin Rayana.

Rayana pun melihat kekiri dan kenana, dan ia pun segera masuk setelah ia merasa yakin kalau memang aman.

"Ah aman, mudah-mudahan gue aman didalam sini," gumam Mira yang kini memasuki toilet pria dan ia pun menyelesaikan urusannya dengan perusnya.

"Ah... lega.... ni perut gak bisa diajak kompromi, masa pas toilet pada penuh dia pun berulah," gerutu Rayana yang kini sudah selesai dengan urusannya

Rayana pun membuka pintu

Ceklek

"Aaaaaaaa....." teriak Rayana saat melihat ada pria yang sedang ada didalam toilet.

Pria yang sedang mencuci tangannya itu pun terperanjat kaget karena suara teriakkan Rayana.

"Siapa kamu! kamu mau ngintip saya ya! dasar pria hidung belang, buaya darat, buaya buntung," omel Rayana tanpa sadar kalau ia sedang berada di toilet pria.

"Kamu!" tunjuk pria itu yang terlihat kesal.

"Eh kamu gila ya! kamu tahu enggak ini dimana?" cecar pria itu yang menatap Rayana dengan tajam.

Rayana pun terdiam dan sadar kalau dialah yang salah.

Rayana melihat pintu toilet akan terbuka dengan cepat Rayana menarik pria itu masuk kedalam bilik.

"Tuan tolong lah saya, saya tadi udah gak tahan, sedangkan toilet wanita penuh makanya saya kesini tuan, tolong bantu saya tuan," ucap Rayana yang kini memohon kepada pria itu, bahkan Rayana mengatup kedua tangannya kepada pria itu dan berbicara dengan lembut bahkan suaranya yang pelan.

"Untuk apa saya menolong kamu? kita tidak saling kenal," ucap pria itu yang terlihat tak peduli dengan Rayana.

"Ck, kenapa ketemunya sama kulkas10 pintu begini sih? kan jadi ribet urusannya," batin Rayana yang menggerutui pria itu.

"Hei, apa didalam ada orang? anda bicara sama siapa?" teriak seorang pria dari luar yang mendengar suara samar-samar orang bicara.

Rayana memejamkan matanya sambil mengatupkan kedua tangannya memohon kepada pria itu.

Pria itu hanya menatap Rayana dengan tatapan datar sedangkan Rayana kini terlihat hampir putus asa.

"Saya akan melakukan apapun untuk anda tuan, saya janji tuan, tapi tolong saya, jangan sampai mereka mengetahui keberadaan saya, jika mereka tahu mau taruh dimana muka saya tuan," ucap Rayana yang mencoba bernegosiasi dengan pria itu.

"Ck, dasar gadis menyebalkan," cibir pria itu.

Ceklek

Pintu terbuka dan pria itu pun mengeluarkan kepalanya dan bertepatan pria yang berada diluar hampir terjatuh karena ia sangat ingin sekali menguping.

"Maaf mengganggu, saya lagi telepon," ucap pria itu sambil berpura-pura menelepon.

"Oh baiklah, maaf saya menganggu," ucap pria yang dari luar dan pergi dari toilet.

"Ah... makasih ya tuan anda sudah menolong saya, lain kali saya akan menolong anda jika anda butuh pertolongan saya," ucap Rayana tulus dengan senyumannya manisnya yang menghiasi bibirnya.

"Ummmuach...." Sebelum pergi Rayana menyempatkan mencium pipi pria itu dan segera pergi dari toilet agar pria itu tidak memarahinya.

"Dasar gadis gila, gadis aneh, sudah sembarangan masuk ketoilet pria, eh sekarang dia nyium sembarangan!" gerutu pria itu yang merasa kesal dengan Rayana.

Rayana pun kembali kemejanya namun ia tak melihat Boby disana.

"Kemana dia? enggak mungkin dia kabur kan?" begitu banyak pertanyaan dikepala Rayana.

"Ah sialan tu anak, katanya mau dengar cerita gue dan bantu gue, kenapa sekarang dia malah pergi," gerutu Rayana yang merasa kesal dengan Boby.

Rayana menggerutu sambil berjalan keluar dari hotel, dia benar merasa hari ini adalah hari paling sial.

"Mbak... mbak... mbak...." Pelayan memanggil Rayana.

"Ya mbak, ada apa?" tanya Rayana.

"Mbak bayar dulu dong makan dan minumnya, masa udah pesan gak bayar," cetus pelayan itu yang kini wajahnya terlihat jutek.

"Bayar? emangnya belum dibayar teman saya mbak?" tanya Rayana yang terkejut mendengar ucapan pelayan itu.

"Sudah mbak, gak usah sok terkejut, gak usah sok-sok drama gak mempan sama saya," cetus pelayan itu kembali.

"Siapa yang drama sih mbak, saya memang gak tahu kalau teman saya itu pergi gitu aja," jelas Rayana.

"Emang berapa sih total semuanya?" tanya Rayana.

"Totalnya satu juta lima ratus mbak," jawab pelayan itu.

"Apa!" pekik Rayana yang terkejut.

"To-totalnya satu juta lima ratus?" cicit Mira yang terkejut.

Saya Akan Melakukan Apapun Tuan

"Ah sial banget, kenapa mesti sekarang sih Bob lo ngerjain gue kayak gini, lo kan tahu gue lagi susah, lagi bokek," keluh Rayana dalam hatinya.

Rayana terdiam dan berpikir sebentar.

"Mbak sebentar ya saya telepon teman saya dulu, mungkin dia lupa bayar sebelum pergi dari sini," pinta Rayana.

"Baiklah saya akan menunggu anda disini," ucap pelayan itu.

Rayana pun menganggukkan kepalanya dan ia pun menelepon Boby dengan cepat.

Tut...Tut... Tut....

"Bangke ni anak gak diangkatnya, apa dia sengaja ngerjain gue kayak gini!" gerutu Rayana yang merasa kesal dengan Boby.

Ting

Satu notif pesan masuk keponsel Rayana.

"Ray, sorry gue balik duluan, gue tadi udah mau bayar makanan kita, tapi saat gue mau bayar semua kartu gue diblokir, begitu juga yang ada diponsel, dan lo pasti tahu siapa pelakunya," isi pesan Boby yang menjelaskan kepada Rayana.

"Emangnya lo gak punya uang cash?" tanya Rayana.

"Engak ada Ray, gue lupa ambil uang di ATM," jawab Boby.

""Ck, lo ini benar-benar petaka buat gue!" seru Rayana yang merasa kesal dengan Boby.

Rayana melihat pelayan itu sedang melihat kearah lain, dan ia pun lari keluar dan berlari mendekati sebuah mobil milik orang lain.

"Eh mbak mbak jangan kabur!" teriak pelayan itu.

Brak

Rayana menutup pintu mobil, saat ini Rayana ingin bersembunyi didalam mobil orang.

"Mbak... mbak keluar!" teriak pelayan itu dari luar mobil.

"Bug... Bug....Bug......

Srek

Tiba-tiba saja kaca mobil turun dan membuat Rayana tercengang.

"MBak kalau mau tangkap dia jangan pukul mobil saya dong," tanya pria itu yang merasa tak suka mobilnya dipukul orang.

"Kalau enggak mau digedor, suruh bayar dong pacarnya mas, selesai makan kok mau kabur gitu aja," jawab pelayan itu.

"Pacar? dia bukan pacar saya," jawab pria itu dengan cepat

"Hey, kamu ini siapa sih? kenapa kamu terus-terusan mengganggu saya?" cecar pria itu yang merasa jengkel dengan Rayana.

"Tuan, tolong saya sekali lagi, saya mohon tuan, saya enggak mau dibawa kekantor polisi," ucap Rayana yang kembali memohon kepada pria itu.

"Astaga bisa-bisanya bertemu dengan perempuan yang super nyusahin!" gerutu pria itu.

Klek

Pria itu membuka kunci pintu mobilnya dan memberi kode kepada pelayan itu.

"Ayo turun kamu! kamu harus bayar! sok-sokan makan direstoran tapi gak bisa bayar!" bentak pelayan itu.

"Aduh mbak, saya kira teman saya yang bayar karena dia yang ajak saya makan disini, eh malah dianya kabur ninggalin saya," jelas Rayana yang kini hampir menangis.

Pria itu pun memperhatikan dan menyimak apa yang sebenarnya yang terjadi, lalu ia pun ingat sesuatu.

"Saya akan melakukan apapun jika anda menolong saya tuan," pria itu mengingat ucapan Rayana saat ditoilet.

Dan pria itu pun mengingat ucapan kakeknya.

(Flash Back On)

"Felix! Mana gadis yang mau kamu kenalin dengan kakek sebagai calon istri kamu?" tanya kakek Anton yang menatap Felix dengan tatapan tajam

"Iya kek ada, kakek tenang aja, nanti kalau waktunya sudah tepat Felix akan bawa pacar Felix kek," jawab Felix dengan santai.

"Kakek yakin kamu bukan menunggu waktu yang tepat! tapi memang perempuan itu tidak ada!" seru kakek Anton.

"Sebenarnya yang ingin dinikahkan kakek apa Felix sih kek? kok kayaknya kakek yang enggak sabaran?" cecar Felix yang mulai kesal dengan kakeknya.

"Felix, kan kakek sudah sering mengatakan sama kamu, kakek ingin melihat kamu menikah sebelum kakek tiada, apa kamu memang tidak ingin kakek menghadiri pernikahan kamu? apa kamu tidak ingin mengabulkan keinginan terakhir kakek yang sudah membesarkan kamu menjadi lelaki hebat seperti saat ini?" keluh kakek Anton yang mengungkapkan isi hatinya kepada Felix.

"Kek...." panggil Felix dengan lembut.

"Sudahlah, kalau kamu memang tidak punya wanita yang ingin kamu kenalkan kepada kakek, kakek yang akan mencarikan untuk kamu!" ucap kakek Anton yang terdengar seperti paksaan.

"Ck, kakek, Felix tidak mau ikut kencan buta lagi, lagian perempuan yang kakek atur untuk Felix semuanya aneh-aneh," cibir Felix.

"Kakek jamin pasti bukan perempuan itu yang aneh tapi kamu yang aneh! jangan-jangan rumor yang selama ini kakek dengar itu benar ya?" tanya kakek Anton seakan sedang mengintimidasi Felix.

"Ck, kakek kok bisa-bisanya sih percaya dengan rumor itu, kek Felix bukannya enggak normal, tapi Felix belum ketemu dengan wanita yang sesuati dengan kriteria Felix," jawab Felix yang mencoba bersabar menghadapi kakeknya yang sangat memaksanya untuk menikah.

"Sudah lah Felix, kakek tidak mau tahu! dalam seminggu ini kamu HARUS MENGENALKAN CALON ISTRI KAMU KE KAKEK!" ucap kakek Anton penuh penekanan.

"Iya, iya kakekku sayang, nanti Felix akan membawakan seorang perempuan...." ucap Felix yang menggantungkan ucapannya.

"Seorang perempuan yang akan menjadi calon nenenk Felix," ucap Felix yang menggoda kakeknya.

"Buaaahahahaahaa…. " Setelah mengatakan itu Felix pun pergi sambil tertawa terbahak-bahak.

"Dasar cucu kurang ajar! beraninya berkata seperti itu!" teriak kakek Anton agar Felix mendengarnya.

"Iya kek, Felix akan mencarikan perempuan yang akan menjadi calon nenek Felix," balas Felix yang juga berteriak dari luar sebelum ia melajukan mobilnya.

Dan setelah Felix habis-habisan menggoda kakeknya, ia pun pergi dengan menggunakan mobilnya.

"Dasar cucu kurang ajar beraninya menggoda kakeknya seperti itu, tapi dia sangat tampan saat tertawa seperti itu, yah cucuku memang sangat tampan seperti waktu aku muda dulu," gumam kakek Anton yang memuji Felix dan kini kakek Anton pun mengembangkan senyumannya melihat mobil Felix yang kini sudah keluar dari gerbang.

(Flash Back Off)

"Mbak!" panggil Felix yang merupakan pria yang pagi ini terus-terusan berurusan dengan Rayana.

Felix memanggil pelayan yang sedang ribut dengan Rayana, dan memaksa Rayana untuk membayar tagihannya.

"Ya tuan," sahut pelayan itu.

"Berapa total yang harus dia bayar?" tanya Felix.

"Satu juta setengah tuan," jawab pelayan itu.

"Baiklah saya akan bayar, tapi setelah saya berbicara empat mata dengan wanita itu," ucap Felix.

Pelayan itu tampak ragu, dan Felix mengerti arti dari tatapan pelayan itu.

"Mbak tenang aja, saya gak akan bawa dia kabur, saya berbicara dengannya masih disini kok, dan ini mobil saya jadi jaminannya," ucap Felix yang menunjuk kearah mobilnya.

"Baiklah tuan, anda boleh berbicara dengannya," ucap pelayan itu.

"Pergilah kamu bicara dengan tuan itu!" perintah pelayan itu.

Dengan terpaksa Rayana pun pergi mendekati Felix karena tak ada pilihan lain, Rayana sangat terlihat sangat gugup saat ini.

"Anda mau bicara apa tuan?" tanya Rayana.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!